Sie sind auf Seite 1von 18

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG1,2,3
HPV atau Human Papilloma Virus adalah virus yang menyerang leher rahim dan
penyebab utama yaitu sekitar 70% dari kasus terjadi nya Kanker Serviks.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan
penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal
dunia akibat kanker serviks.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati
peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di
dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan kira-kira
sebanyak 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian.Menurut WHO, Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia.Mengapa bisa
begitu berbahaya? Pasalnya, kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut. Sulit sekali
dideteksi hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut.
Maka adanya deteksi sejak dini amat lah penting.Jika kanker serviks ditemukan dalam
tahap pra kanker,maka masih terdapat potensi untuk kesembuhan.Tes yang bisa dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan kanker serviks adalah dengan melakukan tes Pap (mengambil lendir
dari serviks untuk dites di laboratorium), tes HPV-DNA (tes biomolekuler), Kolposkopi ( alat
pemeriksaan berupa teropong) dan tes IVA (tes menggunakan asam asetat 3-5 persen, murah,dan
bisa dilakukan dengan tenaga kesahatan siapapun yang terlatih).
Perjalanan dari infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks memakan waktu yang cukup
lama yaitu sekitar 10 hingga 20 tahun.Namun,proses penginfeksian ini seringkali tidak disadari
oleh para penderita, karena proses HPV kemudian menjadi pra-kanker sebagian besar
berlangsung tanpa gejala.Karena itu,Vaksinasi Kanker Serviks sangat dianjurkan. Berdasarkan
penelitian, terbukti bahwa vaksin yang menargetkan HPV tipe 16 dan 18 berpotensi mencegah
lebih dari 70 persen kasus kanker serviks di dunia.
2. Tujuan
2.1 Mengetahui definisi HPV
2.2 Mengetahui etiologi,klasifikasi,gejala dan faktor resiko dari kanker aerviks
2.3 Mengetahui cara deteksi dini dan diagnosis kanker serviks
2.4 Mengetahui dampak dari pemberian kontraindikasi,dan jadwal pemberian vaksin kanker
serviks
3. Rumusan Masalah
3.1 Bagaimana farmakodinamik dan farmakokinetik dari pemberian vaksin Kanker
Serviks/HPV?
3.2 Siapa saja yang seharusnya mendapatkan vaksin Kanker Serviks/HPV?
3.3 Apakah dampak dan kontra indikasi dari pemberian vaksin Kanker Serviks/HPV?
3.4 Bagaimana terapi dan penatalaksanaan Kanker Serviks?

TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN HPV4

HPV atau Human Pappiloma Virus adalah virus penyebab kanker serviks yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Saat ini diketahui ada ratusan jenis HPV, sekitar 30 jenis HPV ini
berdampak pada kelamin baik wanita maupun pria dan menyebabkan keadaan seperti kutil
kelamin dan bahkan hal yang lebih serius lagi seperti kanker.
Meskipun HPV bertanggung jawab baik pada kutil kelamin dan kanker serviks pada
wanita, mereka disebabkan oleh jenis virus yang berbeda. Jadi, jika anda mengidap kutil
kelamin, anda belum tentu beresiko terkena kanker serviks. Jika anda terkena tipe HPV yang
membuat anda berada pada resiko kanker serviks, maka kutil kelamin tidak akan muncul
karenanya.
HPV menyebar melalui kontak kulit kelamin saat hubungan seksual. Ini berarti tidak
harus terjadi penetrasi untuk terkena virus ini. Penetrasi vagina dan anus juga merupakan metode
penularan HPV. Anda bisa terkena HPV melalui oral seks, meskipun kemungkinannya kecil.
ETIOLOGI KANKER SERVIKS5
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak
terkendali. Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV atau
virus papiloma manusia). Sekitar 70% kejadian kanker serviks merupakan akibat dari HPV 16
dan HPV 18. Awalnya sel kanker berkembang dari serviks / mulut rahim yang letaknya berada di
bawah rahim dan di atas vagina. Oleh sebab itu kanker serviks disebut juga kanker leher rahim
atau kanker mulut rahim. Di mulut rahim ada dua jenis sel, yaitu sel kolumnar dan sel skuamosa.
Sel skuamus ini sangat berperan dalam perkembangan kanker serviks. Kanker serviks dapat
terjadi jika infeksi HPV tidak sembuh dalam waktu yang lama. Apalagi dengan sistem imun atau
kekebalan tubuh yang rendah, infeksi akan mengganas dan menyebabkan sel kanker. Virus ini
dapat menyebar melalui sentuhan: misalnya, ada virus HPV di tangan Anda, lalu Anda
menyentuh daerah genital, maka daerah serviks Anda dapat terinfeksi. Atau bisa juga dari kloset
di WC umum yang sudah terkontaminasi virus.
GEJALA KANKER SERVIKS4,5,6
Ada beberapa gejala yang muncul saat terinfeksi HPV. Kutil kelamin adalah gejala yang
disebabkan oleh tipe HPV yang menyebabkan kutil kelamin, namun seseorang dapat terinfeksi
selama beberapa tahun sebelum muncul kutil kelamin. Ada juga orang yang terinfeksi HPV tapi
tidak terlihat adanya kutil kelamin.
Wanita yang terinfeksi jenis HPV yang menjadi penyebab kanker serviks biasanya tidak
mengalami gejala-gejala tertentu. Karena tidak ada gejala, melakukan pap smear secara rutin
adalah factor yang sangat membantu dalam mendeteksi adanya kelainan pada serviks yang
disebabkan oleh HPV.
Kanker leher rahim pada stadium awal tidak menunjukkan gejala yang khas, bahkan bisa
tanpa gejala. Namun, kadang dapat ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
Keputihan abnormal atau keluar cairan encer dari vagina.
Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang

