Sie sind auf Seite 1von 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Residue Catalytic Cracking (RCC) merupakan salah satu unit unggulan dari
Pertamina RU-VI Balongan,dimana RCC sendiri merupakan unit tingkat lanjut
(secondary processing) untuk mendapatkan nilai tambah dari pengolahan residue
dengan cara perengkahan menggunakan katalis. Feed residue yang digunakan yaitu
Treated Atmospheric Residue yang berasal dari unit AHU (35,5 % vol) dan
Untreated Atmospheric residue yang berasal dari unit CDU (64,5 % vol).Produkproduk yang dihasilkan yaitu Flue Gas,Propylene,LPG,Polygasoline,Naptha,Light
Cycle Oil (LCO),Decant Oil (DCO),Coke.
Didalam unit RCC terdapat Reaktor,Regenerator,Catalyst Cooler,Main Air
Blower,Cyclone,Catalyst

System,dan

CO

Boiler.Reaktor

dan

regenerator

merupakan jantung dari unit RCC.Untuk pengaturan unit RCC diperlukan


keseimbangan dari beberapa variabel secara tepat.Variabel proses ini sangat
berkaitan satu dengan yang lainnya,maka beberapa pengaruh kemungkinan tidak
dapat terlihat dengan cepat.Berikut adalah beberapa contoh variabel proses,yaitu
konversi,C/O ratio,manajemen katalis,temperatur reaktor,jumlah feed,pembakaran
coke,jumlah udara pembakaran,carbon dalam residu,fraksinasi,properti katalis,dan
lain-lain.

1.2 Perumusan Masalah


Reaktor dan regenerator dalam unit RCC di desain untuk melakukan
pemanasan dalam reaktor tanpa menggunakan dapur (furnace) dengan alasan
efisiensi energi.Inti dalam proses perhitungan neraca massa dan energi adalah pada
reaktor regenerator.Seperti yang diketahui ada banyak variabel proses yang
berpengaruh.Namun,pada tugas ini akan dibatasi pada variabel proses temperatur
reaktor.Oleh karena itu,perlu dilakukan analisa hubungan variabel terhadap yield
produk yang dihasilkan.
PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Kontrol terhadap temperatur reaktor dapat dilakukan jika kita telah terlebih
dahulu mengetahui yield produk yang dihasilkan .Dengan menganalisa variabel
yang mempengaruhi nilai yield maka temperatur operasi reaktor dapat dikontrol.

1.3 Tujuan
1.3.1 Mempelajari proses pada unit Residue Catalytic Cracking (RCC)
1.3.2 Menghitung neraca massa dan neraca panas reaktor-regenerator dan
menganalisa pengaruh temperatur reactor,temperatur regenerator,udara
regenerator dan MCRT terhadap yield coke

1.4 Manfaat
Dapat mempelajari proses pada unit 15-Residue Catalytic Cracking (RCC)
dan dapat mengetahui hubungan pengaruh temperatur reactor,temperatur
regenerator,udara regenerator dan MCRT terhadap yield coke.

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desain Basis
Unit RCC dirancang untuk mengolah residue yang berasal dari minyak berat
yang kurang menguntungkan menjadi produk yang lebih menguntungkan.Residue
yang diolah merupakan produk bawah unit CDU (A.R) yang mengolah campuran
Duri dan Minas crude serta produk bawah unit ARHDM (DMAR) yang memiliki
kandungan logam rendah dengan mempergunakan lisensi UOP.Design kapasitas
olah unit adalah 83.000 BPSD (505,5 mt/j) dengan ratio AR/DMAR 35,5 / 64,5 %.
A. Sifat karakteristik dari feed stock
1.

Untreared Long Residue (ex CDU)


Unit ini dirancang untuk mampu mengolah treated dan untreated residue.

