Sie sind auf Seite 1von 30

BAB I

PENDAHULUAN
Lensa mata merupakan struktur globuler yang transparan, terletak di
belakang iris, di depan badan kaca. Lensa berbentuk bikonveks, avaskuler, dengan
tebal 4 mm dan diameter 9 mm. Komponennya terdiri dari 65% air dan 30% protein.
Lensa diliputi oleh kapsula lentis yang bekerja sebagai membran semi permeabel
yang melarutkan air dan elektrolit untuk makanannya. Substansi lensa terdiri dari
nukleus dan korteks yang terdiri dari lamel-lamel yang panjang dan konsentris.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu kenyal dan lentur karena
memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, dan
kejernihannya diperlukan sebagai media penglihatan yang berfungsi memfokuskan
berkas cahaya ke retina.
Kelainan pada lensa dapat berupa kekeruhan pada lensa yang disebut
katarak, yang dapat terjadi akibat hidrasi (penimbunan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat keduanya. Pada mata akan tampak kekeruhan pada lensa
dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat serta pada berbagai lokasi di lensa
seperti di korteks dan nukleus. Akibat dari kekeruhan ini, cahaya yang masuk ke
retina akan terhalang. Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap
dan tajam penglihatan menurun secara progresif.
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik
menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak.
Sekitar 55% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat
katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab utama
kebutaan di dunia.

BAB II
LAPORAN KASUS
II.1.

IDENTIFIKASI
Nama

: Tn. S

Umur

: 76 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Sapuangin

Tanggal pemeriksaan : 09/02/2015

II.2.

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Penglihatan kedua mata semakin kabur sejak 3 bulan yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit
2 tahun yang lalu penderita mengeluh pandangannya mulai kabur.
Pandangan kabur dimulai pada mata sebelah kanan tetapi masih dapat
bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari, pandangan seperti berasap (+),
penglihatan terasa silau pada siang hari (+) tetapi tidak begitu silau,
penglihatan lebih terang pada pagi atau malam hari daripada siang hari, mata
merah (-), nyeri (-), mata seperti melihat pelangi (-), sakit kepala (-), mual
muntah (-), penglihatan yang turun mendadak seperti tertutup tirai disangkal.
Penderita pergi berobat ke dokter umum dan hanya diberi obat tetes tetapi
lupa nama obatnya. Penderita merasa tidak ada perubahan.
+ Sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluh penglihatan kedua mata
menjadi semakin kabur, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari,
pandangan penderita semakin berkabut, penglihatan lebih terang pada pagi
atau malam hari daripada siang hari. Penderita juga mengeluh sulit melihat

jauh dan lebih nyaman membaca tanpa kacamata. Mata merah (-), nyeri (-),
sakit kepala (-), kelopak mata bengkak (-). Kemudian penderita pergi
berobat ke poliklinik mata RSUD Banjar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat memakai kacamata penglihatan jauh (+)
Riwayat minum obat steroid jangka panjang disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat darah tinggi (+)
Riwayat trauma disangkal
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

II.3.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum

: baik

Sens

: Compos mentis

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Respiratory rate

: 20 x/menit

Suhu

: -

Status Oftalmologikus

OD

OS

Segmen Anterior
Visus
TIO
KBM

1/300
-

6/15 PH 6/6
orthoforia

GBM
Palpebra Superior
Palpebra inferior
Konjungtiva tarsal superior
Konjungtiva tarsal inferior
Konjungtiva bulbi
Kornea
COA
Iris

Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Jernih,
Sedang, jernih
Gambaran baik

Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Jernih,
Sedang, jernih
Gambaran baik

Pupil

Bulat, Sentral,

Bulat, Sentral,

Lensa

RC (+), 3 mm
Keruh,

Resume

RC (+), 3 mm
Jernih

Pasien mengeluh OD terasa buram, dirasakan perlahan lahan sejak 2 tahun lalu,
penglihatan seperti berasap, dan memburuk 3 bulan terakhir, sudah berobat
namun belum ada perbaikan, pada status oftalmologi ditemukan, Visus OD
1/300 OS 6/15 ph 6/6, Lensa OD keruh.
II.4.

DIAGNOSIS
Katarak Senilis matur OD

II.5.

PENATALAKSANAAN
-Rencana Ekstraksi Katarak + Intra Ocular Lens (IOL)

II.6.

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam


Quo ad sanationam : dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1

Pengertian Katarak
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan

tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat
dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.

Gambar 1. Lensa yang mengalami katarak

Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.

