Sie sind auf Seite 1von 26

BAB I

PENDAHULUAN
`

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue yang menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia. Dari data
WHO pada tahun 2009, penyakit ini telah dilaporkan semenjak abad ke-19 dan
pada awal abad ke-20 telah ditemukan di Amerika, Eropa selatan, Afrika utara,
Mediterania timur, Asia, Australia, dan beberapa pulau di Samudra India, Pasifik,
selatan dan tengah serta Karibia.1
DBD di Indonesia termasuk penyakit endemis dan telah tersebar di
berbagai wilayah Indonesia. Pada akhir tahun 2005, DBD telah ditemukan di
seluruh provinsi di Indonesia dan 35 kabupaten/kota telah melaporkan adanya
kejadian luar biasa (KLB). Incidence rate dari 0,005 per 100.000 penduduk di
tahun 1968 meningkat pesat menjadi 43,42 per 100.000 penduduk di akhir tahun
2005.2
Penyakit DBD masih menjadi permasalahan serius di provinsi Jawa
Tengah dan dilaporkan 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD.
Angka kesakitan DBD di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar
19,29/100.000 penduduk, meningkat jika dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar
15,27/100.000 penduduk.3
Pada tahun 2010 kasus DBD di Kota Semarang sebanyak 5.556 kasus
dengan 47 kematian. Jumlah tersebut mengalami kenaikan yang signifikan dari
tahun 2009 yang mencapai 3.883 kasus atau naik 43%. Kasus DBD pada tahun
2010 merupakan kasus tertinggi selama ada DBD di Kota Semarang.4
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk
ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. 5 Penyakit

ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun. DBD ditularkan melalui
nyamuk dan tidak menular melalui kontak manusia secara langsung.
CATATAN MEDIS KASUS ILMU KESEHATAN ANAK
I.

II.

IDENTITAS
Nama anak

: An. Indri Dwi Rahmawati

Umur

: 13 tahun

Agama

: Islam

Nama bapak

: Tn. Supriyanto

Umur

: 60 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Swasta

Pendidikan

: SMP

Alamat

: Pusponjolo

Nama ibu

: Ny. Sriyani

Umur

: 55 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh

Pendidikan

: SD

Alamat

: Pusponjolo

No RM

: 47-23-30

Tgl masuk RS

: 6 April 2015, pukul 20.30

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis dan Alloanamnesis dari Pasien
dan Ibu Pasien tanggal 7 April 2015 pukul 20.30 WIB.
A. Keluhan utama

: Demam

Onset

: sejak 4 hari yang lalu

Kualitas

: demam tinggi naik turun selama 4 hari

Kuantitas

: mengganggu aktivitas sebagai pelajar

Faktor memperberat

: aktivitas yang berlebih

Faktor memperingan

: dengan istirahat dan mengkonsumsi obat


penurun panas

Gejala penyerta

: mual muntah, nyeri kepala, nyeri retro


orbita, BAB darah, nyeri ulu hati, mimisan

B. RPS
Sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh demam.
Demam tinggi dengan suhu 38,5oC disertai menggigil. Demam naik
turun, sempat turun pada hari minggu. Tidak ada keluhan batuk dan
pilek. Terdapat keluhan mual dan muntah, muntah berupa makanan
dan tidak disertai darah. Selain itu pasien juga mengeluh sakit kepala,.
Tidak ditemukan bintik-bintik merah di badan dan perdarahan gusi.
Pada hari kamis dan jumat terdapat mimisan 1 hari 2 kali, lamanya
kurang lebih 2 menit berwarna merah. BAB bercampur darah
berwarna merah segar. BAK nya normal. Nafsu makan pasien
berkurang tidak seperti sebelum sakit. Pasien sudah berobat ke
Puskesamas.
Saat masuk rumah sakit pasien merasa demam dan lemas. Ke
empat akralnya dingin. Mual muntah masih dirasakan. Tidak terdapat
kejang, bintik-bintik merah dan tanda-tanda perdarahan lain seperti
mimisan dan perdarahan gusi. Pasien juga mengeluh nyeri kepala,
nyeri retro orbita, nafsu makan berkurang serta pasien merasa haus.
Saat ini sudah tidak BAB darah dan BAK nya normal.
C. RPD
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini dan sudah
pernah dilakukan pengobatan sebelumnya.
Riwayat rawat inap
: disangkal
3

