Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
LAPORAN KASUS
: Tn. A
Umur
: 24 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status perkawinan
: Belum menikah
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Suku bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: STM
Tanggal masuk RS
: 21 Juni 2015
Jam masuk RS
: 23.12
1.2 ANAMNESIS
Diambil secara autoanamnesis pada hari Minggu, 21 Juni 2015 pukul 23.15
Keluhan Utama
Terjatuh dari motor
1
Keluhan Tambahan
Nyeri pada kaki sebelah kanan dan pergelangan tangan kanan
Riwayat Kebiasaan
2
Pasien mempunyai kebiasaan merokok. Pasien tidak minum alkohol. Pasien mengaku
jarang berolahraga, jarang mengonsumsi sayur, buah-buahan, dan air putih.
Keadaan umum
o Kesadaran
o GCS
: Compos Mentis
: E4V5M6
Tanda vital
o Tekanan darah
o Nadi
o Suhu
o Pernapasan
: 110/70mmHg
: 80x/menit
: 36,5oC
: 20x/mnt
Kepala
trismus (-), lidah kotor (-), sariawan (-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
tenang.
Leher
: KGB dan tiroid tidak teraba membesar
Thoraks
:
Bentuk simetris kanan kiri, tidak ada rongga thoraks yang tertinggal gerak napasnya,
fokal fremitus +/+ sama kuat kanan dan kiri
o Jantung
: S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
o Paru
: suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen
: supel, datar, timpani, bising usus (+), nyeri tekan (-), nyeri
Extremitas
Status Lokalis
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Hemoglobin
14,3 mg/dl
Hematokrit
42%
40 - 50%
Leukosit
12500 /L
5000 10000 /L
Trombosit
368000 /L
150000 400000 /L
SGOT
12,2 U/L
SGPT
9,8 U/L
Glucose Random
95 mg/dl
70 200 mg/dl
4
HBSAg Titer
0,459
<1,000
Non Reactive
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
14,5 mg/dl
11,2 mg/dl
11,1 mg/dl
Bleeding Time
2,30 menit
Cloatting Time
4,30 menit
Kesan : Fraktur 1/3 distal femur dextra dengan over riding dislokasi fragmen fraktur proximal ke
arah dorsal
Rontgen Thorax
I.5 RESUME
Pasien datang ke IGD RSIJPK pada tanggal 21 Juni 2015, pukul 23.12 karena terjatuh
dari motor 30 menit SMRS. Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas saat melintasi tikungan,
dengan kecepatan motor yang dibawa oleh pasien 100km/jam. Saat terjatuh, kaki kanan pasien
menabrak trotoar. Pasien merasakan nyeri pada kaki kanannya, dan tidak dapat digerakkan.
Terlihat luka terbuka pada lutut kanan, dan tampak tulang patah keluar dari luka tersebut. Darah
terus mengalir, dan nyeri dirasakan semakin hebat. Pasien juga mengeluh nyeri tangan kanan nya
jika digerakkan. Saat mengendarai motor, pasien menggunakan helm. Pasien ditolong oleh warga
sekitar, dan dibawa ke IGD RS Islam Pondok Kopi dengan menggunakan taxi. Pasien tidak
mempunyai riwayat batuk lama, hipertensi, diabetes melitus, asma, sakit jantung, sakit paru,
alergi obat serta makanan, riwayat operasi, dan riwayat dirawat di rumah sakit sebelumnya. Pada
keluarga juga tidak mempunyai riwayat batuk lama, hipertensi, diabetes melitus, asma, sakit
jantung, sakit paru, alergi obat serta makanan. Pasien mempunyai kebiasaan merokok. Pasien
mengaku jarang berolahraga, jarang mengkonsumsi sayur, buah-buahan, dan air putih.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan masih dalam batas normal. Pada status
lokalis, regio antebrahii dextra, look : tampak luka lecet dengan ukuran 1x1 cm dengan dasar
kulit, tepi luka tampak kotor, darah (+), oedem (-), deformitas (-), Feel : nyeri tekan (+), akral
hangat (+), CRT < 2, krepitasi (-), move : tidak terdapat keterbatasan gerak aktif. Regio femur
dextra, look : tampak luka terbuka dengan ukuran 5x3x2cm dengan dasar tulang, oedem(+),
darah (+), deformitas (+), tepi luka tampak kotor terkena aspal, feel: teraba hangat (+), nyeri
tekan (+), pulsasi a. Dorsalis pedis (+), CRT<2 akral hangat (+), krepitasi (+), move: terdapat
keterbatasan gerak aktif.