III.2

Etiologi Katarak
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau

bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data
statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita
katarak. Sekitar 55% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang
akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab
utama kebutaan di dunia.
Katarak disebabkan hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein
lensa, proses penuaan (degeneratif). Meskipun tidak jarang ditemui pada orang muda,
bahkan pada bayi yang baru lahir sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubela) di
masa pertumbuhan janin, genetik, gangguan pertumbuhan, penyakit mata, cedera
pada lensa mata, peregangan pada retina mata dan pemaparan berlebihan dari sinar
ultraviolet.
Kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, diabetes mellitus, rokok, alkohol,
dan obat-obatan steroid, serta glaukoma (tekanan bola mata yang tinggi), dapat
meningkatkan risiko terjadinya katarak.
Pada awal serangan, penderita katarak merasa gatal-gatal pada mata, air
matanya mudah keluar, pada malam hari penglihatan terganggu, dan tidak bisa
menahan silau sinar matahari atau sinar lampu. Selanjutnya penderita akan melihat
selaput seperti awan di depan penglihatannya. Awan yang menutupi lensa mata
tersebut akhirnya semakin merapat dan menutup seluruh bagian mata. Bila sudah
sampai tahap ini, penderita akan kehilangan penglihatannya.

III.3

Klasifikasi Katarak

Berdasarkan penyebabnya katarak dapat dibagi menjadi :


1. Katarak akibat penuaan (Aging related cataract)
Ada 3 tipe utama katarak yang berhubungan dengan usia adalah nuclear,
kortikal dan katarak subcapsular posterior. Pada banyak pasien, bisa timbul
lebih dari satu tipe.

Katarak Nuklear
Katarak nuclear adalah sclerosis dan penguningan yang berlebihan
pada lensa. Dimana sebenarnya secara fisiologis lensa memang
mengalami sclerosis dan penguningan sesuai dengan pertambahan
umur. Namun hal ini tidak berpengaruh banyak pada fungsi visual.
Apabila sclerosis dan penguningan lensa ini sudah berlebihan maka ia
disebut katarak nuclear. Cara mengevaluasi katarak nuclear adalah
dengan menggunakan slit-lamp biomicroscope dan dengan memeriksa
refleks warna merah dengan dilatasi pupil.

Gambar 2. Katarak Nuklearis

Ciri-ciri katarak nuclear:

Perkembangannya lambat

Biasanya bilateral dan mungkin asimetris

Menyebabkan

penurunan

penglihatan

jauh

dibandingkan

penglihatan dekat.

Pada stadium awal, karena proses pengerasan dari nucleus lensa,


seringkali terjadi peningkatan indeks refraksi lensa yang berakibat
terjadi myopic shift pada refraksi (myopia lentikuler). Pada
beberapa kasus, myopc shift dapat membuat orang-orang dengan
presbiopi dapat membaca dengan kacamata, kondisi ini disebut
juga sebagai second sight (penglihatan sekunder).

Adakalanya, perubahan yang kasar pada indeks refraksi antara


sklerotik nucleus (atau opasiti lensa yang lain) dan lensa korteks
dapat menyebabkan monocular diplopia.

Gangguan penglihatan warna, khususnya warna biru.

Penurunan fungsi photopic retinal.

Pada kasus lanjut, nucleus lensa akan menjadi semakin opaque dan
coklat yang disebut dengan brunescent katarak nuclear.

Katarak Kortikal
Perubahan komposisi ionic dari korteks lensa dan perubahan
subsekuen pada hidrasi dari serat lensa akan mengakibatkan
opasifikasi kortikal.

Gambar 3. Katarak Kortikalis

Ciri-ciri katarak kortikal :

Biasanya bilateral, namun paling sering asimetris.

Efeknya pada fungsi visual sangat bervariasi tergantung lokasi


opasifikasi relative pada axis visual.

Gejala umum dari katarak kortikal adalah silau terhadap


sumber cahaya fokal, missal lampu mobil.

Diplopia mononuclear.

Progresivitas katarak kortikal sangat bervariasi. Dapat sangat


lambat atau malah begitu cepat.

Pemeriksaan katarak kortikal adalah dengan slit-lamp. Dimana


awalnya terdapat gambaran vakuola dan celah air pada korteks
anterior dan posterior.

Katarak hipermartur terjadi ketika material degeneratif kortikal


bocor melewati kapsul lensa, dan meninggalkan kapsul
menjadi mengerut.

Katarak morgagni terjadi ketika likuefaksi lanjut dari korteks


menyebabkan pergerakan bebas dari nucleus di dalam kantong
kapsular.