Unit ini juga dapat dioperasikan pada kapasitas rendah, bila salah satu dari dua train
AHU sedang dimatikan (shutdown)nuntuk penggantian katalis.
Tabel 2.1 Perbandingan Crude Oil Duri dan Minas
Sumber Crude Oil
Cut Range C
% Volume on crude
Specific Gravity
Nitrogen (Total) weight
ppm
Sulphur content % weight
Conradson carbon %
weight
Hydrocarbon content %
weight
Metal ppm weight
Metal (ppm) weight V
Ni
Na
Viscosity Csts @ 50C
@ 100C

Duri
370 +
73,5
0,952
4220

Minas
370 +
53,8
0,896
1820

0,24
9,8

0,12
4,9

12,06

13,3

2
2
43
1
1380
95,7

<2
<2
15
1
82,3
16,5

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

2.

Treated Long Residue (ex AHU)


Tabel 2.2 Karakteristik Treated Long Residue Crude Oil Duri dan Minas
Sumber Crude (% Volume)
Cut Range C TBP
API
Specific Gravity
Nitrogen (Total) weight (ppm)
Basic Nitrogen weight (ppm)
Sulphur Content weight (ppm)
MCR ( % weight)
Hydrocarbon (% Weight)
Metal weight (ppm) V
Ni
Na
Viscosity Csts @ 38C
@ 100C

Duri/Minas 80/20
370 +
24,9
0, 9047
1450
365
200
3,5
13,2
<1
20
<1
2000
42

Unit ini dirancang berdasarkan blending komponen dari jenis feed tersebut
diatas, dengan pengecualian jumlah metal sesuai catatan di bawah ini.
Tabel 2.3 Parameter Feed
Property

Quality

Specific Gravity

0,9184

Metal (Ni + V) weight (ppm)

22 (1)

MCR ( % weight)

5,6

Hydrogen ( % weight)

12,85

Nitrogen weight (ppm)

2350

B. Spesifikasi Produk
Unit memproduksi sweetened fuel gas yang dialirkan ke system refinery
fuel. LPG dan Gasoline yang dihasilkan dialirkan ke Merichem Treater Unit. LCO
Hydrotreater,sedangkan Decant oil dikirim ke blending fuel oil atau diekspor.
Berikut ini merupakan karakteristik dari produk yang dihasilkan oleh unit RCC.

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

Naptha
C4, % wt

: 1 max

90%, Vol, C

: 175 max

E.P, C

: 205 max

Perf Gum, mg/100 ml

: 4 max

RON

: 91 min

RVP, psi

: 8 max

Mixed C3/C4,

C3 rec, vol %

: 95 min

C4 rec, vol %

: 97 min

Light cycle oil


IBP, C

: 205

Dist 90% vol, C

: 350 max

Flash Point

: 85 min

Gap5%LCO-95%Naphta

: 15 min

Decant Oil
Flash Point

: 70 min

Catalyst cont

: 30 max

Viscosity 50C

: 150 max

CCR, % wt

: 18 max

Ash cont, % wt

: 0,10 max

Sediment

: 0,15 max

Str Acid Nbr, mg KOH/gr

: nil

Ttl Acid Nbr, mg KOH/gr

: 3 max

Hot Filtration Test, % wt

: 0,1 max

Sulphur Content, % wt

: 4 max

Water by Dist, % vol

: 1 max

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

2.2 Deskripsi Proses


A. Reaktor

Gambar 2.1 Reaktor Unit RCC


Dari surge drum umpan dipompa dengan 15 P-105 ABC malaui serangkaian
system pemanas hingga temperature mancapai 274C saat akan masuk riser. Laju
alir umpan dikendalikan dengan 15 FC-526 sedang temperature umpan
dikendalikan dengan 15 TC-530 yang mengatur aliran MCB sebagai pemanas.
Umpan diijeksikan kedalam reactor riser melalui 8 buah distributor dan
mempergunakan MP steam sebagai atomizer yang diatur 15 FC-005. Regenerated
Catalyst panas dari lower regenerator dialirkan menuju riser dengan bantuan lift
steam dan lift gas. Catalyst panas naik dari wye piece dan bertemu dengan umpan
dalam riser dan terjadi pertukaran panas dari catalyst ke kabut minyak umpan,
penguapan, dan hydrocarbon yang terengkah. Campuran uap-catalyst naik melalui
riser dengan minimum back mixing. Aliran catalyst menuju riser diatur oleh 15
SLV-102 untuk mengendalikan temperature reactor 15 TC-022. Pada top riser