Dari hasil pemeriksaan foto rontgen femur dextra didapatkan kesan Fraktur 1/3 distal femur
dextra dengan over riding dislokasi fragmen fraktur proximal ke arah dorsal. Pada pemeriksaan
laboratorium tanggal 21 Juni 2015, didapatkan Hb, Ht, Trombosit, SGOT, SGPT, GDS, HBSAg
masih dalam batas normal, hanya terdapat peningkatan leukosit yaitu 12500//L. Pada
pemeriksaan laboratorium tanggal 22 Juni 2015 didapatkan bleeding time dan cloatting time
7
masih dalam batas normal, namun Hb pasien mengalami penurunan, dimana sebelumnya Hb
pada pukul 00.11 adalah 14,5mg/dl, turun menjadi 11,2 mg/dl (pukul 04.12), dan 11,1 mg/dl
(pukul 06.25).
I.6DIAGNOSISKERJA
Frakturterbuka1/3distalfemurdextra
Vulnusekskoriasiregioantebrachiidextra
I.7PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Oksigenasi
IVFD RL loading 2000cc
Pasang DC
Inj. Ketorolac 1 ampul
Inj. Tetagam 250 iu
Inj. Ceftriaxone 2gr
operasi cito ORIF (pada tanggal 22 Juni 2015 jam 15.00), persiapan PRC 500cc
Non Medikamentosa
I.8PROGNOSIS
AdVitam
AdSanationam
AdFungtionam
:DubiaadBonam
:DubiaadBonam
:DubiaadBonam
I.9 FOLLOW UP
Tanggal/
Hari
Perawatan
Senin, 22
Juni 2015/
Hari ke-1
Lemas,
nyeri pada
daerah
bekas
operasi
TSS/CM
TTV:
TD:100/80mmHg
Nadi : 88x/menit
RR: 20x/menit
S: 36C
Status Generalis: dbn
transfusi)
Status Lokalis:
Regio cruris dextra:
tampak luka bekas
operasi tertutup
verban, rembes (-)
Laboratorium
(22/06/15):
Selasa, 23
Juni 2015/
Hari ke-2
Lemas,
nyeri pada
daerah
bekas
operasi
TSS/CM
TTV:
TD: 110/90 mmHg
Nadi: 80x/menit
Transfusi PRC
1000cc
Terapi lanjutkan
Besok rontgen
femur ulang
RR: 20x/menit
S: 36C
Status Generalis: dbn
Status Lokalis:
9
Nyeri pada
daerah
bekas
operasi
TSS/CM
Cek Hb ulang
post transfusi
S: 36C
Terapi lanjutkan
Observasi
perdarahan
TTV:
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit
Status Lokalis:
Regio cruris dextra:
tampak luka bekas
operasi tertutup
verban, rembes (-),
drain (+) 10cc
Rontgen femur dextra
(24 Juni 2015)
fragmen baik
Laboratorium
(24/06/15):
Hb: 9,6 mg/dl
Kamis, 25
Juni 2015/
Hari ke-4
Nyeri saat
digerakkan
pada
daerah
bekas
operasi
TSS/CM
TTV:
TD: 110/70 mmHg
GV
Mobilisasi
bertahap
Terapi lanjutkan
IVFD
Asering/8jam
Terapi lain
lanjutkan
Nadi: 82x/menit
RR: 20x/menit
S: 36C
Status Generalis: dbn
Status Lokalis:
Regio cruris dextra:
tampak luka bekas
operasi tertutup
verban, rembes (-),
drain (+)
Laboratorium
(25/06/15):
Jumat, 26
Juni 2015/
Hari ke-5
Badan
terasa
pegal
pegal,
terasa gatal
pada
daerah
bekas
operasi
11
Sabtu, 27
Juni 2015/
Hari ke-6
Lemas,
Nyeri pada
daerah
bekas
operasi
Mobilisasi
bertahap
Terapi lanjutkan
Terapi lanjutkan
Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit
S: 36C
Status Generalis: dbn
Status Lokalis:
Regio cruris dextra:
tampak luka bekas
operasi tertutup
verban, rembes (-),
drain (+)
Minggu, 28
Juni 2015/
Hari ke-7
Nyeri pada
daerah
bekas
operasi
berkurang
TSS/CM
TTV:
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit
S: 36C
Status Generalis: dbn
Status Lokalis:
12
Nyeri pada
daerah
bekas
operasi
TSS/CM
TTV:
TD: 110/80 mmHg
GV
Terapi lain
lanjutkan
Aff Drain di OK
Anjuran
fisioterapi, lalu
boleh pulang
pasien menolak
fisioterapi
pasien pulang
