Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hati
Hati merupakan kelenjar metabolik terbesar dan terpenting dalam tubuh, rata-rata
sekitar 1500 gram atau 2,5 % berat badan pada orang dewasa (Amiruddin, 2009). Hati
mempunyai fungsi yang sangat kompleks dan beragam. Hati penting untuk
mempertahankan hidup dan berperan pada setiap fungsi metabolisme tubuh. Fungsi hati
dibagi menjadi 4 macam (Amiruddin, 2009), yaitu :
A.1 Fungsi Pembentukan dan Eksresi Empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Hati mengeksresikan sekitar satu liter
empedu setiap hari kemudian dialirkan melalui saluran empedu, disimpan di
kandung empedu, dan dikeluarkan ke dalam usus halus sesuai kebutuhan (Wilson
dan Lester, 1995). Unsur utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam
empedu
fosfolipid,
kolesterol
dan
pigmen
empedu
(terutama
bilirubin
terkonjugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorpsi lemak dalam
usus halus (Husada, 2009).
A.2 Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak,
protein, vitamin dan juga memproduksi energi. Hati juga dapat mengubah amonia
menjadi urea, untuk dikeluarkan melalui ginjal dan usus. Metabolisme lemak yang
dilakukan di hati berupa pembentukan lipoprotein, kolesterol, dan fosfolipid juga
mengubah karbohidrat dan protein menjadi lemak (Husada, 2009)
A.3 Fungsi Pertahanan Tubuh
Hati terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi proteksi. Fungsi detoksifikasi
dilakukan oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau
konjugasi zat yang kemungkinan membahayakan dan mengubahnya menjadi zat
yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupfer
yang terdapat di dinding sinusoid hati (Husada, 2009). Sel kupffer mempunyai
fungsi sebagai sistem endothelial, berkemampuan fagositosis yang sangat besar
sehingga mampu membersihkan sampai 99% kuman yang ada dalam vena porta
sebelum darah menyebar melewati seluruh sinusoid. Sel kupffer juga menghasilkan
immunoglobulin dan berbagai macam antibodi yang timbul pada berbagai macam
kelainan hati tertentu (Guyton, 2008)
A.4 Fungsi Vaskular Hati
Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc
tiap menit. Hati berfungsi sebagai ruang penampung dan bekerja sebagai filter
karena letaknya antara usus dan sirkulasi umum (Guyton, 2008). Hati terlibat pula
dalam metabolisme zat-zat xenobiotik (senyawa asing bagi tubuh seperti obatobatan, senyawa karsinogen kimia, insektisida, dan lain-lain) dalam tubuh (Wenas,
2009). Senyawa ini mengalami metabolisme di hati melalui hidroksilasi dikatalis
oleh sitokrom P-450 sehingga menjadi metabolit reaktif (Wenas, 2009). Zat yang
dihidroksilasi ini selanjutnya mengalami konjugasi menjadi metabolit polar non
toksik oleh enzim glutation (Murray et al, 2009)
Hepar mampu mensekresikan enzim-enzim transaminase di saat sel-selnya
mengalami gangguan. Kadar transaminase yang tingginya biasanya menunjukkan
kelainan dan nekrosis hati (Husada, 2009). Enzim-enzim tersebut masuk dalam
peredaran darah. Transaminase merupakan indikator yang peka pada kerusakan selsel hati. Enzim-enzim tersebut adalah :
A.4.a Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) / Aspartat
aminotransaminase (AST)
AST adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam hati,
jantung, ginjal, dan otak. Bila jaringan tersebut mengalami kerusakan yang
akut, kadarnya dalam serum meningkat. Diduga hal ini disebabkan karena
bebasnya enzim intraseluler dari sel-sel yang rusak ke dalam sirkulasi.
Kadar yang sangat meningkat terdapat pada nekrosis hepatoseluler atau
infark miokard (Akbar, 2009).