Riwayat asma
Riwayat alergi
Riwayat batuk lama

: disangkal
: disangkal
: disangkal

D. RPK
:
Riwayat darah tinggi
Riwayat sakit gula
Riwayat sakit jantung
Riwayat batuk lama

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: nenek (belum diperiksa dan belum
dilakukan pengobatan)
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat alergi obat atau makanan: disangkal
E. Riwayat sosial pribadi : Pembayaran menggunakan BPJS, disekitar
rumah tidak terdapat genangan air.

DATA KHUSUS
1. Riwayat Kehamilan/Pre Natal
Ibu rutin periksa kehamilan 4 kali di bidan. Waktu hamil tidak
pernah sakit, vitamin dan Zat Besi dari bidan, tidak mengkonsumsi obatobatan, alkohol maupun rokok. Sudah imunisasi TT 3 kali. Kehamilan
cukup bulan.
2.

Riwayat persalinan atau natal


Pasien anak ke dua dari dua bersaudara. Lahir spontan dengan
bantuan bidan, langsung menangis kuat, dan segera dilakukan inisiasi
menyusui dini. Berat badan saat lahir sekitar 3,3 kg, panjang badan 48
cm.

3. Riwayat pasca persalinan post natal


Tidak ada perdarahan post partum. Saat kontrol bayi dinyatakan
sehat oleh bidan.

4. Riwayat Imunisasi
Macam imunisasi
Imunisasi dasar

:
Frekuensi

Umur

Keterangan
Dilakukan di Bidan

BCG

1 kali

1 bulan

Lengkap

DPT

3 kali

2,4,6 bulan

Lengkap

Hepatitis B

3 kali

0,1,6 bulan

Lengkap

Polio

4 kali

0,1,2,3 bulan

Lengkap

Campak

1 kali

9 bulan

Lengkap

Imunisasi ulangan Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal


5. Riwayat makan dan minum

Tidak Dilakukan

Umur

Makanan dan Minuman

Jumlah

Frekuensi

0 6 bulan

ASI saja

Semau anak

Semau anak

6 -8bulan

ASI
Promina

Semau anak
2 kali/ hari

8-12bulan

ASI
Nasi tim, sayur buah

Semau anak
1 sachet
Selalu habis
Semau anak
1 piring kecil
Selalu habis

1 tahun

ASI
Nasi tim, sayur
wortel,bayam, + buah

Semau anak
1 piring
kecil
Selalu habis

Semau anak
1 piring kecil
Selalu habis

Semau anak
2kali /hari

Semau anak
1 piring kecil
Selalu habis

Semau anak
3kali /hari

(pisang, pepaya)
1 tahun -

Makan makanan orang

sekarang

dewasa

Kesan : ASI eksklusif dan pemberian MPASI sesuai usia.

6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak


Umur
0-3 bulan

Perkembangan
Motorik Kasar : mengakat kepala

Motorik Halus : menggerakan kepala


Bahasa : mengoceh
3-6 bulan

Sosial : tersenyum pada ibu


Motorik Kasar : telungkup
Motorik Halus : mengangkat kepala
Bahasa : mengeluarkan suara bila senang

6-9 bulan

Sosial : tersenyum saat bermain


Motorik Kasar : duduk
Motorik Halus : memungut kelerang
Bahasa : bersuara tanpa arti