abnormal.
Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.

Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.


Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila
nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu,

bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.


Pada stadium lanjut, badan terjadi penurunan berat badan drastis karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.

KLASIFIKASI KANKER SERVIKS5


Pembagian stadium klinik ditetapkan oleh IFGO ( International Federation of Karsinoma and
Obstetric) 1985 sebagai berikut:
Karsinoma pra Invasif:
Stadium 0: karsinoma insitu
Karsinoma invasif:
Stadium I: karsinoma terbatas pada leher rahim ( tidak termasuk perluasan ke korpus uteri)
IA: karsinoma pra klinik ( diagnosa atas dasar pemeriksaan mikroskopis)
IA1: invasive stroma minimal mikroskopis
IA2: lesi dapat diukur secara mikroskopis. Batas invasi membrane basalis 5mm dan
permukaan atau kelenjar dan penyeberan horizontal 7mm.
IB: lesi yanglebih luas dari IA2 yang secara klinis tampak atau tidak.
Stadium II: kanker meluas ke luar leher rahim belum mencapai dinding panggul, kanker sudah
mencapai vagina tapi belum mencapai 1/3 distol
IIA: parametrium masih bebas
IIB: parametrium sudah terkena
StadiumIII: kanker sudah mencapai dinding panggul, tumor mencapai dinding panggul, tumor
mencapai 1/3 distal vagina. Semua kasus dengan hironefosis dan ginjal yang tidak berfungsi
kecuali penyebabnya oleh hal lain
IIIA: belum mencapai dinding panggul
IIIB: sudah mencapai dinding panggul
Stadium IV: kanker sudah meluas ke luar pelvis minor atau secara klinis sudah mengenai mukosa
kandung kemih dan atau rectum.
IVA: menyebar ke organ sekitar
IVB: menyebar ke organ jauh
FAKTOR RESIKO KANKER SERVIKS5,6
Sejumlah faktor risiko atau penyebab kanker serviks:
1) Wanita berusia di atas 40 tahun lebih rentan terkena kanker serviks. Semakin tua maka
semakin tinggi risiko.
2) Faktor genetik tidak terlalu berperan dalam terjadinya kanker serviks. Namun hal ini bukan
berarti jika keluarga bebas kanker serviks maka seseorang tersebut tidak akan terkena.
3) Hubungan seksual di usia yang terlalu muda, berganti-ganti partner seks, atau berhubungan
seks dengan pria yang sering berganti pasangan. Virus HPV dapat menular melalui hubungan
seksual. Ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah di manusia seperti 2 subtipe HPV
dengan risiko tinggi keganasan yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan pada 70% kanker serviks
serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts (kutil kelamin).
4) Memiliki terlalu banyak anak (lebih dari 5 anak). Peningkatan paritas (jumlah kehamilan) juga
merupakan faktor risiko kanker serviks. Pada saat seseorang melahirkan secara alami, janin akan
melewati serviks dan menimbulkan trauma pada serviks, yang dapat memicu aktifnya sel kanker.