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

reaksi perengkahan akan sempurna dan uap hydrocarbon terpisah dari catalyst oleh
riser terminator dan katalis jatuh keseksi stripping, guna meminimize reaksi
perengkahan sekunder yang tidak dikehendaki. Uap hydrocakarbon yang masih
bercampur katalis masuk kedalam 13 buah single stage cyclone untuk pemisahan
akhir (99,999% katalis dapat terpisahkan). Catalyst yang terecover oleh cyclone
jatuh kebawah cyclone diplegs menuju keseksi stripping yang mempunyai 7 grid
dan dilakukan pelucutan sisa hydrocarbon dengan mempergunakan 2 buah
stripping steam 15 FC-010/011. Uap hydrocarbon naik ke plenum chamber
bergabung dengan uap hydrocarbon dari cyclone yang lain dan keluar melalui
puncak reaktor menuju ke Main Column.

B. Regenerator

Gambar 2.2 Regenerator Two Stage


Regenerator mempunyai 2 fungsi, yaitu: mengembalikan aktivitas katalis
yang telah berkurang setelah melakukan perengkahan dan mensuplai panas yang
diperlukan untuk reaksi perengkahan umpan. Spent catalyst mengalir dari reactor

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

stripper menuju ke upper regenerator melalui spent catalyst stand pipe yang diatur
oleh 15 SLV-101 untuk mengendalikan level 15 LC-003. Spent catalyst ini banyak
mengandung coke dengan komponen carbon dan hydrogen serta sebagian kecil
Sulfur dan Nitrogen yang terdeposit pada permukaan catalyst (8-10 % wt) selama
terjadi pereaksi perengkahan. Regenerasi katalis dilakukan dengan membakar
carbon mempergunakan oksigen yang diperoleh dari udara melalui Main Air
Blower. Pada upper regenerator dikehendaki pembakaran parsial coke guna
menghindari tingginya temperature regenerator akibat panas reaksi pembakaran
bila dilakukan pembakaran sempurna. Sekitar 80% coke dapat dihilangkan pada
upper regenerator melalui pembakaran parsial C menjadi CO.
Dari upper RG catalyst mengalir turun lower regenerator yang diatur 15
SLV-103 dengan mengendalikan level upper regenerator 15 LC-011. Catalyst
cooler dipergunakan untuk menyerap panas hasil reaksi pembakaran coke pada
katalis dengan menghasilkan steam. Pengendalian penyerapan panas pada catalyst
cooler dilakukan dengan mengatur jumlah udara fluidisasi (lance air) pada masingmasing cat cooler. Sedangkan untuk mengendalikan panas catalyst yang mengalir
dari upper regenerator ke lower regenerator dipergunakan 15 SLV-104 untuk
mengendalikan 15 TC-072. Udara berlebih dipergunakan untuk membakar sisa
coke pada catalyst dengan pembakaran sempurna dari C menjadi CO2. Catalyst
panas pada temperature 700-735C akibat pembakaran tersebut selanjutnya
dialirkan dari lower regenerator menuju ke wye piece riser melalui regenerated
catalyst standpipe yang diatur oleh 15 SLV-102 untuk mengendalikan 15 TC-022.
Pada wye piece regenerated catalyst naik ke riser dengan bantuan lift gas dan lift
steam untuk bertemu dengan umpan residu yang diinjeksikan kedalam riser.
Aliran katalis antara seksi reactor dan regenerator ini merupakan jantung
proses RCC. Aliran katalis tersebut jumlahnya sangat besar yaitu antara 40-70
ton/mnt katalis sirkulasi tiap menit. Flue gas yang mengandung CO pada upper
regenerator mengalir melalui 20 buah double stage cyclone guna merecover partikel
catalyst yang terikut. Sekitar 75-90% catalyst dipisahkan pada stage pertama dan
sisanya pada stage kedua. Tekanan flue gas keluar regenerator diturunkan dengan

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

mengalirkannya melalui orifice chamber.

Flue gas pada tekanan rendah

dipergunakan untuk membangkitkan steam dalam CO boiler dengan cara


membakar CO menjadi CO2.