(APS)
Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit
S: 36C
Status Generalis: dbn
Status Lokalis:
Regio cruris dextra:
tampak luka bekas
operasi tertutup
verban, rembes (+),
drain (+)
Selasa, 30
Juni 2015/
Hari ke-9
Lemas,
Nyeri pada
daerah
bekas
operasi
TSS/CM
TTV:
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit
S: 36C
Status Generalis: dbn
Status Lokalis:
Regio cruris dextra:
tampak luka bekas
operasi tertutup
13
Nyeri pada
daerah
bekas
operasi
TSS/CM
TTV:
TD: 120/70 mmHg
Nadi: 78x/menit
RR: 20x/menit
S: 36C
PCT 3x500mg
(k/p)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
Fraktur Fisiologis
15
Suatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga,
dan trauma dapat disebabkan oleh :
Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan.
Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan,misalnya jatuh dengan tangan terjulur menyebabkan fraktur klavikula,
b.
atau orang tua yang terjatuh mengenai bokong dan berakibat fraktur collum femur.
Fraktur Patologis
Dalam hal ini kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur. Dapat terjadi pada berbagai keadaan berikut :
Tumor tulang
Terbagi menjadi Jinak dan ganas
Osteomalasia
Rachitis
tulang. Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur dibawah 45
tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami
fraktur dari pada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang
terkait dengan perubahan hormone pada menopause.
II.3. Prevalensi
Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki dari pada perempuan dengan umur
dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.
Sedangkan pada usia prevalensi cendrung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan
adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon (Susi, P, 2007).
II.4. Proses Terjadinya Fraktur
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang untuk menahan tekanan terutama tekanan
membengkok, memutar, dan tarikan.
16
Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutid dan jaringan lunak ikut
mengalami kerusakan.
Trauma tidak langsung
Trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerang yang lebih jauh dari daerah
fraktur dan jaringan lunak biasanya tetap utuh.
fraktur dislokasi.
Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif
Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan menyebabkan
dunia luar.
Fraktur terbuka (open, compound), terjadi bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka dibagi
17
Derajat I:
o
Luka < 1 cm
o Kerusakan jaringan lunak sedikit, fracture biasanya simple atau
comminutiv minimal
o
Kontaminasi minimal
Derajat II:
o
Laserasi > 1 cm
o
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas
o
Fraktur kominutif sedang
o
Kontaminasi sedang
Derajat III:
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot,dan
neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Terbagi atas :
o
Derajat III A: Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,
meskipun terdapat laserasi luas / flap / avulsi, atau fraktur segmental /
sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa
18
2.
3.
Menurut ekstensi
a.
Fraktur total
b.
Fraktur tidak total (crack fracture)
c.