Katarak Subkapsularis Posterior


Katarak subcapsular posterior sering terjadi pada pasien dengan usia
yang lebih muda dari katarak kortikal dan nuclear. Lokasinya di
lapisan kortikal posterior dan biasanya axial. Pasien sering mengeluh
silau dan penglihatan yang jelek pada kondisi cahaya tertutup. Tajam
penglihatan dekat menurun lebih banyak dibandingkan tajam
penglihatan jauh. Monocular diplopia. Pemeriksaan terbaik katarak
subkapsular posterior adalah dengan menggunakan slit-lamp dalam
kondisi pupil dilatasi.

Gambar 4. Katarak Subkapsularis Posterior

2. Katarak Traumatika

Dapat mengenai sebagian atau seluruh lensa, rosette katarak dapat


mengenai seluruh lensa, rosette katarak dapat mengenai seluruh lensa.

Bentukan opasifikasi stellata atau rosete.

Lokasi biasanya di axial dan melibatkan bagian posterior lensa.

Kadang, trauma tumpul dapat menyebabkan dislokasi dan pembentukan


katarak.

3. Katarak Metabolik
Merupakan katarak yang terjadi karena kelainan metabolik seperti :
o Diabetes Mellitus
Diabetes

mellitus

dapat mempengaruhi kekeruhan

refraktifnya, dan amplitudo akomodasinya.

lensa, indeks

Saat tingkat gula darah

meningkat, kandungan glukosa di cairan aqueous juga meningkat. Karena


glukosa dari aqueous memasuki lensa dengan difusi, kandungan glukosa
pada lensa akan meningkat juga. Sebagian glukosa diubah oleh enzim
aldosereductase menjadi sorbitol, yang tidak dimetabolism tetapi tetap
dalam lensa.
Secara subsekuen, tekanan osmotik menyebabkan peningkatan air ke
dalam lensa yang mengarah ke pembengkakan dari fiber lensa. Keadaan
hidrasi lenticular dapat mempengaruhi kekuatan refraksi lensa. Pasien
dengan diabetes dapat menunjukkan perubahan refraksi transient yang
diakibatkan perubahan gula darah. Pergeseran myopic akut dapat
mengindikasikan diabetes belum terdiagnosa atau yang tidak terkontrol.
Orang dengan diabetes memiliki penurunan amplitude akomodasi
dibandingkan dengan control orang yang seumur, dan presbiopi dapat
muncul pada usia yang lebih muda pada pasien diabetes daripada yang
tidak menderita diabetes.
Katarak adalah penyebab umum dari kelainan visual pada pasien dengan
diabetes. Meskipun 2 tipe dari katarak secara klasik ditemukan pada
pasien ini, pola lain juga dapat ditemukan.

1. True diabetic cataract atau snowflake cataract : terjadi bilateral,


perubahan lensa subkapsular yang luas, dan progresifitas yang akut,
dan biasa terjadi pada orang usia muda dengan DM tidak terkontrol.
Opasitas subkapsular superficial korteks lensa anterior dan posterior.
Vakuola muncul di kapsul lensa dan terbentuklah celah yang
mendasari korteks di bawahnya.

Intumesensi dan maturitas dari

katarak kortikal mengikuti secara cepat sesudahnya. Peneliti percaya


bahwa perubahan metabolic dihubungkan dengan true cataract diabetic
pada manusia dipadukan pada penelitian katarak sorbitol pada hewan
percobaan. Meskipun true diabetic cataract jarang ditemukan pada
praktek sehari-hari, setiap katarak kortikal bilateral yang matang
secara cepat pada anak-anak atau dewasa muda harus mengingatkan
klinisi pada kemungkinan DM.
2. Senescent cataract adalah tipe kedua yang sering ditemukan pada
pasien diabetes.
mempunyai

Bukti-bukti menunjukkan bahwa pada pasien ini

peningkatan

resiko

dari

perubahan

lensa

yang

berhubungan dengan perubahan usia yang tidak dapat dibedakan dari


katarak non-diabetic yang berhubungan dengan usia, dan bahwa
perubahan lensa mengarah pada usia lebih muda daripada pasien yang
tidak menderita DM. Resiko tinggi dari katarak yang berhubungan
dengan usia pada pasien dengan diabetes mungkin merupakan hasil
dari akumulasi sorbitol pada lensa, perubahan hidrasi subsekuen, dan
peningkatan glikosilasi protein pada lensa diabetik.
o Galaktosemia
Galaktosemia adalah ketidakmampuan merubah galaktose menjadi
glukosa yang diturunkan secara autosomal resesif.