AST melakukan reaksi antara asam aspartat dan asam alfaketoglutamat. AST berada dalam sel parenkim hati. AST meningkat pada
kerusakan hati akut, tetapi juga terdapat dalam sel darah merah dan otot
skelet. Oleh karena itu, tidak spesifik untuk hati. AST berfungsi untuk
mengubah aspartat dan -ketoglutarat menjadi oxaloasetat dan glutamat
Serum
Glutamat
Piruvat
Transaminase
(SGPT)
Alanin
aminotransferase (ALT)
Enzim ini mengkatalasis pemindahan satu gugus amino antara lain
alanin dan asam alfa ketoglutarat. Terdapat banyak di hepatosit dan
konsentrasinya relatif rendah di jaringan lain. Kadar normal dalam darah 535 IU/liter dan ALT lebih sensitif dibandingkan AST (Sacher dan
McPerson, 2004).
Kadar SGPT dan SGOT serum meningkat pada hampir semua penyakit
hati. Kadar yang tertinggi ditemukan dalam hubungannya dengan keadaan
yang menyebabkan nekrosis hati yang luas seperti hepatitis virus yang
berat, cedera hati akibat toksin, atau kolaps sirkulasi yang berkepanjangan.
Peningkatan yang lebih rendah ditemukan pada hepatitis akut ringan
demikian pula pada penyakit hati kronik difus maupun lokal (Podolsky dan
Isselbacher, 2011). Kadar mendadak turun pada penyakit akut, menandakan
bahwa sumber enzim yang masih tersisa habis. Kalau kerusakan oleh
radang hati hanya kecil, kadar SGPT lebih dini dan lebih cepat meningkat
dari kadar SGOT (Widmann, 2000).
B. Tes Fungsi Hati
Fungsi hati mengatur begitu banyak metabolit, ada juga test dan tindakan tertentu
yang berkorelasi baik dengan keutuhan struktural dan fungsional dari hati. Test-test itu
diberi nama test fungsi hati (TFH) (Widmann,2000). Penyakit hati yang berbeda akan
menyebabkan kerusakan yang berbeda dan tes fungsi hati dapat menunjukkan perbedaan
ini. Hasil tes fungsi hati dapat memberi gambaran mengenai penyakit apa yang mungkin
menyebabkan kerusakan, tetapi tes ini tidak mampu mendiagnosis akibat penyakit hati,
tetapi tidak memberi gambaran yang tepat. Namun, kecenderungan hasil tes fungsi hati
memberi gambaran mengenai tingkat peradangan (Podolsky dan Isselbacher, 2011)
Pemeriksaan kimia darah digunakan untuk mendeteksi kelainan hati, menentukan
diagnosis, mengetahui berat ringannya penyakit, mengikuti perjalanan pennyakit, dan
DBN
>BAN-2,5
BAN
BAN
x >2,5-5,0
x >5,0-20,0
3
4
x >20,0 x BAN
x >20,0 x BAN
BAN
BAN
BAN
Ket : DBN = Dalam Batas Normal, BAN = Batas Atas Normal (King PD & Perry MC,
2001)
Berikut dapat dilihat karakteristik enzim aminotransferase terkait hati pada tabel 2.4
Aspartat
Alanin
aminotransferase
(SGPT)
aminotransferase
Terdapat
di
(SGOT)
jaringan Lebih banyak di jantung Konsentrasinya relatif rendah
selain hati
dibandingkan
di
Lokasi di hepatosit
Sitoplasma
Rentang rujukan dalam 5-40 IU/liter
5-35 IU/liter
35-57 jam
Sangat sensitif
kerusakan
inflamatorik
akut
Perubahan
pada Meningkat
C. Parasetamol
Asetaminofen atau parasetamol adalah salah satu obat yang terpenting untuk
pengobatan nyeri ringan sampai sedang, bila efek antiinflamasi tidak diperlukan.
(Wilmana, 2007). Asetaminofen adalah metabolit fenasetin yang bertanggung jawab atas
efek analgesiknya. Obat ini adalah penghambat prostaglandin yan lemah pada jaringan
perifer dan tidak mempunyai efek anti-inflamasi yang bermakna (Wilmana, 2007)
C.1 Farmakokinetik
Asetaminofen diberikan per oral. Absorpsi tergantung pada kecepatan
pengosongan lambung, dan kadar pucak di dalam darah biasanya tercapai dalam
waktu 30-60 menit (Rang dan Dale, 2007). Asetaminofen sedikit terikat dengan
protein plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan diubah
menjadi asetaminofen sulfat dan glukoronida, yang secara farmakologi tidak aktif.