9-12 bulan

Sosial : ciluk ba
Motorik Kasar : berdiri dengan berpegangan
Motorik Halus : masukan benda kemulut
Bahasa : meniru bunyi

12 bulan - sekarang

Sosial : mengenal anggota keluarga


Motorik Kasar : berdiri tanpa pegangan, berjalan
Motorik Halus : bertepuk tangan
Bahasa : memanggil ibu bapak

Kesan

Sosial : bermain dengan boneka dan ibu


Perkembangan sesuai umur

Pertumbuhan : BB dan PB bulan lalu tidak diketahui


7. Riwayat KB
Ibu pasien menggunakan KB 1 bulan suntik.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 07 April 2015 jam 09.30 WIB
Keadaan umum : Tampak lemas
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign :
TD
: 100/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit, isi tegangan cukup, irama reguler
RR
: 21 x/menit
Suhu
: 35,6oC
Status Interna :
Kepala
: Mesocepal
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-) , Sklera ikterik (-/-)
6

Hidung
Telinga
Mulut

: Sekret (-/-), cuping hidung (-/-)


: Sekret (-/-)
: Sianosis (-), mucosa bucal (-), faring hiperemis (-), tonsil

T1-T1
Leher

: Pembesaran KGB (-), otot bantu nafas (-)

Thorax
Cor :
Inspeksi
Palpasi

: Ictus cordis tidak terlihat, ICS tidak melebar


: Sternal lift, pulsus epigastrium, pulsus parasternal

tidak teraba denyutan, thrill (-).


Perkusi : Kanan atas : ICS II linea sternalis dextra
Kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
Batas atas jantung : ICS II linea parasternalis
sinistra
Pinggang jantung :ICS III linea parasternalis
sinistra
Kiri bawah : ICS V 1 2 cm medial linea
midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I > II (katup mitral dan trikuspid) BJ II<I
(katup aorta dan pulmonal) , suara tambahan jantung (-).
Pulmo :
Tampak Depan

Tampak Belakang

SD Vesikuler

SD Vesikuler

Wheezing (-), ronki (-)


Paru
Depan
Inspeksi

Wheezing (-), ronki (-)

Dextra
Normochest,
kelainan

kulit

Sinistra
simetris, Normochest,

(-),

simetris,

sudut kelainan kulit (-), sudut

arcus costa dalam batas arcus costa dalam batas


normal, SIC dalam batas normal, SIC dalam batas

Palpasi

normal
normal
Pengembangan pernafasan Pengembangan
paru normal
pernafasan paru normal
Simetris, nyeri tekan (-), Simetris, nyeri tekan (-),
SIC dalam batas normal, SIC dalam batas normal,

Perkusi
Auskult
asi

taktil

fremitus

normal. taktil

Gerak dada tidak ada yang Gerak


tertinggal, massa (-)

fremitus
dada

normal.

tidak

ada

yang tertinggal, massa (-)


Sonor
seluruh
lapang

Sonor seluruh lapang paru


paru
Suara
dasar
vesicular,
Suara dasar vesicular,
wheezing (-), ronki (-)
wheezing (-), ronki (-)

Abdomen :
Inspeksi

: Bentuk perut datar, Tanda radang (-), benjolan(-),

warna kulit sama sekitar


Auskultasi
: Bising usus normal, succucion splash (-)
Perkusi
: tympani seluruh lapang paru
Palpasi
: Nyeri ulu hati, hepatomegali (-), turgor kulit baik,
splenomegali (-).
Ekstremitas
P e me r i k s a a n

Sianosis
Akral dingin
Capillary refil
Tes tourniquet

IV.

s u p e r i o r

-/+/+
< 2 detik
(-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Diusulkan:
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Tes Widal
8

i n f e r i o r

-/+/+
< 2 detik
Tidak dilakukan

c. Pemeriksaan feces rutin


d. Pemeriksaan imunoserologis IgM dan IgG dangue
V.

PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
Anak perempuan umur 13 tahun
Berat badan
: 47 kg
Tinggi badan
: 157 cm
Keadaan gizi
: BB / U = 47 46,1 = 0,07 Normal
11,7
TB / U = 157 157,1 = - 0,01 Normal
6,60
IMT : 47 =
47
= 19,07 Gizi baik
2
(1,57m) 2,4649

I.

RESUME
An. I berusia 13 tahun datang bersama orang tuanya ke Rumah
Sakit pada tanggal 6 April 2015 dengan keluhan demam naik turun.
Keluhan dirasakan sejak hari kamis (2/04) dengan suhu 38,5oC disertai
menggigil dan disertai epistaksis 1 hari 2 kali lamanya kurang lebih 2
menit berwarna merah pada hari kamis dan jumat. Pada hari minggu
demam mulai turun, terdapat keluhan cephalgia, mual dan muntah
berupa makanan. BAB bercampur darah berwarna merah segar. Nafsu
makan pasien berkurang. Pasien sudah berobat ke Puskesamas.
Saat masuk rumah sakit pasien merasa demam dan lemas. Ke
empat akralnya dingin. Mual muntah masih dirasakan. Tidak terdapat
kejang, bintik-bintik merah dan tanda-tanda perdarahan lain seperti
mimisan dan perdarahan gusi. Pembayaran menggunakan BPJS
Pada pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis, ditemukan hipotensi
100/80 mmHg, nyeri tekan epigastrium, nyeri retro orbita, akral dingin
pada ekstremitas superior dan inferior. Pada pemeriksaan antropometri
kesan gizi baik dan tumbuh kembang sesuai usia, dan imunisasi dasar
lengkap.

II.

DAFTAR MASALAH
ASSESMENT
Tanggal

AKTIF

Tanggal

PASIF

04/04/201

1. Demam.

04/04/201 -

2. Epistaksis

3. Nyeri tekan
epigastrium
4. Nyeri
kepala
5. Mual
muntah

III.

INNISIAL PLAN
1. Ip Dx :
a. Klinis
b. Etiologis
c. Tumbuh Kembang

: Dengue haemorhagic fever grade II


: Virus Dengue
: Perkembangan anak sesuai dengan usia
Perawakan sesuai usia
d. Gizi
: Gizi anak baik
e. Imunisasi
: Imunisasi dasar lengkap sesuai usia
DD : Demam typhoid, malaria
2. Ip.Tx
:
a. Suportif:
Cairan oral
: jus buah, minuman yang mengandung
elektrolit
Cairan intravena
b. Medikamentosa
3. Ip.Monitoring :

: infus ringer laktat


: Paracetamol 10 15 mg/ kgBB/x

10

a. Monitoring keadaan umum


b. Monitoring tanda vital
c. Monitoring pemeriksaan darah rutin
4. Ip.Edukasi
a. Sarankan pasien untuk banyak minum larutan oralit
b. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai
Dengue haemorhagic fever
c. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai
pencegahan

dengue

haemorhagic

penyebab.
IV.

PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad Bonam
Quo ad sanam
: ad Bonam
Qua ad fungsionam : dubia ad Bonam

11

fever, dan

vektor

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue
1. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan virus
dengue, sejenis virus yang tergolong Arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti betina. Nyamuk Aedes aegypti betina menyimpan virus dengue
pada telurnya, kemudian akan menularkan virus tersebut melalui gigitan ke tubuh
manusia.5
2. Etiologi
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue. Virus Dengue
termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai
genus Flavivirus, famili Flaviviride, yang mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu Den1, Den-2, Den-3, Den-4.6,7,8 Infeksi salah satu dari 4 serotipe tersebut akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang efektif terhadap serotipe lainnya. Selama
hidupnya, seorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotipe. Di berbagai daerah di Indonesia dapat ditemukan keempat serotipe
virus dengue. Namun serotipe Den-3 merupakan seritipe yang dominan dan
diperkirakan menunjukkan manifestasi klinik yang berat. 6,7 Masa inkubasi virus
dengue 4-7 hari tetapi rata-rata 3-14 hari.9

3. Patofisiologi

12

4.