C. Main Column
Pemisahan produk dilakukan dalam main fractionating column menjadi
fraksi-fraksi Decant Oil, Light Cycle Oil, Naptha, Unstabilized Gasoline dan wet
gas. Uap hydrocarbon panas dari reactor masuk ke main column pada 510-535C
dan harus didinginkan ke 315-370C sebelum dilakukan pemisahan. Pendinginan
uap dari reactor tersebut dilakukan dengan mengkontakannya dengan sejumlah
besar stream sirkulasi Main Column Bottom dirancang untuk me-desuperheat uap
hydrocarbon dari reactor, mengkondensasi produk bottok dan menghilangkan
entrained catalyst partikel.
Laju sirkulasi slurry oil umumnya berkisar 130-180% laju umpan atau 14,5
M3/jam per meter persegi diameter kolom. Sebagian sirkulasi dari MCB dilakukan
pada disc and donut tray, dari sini uap naik keseksi HCO dimana fraksinasi awal
dilakukan. Dari seksi HCO uap minyak naik keseksi LCO, sebagian LCO dikirim
ke sponge gas lalu membawanya kembali. Sebagian LCO yang lain dimasukkan
kedalam stripper untuk mengendalikan flash pointnya. Reflux pada Main Column
dipergunakan untuk mengendalikan temp overhead system dan heat balance kolom
serta menentukan EP gasoline.

D. Main Air Blower


Main Air Blower (MAB) merupakan peralatan vital di unit RCC dan
berperan sebagai satu-satunya penyuplai udara pembakaran ke regenerator.70%
dari MAB akan dialirkan menuju upper regenerator ,sedangkan sisanya dialirkan
menuju lower regenerator .MAB didesain dengan kapasitas desain 481,123
kNm3/jam,tekanan inlet 1 kg/cm2 dan tekanan outlet 2,865 kg/cm2.Tipe kompresor
yang digunakan adalah kompresor aksial.Kompresor aksial menggunakan putaran
kipas untuk mendorong udara kedalam mesin .Aliran udara melalui mesin di dalam

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

straight line yang melalui stator vane bisa diubah-ubah sudutnya untuk menaikkan
atau mengurangi jumlah udara yang diperlukan.Penggerak MAB adalah steam
turbine dengan desain normal 3475 rpm.

E. Catalyst Cooler
Catalyst cooler berfungsi untuk mendinginkan katalis dari upper
regenerator ke lower regenerator dengan tujuan untuk mengatur temperature lower
regenerator.Unit RCC beroperasi dengan 2 buah back mix dan 2buah flow through
catalyst cooler.Media pendingin yang dipakai Catalyst cooler adalah Hot Boiling
Water (HBW) yang juga difungsikan sebagai boiler dan steam yang dihasilkan akan
dipanaskan kembali pada steam superheater.

2.3 Reaksi-reaksi yang terjadi di unit RCC


Semua komponen crude oil yang mempunyai rentang titik didih diatas
350C dapat diklasifikasikan sebagai residu, termasuk HGO, VGO, dan vacuum
bottom. Sebagian besar material ini mengandung mono/polynuclear naphtenes,
mono/polynuclear aromatic, resin dan asphaltenes. Residu mempunyai densitas dan
viskositas serta kandungan conradson carbon, sulfur, basic nitrogen dan metal yang
lebih besar disbanding pada gas oil.
Reaksi cracking merupakan reaksi pemecahan ikatan C-C, yang reaksinya
bersifat endhotermis dan secara thermodinamika reaksi tersebut dapat berlangsung
dengan baik pada temperature tinggi. Serangkaian reaksi yang kompleks akan
terjadi pada saat molekul umpan dikontakan dengan katalis pada temperature 650760C. Distribusi produk yang dihasilkan tergantung pada banyak factor termasuk
kondisi umpan dan kekuatan sisi asam katalis. Meskipun reaksi yang terjadi adalah
catalytic cracking, namun reaksi thermal cracking juga terjadi akibat kurang
idealnya kontak antara umpan dengan katalis dalam riser.
Reaksi-reaksi penting yang terjadi pada RCC adalah sebagai berikut:
1. Cracking
a. Paraffin terengkah menjadi olefin dan paraffin yang lebih kecil.