Kurang dari 5% diekskresikan dalam bentuk tidak berubah. Suatu metabolit minor
tetapi sangat aktif (N-asetil-p-benzokuinon), penting pada dosis besar, karena
toksisitasnya terhadap hati dan ginjal. Pada jumlah toksik atau adanya penyakit hati,
waktu paruhnya bisa meningkat dua kali lipat atau lebih. (Goodman dan Gillman,
2012)
gugusan sulfihidril yang dapat menetralisasi metabolit toksik. Untuk tujuan ini
digunakan asetilsistein. (Goodman dan Gillman, 2012)
C.4 Dosis
Nyeri akut dan demam dapat ditanggulangi dengan 325-500 mg 4 kali sehari dan
untuk anak-anak dalam dosis lebih kecil yang sebanding. Kadar mantap dalam darah
dicapai dalam satu hari. (Katzung, 2010) Parasetamol dapat menimbulkan
hepatotoksisitas pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200- 250 mg/kg BB).
(Rang dan Dale, 2007)
C.5 Hepatotoksisitas Obat Parasetamol
Hepatotoksisitas disebabkan oleh overdosis pemakaian parasetamol. Akibat efek
ini, parasetamol merupakan obat yang paling sering digunakan untuk bunuh diri
(Rang dan Dale, 2007). Dengan pemakaian dosis toksik parasetamol, enzim akan
sangat jenuh dalam mengkatalisis reaksi konjugasi normal. Enzim P450 akan
mengubah obat menjadi metabolit reaktif N-acetyl-p-benzoquinonone imine
(NAPBQI). Bila jumlah NAPBQI tinggi, maka serangkaian reaksi kovalen dan non
kovalen yang dapat menyebabkan kematian dari sel hepar dapat terjadi. Selain itu,
stres oksidatif akibat deplesi GSH dapat pula menginduksi kematian sel (Rang dan
Dale, 2007).
Gambar 2.1 Mekanisme potensial kematian sel hepar dari metabolisme parasetamol
sampaibentuk N-acetyl-p-benzoquinone imine (NAPBQI).
D. Aloe Vera
Lidah buaya (Aloe vera) adalah sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan
tahun silam dan digunakan sebagai penyembuh luka dan untuk perawatan kulit. Seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman lidah buaya
berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan
makanan dan minuman kesehatan (Bill, 2010)
Tanaman ini termasuk keluarga Lilicaea yang memiliki 4.000 jenis dan terbagi ke
dalam 240 marga dan 12 anak suku. Berikut ini penggolongan klasifikasi lidah buaya.
(Bill, 2010)
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Liliflorae
Suku
: Liliceae
Genus
: Aloe
Spesies
: Aloe Vera
D.1 Jenis
Varietas tanaman lidah buaya mencapai lebih dari 200 jenis dari sekian banyak
varietas tersebut ada 3 jenis lidah buaya yang paling populer dan diperdagangkan
secara komersil untuk bahan baku obat dan industri yang meliputi (Edi, 2002) :
D.1.a Aloe ferox Miller
Bentuk daun agak cekung pada bagian atas, duri tidak hanya terdapat pada
tepi daun, tetapi juga pada bagian bawah dan atas daun. Duri pada bagian atas
lebih sedikit dibandingkan dengan duri bagian daun yang lain. Warna daun
hijau keabu-abuan dan berlapis lilin. Panjang daun mencapai 50-80 cm dan
lebar 10-15 cm. Daging pelepah sangat keras dengan keterbalan 1-2 cm dan
rasanya pahit. (Edi, 2002)
D.1.b Aloe barbadensis Miller
Bentuk daun bagian atas cembung, warna daun hijau tua dan berlapis lilin
yang sangat tebal. Duri hanya terdapat pada tepi daun. Panjang daun bisa
mencapai 60-80 cm, lebar 10-14 cm, dan tebal 2-3 cm. Berat pelepah antara
1,2 1,5 kg per pelepah (Edi, 2002)
D.1.c Aloe chinensis Baker
Bentuk daun agak cekung pada bagian atas, berwarna hijau muda, dan
mempunyai lapisan lilin tipis pada permukaan bawah daun. Lidah buaya jenis
ini mempunyai panjang daun 50-80 cm, lebar 10-14 cm, dan tebal 2-3 cm
dengan berat pelepah mencapai 0,8 1,5 kg per pelepah. Seperti halnya Aloe
barbadensis Miller, Aloe chinensis Baker hanya mempunyai duri pada bagian
tepi daun (Edi, 2002)
D.2 Kandungan lidah buaya
Lidah buaya mengandung air sebanyak 95%. Sisanya berupa bahan aktif (active
ingredients) antara lain minyak esensial, asam amino, mineral, vitamin, enzim, dan
glikoprotein. Berikut tabel 2.5 menunjukkan kandungan kimia lidah buaya dalam
100 gram bahan (Jatnika dan Saptoningsih, 2009).