Manifestasi Klinis

Gambar.1 Pembagian tanda dan gejala DBD10


Masa inkubasi infeksi DBD dimulai sejak nyamuk mulai menggigit
sampai menimbulkan gejala, kurang lebih 13-15 hari. Setelah virus masuk
ke dalam tubuh, maka akan terjadi viremia (darah mengandung virus)

13

yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyari


otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada
kulit, serta dapat terjadi hepatomegali dan splenomegali.5
Keadaan

viremia

tersebut

dapat

menyebabkan

terjadinya

kebocoran plasma (plasma keluar dari pembuluh darah). Dengan


demikian, komponen darah mengalami hemokonsentrasi (pengentalan
darah) dan trombositopenia sehingga mudah terjadi perdarahan di dalam
tubuh. Kekentalan darah tersebut dapat ditentukan dari peningkatan nilai
hematokrit yang melebihi 20% dari nilai normal. Oleh karena itu, penting
dilakukan pemantauan jumlah hematokrit dan jumlah trombosit dari
sampel darah penderita.5
Perjalanan penyakit DBD terdapat tiga fase yaitu fase demam
(berlangsung antara 2-7 hari), fase kritis (berlangsung antara 24-48 jam),
dan fase penyembuhan (berlangsung antara 2-7 hari).5
a. Fase Demam
Demam tinggi yang mendadak disertai facial flushing dan sakit
kepala yang terjadi setelah masa inkubasi 4-6 hari. Suhu mendadak
meningkat sampai 40oC atau lebih dan kadang disertai dengan kejang.
Selain itu, biasanya terjadi kehilangan nafsu makan, muntah, dan nyeri
di daerah epigastrium disertai nyeri di bawah lengkung iga sebelah
kanan.2 Pada fase ini, diperlukan pengobatan simptomatik seperti
menurunkan demam atau meningkatkan kondisi penderita menjadi lebih
baik.

b.

Fase Kritis
Pada fase ini, penderita harus dirawat di rumah sakit karena
membutuhkan penanganan yang intensif. Fase ini umumnya dimulai

14

pada hari ketiga sampai kelima sejak adanya demam yang pertama kali,
yang berlangsung selama kurang lebih 24-48 jam. Fase kritis
merupakan fase yang sangat menentukan bagi penderita DBD. Jika
penderita berhasil melewati fase ini ia akan mengalami proses
penyembuhan, tetapi jika keadaan kritis ini tidak dapat teratasi
(terlambat ditangani), maka penderita akan mengalami kondisi yang
buruk. Pada kondisi ini biasanya penderita mengalami mual-muntah,
tidak nafsu makan, dan sudah mengalami perdarahan, sehingga
diperlukan pematauan secara lebih intensif. 5 Pada fase ini suhu badan
cenderung menurun dan bersamaan dengan itu sering terjadi tandatanda syok. Pada saat menjelang terjadinya syok, dijumpai nyeri perut
disertai gelisah dan sianosis. Jika syok lama terjadi akan diikuti dengan
asidosis metabolik, hipoksemia, dan perdarahan saluran cerna hebat
yang dapat memperburuk prognosis.2
Manifestasi syok pada anak terdiri atas :7
1) Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki,
tangan, dan hidung sedangkan kuku menjadi biru. Hal ini
dikarenakan oleh sirkulasi yang insufisiensi yang menyebabkan
peninggian aktivitas simpatikus secara refleks.
2) Anak yang semula rewel, gelisah, dan cengeng semakin perlahan
kesadarannya menurun menjadi apatis, sopor, dan koma. Hal ini
dikarenakan kegagalan sirkulasi serebral.
3) Perubahan denyut nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya. Nadi
menjadi cepat dan lemah sampai tidak dapat diraba oleh karena
kolaps sirkulasi.
4) Tekanan nadi (diastolik) pada anak menurun menjadi 20 mmHg
atau kurang.