Sebagai

konsekuensi dari ketidakmampuan ini , akumulasi galaktose berlebihan

di jaringan tubuh, dengan konversi metabolic yang lebih lanjut dari


galaktose menjadi galaktitol (ducitol), gula alcohol dari galaktose.
Galaktosemia dapat merupakan hasil dari kelainan pada satu dari tiga
enzim yang berperan pada metabolisme dari galaktose : Galaktose-1
phospat uridyl transferase, galactokinase, atau UDP-galactoce-4epimerase. Bentuk yang paling umum dan paling parah diketahui
sebagai galaktosemia klasik, disebabkan dari kelainan enzim
transferase.
Pada galaktosemia klasik, symptom dari malnutrisi, hepatomegali,
kuning dan defisiensi mental timbul pada beberapa minggu pertama
kehidupan. Penyakit ini fatal atau berbahaya jika tidak terdiagnosa atau
tidak diobati. Diagnosis dari galaktosemia klasik dapat dikonfirmasi
dengan adanya substansi non glukosa reducing galaktosa di urin.
Pada pasien dengan galaktosemia klasik, 75 % akan menjadi katarak,
biasanya pada beberapa minggu setelah lahir. Akumulasi dari galaktose
dan galaksitol pada sel lensa mengarah ke peningkatan tekanan
osmotic intaselular dan peningkatan cairan ke dalam lensa. Secara
tipikal, nucleus dan korteks terdalam menjadi bertambah opak,
menyebabkan penampakan oil droplet pada retroiluminasi.Jika
penyakit dibiarkan tidak diobati, katarak meningkat menjadi opasitas
menyeluruh

dari

lensa.

Pengobatan

galaktosemia

termasuk

menghilangkan susu dan produk susu dari diet. Pada beberapa kasus,
bentukan katarak awal dapat dicegah dengan diagnosis yang cepat dan
intervensi diet.
Defisiensi dari dua enzim lain, galaktokinase dan epimerase, dapat
juga menyebabkan galaktosemia. Defisiensi ini jarang, bagaimanapun
dapat menyebabkan kelainan yang tidak parah. Katarak yang
disebabkan defisiensi enzim dapat terlihat, tetapi mengarah ke

kehidupan yang lebih lanjut daripada yang terlihat pada galaktosemia


klasik.

o Hipokalsemia (Katarak Tetanic)


Katarak dapat muncul diasosiasikan dengan kondisi apapun yang
berakibat hipokalsemia. Hypokalsemia dapat idiopatik, atau dapat
muncul sebagai hasil dari destruksi yang tidak diharapkan dari kelenjar
parathyroid selama pembedahan tyroid, biasanya bilateral, katarak
hipokalsemi mempunyai opasitas punctat yang berwarna-warni pada
korteks anterior dan posterior yang berada antara kapsul lensa dan
biasanya terpisah dari itu oleh daerah lensa yang jelas. Opasitas yang
terpisah ini dapat stabil atau matang menjadi katarak kortikal komplit.
o Wilson Disease (Degenerasi Hepatolenticular)
Wilson Disease merupakan kelainan metabolisme tembaga yang
diturunkan secara autosomal resesif. Karakteristik manifestasi okuler
dari Wilson Disease adalah Kayser-Fleischer Ring, perubahan warna
coklat emas dari membrane descement sekitar pinggir kornea. Sebagai
tambahan dapat juga muncul katarak Sunflower. Pigmen coklat
kemerahan disimpan pada kapsul lensa anterior dan korteks
subkapsular pada bentukan stellata yang menyerupai bunga matahari.
Pada kebanyakan kasus katarak sunflower tidak menyebabkan
kelainan visual yang serius.
o Distrofi Miotonik

Dystrofi miotonik adalah kondisi yang diturunkan autosomal dominant


dengan ciri-ciri: penundaan relaksasi otot yang berkontraksi, ptosis,
kelemahan otot wajah, defek konduksi jantung, dan pada pasien pria
dapat terjadi kebotakan di bagian frontal yang prominen. Pasien
dengan gangguan ini secara khas berkembang suatu kristal iridesensi
polikromatik pada korteks lensanya dengan secara sekuen adanya
katarak subkapsular posterior untuk menyempurnakan opasifikasi
kortikal. Secara struktur ultra, kristal ini melingkar membentuk ulir
dari plasmalemma dari serta lensa. Secara subsekuen, ada bentuk
katarak subkapsulat posterior dan opasifikasi dari korteks lensa.

