Sie sind auf Seite 1von 3

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN HIPERTENSI


KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi.
B. ETIOLOGI
Berdasarkan esensial atau hipertensi dibagi menjai 2 golongan yaitu :
1. Hipertensi esensial dan hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya disebut hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf sipatis, sistem renin-angio tensin, defek dalam eksreksi Na.
Peningkatan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifikasinya diketahui, seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldos teronis primer,
dan sindrom gushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan, dll.
Klasifikasi sesuai WHO / ISH
Klasifikasi
Normotensi

Sistolik (mmHg)
< 140

Diastolik (mmHg)
< 90

Hipertensi Ringan

140 180

90 105

Hipertensi perbatasan

140 180

90 95

Hipertensi sedang dan berat

> 180

> 105

Hipertensi sistolik terisolasi

> 140

> 90

140 - 160

< 90

Hipertensi sistolik perbatasan

Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko


Tekanan Darah
130-139 / 85-89

Kelp. Resiko A
Modifiaksi gaya hidup

Kelp. Resiko B
Modifikasi gaya hidup

Kelp. Resiko C
Dengan obat

140-159 / 90-99

Modifikasi gaya hidup

Modfikasi gaya hidup

Dengan obat

160 / 100

Dengan obat

Dengan obat

Dengan obat

C. MANIFESTASI KLINIS

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya


gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
ginjal, mata, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing.
D. Diagnosa Keperawatan
1.

Gangguan rasa nyaman / nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan


tekanan vaskuler serebral.

2.

Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplay dan


kebutuhan O2.

3.

Gangguan pola nutrisi b/d pola hidup monoton.

E. Intervensi
Tujuan :
1. Menghilangkan rasa nyeri dengan kriteria hasil :
a.

Melaporkan / ketidanyamanan hilang atau terkontrol.

b.

Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Intervensi :
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,

misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.


R/o : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral.
Hilangkan

minimalkan

aktifitas

vasokontraksi

yang

dapat

meningkatkan sakit kepala, misalnya : batuk panjang, menelan saat


BAB.
R/o : Aktifitas yang meningkatkan vasokrinsi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan vaskuler serebral.
Bantu px ambulasi sesuai kebutuhan.

R/o : Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit


kepala.
2.

Mengoptimalkan agar kx dapat beraktifitas secara mandiri dengan


kriteria hasil :
a.

Berpartisipasi

dalam

aktifitas

yang

diinginkan

diperlukan.
b.

Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang


dapat diukur

Intervensi :
-

Kaji respon Px terhadap aktifitas, perhatikan frekuensi nadi lebih


dari 20 x/menit diatas frekuensi istirahat.

R/o : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon


fisiologi terhadap aktivitas dan stress.
Instruksikan Px tentang tekhnik penghematan energi, misalnya :

menggunakan kursi roda saat mandi.


R/o : Tekhnik penghematan energi mengurangi penggunaan energi juga
membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan O2.
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri secara

bertahap.
R/o : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan keja jantung
tiba-tiba.
3.

Untuk mengontrol asupan nutrisi yang dapat mengakibatkan obisitas


dengan kriteria hasil :
a.

Mengidentifikasi

hubungan

antara

hipertensi

dan

kegemukan.
b.

Menunjukkan perubahan pola makan misal pilihan


makanan

c.

Melakukan / mempertahankan program olah raga yang


tepat secara individual.

Intervensi :
-

Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi


masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
R/o : Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya ateros klerosis
dan kegemukan.

Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diit


R/o : mengidentifikasi kekuatan /kelemahan dalam program diit terakhir.

Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian


termasuk kapan dan dimana makan dilaksanakan.
R/o : memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
dimakan dan kondisi emosi saat makan.

Das könnte Ihnen auch gefallen