15

5) Tekanan sistolik pada anak menurun menjadi 80 mmHg atau


kurang.
6) Oliguria sampai anuria yang disebabkan menurunnya perfusi darah
yang meliputi arteri renalis.
c.

Fase penyembuhan
Pada umumnya dalam waktu kurang lebih 24-48 jam setelah syok,
penderita DBD yang telah berhasil melewati fase kritis akan sembuh
tanpa komplikasi. Kondisi ini ditandai dengan keadaan umum penderita
yang mulai membaik, nafsu makan meningkat, dan hasil pemeriksaan
tanda vital yang stabil (suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah). Pada
kondisi seperti ini, biasanya pemberian cairan infus mulai dihentikan
dan diganti dengan pemberian nutrisi melalui mulut secara optimal.

16

5.

Derajat Klinis DBD

Gambar.2 Derajat Klinis DBD10


Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, DHF
(Dengue Haemoragic Fever) atau DBD diklasifikasikan menjadi 4 yaitu10 :

17

Tabel.2 Derajat Klinis DBD menurut WHO 2011


DF/DHF

DERAJAT

DF

TANDA DAN GEJALA

LABORATORIUM

Demam dengan disertai 2

a.

gejala di bawah ini:

cells/mm3

a. Sakit kepala
b. Nyeri di retro-orbital
c. Myalgia
d. Arthtralgia

b.

Leukopeni (wbc 5000

Trombositopenia (jumlah

platelet <150.000 cells/mm3


c.

Kenaikan hematokrit (5% -

10%)
d.

Tidak ada kehilangan

plasma

e. Rash
f. Manifestasi perdarahan
g. Tidaknya adanya
kebocoran plasma
DHF

Demam disertai dengan

Trombositopenia (platelet <

manifestasi perdarahan

100.000 cells/mm3; peningkatan

(torniquet positif) dan

hematokrit 20%

adanya tanda-tanda
kebocoran plasma
DHF

II

Seperti derajat I, disertai

Trombositopenia (platelet <

perdarahan spontan di kulit

100.000 cells/mm3; peningkatan

dan atau perdarahan lain

hematokrit 20%

(petekie, purpura, ekimosis,


epistaksis)
DHF#

III

Seperti derajat I atau II

Trombositopenia (platelet <

disertai dengan kegagalan

100.000 cells/mm3; peningkatan

18

sirkulasi (nadi cepat dan

hematokrit 20%

lemah, tekanan nadi


menurun ( 20 mmHg
atau kurang), hipotensi,
gelisah)
DHF#

IV

Seperti derajat III disertai

Trombositopenia (platelet <

syok berat dengan nadi

100.000 cells/mm3; peningkatan

tidak teraba dan tekanan

hematokrit 20%

darah tidak dapat diukur.


Keterangan # : DHF derajat III dan IV termasuk DSS (Dengue Shock Syndrome)
6.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1)

Jumlah trombosit
Penurunan jumlah trombosit menjadi

100.000/ L

atau kurang dari 1-2 trombosit/lapangan pandangan besar (lpb)


dengan rata-rata pemeriksaan dilakukan pada 10 lapangan
pandang besar. Pada umumnya trombositopenia terjadi sebelum
ada peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu mengalami
penurunan. Jumlah trombosit yang turun menjadi

100.000/

L biasanya ditemukan antar hari sakit ketiga sampai ketujuh. 6


Pada trombositopenia berat ( 50.000/ L) ditandai dengan
adanya perdarahan ringan.11 Pemeriksaan trombosit perlu diulang
sampai terbukti bahwa terdapat jumlah trombosit dalam batas
normal atau menurun.