Semakin sering janin melewati serviks, semakin sering trauma terjadi, semakin tinggi resiko
kanker serviks.
5) Keputihan yang berlangsung terus-menerus dan tidak diobati. Ada dua macam keputihan,
yaitu normal dan tidak normal. Pada keputihan yang normal, lendir berwarna bening, tidak bau
dan tidak gatal.
6) Membasuh atau membersihkan genital dengan air yang tidak bersih, misalnya air sungai atau
air di toilet umum yang tidak terawat. Air yang kotor banyak mengandung kuman dan bakteri.
7) Pemakaian pembalut wanita yang mengandung bahan dioksin (bahan pemutih yang dipakai
untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari barang bekas).
8) Daya tahan tubuh yang lemah, kurangnya konsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat.
Kebiasaan merokok juga menambah risiko kanker serviks.
9) Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh). Pada wanita imunokompromise
(penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi
(mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas menjadi
ganas)
10) Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan
risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Penggunaan metode kontrasepsi barrier (penghalang),
terutama yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka
kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap agen
penyebab infeksi
11) Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel
skuamosa. Faktor risiko meningkat 2 kali dengan risiko tertinggi didapatkan pada orang yang
merokok dalam jangka waktu lama dengan intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak)

DETEKSI DAN DIAGNOSIS KANKER SERVIKS7


Tes Pap Smear

Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan Pap Smear
secara teratur. Tes Pap (kadang-kadang disebut Pap smear atau smear serviks) adalah suatu tes
sederhana yang digunakan untuk mengamati sel sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan
adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (prakanker) yang dapat menyebabkan kanker
serviks. Menemukan dan mengobati sel abnormal kebanyakan dapat mencegah terjadinya kanker
serviks. Juga, tes Pap dapat membantu menemukan kanker lebih dini, ketika pengobatan masih
bisa dilakukan dengan cukup efektif.
Agar Tes Pap Smear Akurat :

Jangan menjadwalkan tes di waktu haid

Jangan melakukan hubungan seksual selama 48 jam sebelum tes.

Jangan melakukan 'douche' (menyemprotkan air ke dalam vagina untuk keperluan


pembersihan) 48 jam sebelum tes.

Jangan menggunakan pembalut, busa pengendalian kelahiran, jeli, obat-obatan

vagina

atau krim vagina lainnya selama 48 jam sebelum tes. Bagi kebanyakan wanita, Tes Pap
tidak menyakitkan. Tes ini bisa dilakukan di tempat praktek dokter atau klinik selama
pemeriksaan panggul. Dokter atau perawat mengambil sampel sel dari leher rahim.
Laboratorium kemudian memeriksa sel-sel di bawah mikroskop untuk melihat apakah
ada perubahan sel. Yang paling sering terjadi adalah, sel sel abnormal yang ditemukan
oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk
pengujian infeksi HPV.
Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan metode
pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati
apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga
relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang
mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan. Jika hasil tes Pap
atau IVA anda tidak normal, dokter anda akan menganjurkan tes lain untuk membuat diagnosis,
yaitu :

Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim. Kolposkop


menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk membuat jaringan lebih mudah
dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di
tempat praktek dokter atau klinik.

Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek
dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk
memeriksa adanya sel-sel abnormal.

Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil
jaringan serviks.

LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat tipis dari
jaringan serviks.

Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk
mengikis contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan
kuas tipis lembut, bukan kuret.

Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah


conization atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah ada sel-sel
abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin
melakukan tes ini di rumah sakit dengan bius total.

Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan perdarahan. Daerah ini
biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip

dengan kram menstruasi. Dokter dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi
rasa sakit anda.
Tes Untuk Menentukan Stadium
Jika tes biopsi menunjukkan bahwa anda terserang kanker, dokter anda perlu mempelajari
tingkatan / stadium dari penyakit ini untuk membantu anda memilih perawatan yang terbaik.
Penetapan stadium merupakan upaya hati-hati untuk mengetahui apakah tumor telah menyerang
jaringan di sekitarnya, apakah kanker telah menyebar dan, jika demikian, menyebar ke bagian
tubuh yang mana. Kanker serviks paling sering menyebar ke jaringan terdekat di panggul,
kelenjar getah bening, atau paru-paru. Kanker ini juga bisa menyebar ke hati atau tulang. Ketika
kanker menyebar dari tempat asalnya ke bagian lain tubuh, kanker tersebut tetap mempunyai
jenis yang sama seperti sel-sel kanker yang asli. Sebagai contoh, jika kanker serviks menyebar ke
paru-paru, sel-sel kanker di paru-paru itu sebenarnya sel-sel kanker serviks/leher rahim.
Penyakitnya adalah kanker serviks metastasis, bukan kanker paru paru. Untuk alasan itu,
penyakit itu diobati sebagai kanker serviks/leher rahim, bukan kanker paru-paru. Dokter
menyebutnya tumor baru "jauh" atau penyakit metastasis. Dokter anda akan melakukan
pemeriksaan panggul, meraba pembengkakan kelenjar. getah bening, dan dapat menghapus
jaringan tambahan. Untuk mempelajari sejauh mana kanker telah menyebar, dokter akan
melakukan beberapa tes berikut :

Sinar X dada : sinar X sering bisa menunjukkan apakah kanker telah menyebar ke paruparu.

CT scan : Sebuah mesin x-ray yang dihubungkan ke komputer mengambil serangkaian


gambar detil dari organ-organ anda. Sebuah tumor di hati, paru-paru, atau di tempat lain
dalam tubuh dapat terlihat pada CT scan. Anda mungkin menerima bahan kontras melalui
suntikan di lengan atau tangan, melalui mulut, atau dengan enema. Bahan kontras
membuat daerah abnormal lebih mudah untuk dilihat.

MR I: Sebuah magnet kuat yang dihubungkan ke komputer digunakan untuk membuat


gambar rinci panggul dan perut. Dokter dapat melihat gambar di monitor dan dapat
mencetak mereka pada film. MRI dapat menunjukkan apakah kanker telah menyebar.
Kadang-kadang bahan kontras membuat daerah abnormal muncul lebih jelas pada
gambar.

PET scan : Anda menerima suntikan dari sejumlah kecil gula radioaktif. Sebuah mesin
membuat gambar terkomputerisasi gula yang digunakan oleh sel dalam tubuh anda. Selsel kanker menyerap gula lebih cepat dari sel normal, dan area kanker terlihat terang pada
gambar.

PEMBAHASAN MASALAH

VAKSIN KANKER SERVIKS


Macam vaksin HPV antara lain :
1.Gardasil (quadrivalent : HPV types 6,11,16 dan 18) 0.5 ml IM ,injeksi diberikan 3kali pada
bulan 0,2,6.
2.Cervarix (bivalent : HPV types 16 dan 18) 0.5 ml injeksi diberikan 3 kali pada bulan 0,2,6
Penerima vaksin : wanita usia produktif 30-35 tahun,anak perempuan muda yang belum aktif
aktifitas sexualnya 9-20 tahun
Indikasi : Cervical, vulvar, dan kanker vaginal yang disebabkan oleh HPV tipe 16 & 18 dan
Genital warts (condyloma acuminata) yang disebabkan oleh HPV tipe 6 & 11
Mekanisme kerja : Cara kerja dari vaksin ini dengan merangsang antibodi respon kekebalan
tubuh alami dalam tubuh agar tidak terserang infeksi HPV. Vaksin HPV terbukti efektif hanya
jika diberikan pada orang yang belum pernah terkena infeksi HPV, karena itu dianjurkan pada
saat seseorang belum aktif secara seksual.
Farmako kinetik

Vaksin di berikan secara intramuscular,di injeksikan biasanya melalui deltoid


Farmakodinamik :
Drug interactions : Gardasil dapat diberikan berbarengan (pada tempat yang berbeda) dengan
hepatitis B vaccine, Menactra (Meningococcal Polysaccharide Diphtheria Toxoid Conjugate
Vaccine), dan Adacel (Tetanus Toxoid, Reduced Diphtheria Toxoid and Acellular Pertussis
Vaccine Adsorbed). Penggunaan obat immunosuppressant mengurangi efesiensi Gardasil.
Hormonal contraceptives tidak berpengaruh pada Gardasil.
KONTRAINDIKASI VAKSIN KANKER SERVIKS/HPV8,9