4. Katarak akibat defisiensi nutrisi


Walaupun defisiensi nutrisi telah terbukti menyebabkan katarak pada
percobaan binatang, etiologi ini sulit dibuktikan pada manusia. Epidemiologi
melaporkan lebih dari dekade yang lalu memiliki konflik informasi pada
subjek ini. Beberapa penelitian menyarankan bahwa multivitamin, vitamin
A,vitamin C, vitamin E, miasin, tiamin, riboflavin, beta karotene, dan banyak
protein mungkin memiliki efek protektif, pada perkembangan katarak.
Penelitian lain telah menemukan bahwa Vitamin C dan E memiliki efek yang
sangat sedikit atau tidak sama sekali pada perkembangan katarak. Baru-baru
ini Age-Related Eye Disease Study (AREDS) menunjukkan bahwa lebih dari
7 tahun,intake yang tinggi dari vitamin C dan E, dan beta karotene tidak
mengurangi perkembangan atau progresivitas dari katarak. Bagaimanapun
juga, penggunaan vitamin dosis tinggi membawa resiko.

Perokok yang

menggunakan dosis tinggi vitamin A dan beta karotene memperlihatkan


peningkatan dari resioko kanker paru, kematian dari kanker paru dan kematian
dari penyakit kardiovaskular.

Lutein dan zeaxanthin merupakan karotenoid yang ditemukan pada lensa


manusia dan penelitian baru-baru ini menunjukkan penurunan pada resiko
katarak dengan peningkatan frekuensi intake makanan kaya lutein
(bayam,sayur hijau,brokoli). Makan bayam yang dimasak, lebih dari dua kali
seminggu dapat menurunkan resiko katarak.

Penurunan resiko ini tidak

berhubungan dengan gaya hidup sehat. Sebaliknya, pada efek-efek seperti


diet suplemen, diare yang berat, dihubungkan dengan dehidrasi yang berat
dapat mengarah pada peningkatan resiko katarak. Suatu studi prospektif pada
laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan
resiko terjadinya katarak subkapsular posterior dan sclerosis nuklear pada
keduanya.
5. Katarak Komplikata
Merupakan katarak yang terjadi akibat komplikasi dari penyakit yang ada di
dalam mata tersebut seperti uveitis. Perubahan lensa sering timbul menjadi
uveitis kronik dan/ atau berhubungan dengan terapi kortikosteroid. Biasanya
katarak subkapsular posterior muncul, perubahan lensa anterior juga muncul.
Susunan dari synechiae posterior sering terjadi pada uveitis, sering dengan
robeknya lensa anterior, dimana mungkin berkaitan dengan

membrane

popullary fibrous. Perubahan lensa pada katarak sekunder menjadi uveitis


mungkin berkembang menjadi katarak matur.

Deposit Kalsium mungkin

didapatkan di kapsul anterior atau di dalam substansi lensa.


Susunan katarak kortikal terjadi lebih dari 70% kasus dari Fuchs
Heterochromic uveitis karena posterior synechiae jarang timbul pada sindrom
ini, susunan dari membrane pupil tidak sama dan terapi kortikosteroid
kroniktidak ada indikasi.

Ekstraksi katarak pada pasien dengan Fuchs

Heterochromic uveitis pada umumnya memiliki prognosis lebih baik.


Perdarahan bilik mata depan intraoperative telah dilaporkan 25% kasus.

6. Katarak Diinduksi Obat


Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan katarak
subcapsular posterior. Angka kejadiannya bergantung apada dosis dan lama
pemakaian dan penerimaan individu terhadap paparan kortikosteroid. Katarak
terjadi

pada

pemberian

kortikosteroid

secara:

sistemik,

topical,

subkonjungtiva, dan inhalasi. Sebagai contoh, pada pengobatan dermatitis di


kelopak mata secara topical dalam jangka waktu yang lama.
Dalam suatu penelitian terhadap pasien yang diobati dengan prednisolon oral
dan diobservasi selama 1-4 tahun, 11% diobati dengan 10 mg/hari terjadi
katark, seperti sebelumnya 30% menerima 10-15 mg/hari dan 80 % mendapat
15 mg/hari . pada penelitian lain, setengah dari pasien menerima topical
kortikosteroid diikuti keratoplasty menyebabkan katarak setelah menerima
kira-kira 2,4 tetes per hari 0,1 % dexamethason dalam periode 10,5 bulan.
Phenothiazines
Phenothiazine, merupakan grup utama dari pengobatan psycothropic, dapat
menyebabkan deposit pigmentasi di epitel lensa anterior pada suatu
konfigurasi axial. (Gambar5.9) Deposit ini muncul tergantung pada dosis dan
lama pemakaian. Perubahan visual dihubungkan dengan penggunaan
phenothiazineumumnya tidak significan.
Miotic
Antikolinesterase dapat menyebabkan katarak. Insiden kataak meningkat 20%
setelah penggunaan 55 bulan pilokarpine dan 60% pada pasien yang
menggunakan fosfolipin iodine. Biasanya katarak muncul dalam bentuk
vakuola kecil di bagian dalam posterior sampai anterior kapsul dan epitel
lensa. Vakuola ini dapat dilihat dengan retroilluminasi. Katarak ini dapat
berkembang ke kortikal posterior dan inti lensa dan berubah. Katarak ini
terjadi pada pasien yang menggunakan antikolinesterase jangka panjang dan