Fraktur buckle atau torus
d.
Fraktur garis rambut
e.
Fraktur green stick
Menurut hubungan antar fragmen
a.
Fraktur tidak bergeser (undisplaced fracture)
b.
Fraktur bergeser (displaced fracture, fraktur separasi)
o
Dislocation ad latus (lateral / medial / anterior / posterior)
o
Dislocation ad axim (angulasi)
4.
19
o
o
o
o
o
Fraktur komplet: patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
b.
c.
d.
pergeseran.
Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan
e.
f.
g.
h.
i.
j.
tulang.
Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya membengkak.
Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
Kominutif fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah
k.
l.
perlekatannnya.
Fraktur segmental: garis patah lebih dari 1 tetapi tidak saling berhubungan.
Fraktur spiral : fraktur yang arah garis patahannya berbentuk spiral yang di sebabkan
m.
trauma rotasi.
Fraktur oblique : fraktur yang arah garis patahannya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat trauma angulasi.
Fraktur komplit: garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang.
Fraktur tidak komplit: garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti:
o
Hairline fracture: patah retak rambut
o
Buckle fracture atau Torus fracture: terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa di bawahnya. Umumnya terjadi pada distal tulang
o
radius anak-anak.
Greenstick fracture: mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya
yang terjadi pada tulang panjang anak.
20
II.
III.
IV.
Fraktur avulsi: trauma tarikan atau traksi otot pada tulang, misalnya: fraktur patela.
Jumlah garis patah
Fraktur kominutif
Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
Fraktur segmental
Garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua garis patah disebut
pula fraktur bifokal.
Fraktur multiple
Garis patah lebih dari satu, tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya.
Bergeser (displaced) atau tidak bergeser (undisplaced)
V.
utuh.
Fraktur displaced (bergeser)
Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut dislokasi fragmen.
1) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan
overlapping)
2) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
3) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi)
Terbuka atau tertutup
Fraktur terbuka
Bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit.
Bila terdapat luka melalui kulit dan subkutis tetapi fasia masih utuh disebut fraktur
yang potensial terbuka.
Bilamana fraktur dan luka berada pada regio yang berlainan dan berjauhan tidak
karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah
lain. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalulintas, jatuh dari ketinggian, jatuh dari kamar
mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena
mesin atau karena trauma olahraga.
Beberapa gejala / keluhan yang membuat penderita datang untuk diperiksa adalah:
a.
b.
Trauma
Lokalisasi trauma
Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang tersering ditemukan dan perlu diketahui secara lengkap
tentang sifat-sifat nyeri. Rasa nyeri berbeda tiap individu karena ambang nyeri dan
toleransi terhadap nyeri dari masing-masing individu berbeda.
Sifat-sifat nyeri yang perlu diketahui:
Gradasi nyeri
Variasi sehari-hari: apakah pada waktu pagi atau malam lebih nyeri atau membaik
Tekanan pada saraf akan memberikan gejala nyeri yang disebut radiating pain
Referred pain adalah nyeri pada suatu tempat yang sebenarnya akibat kelainan dari
tempat lain
Kelainan pada saraf akan memberikan gangguan sensibilitas berupa hipestesia,
c.
d.
tibatiba akibat blok secara mekanis pada sendi oleh tulang rawan atau meniskus.
Pembengkakan
Pembengkakan dapat terjadi pada jaringan lunak, sendi, atau tulang. Riwayat
pembengkakan perlu diketahui apakah terjadi sebelum atau sesudah trauma, terjadi
perlahan atau progresif. Pembengkakan dapat disebabkan oleh infeksi, tumor jinak, atau
ganas
22
e.
Deformitas
Deformitas dapat terjadi pada sendi, anggota gerak, atau tempat lain. Deformitas dapat
pada satu atau lebih dari satu sendi. Pada suatu trauma yang terjadi fraktur, tulang bergeser
dari tempatnya sehingga terjadi deformitas (kelainan bentuk)
Ada beberapa deformitas yang merupakan variasi dari suatu keadaan normal, misalnya
ukuran tubuh yang kecil atau panggul yang lebar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang deformitas adalah:
f.
g.
h.
i.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
23
B.
