Sie sind auf Seite 1von 2

BAB I

PENDAHULUAN
Infeksi susunan saraf pusat sampai sekarang masih merupakan keadaan yang membahayakan
kehidupan anak, dengan berpotensial menyebabkan kerusakan permanen pada pasien yang
hidup. Infeksi ini juga merupakan penyebab tersering demam disertai tanda dan gejala kelaian
susunan saraf pusat pada anak. pada anak Infeksi sebenarnya dapat disebabkan oleh mikroba
apapun, patogen spesifik yang dipengaruhi oleh umur dan status imun hospes dan epidemiologi
patogen. Pada umumnya, infeksi virus sistem saraf pusat jauh lebih sering daripada infeksi
bakteri, yang pada gilirannya lebih sering daripada infeksi jamur dan parasit. Infeksi pada sistem
saraf pusat (SSP) dapat dibagi menjadi dua kategori besar: yang utamanya melibatkan meninges
(meningitis) dan terbatas pada parenkim (ensefalitis).1,2,7
Meningitis adalah sindrom klinis yang ditandai dengan peradangan pada meninges atau
lapisan otak, 3 lapisan membran yang melapisi otak dan sumsum tulang belakang yang terdiri
dari Duramater, Arachnoid dan Piamater. Secara klinis, meningitis bermanifestasi dengan gejala
meningeal (misalnya, sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia), serta pleositosis (peningkatan jumlah
sel darah putih) dalam cairan cerebrospinal (CSS). Tergantung pada durasi gejala, meningitis
dapat diklasifikasikan sebagai akut atau kronis. Meningitis secara anatomis dibagi menjadi
inflamasi dura, kadang-kadang disebut sebagai pachymeningitis (agak jarang)

dan

leptomeningitis, yang lebih umum dan didefinisikan sebagai peradangan pada jaringan arakhnoid
dan ruang subaraknoid.2
Penyebab paling umum peradangan pada meningens adalah akibat iritasi oleh infeksi
bakteri atau virus. Organisme biasanya masuk meningens melalui aliran darah dari bagian lain
dari tubuh ataupun dapat secara langsung (perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan
di dekat selaput otak.2
Meningitis

piogenik

(bakteri)

terdiri

dari

peradangan

meningens

dan

CSS

subarachnoid. Jika tidak diobati, meningitis bakteri dapat mengakibatkan kelemahan (debility)
seumur hidup atau kematian. Penyakit ini fatal sebelum era antimikroba, tapi dengan munculnya
terapi antimikroba, tingkat kematian secara keseluruhan dari meningitis bakteri mengalami
penurunan. Meskipun demikian, tetap sangat tinggi, mencapai sekitar 25%. Munculnya strain

bakteri resisten telah mendorong perubahan dalam protokol antibiotik di beberapa negara,
termasuk Amerika Serikat. Para agen infektif spesifik yang terlibat pada meningitis bakteri
bervariasi di antara berbagai kelompok umur pasien, dan peradangan bisa berevolusi menjadi
kondisi seperti ventriculitis, empiema, cerebritis.2
Meningitis juga bisa juga diklasifikasikan secara lebih spesifik berdasarkan etiologi nya.
Beberapa penyebab infeksi dan non-infeksi telah diidentifikasi. Contoh penyebab non-infeksi
yang

umum termasuk obat-obatan ( misalnya, obat anti-inflammatory drugs [NSAID] ,

antibiotik)

carcinomatosis. 2

dan

Meningitis akut bakteri, menunjukkan bakteri penyebab sindrom ini. Hal ini biasanya
ditandai dengan onset akut gejala meningeal dan pleositosis neutrophilic. Tergantung dari bakteri
spesifik penyebabnya, sindrom yang dapat disebut, misalnya, salah satu dari berikut: meningitis
Pneumococcal, meningitis Haemophilus influenzae, meningitis stafilokokus, meningitis
meningokokus , meningitis tuberkulosis. Tidak seperti subakut (1-7 hari) atau kronis (> 7 hari)
meningitis, yang memiliki etiologi infeksi dan non-infeksi yang sangat banyak, meningitis akut
(<1 hari) hampir selalu infeksi bakteri yang disebabkan oleh satu dari beberapa
organisme . Pasien dengan meningitis bakteri akut dapat dekompensasi sangat cepat, sehingga
mereka memerlukan perawatan darurat, termasuk terapi antimikroba, idealnya dalam waktu 30
menit pada unit gawat darurat.2
Meningitis yang disebabkan oleh organisme nonbacterial, jamur dan parasit penyebab
meningitis juga disebut menurut agen spesifik penyebabnya, seperti meningitis kriptokokal,
meningitis

Histoplasma,

dan

meningoencephalitis

amebic.2

Meningitis viral, jika, setelah hasil pemeriksaan yang luas, meningitis aseptik ditemukan
memiliki etiologi virus, dapat direklasifikasi sebagai bentuk meningitis virus akut (misalnya,
meningitis enterovirus, meningitis herpes simplex virus [HSV]).2
Aseptic meningitis, dalam banyak kasus, penyebab meningitis tidak terlihat setelah
evaluasi awal dan karena itu diklasifikasikan sebagai meningitis aseptik. Pasien ini khas
memiliki onset akut gejala meningeal, demam, dan pleositosis serebrospinal yang biasanya jelas
limfositik. Ketika penyebab meningitis aseptik ditemukan, penyakit ini bisa direklasifikasi
sesuai dengan etiologi-nya. Jika metode diagnostik yang tepat dilakukan, etiologi virus spesifik
diidentifikasi dalam 55-70% kasus meningitis aseptik. Namun, kondisi ini juga bisa disebabkan
oleh agen bakteri, jamur, mikobakteri, dan parasit.2

Das könnte Ihnen auch gefallen