19

2)

Jumlah leukosit
Jumlah leukosit normal, akan tetapi biasanya terjadi
penurunan dengan dominasi sel neutrofil. Jumlah leukosit
mengalami penurunan menjadi

5000 cells/mm3.10 Terjadinya

penurunan leukosit (leukopeni) pada infeksi dengue disebabkan


adanya penekanan sumsum tulang akibat dari proses infeksi virus
secara langsung ataupun karena mekanisme tidak langsung
melalui produksi sitokin-sitokin proinflamasi yang menekan
sumsum tulang.12 Kemudian pada akhir fase demam, jumlah
leukosit dan sel neutrofil bersama-sama menurun sehingga jumlah
sel limfosit secara relatif akan meningkat. Peningkatan jumlah
limfosit atipikal atau limfosit plasma biru (LPB) >4% di daerah
tepi dapat ditemukan pada hari sakit ketiga sampai hari ke tujuh.6
3)

Kadar hematokrit
Peningkatan

nilai

hematokrit

menggambarkan

hemokonsentrasi yang selalu ditemukan pada penderita DBD, hal


itu merupakan indikator yang peka untuk terjadinya perembesan
plasma, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan hematokrit secara
berkala. Pada umumnya peningkatan hematokrit didahului oleh
penurunan trombosit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan
hematokrit 20% atau lebih, menggambarkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma.

b.

Pemeriksaan Imaging
1)

Foto rontgen thoraks


Pada foto thoraks (DBD derajat III/IV dan sebagian besar
derajat II) didapatkan efusi pleura, terutama terletak di sebelah
hemitoraks kanan. Pemeriksaan foto toraks sebaiknya dilakukan
20

dalam posisi lateral dekubitus kanan yaitu pasien tidur di sisi


kanan.6
2)

Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG ialah pemeriksaan yang ideal, aman, non
invasive dalam mendeteksi kebocoran plasma (efusi pleura, efusi
perikardium,

asites),

hepatomegali,

atau

splenomegali.

Pemeriksaan ini dapat berupa USG abdomen dan thoraks.2

3)

CT-Scan kepala tanpa kontras


Pemeriksaan ini dilakukan jika terjadi gangguan kesadaran,
curiga perdarahan intrakranial, dan edema serebri.2

c.

Diagnosis Serologis
1) Uji Hambatan Hemaglutinasi (HI test)
Pada umumnya, penyakit yang disebabkan oleh virus dapat
dideteksi dengan pemeriksaan uji hambatan hemaglutinasi.2
2) Uji Elisa Antidengue IgM
IgM antidengue timbul pada infeksi primer maupun sekunder
dan adanya antibodi IgM ini menunjukkan adanya infeksi
dengue. IgM timbul sekitar hari ke-3 (biasanya sudah dapat
terdeteksi pada hari ke-5) dan kadarnya akan meningkat pada
akhir minggu pertama sampai dengan minggu ke-3 dan
menghilang pada minggu ke-6, sedangkan IgG timbul pada hari
ke-5 dan mencapai kadar maksimal pada hari ke-14, kemudian
menetap sampai berbulan-bulan. Pada infeksi sekunder kadar
IgG telah meningkat pada hari ke-2 melebihi kadar IgM.2
3) Tes Dengue Blot
Tes dengue blot IgM dan IgG merupakan pemeriksaan yang
sederhana