dosis yang lebih sering. Biasanya terjadi pada pasien usia lanjut dan pada
anak-anak belum dilaporkan.

Amiodarone
Amiodaron suatu oat antiaritmia, dilaporkan dapat menyebabkan deposisi
pigmen axial anterior stelata. Amiodaron juga dideposit di epitel kornea dan
jarang menyebabkan neuropati optic.
Statin
Percobaan pada anjing dengan menggunakan 3-hidroksil-3metilglutaril
coenzim A (HMG CoA) reduktase inhibitor dikaitkan dengan timbulnya
katarak dengan menggunakan dosis berlebihan. Namun penggunaan statin
pada manusia tidak menunjukkan peningkatan resiko katarak. Namun
demikian, pnggunaan serempak simvastatin dan eritromisin dapat dikaitkan
dengan peningkatan 2-3 kali lipat resiko katarak
7. Katarak Kongenital
Berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal dimana kelainan utama
terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah
didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali
mengakibatkan keruhnya seluruh lensa Kongenital

Gambar 5. Katarak Kongenital

Berdasarkan densitasnya, katarak dibagi menjadi :


1) Katarak imatur
Katarak imatur merupakan stadium dimana kekeruhan pada lensa belum
mengenai seluruh bagian lensa. Pada katarak imatur tampak lensa yang
mencembung karena mengalami hidrasi.
2) Katarak matur
Pada katarak matur terjadi kekeruhan diseluruh bagian lensa, terjadi
perubahan bentuk lensa kembali seperti semula.

Gambar 6. Katarak Matur

3) Katarak hipermatur
Pada katarak hipermatur, terjadi pengerutan lensa karena korteks lensa telah
mencair sehingga air keluar dari lensa dan membuat bentuk lensa menjadi
keriput.

Berdasarkan umur katarak dapat dibagi menjadi :


1. Katarak Juvenilis ( kurang dari 20 tahun)
2. Katarak Presenilis (20 - 50 tahun)
3. Katarak Senilis (diatas 50 tahun)
III.4

Manifestasi klinis

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

III.5

Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

Peka terhadap sinar atau cahaya.

Dapat melihat dobel pada satu mata.

Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Pemeriksaan

Katarak terjadi secara perlahan-perlahan sehingga penglihatan penderita


terganggu secara berangsur. karena umumnya katarak tumbuh sangat lambat dan
tidak mempengaruhi daya penglihatan sejak awal. Daya penglihatan baru terpengaruh
setelah katarak berkembang sekitar 35 tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya
menyadari penyakitnya setelah memasuki stadium kritis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan
mata meliputi segmen anterior mata yang berupa palpebra, konjungtiva, kornea bilik
mata depan, iris, pupil, dan lensa. Pemeriksaan lensa pada katarak yaitu shadow test
(tes bayangan iris). Tes bayangan iris ini dilakukan untuk mengetahui derajat
kekeruhan pada lensa. Jika lensa belum keruh sepenuhnya pada katarak immatur akan
didapat pantulan bayangan iris pada lensa karena cahaya yang mengenai iris
dipantulkan oleh bagian lensa yang keruh. Sedangkan pada katarak matur dimana
kekeruhan telah mengenai seluruh lensa maka tidak ada bayangan yang dibentuk
karena semua cahaya langsung dipantulkan dianggap tes bayangannya negatif.
Sebelum operasi juga dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu :

Tes anel : untuk menilai fungsi ekskresi saluran air mata apakah ada yang
menyumbat atau tidak. Tes ini perlu dilakukan untuk menghindari kebuntuan
aliran air mata yang akan mempermudah berkembangbiaknya kuman yang dapat
mengakibatkan infeksi paska operasi sehingga hasil operasi tidak optimal.