Riwayat reaksi alergi berat yang dapat mengancam jiwa (misalnya anafilaksis) setelah
diberikan pada dosis sebelumnya atau alergi karena kandungan komponen dari vaksin

Vaksin HPV tidak direkomendasikan untuk wanita hamil. Meskipun demikian jika vaksin
HPV diberikan saat hamil, kehamilan tidak harus dihentikan. Wanita yang sedang
menyusui juga boleh mendapat vaksin HPV.

Orang yang sakit ringan boleh mendapat vaksin HPV. Akan tetapi, orang yang sakit berat
harus menunda sampai kondisinya membaik.

EFEK SAMPING PEMBERIAN VAKSIN KANKER SERVIKS/HPV10


The HPV cevarix vaccine
The HPV cevarix vaccine telah digunakan di seluruh dunia selama beberapa tahun dan
telah terbukti sangat aman. Namun, obat apapun mungkin bisa menyebabkan masalah serius,
seperti reaksi alergi yang berat. Risiko vaksin menyebabkan cedera serius atau kematian masih
sangat kecil. Reaksi alergi dari vaksin yang dapat mengancam nyawa juga sangat jarang terjadi.
Namun jika hal itu terjadi maka hal tersebut akan terjadi dalam waktu beberapa menit hingga
beberapa jam setelah vaksinasi. Vaksin HPV telah diketahui memiliki beberapa masalah ringan
hingga sedang/moderat. Namun tidak berlangsung lama dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Reaksi yang biasa di timbulkan:

Nyeri (angka kejadian 9 dari 10 orang)

Kemerahan atau pembengkakan (angka kejadian 1 dari 2 orang)

Reaksi ringan lain yang dapat di timbulkan:

Demam dari 99,5 atau lebih tinggi derajat Fahrenheit (angka kejadian 1 dari 8 orang)

Sakit kepala atau kelelahan (angka kejadian 1 dari 2 orang)

Mual, muntah, diare, atau sakit perut (angka kejadian 1 dari 4 orang)

Otot atau nyeri sendi (angka kejadian 1 dari 2 orang)

Pingsan singkat dan gejala terkait (seperti gerakan menyentak)

Dapat terjadi setelah prosedur medis, termasuk vaksinasi. Duduk atau berbaring selama
sekitar 15 menit setelah vaksinasi dapat membantu mencegah pingsan dan luka yang disebabkan
karena jatuh. Jika mengalami pusing, perubahan pengelihatan atau dengung pada telinga, maka
harus di laporkan kepada dokter. Seperti semua vaksin, vaksin HPV akan terus dipantau untuk
jika timbul masalah yang tidak biasa atau berat.
The HPV-Gardasil vaccine
The HPV-Gardasil vaksin telah digunakan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia selama
enam tahun terakhir dan telah terbukti sangat aman. Namun, obat apapun mungkin bisa
menyebabkan masalah serius, seperti reaksi alergi yang berat. Risiko vaksin menyebabkan
cedera serius atau kematian masih sangat kecil. Reaksi alergi dari vaksin yang dapat mengancam
nyawa juga sangat jarang terjadi. Namun jika hal itu terjadi maka hal tersebut akan terjadi dalam
waktu beberapa menit hingga beberapa jam setelah vaksinasi. Vaksin HPV telah diketahui
memiliki beberapa masalah ringan hingga sedang/moderat. Namun tidak berlangsung lama dan
dapat sembuh dengan sendirinya.
Reaksi pada tangan dimana vaksin tersebut biasa di berikan:

Nyeri (angka kejadian 8 dari 10 orang)

Kemerahan atau pembengkakan (angka kejadian 1 dari 4 orang)

Demam:

Ringan (100 F) (angka kejadian 1 dari 10 orang)

Sedang (102 F) (angka kejadian 1 dari 65 orang)

Masalah lain yang mungkin timbul:

Sakit kepala (sekitar 1 orang 3)

Pingsan singkat dan gejala terkait (seperti gerakan menyentak)


Hal ini dapat terjadi setelah prosedur medis, termasuk vaksinasi. Duduk atau berbaring

selama sekitar 15 menit setelah vaksinasi dapat membantu mencegah pingsan dan luka yang
disebabkan karena jatuh. Jika mengalami pusing, perubahan pengelihatan atau dengung pada
telinga, maka harus di laporkan kepada dokter. Seperti semua vaksin, vaksin HPV akan terus
dipantau untuk jika timbul masalah yang tidak biasa atau berat.
REKOMENDASI DAN JADWAL PEMBERIAN VAKSIN9

Wanita: vaksinasi rutin

Vaksin HPV direkomendasikan untuk wanita usia 11-12 tahun. Sudah bisa diberikan sejak usia 9
tahun. Kenapa pada usia ini? Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan vaksin HPV
sebelum mereka aktif secara seksual karena mereka belum terekspos terhadap HPV. Jika wanita

sudah pernah terekspos dengan HPV, maka vaksinnya tidak akan bekerja dengan baik atau tidak
akan bekerja sama sekali.

Wanita: catch up

Vaksin ini juga direkomendasikan bagi wanita usia 13-26 tahun yang belum pernah memperoleh
ketiga dosis tersebut sebelumnya.

Pria

Pria usia 9-26 tahun bisa mendapat vaksin HPV untuk mencegah kutil genital. Seperti halnya
pada wanita, sebaiknya diberikan sebelum kontak seksual aktif.
Vaksin HPV diberikan 3 dosis. Dosis kedua diberikan dengan jarak 1-2 bulan setelah dosis
pertama. Dosis ketiga diberikan setelah 6 bulan dari dosis pertama. Vaksin HPV juga bisa
diberikan bersamaan dengan vaksin lain.
PENGOBATAN KANKER SERVIKS
Tiga jenis utama dari pengobatan untuk kanker serviks adalah operasi, radioterapi, dan
kemoterapi.
Stadium pra kanker hingga 1A biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien masih ingin
memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan.
Untuk stadium IB dan IIA kanker serviks:

Bila ukuran tumor < 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa kemo
Bila ukuran tumor >4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi,
ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan dengan histerektomi

Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo berbasis
cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo dengan
kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.
Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuannya pengobatan adalah untuk mengangkat atau
menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Kadang-kadang pengobatan ditujukan untuk
mengurangi gejala-gejala. Hal ini disebut perawatan paliatif.
PEMBEDAHAN UNTUK KANKER SERVIKS
Ada beberapa jenis operasi untuk kanker serviks. Beberapa melibatkan pengangkatan rahim
(histerektomi), yang lainnya tidak. Daftar ini mencakup jenis operasi yang paling umum untuk
kanker serviks.
Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke dalam vagina dan
pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukan mereka.

Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ad adi dalam leher rahim
(stadium 0), tapi bukan kanker invasif yang telah menyebar ke luar leher rahim.
Bedah Laser
Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil dari
jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan
untuk kanker serviks pra-invasif (stadium 0).
Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan pisau bedah atau laser tau menggunakan kawat tipis yang dipanaskan oleh listrik
(prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ). Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan
atau mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I). Hal ini jarang digunakan sebagai satusatunya pengobatan kecuali untuk wanita dengan kanker serviks stadium dini yang mungkin
ingin memiliki anak. Setelah biopsi, jaringan (berbentuk kerucut) diangkat untuk diperiksa di
bawah mikroskop. Jika batas tepi dari kerucut itu mengandung kanker atau pra-sel kanker,
pengobatan lebih lanjut akan diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sel-sel kankernya
telah diangkat.
Histerektomi
Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup jaringan yang berada di
dekatnya. Baik vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat
diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut (perut) atau melalui vagina. Setelah operasi
ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa
kanker serviks stadium awal (I). Hal ini juga digunakan untuk stadium pra-kanker serviks (o),
jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi.
Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: pada operasi ini, dokter bedah
akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, bagian atas vagina yang berbatasan
dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Operasi
ini paling sering dilakukan melalui pemotongan melalui bagian depan perut dan kurang sering
melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Sebuah
histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul adalah pengobatan yang umum
digunakan untuk kanker serviks stadium I, dan lebih jarang juga digunakan pada beberapa kasus
stadium II, terutama pada wanita muda.