dan

cepat
21

namun

pada

penilaiannya

adanya

kemungkinan positif palsu untuk IgM dan IgG terlebih di daerah


endemis DBD, kerana kadar IgG masih tetap tinggi berbulanbulan setelah infeksi dan tes ini pun kurang sensitif untuk infeksi
primer.2
4) Tes Non Struktural 1 Dengue (NS 1 Dengue)
Pada demam hari pertama ditemukan antigen nonstructural
protein 1 (NS1).6,16 Dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat
terdeteksi dalam kadar tinggi sejak hari pertama sampai hari ke
12 demam pada infeksi primer Dengue atau sampai hari ke 5
pada infeksi sekunder Dengue. Pemeriksaan antigen NS1 dengan
metode ELISA memiliki sensitivitas tinggi yaitu 88,7% dan
spesifitas tinggi pula (100%).17 Pada pemeriksaan NS 1 Dengue
ini hasil yang positif belum tentu menunjukkan bahwa seseorang
akan

menderita

DBD,

hasil

positif

tersebut

hanya

mengindikasikan terinfeksi dengue.2


d.

Isolasi virus10
Ada beberapa cara isolasi yaitu :
1) Inokulasi

nyamuk

(Aedes

aegypti,

Ae.

albopictus,

Toxorhynchites amboinensis and Toxorhynchites splendens)


2) Inokulasi kultur sel.
3) Inokulasi pada biakan jaringan mamalia.
7.
a.

Penatalaksanaan8
Derajat I dan II
1) Medikamentosa
a) Dianjurkan pemberian parasetamol bukan aspirin.
b) Diusahakan

tidak

memberikan

obat-obat

yang

tidak

diperlukan (misalnya antasid, antiemetik ) untuk mengurangi


beban detoksifikasi obat dalam hepar.
c) Kortikosteroid dapat diberikan pada DBD ensefalopati,
apabila terdapat perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak
diberikan.

22

d) Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.


2) Suportif
a) Mengatasi

cairan

plasma

sebagai

akibat

peningkatan

permeabilitas kapiler dan perdarahan.


b) Cairan intravena diperlukan, apabila (1) anak terus-menerus
muntah, tidak mau minum, demam tinggi, dehidrasi yang
dapat mempercepat terjadinya syok, (2) nilai hematokrit
cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.

23

Gambar.5 Alur Tatalaksana DBD Derajat I dan II13


b.

Derajat III
Berikan cairan 10 ml/kgBB pada anak atau melalui bolus dan sesuai
kebutuhan, tranfusi darah segar 10 ml/kgBB/ jam dapat diulang sesuai
kebutuhan.6,10

c.

Derajat IV
Jika tekanan darah sudah normal, selanjutnya berikan cairan intravena
seperti pada derajat III. Jika syok tidak membaik setelah diberikan
cairan intarvena 10 ml/kgBB, kemudian berikan cairan ulangan melalui
bolus 10 ml/kgBB dan periksa dengan laboratorium segera mungkin.10

Gambar.7 Alur Tatalaksana DBD derajat III dan IV13

24

8.

Prognosis
Penderita DBD dengan usia dibawah 15 tahun memiliki derajat
keparahan yang cenderung lebih tinggi. Makin muda usia penderita, untuk
derajat beratnya penyakit disertai dengan adanya komplikasi, makin buruk
prognosis nya dan semakin besar pula mortalitasnya.14
PEMBAHASAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

virus dengue, sejenis virus yang tergolong Arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti betina. Nyamuk Aedes aegypti betina menyimpan virus dengue
pada telurnya, kemudian akan menularkan virus tersebut melalui gigitan ke tubuh
manusia.5
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan demam naik turun
sejak 4 hari yang lalu, disertai epistaksis, mual dan muntah, nyeri tekan
epigastrium, nyeri retro orbita, hematochezia, cephalgia, serta akral dingin
ekstremitas superior dan inferior. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat di
tegakkan diagnosis DBD Derajat II berdasarkan Kriteria Derajat Klinis menurut
WHO 2011, maka diusulkan pemeriksaan penunjang yaitu darah rutin, widal, IgM
IgG anti dengue. Pada pasien ini diberikan infus ringer laktat sebagai rehidrasi,
dan Paracetamol 10 15 mg/kgBB/x sebagai antipiretik.

25

26

Das könnte Ihnen auch gefallen