Penilaian segmen posterior mata dengan USG dan funduskopi, untuk menilai
prognosis setelah operasi.

Keratometri, merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkungan kornea


sehingga bisa memperkirakan kekuatan lensa intra okular yang akan dipasang.

Biometri, untuk mengetahui panjang aksis visual dan berapa kekuatan lensa yang
diperlukan untuk ditanam.

III.6

Operasi Pada Katarak

Indikasi operasi katarak :


1. Mengganggu pekerjaan/ aktivitas
2. Rehabilitasi visus (terapetik)
3. Diagnostik segmen posterior
4. Mencegah komplikasi
5. Kosmetik

Macam-macam operasi katarak antara lain :


Intracapsular Cataract Extraction (ICCE)
ICCE merupakan tehnik operasi pada katarak yang mengangkat lensa dengan
kapsul-kapsulnya.
Indikasinya : pada peralatan yang terbatas, pada katarak yang tidak stabil,
intumesen, hipermatur, dan luksasi.
Kontraindikasi absolut : katarak pada anak-anak dan dewasa muda, kasus-kasus
ruptur kapsul karena trauma.
Kontraindikasi relatif : high myopia, sindrom Marfan, katarak Morgagnian, dan
keluarnya vitreus ke dalam bilik mata depan.

Keuntungan : tidak terjadi katarak sekunder, tidak memerlukan peralatan yang


canggih.
Kerugian : penyembuhan luka yang lebih lambat karena luka insisi yang lebar,
rehabilitasi visus yang tertunda, resiko astigmatisme yang besar karena tarikan
akibat jahitan lebih banyak, resiko inkarserasi iris lebih besar, dan resiko
terjadinya prolaps vitreus.
Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
ECCE merupakan tehnik operasi pada katarak yang mengangkat lensa dengan
meninggalkan kapsul posterior sebagai cangkang untuk pemasangan IOL ( Lensa
Intra Okular).
Kontraindikasi : bila zonula zinni tidak memungkinkan untuk mendukung
dilakukannya ECCE dan pemasangan IOL
Keuntungan : resiko prolaps iris lebih kecil, penyembuhan luka yang lebih cepat
dibanding ICCE, resiko prolaps vitreus lebih kecil.
Kerugian : membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih mahal dari ICCE
Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Operasi katarak yang merupakan pengembangan dari ECCE dengan melakukan
insisi 2 mm dari limbus sehingga tidak mengenai kornea.
Keuntungan : resiko astigmatisme lebih kecil dibandingkan ECCE, resiko prolaps
iris lebih kecil, penyembuhan luka yang lebih cepat.
Kerugian : butuh pengalaman yang cukup untuk melakukan operasi.
Fakoemulsifikasi
Operasi katarak terbaru yang menggunakan getaran suara untuk mengemulsi isi
lensa sehingga lebih mudah dikeluarkan dan tidak memerlukan insisi yang luas.
Keuntungan : lebih cepat dan tidak menimbulkan luka operasi yang lebar
sehingga penyembuhan operasi sangat cepat.
Kerugian : alat yang mahal dan diperlukan tenaga profesional untuk
melaksanakan operasi ini.

Lensa Intraokular

Terbuat dari bahan polimetilmetakrilat

Mempunyai optik

Mempunyai kaki (haptik) agar lensa tetap pada tempatnya

Gambar 7. IOL

Indikasi penanaman lensa intraokular :


1. Katarak monokular
2. Usia muda (produktif)
Kontraindikasi :
1. Katarak kongenital
2. Uveitis berulang
3. Glaukoma berat
4. Distrofi endotel kornea
5. Afakia pada fellow eye

II.7

Pencegahan

Pencegahan utama adalah mengontrol penyakit yang berhubungan dengan


katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya katarak :

Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari
bisa Mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.

Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.

Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normal pada penderita diabetes mellitus.

Makanan-makanan sumber riboflavin di antaranya susu, daging, sayur, telur


sayuran hijau seperti kol, brokoli, asparagus serta biji-bijian (cereals).