Dampak seksual dari histerektomi: Setelah histerektomi, seorang wanita masih dapat merasakan
kenikmatan seksual. Seorang wanita tidak memerlukan rahim untuk mencapai orgasme. Jika
kanker telah menyebabkan rasa sakit atau perdarahan, meskipun demikian, operasi sebenarnya
bisa memperbaiki kehidupan seksual seorang wanita dengan cara menghentikan gejala-gejala ini.
Trachelektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan wanita muda tertentu
dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini
melibatkan pengangkatan serviks dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada jahitan
berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim.
Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini dilakukan baik melalui vagina
ataupun perut.
Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan melahirkan
bayi yang sehat melalui operasi caesar. Dalam sebuah penelitian, tingkat kehamilan setelah 5
tahun lebih dari 50%, namun risiko keguguran lebih tinggi daripada wanita normal pada
umumnya. Risiko kanker kambuh kembali sesudah pendekatan ini cukup rendah.
Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan yang disebutkan di atas, pada jenis operasi ini:
kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar juga diangkat. Operasi ini digunakan
ketika kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya.
Jika kandung kemih telah diangkat, sebuah cara baru untuk menyimpan dan membuang air kecil
diperlukan. Sepotong usus pendek dapat digunakan untuk membuat kandung kemih baru. Urine
dapat dikosongkan dengan menempatkan sebuah tabung kecil (disebut kateter) ke dalam lubang
kecil di perut tersebut (disebut: urostomi). Atau urin bisa mengalir ke kantong plastik kecil yang
ditempatkan di bagian depan perut.
Jika rektum dan sebagian usus besar diangkat, sebuah cara baru untuk melewati kotoran/feses
diperlukan. Hal ini dilakukan dengan kolostomi, yaitu dibuat lubang pembukaan di perut dimana
kotoran dapat dikeluarkan. Atau ahli bedah mungkin dapat menyambung kembali usus besar
sehingga tidak ada kantung di luar tubuh yang diperlukan. Jika vagina diangkat, sebuah vagina
baru yang terbuat dari kulit atau jaringan lain dapat dibuat/direkonstruksi.

Diperlukan waktu lama, 6 bulan atau lebih, untuk pulih dari operasi ini. Beberapa mengatakan
butuh waktu sekitar 1-2 tahun untuk benar benar menyesuaikan diri dengan perubahan radikal
ini. Namun wanita yang pernah menjalani operasi ini tetap dapat menjalani kehidupan bahagia
dan produktif. Dengan latihan dan kesabaran, mereka juga dapat memiliki gairah seksual,
kesenangan, dan orgasme.
Radioterapi untuk Kanker Serviks
Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk membunuh
sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Sebelum radioterapi dilakukan, biasanya Anda
akan menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah Anda menderita Anemia. Penderita
kanker serviks yang mengalami perdarahan pada umumnya menderita Anemia. Untuk itu,
transfusi darah mungkin diperlukan sebelum radioterapi dijalankan.
Pada kanker serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi (external
maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah pembedahan. Akhir-akhir ini,
dokter seringkali melakukan kombinasi terapi (radioterapi dan kemoterapi) untuk mengobati
kanker serviks yang berada antara stadium IB hingga IVA. Yaitu, antara lain bila ukuran
tumornya lebih besar dari 4 cm atau bila kanker ditemukan telah menyebar ke jaringan lainnya
(di luar serviks), misalnya ke kandung kemih atau usus besar.
Radioterapi ada 2 jenis, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal. Radioterapi eksternal
berarti sinar X diarahkan ke tubuh Anda (area panggul) melalui sebuah mesin besar. Sedangkan
radioterapi internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam rahim/leher rahim Anda
selama beberapa waktu untuk membunuh sel-sel kankernya. Salah satu metode radioterapi
internal yang sering digunakan adalah brachytherapy.
Brachytherapy untuk Kanker Serviks
Brachytherapy telah digunakan untuk mengobati kanker serviks sejak awal abad ini. Pengobatan
yang ini cukup sukses untuk mengatasi keganasan di organ kewanitaan. Baik radium dan cesium
telah digunakan sebagai sumber radioaktif untuk memberikan radiasi internal. Sejak tahun 1960an di Eropa dan Jepang, mulai diperkenalkan sistem HDR(high dose rate) brachytherapy.
HDR brachytherapy diberikan hanya dalam hitungan menit. Untuk mencegah komplikasi
potensial dari HDR brachytherapy, maka biasanya HDR brachytherapy diberikan dalam
beberapa insersi. Untuk pasien kanker serviks, standar perawatannya adalah 5 insersi. Waktu
dimana aplikator berada di saluran kewanitaan (vagina, leher rahim dan/atau rahim) untuk setiap
insersi adalah sekitar 2,5 jam. Untuk pasien kanker endometrium yang menerima brachytherapy
saja atau dalam kombinasi dengan radioterapi external, maka diperlukan total 2 insersi dengan
masing-masing waktu sekitar 1 jam.
Keuntungan HDR brachytherapy adalah antara lain: pasien cukup rawat jalan, ekonomis, dosis
radiasi bisa disesuaikan, tidak ada kemungkinan bergesernya aplikator. Yang cukup memegang
peranan penting bagi kesuksesan brachytherapy adalah pengalaman dokter yang menangani.