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

10

CnH2N + 2

Cm H2m

Paraffin

+ CpH2p + 2

Olefin

dimana n= m + p

Paraffin

b. Olefin terengkah menjadi olefin yang lebih kecil.


CnH2n

Olefin

CmH2m + CpH2P
Olefin

dimana n= m + p

Olefin

c. Naphthene (cycloparaffin) terengkah menjadi olefin


Cyclo-CnH2n +1

Cyclo

CmH2m + CpH2p

Naphthene
Cyclo-CnH2n

CmH2m +

Olefin

dimana n= m + p

Olefin

Cp H2p

dimana n= m + p

Olefin

Cycloparaffin mengandung cincin cyclohexane


Cyclo-CnH2n

C6H12 + CmH2m + CpH2p

cyclohexane
d.

olefin

dimana n = m + p + 6

olefin

Aromatik (rantai samping) terengkah menjadi Aromatik dan Olefin

2. Isomerasi
a.

n-Olefin menjadi iso-olefin

1-CnH2n trans-2-CnH2n
b.

n-Paraffin menjadi iso-Paraffin

n-CnH2n iso-CnH2n

3. Hydrogen transfer
a.

Naphthene + Olefin Aromatik + Paraffin

b.

Cyclo aromatisasi

C6H12
c.

+ 3C5H10

C6H6 + 3C5H12

Olefin menjadi paraffin dan aromatic

4C6H12

3C6H14 + C6H6

4. Alkyl grup transfer/transalkylation


C6H4 (C6H4)

C6H12 + CmH2m

CpH2p

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

11

5. Cyclisasi olefin menjadi naphthene


C7H14

CH3-cyclo-C6H11

6. Dealkylasi
Iso-C3H7-C6H5 C6H6 + C3H6

7. Dehydrogenasi
n-C8H18

C8H16 + H2

8. Reaksi Kondensasi
CH = CH2 + R1CH = CHR2 2H2

Klasifikasi Umpan
A. Paraffin
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n+ 2

yang mempunyai tingkat kestabilan tinggi. Paraffin terdapat dalam bentuk ikatan
paraffin hydrocarbon rantai lurus (n-Paraffin) maupun cabang (iso-Paraffin). Pada
umumnya umpan RCC didominasi oleh paraffin dengan kandungan paraffin antara
50-60% dari total feed. Paraffin stocks mudah dilakukan perengkahan dan
normalnya jumlah yield terbesar dengan total liquid produk paling banyak adalah
gasoline dan paling sedikit fuel gas namun octane number rendah.

B. Olefin
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon tak jenuh dengan rumus umum CnH2n
yang bersifat kurang stabil sehinnga anggota-anggotanya dapat langsung bereaksi,
baik antar senyawa olefin itu sendiri maupun dengan senyawa lain seperti Chlorine,
Bromine, Hydrocarbon acid dan Sulfuric acid tanpa pertukaran atom hydrogen.
Olefin terdapat dalam bentuk ikatan Olefin rantai cabang (iso-Olefin, al : Ethylen,
Propylene, Butylene dst) maupun olefin rantai cabang (iso-Olefin, al : iso-Butylene,

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

12

iso-Pentene dst). Olefin tidak disukai terdapat dalam feedstock RCC karena
umumnya akan terengkah menjadi produk yang tidak diinginkan seperti slurry dan
coke. Olefin content dalam umpan dibatasi< 5% wt.

C. Naphthene
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n
yang sama dengan olefin tetapi memiliki sifat-sifat yang jauh berbeda. Naphthene
merupakan senyawa hydrocarbon melingkar / tertutup dengan ikatan tunggal,
sedangkan olefin dengan rantai hydrocarbon terbuka dan ikatan ganda
(Cyclopentane, Cyclohexane, Methil-cyclohexane). Naphthene lebih disukai
sebagai umpan RCC karena dapat menghasilkan gasoline hasil perengkahan
naphthene mempunyai sifat lebih aromatic dan lebih berat disbanding hasil dari
perengkahan paraffin.