BAB IV
ANALISA KASUS
Penderita adalah seorang laki-laki berusia 71 tahun, datang dengan keluhan
utama penglihatan kedua mata terasa kabur. Dari anamnesis didapatkan bahwa tajam
penglihatan menurun perlahan tanpa disertai keluhan mata merah dan nyeri. Dari
keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan beberapa dignosis
banding penyakit mata yang ditandai dengan penurunan visus perlahan mata tenang,
diantaranya yaitu katarak, kelainan refraksi, glaukoma kronis, ambliopia,
retinoblastoma dan retinopati. Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menyingkirkan
diagnosis banding berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Kemungkinan ambliopia dan retinoblastoma dapat disingkirkan dari
identifikasi dimana penderita berusia sudah berusia 71 tahun. Ambliopia adalah
berkurangnya tajam penglihatan yang terjadi karena tidak normalnya perkembangan
visus yang dialami sejak usia dini, yaitu sejak lahir hingga usia 10 tahun. Pada
penderita ini penurunan visus mulai terjadi sejak dua tahun terakhir sedangkan
sebelumnya penglihatan normal. Retinoblastoma merupakan kelainan kongenital
yang biasanya baru terlihat pada anak berumur 1-2 tahun. Pada pasien retinoblastoma,
penurunan visus secara perlahan biasanya disertai dengan perubahan gerak bola mata
menjadi strabismus, pelebaran pupil dengan refleks warna kuning mengkilat
(amourotic cats eye), dan meningkatnya tekanan intraokuler.
Kemungkinan glaukoma kronis dapat disingkirkan dari anamnesis dimana
penderita tidak mengeluhkan gambaran pelangi di sekitar lampu (halo) maupun
merasakan sakit kepala yang hilang timbul. Dari pemerikan tonometri dengan
tonometri Schiotz tidak terdapat peningkatan tekanan intraokuler (TIOD = 15,6
mmHg, TIOS = 13,1 mmHg).

Kemungkinan retinopati tidak dapat ditegakkan, karena pemeriksaan


opthalmologis pada segmen posterior mata kanan untuk menilai ada tidaknya
degenerasi atau kelainan dari retina sulit dilakukan karena adanya kekeruhan lensa,
pada funduskopi hanya didapatkan refeleks fundus yang samar-samar. Retinopati
biasanya berhubungan dengan penyakit sistemik, misalnya penyakit kardiovaskuler,
penyakit darah, gangguan metabolisme dan endokrin. Dari anamnesis pada penderita
ini tidak terdapat riwayat penyakit yang dapat menyebabkan retinopati misalnya
penyakit darah, hipertensi ataupun penyakit diabetes mellitus.
Dari hasil pemeriksaan tajam penglihatan terhadap penderita, didapatkan visus
mata kanan 2/60 dan visus mata kiri 1/60. Pada pemeriksaan segmen anterior mata
kanan ditemukan kekeruhan pada lensa disertai shadow test (-) yang menunjukkan
tanda katarak matur.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksan fisik diatas, penderita ini didiagnosis
dengan katarak matur subkapsularis posterior ODS.
Pada pasien ini telah direncanakan ekstraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE)
dan penanaman intra okuler lensa (IOL). Pertimbangan pemilihan ECCE adalah
karena ukuran insisi yang diperlukan lebih kecil sehingga timbulnya trauma pada
pada endotel kornea lebih sedikit. Kapsul posterior yang intak dapat menempatkan
IOL pada posisi anatomis yang lebih baik, mengurangi mobilitas iris dan vitreus, serta
mengurangi insiden cystoid macular edema, ablasi retina dan edema kornea, Kapsul
posterior yang intak juga mencegah masuknya bakteri dan mikroorganisme, yang
mungkin terdapat pada bilik mata depan saat operasi, ke dalam badan vitreus dan
menyebabkan endopthalmitis. Pemasangan IOL dilakukan karena dianggap lebih
praktis jika dibandingkan dengan lensa kontak atau kacamata afakia yang suatu saat
harus diangkat, dibersihkan atau dipasang kembali oleh pasien. Selain itu,
pemasangan IOL tidak ada kontraindikasi kecuali orang yang menderita uveitis.
Prognosis pasien katarak umumnya baik karena katarak tidak mengancam
kehidupan, sehingga quo ad vitam bonam. Fungsi mata penderita dapat kembali

normal tergantung pembedahan dan penatalaksanaan yang tepat, sehingga pada


penderita ini prognosis quo ad functionam dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, hlm : 128-136
2. Vaughan DG. Oftalmologi Umum. Widya Medika. 1995
3. Ilyas, Sidharta. 2006. Dasar Tehnik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit
Mata. Edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
4. James, Bruce, et al. 2006 . Lecture Notes Oftalmologi, 9th eds. Jakarta :
Erlangga. Hlm : 76-79.
5. http://www.erfins.multiply.com.journalitem43 - 19k. Sumber : American
Academy of Ophthalmology.
6. http://www.tedmontgomery.com/the_eye/index.html
7. Young RW. Age-Related Cataract. New York : Oxford University Press; 1991.

Das könnte Ihnen auch gefallen