Inspeksi (Look)
Melihat ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
Melakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ lain
Krepitasi: dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena
Refilling arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur
kulit.
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan
C.
panjang tungkai
Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi
proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita dengan fraktur,
setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
24
Stabilitas sendi
Ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligamen yang
mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat dilakukan dengan
D.
Fungsi motoris
Pemeriksaan tonus dan kekuatan otot dengan menggerakkan sendi-sendi. Didapatkan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis
Foto Polos
Dari pemeriksaan klinik sudah dapat dicurigai adanya fraktur, tetapi pemeriksaan
radiologis tetap diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi, serta ekstensi fraktur. Untuk
menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita
menggunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan
25
II.9. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan fraktur
a.
b.
Lokalisasi fraktur
Bentuk fraktur
50%, dan over-riding tidak melebihi 0,5 inci pada fraktur femur. Adanya rotasi tidak dapat
c.
Traksi
Jenis traksi :
Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan kembali ke
posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit akan lepas
Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.
Traksi ini dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut),
pada tibia atau kalkaneus ( fraktur kruris). Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada
pemasangan traksi yaitu gangguan sirkulasi darah pada beban > 12 kg, trauma saraf
peroneus (kruris) , sindroma kompartemen, infeksi tempat masuknya pin
27
Indikasi OREF :
Fraktur Kominutif
Fraktur Pelvis
Non Union
Trauma multiple
Internal / ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
28
ORIF ini dapat menggunakan K-wire, plating, screw, k-nail. Keuntungan cara ini adalah reposisi
anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
Indikasi ORIF :
a. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya fraktur talus
dan fraktur collum femur.
b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan fraktur dislokasi.
c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya fraktur Monteggia, fraktur
Galeazzi, fraktur antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki.
d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi,
misalnya : fraktur femur.
d.
tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi
konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat
penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktur yang
sangat esensial dalam penyembuhan fraktur. Proses penyembuhan fraktur berbeda pada tulang
kortikal pada tulang panjang serta tulang kanselosa pada metafisis tulang panjang atau tulangtulang pendek, sehingga kedua jenis penyembuhan fraktur ini harus dibedakan.
Bone Healing Menurut AO
1.
Inflamatory Phase
Mulai inflamasi sampai terjadinya pembentukkan kartilago / bone formation berakhir
kurang lebih satu hingga dua minggu yang pada awalnya terjadi reaksi inflamasi.
Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom fraktur yang segera diikuti invasi dari selsel peradangan, yaitu neutrofil, makrofag, dan sel fagosit. Sel-sel tersebut termasuk
osteoklas berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik untuk menyiapkan fase
reparatif. Secara radiologis, garis fraktur akan lebih terlihat karena material nekrotik
2.
disingkirkan.
Soft Callus
Terjai kurang lebih 3 minggu. Terbentuk cartilage dan basement tuang. Soft callus terdiri
3.
4.
Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati
kanalikuli dalam sistem haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan
membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh
periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan
30
hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan
kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang
2.
3.
4.
5.
tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Penyembuhan fraktur pada daerah tulang kanselosa
melalui proses pembentukan kalus interna dan endosteal. Pada anak-anak proses penyembuhan
pada daerah korteks juga memegang peranan penting. Proses osteogenik penyembuhan sel dari
bagian endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk woven bone primer
di dalam daerah fraktur yang disertai hematoma. Pembentukan kalus interna mengisi ruangan
pada daerah fraktur. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi pada daerah dimana
terjadi kontak langsung diantara kedua permukaan fraktur yang berarti satu kalus endosteal.
Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur maka terjadi union secara klinis. Selanjutnya woven
bone diganti oleh tulang lamelar dan tulang mengalami konsolidasi
Penyembuhan Fraktur pada Tulang Rawan Persendian
Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya untuk regenerasi.