Ada beberapa efek samping dari radioterapi, yaitu:

Kelelahan
Sakit maag
Sering ke belakang (diare)
Mual
Muntah
Perubahan warna kulit (seperti terbakar)
Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan senggama menyakitkan
Menopause dini
Masalah dengan buang air kecil
Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang
Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia)
Rendahnya jumlah sel darah putih
Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)

Kemoterapi untuk Kanker Serviks


Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Biasanya obatobatan diberikan melalui infuse ke pembuluh darah atau melalui mulut. Setelah obat masuk ke
aliran darah, mereka menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-kadang beberapa obat diberikan dalam
satu waktu.
Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek samping ini akan tergantung pada jenis obat
yang diberikan, jumlah/dosis yang diberikan, dan berapa lama pengobatan berlangsung. Efek
samping bisa termasuk:

Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan obat mual/muntah)


Kehilangan nafsu makan
Kerontokan rambut jangka pendek
Sariawan
Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel darah putih)
Pendarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)
Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)
Kelelahan
Menopause dini
Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas)

KESIMPULAN

Kanker Serviks adalah penyakit yang penyebab utama nya adalah Human Papilloma
Virus dimana merupakan penyebab kematian dengan prevalensi paling tinggi di Indonesia .
Human Papilloma Virus yang menyerang umumnya adalah tipe 16 dan 18. Faktor resiko dari
Kanker Serviks adalah hubungan seks yang berganti ganti pasangan dan di usia muda , wanita
tua diatas 40 tahun, konsumsi kontrasepsi oral, dan lain lain . Kanker serviks dapat dicegah
dengan screening,

vaksinasi HPV serta operasi pengangkatan pada lesi pra kanker.

Pengembangan pada usaha deteksi dini dan manajemen penatalaksanaan kanker serviks menjadi
sangat penting.

DAFTAR PUSTAKA

1. Canavan TP, Doshi NR. Cervical cancer. Am Fam Physician 2000;61:136976. Fulltext. PMID 10735343.
2. http://yayasankankerindonesia.org/tentang-kanker/#a05
3. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1895346-kanker-servikspembunuh-wanita-dunia/#ixzz217jFsAZb
4. http://tentangkanker.com/2011/hpv-sebagai-virus-penyebab-kanker-serviks/
5. http://kankerserviks.org/info/penyebab-kanker-serviks.html
6. http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/kanker-leher-rahim.pdf

7. www.cancerhelps.com
8. http://www.cdc.gov/vaccines/recs/vac-admin/contraindications-vacc.html
9. http://milissehat.web.id/?p=869

10.http://www.cdc.gov/vaccines/vac-gen/side-effects.htm#hpvcervarix

MAKALAH
HUMAN PAPILLOMA VIRUS
Untuk Memenuhi Tugas Farmakologi II

Disusun oleh :
KELOMPOK A2 FARMAKOLOGI II
NIM 016-031
ANGKATAN 2010

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG


2012

Das könnte Ihnen auch gefallen