Tabel 2.5 Kandungan kimia lidah buaya
No.
1.
Komponen
Air
2.
Nilai
95,51%
a. Lemak
0,067%
b. Karbohidrat
0,043%
c. Protein
0,038%
d. Vitamin A
4,59 IU
e. Vitamin C
3,47 Mg
Berikut dapat dilihat tabel 2.6 yang menjelaskan mengenai rincian komposisi bahan
kimia lidah buaya (Aloe vera) disertai dengan manfaatnya
Tabel 2.6 Rincian komposisi bahan kimia lidah buaya (Aloe vera)
Kelas
Anthraquin
Komponen
Aloe-emodin, aloetic-acid,
Kegunaan
Aloin dan emodin memiliki efek
ones/anthro
anthranol, barbaloin,
nes
isobarbaloin , emodin,
dan antiviral
Glikoprotein yang memiliki
acetylated glucomannan,
glucogalactomannan, galactan,
galactogalacturan,
inflamasi
arabinogalactan,
galactoglucoarabinomannan,
Chromones
-7-O-methlyaloediol A,
inflamasi
8-C-glucosyl-(S)-aloesol,
8-C-glucosyl-7-O-methylaloediol
A,
8-C-glucosyl-7-0-methylaloediol,
8-C-glucosyl-noreugenin,
isoaloeresin D, isorabaichromone,
Enzim
neoalosin A
Alkaline phosphatese,
amylase,bradykinase,
carboxypeptidase,
catalase,cyclooxidase,
cyclooxygenase,lipase, oxidase,
phosphoenolpyruvate,
carboxylase,
Komponen
superoxide dismutase
Calsium,chlorine,
Anorganik
chromium,
copper,iron,magnesium,
manganese,potassium,phosphoros
Komponen
sodium,Zinc
Arachidonic acid,
merupakan antioksidan
Terdiri dari asam salisilat yang
organik dan
Y-linolenic acid,
lipid
steroids(campestrol,
cholesterol, Bsitosterol),
triglycerides, triterpenoid,
gibberillin,
lignins,potassium sorbate,salicylic
acid,
Protein
Sakarida
uric acid
Lectins, lectin-like substance
Mannose, glucose, L-rhamnose,
efek antiseptik.
Antiinflamasi dan Antioksidan
Mannosa Bertindak sebagai
Vitamin
aldopentose
Vitamin A, B12,C, E,choline and
folic acid
mitokondria
akan
menghasilkan
ROS
dan
RNS
yang
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Class
: Mammalia
Order
: Rodentia
Family
: Muridae
Genus
: Rattus
Species
: Norvegicus
F. Kerangka Konseptual
Ekstrak Aloe
vera
Flavano
id
Menstimula
si Glutation
Parasetamol
Vitamin
C
N-asetil-p-benzo-quinon
(NAPQI) (Radikal Bebas)
Antioksidan
Berikatan dengan
makromolekul hepar
Kerusakan Sel
Hepar
Nekrosis
Keterangan :