Pada fraktur intra-artikuler penyembuhan tidak terjadi melalui tulang rawan hialin, tetapi melalui
fibrokartilago.
Umur
Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal
ini terutama disebabkan karena aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan
endosteum dan juga berhubungan dengan proses remodelling tulang yang pada bayi sangat
32
2.
3.
banyak
Pergeseran awal fraktur
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka penyembuhannya dua kali
lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser. Terjadinya pergeseran fraktur yang
4.
lebih besar juga akan menyebabkan kerusakan periosteum yng lebih hebat
Vaskularisasi pada kedua fragmen
Apabila kedua fragmen mempunyai vaskularisasi yang baik, maka penyembuhan biasanya
tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek sehingga mengalami
5.
kematian, maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan mungkin terjadi nonunion.
Reduksi serta imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam
bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan
6.
7.
8.
9.
10.
penyembuhan fraktur
Gerakan aktif dan pasif anggota gerak
Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah
fraktur tapi gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga
akan mengganggu vaskularisasi.
Penyembuhan fraktur berkisar antara tiga minggu sampai empat bulan. Waktu
penyembuhan pada anak secara kasar 1/2 waktu penyembuhan orang dewasa.
33
Lokalisasi
Falang, metakarpal, metatarsal, costae
Waktu Penyembuhan
3-6 minggu
2.
Distal radius
6 minggu
3.
12 minggu
4.
Humerus
10-12 minggu
5.
Clavicula
6 minggu
6.
Panggul
10-12 minggu
7.
Femur
12-16 minggu
8.
8-10 minggu
9.
Tibia, fibula
12-16 minggu
10.
Vertebra
12 minggu
Malunion
Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya tetapi terdapat
deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus. Rotasi, kependekan, atau union secara
menyilang seperti pada fraktur radius dan ulna
Etiologi
Pengobatan tidak adekuat
Konservatif
Dilakukan refrakturisasi dengan pembiusan umum dan diimobilisasi sesuai dengan
fraktur yang baru. Apabila ada kependekan anggota gerak dapat dipergunakan sepatu
ortopedi
Operatif
o
Osteotomi koreksi (osteotomi Z) dan bone graft disertai dengan fiksasi interna.
o
Osteotomi dengan pemanjangan bertahap, misalkan pada anak-anak
o
Osteotomi yang bersifat baji
Delayed union
Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan
2.
untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah
Etiologi
Sama dengan etiologi nonunion
Gambaran klinis
Terdapat pembengkakan
Nyeri tekan
Pertambahan deformitas
Pemeriksaan radiologis
Konservatif
Pemasangan plaster untuk imobilisasi selama 2-3 bulan
35
3.
Operatif
Bila union diperkirakan tidak akan terjadi, maka segera dilakukan fiksasi interna dan
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Penyakit" Edisi 6
R.Sjamsuhidajat & Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, EGC 879-881
Prof.Chairuddin Rasjad, MD, Ph D. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, PT. Yasif Watampoe,
jakarta 2007. 395-399
36
6.
Gottlieb JR. 2006. SOAP for orthopedics. Philadelphia : Williams and Wilkins Publisher. p.
7.
82 83
Egol KA, Koval KJ, Zuckerman JD.2010. Hand Book of Fracture. Philadelphia : Lippincot
8.
9.
10.
91.
Website: http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview Accesed on July 2015
Website: http://emedicine.medscape.com/article/825363-overview#showall Accesed on
11.
12.
13.
14.
15.
July 2015
Website: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2759588/ Accesed on July 2015
Website: http://orthopedics.about.com/od/brokenbones.htm Accesed on July 2015
Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone. 2009.
Miller, M.D. Review of Orthopaedics. USA: Saunders. 2004.
Warwick, D.J, Solomon, L.Apley's System of Orthopaedics and Fractures. London: Arnold.
16.
2001
Ganong, F. William. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. 2003
37