D. Aromatic
Merupakan rantai hydrocarbon tak jenuh dengan rumus umum CnH2n+6 atau
sering disebut dengan seri benzene yang memiliki sekurang-kurangnya satu cincin
ikatan rangkap Benzene (Benzene, Toluene, Aniline dll) dan bersifat sangat stabil
serta tidak dapat terengkah menjadi komponen yang lebih kecil. Aromatik kurang
disukai sebagian umpan RCC karena sebagian besar molekulnya tidak dapat
terengkah. Perengkahan aromatic pada dasarnya hanya akan memutuskan rantai
sampingnya saja sehingga akan menghasilkan fuel gas berlebihan. Beberapa
senyawa aromatic yang terdiri beberapa cincin (poly nuclear aromatic-PNA) dapat
secara terpadu membentuk chicken wire yang akan menempel pada catalyst
sebagai carbon residue (coke) dan sebagian akan menjadi produk slurry. Dibanding
dengan paraffin, perengkahan aromatic stock akan menghasilkan konversi yang
lebih rendah, yield gasoline lebih rendah dan sedikit liquid dengan Octane Number
lebih tinggi.

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

13

BAB III
METODOLOGI
Pada tugas khusus kali ini akan mengamati dan mengevaluasi pengaruh
temperatur reaktor ,temperatur regenerator,udara regenerator dan MCRT terhadap
yield coke pada unit RCC PT Pertamina RU VI Balongan.Berikut ini akan diuraikan
alur-alur dalam penyelesaian masalah yang ada.

3.1 Alur Penyelesaian Masalah

Permasalahan
Data Operasi

Pengumpulan data

Referensi

Data Laboratorium

Perhitungan

Analisa data dengan excel


2007

Linierisasi persamaan hasil


analisa

Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Gambar 3.1 Alur Penyelesaian Masalah

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

14

3.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk dijadikan sebagai dasar analisa
pengaruh variabel proses yang dikehendaki terhadap yield produk.Data-data yang
dibutuhkan diperoleh dari data operasi yang berasal dari bagian DCS.Data yang
diperoleh yaitu : temperatur di beberapa bagian unit,kapasitas feed dan
produk,analisa flue gas,dan data panas reaksi.Selain itu juga diperoleh dari
beberapa referensi data operasi desain yang umum digunakan pada proses fluid
catalytic cracking.

3.3 Pengolahan Data


Dari data yang diperoleh dilakukan pengolahan data melalui perhitungan
untuk mengetahui yield coke.Untuk yield produk yang lain sudah tersedia datanya
dari data analisa laboratorium.
PERHITUNGAN
Perhitungan udara pembakaran dengan basis udara kering (dry air )
A. Menentukan kandungan uap air dengan menggunakan grafik psychometric
Dengan memplotkan data temperatur dan humidity yang telah diketahui
maka akan didapat data kandungan uap air di dalam udara.

Gambar 3.2 Diagram psychometric

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

15

B. Menghitung udara basah


1

Flow (Nm3/jam) x 22,4 3 x 28,37 =......


C. Menghitung udara kering
1

Udara Basah (kg/jam) x ( 1+ ) kg H2O / kg udara basah


D. Menghitung jumlah mol udara kering
1

Udara kering (kg/jam) x kg mol/kg =.....

E. Menghitung H2O dalam udara kering (kg mol/jam)


Mol udara kering (
2

)x

1
2

) x kandungan uap air(

F. Menghitung O2 dalam udara kering


Mol udara kering (

) x komposisi O2 dalam udara = ......(

G. Menghitung kapasitas flue gas


Udara kering (

)x

2+
2+

= .....(

H. Menghitung excess O2 di Flue Gas


Kadar O2 di flue gas (% mol) x Kapasitas Flue Gas (

) =......(

Perhitungan jumlah karbon(C) dalam coke


Dihitung berdasarkan neraca O2 yang bereaksi membentuk komponen
flue gas yaitu :
excess air (O2)b di flue gas
(O2)c yang membentuk CO
(O2)d yang membentuk CO2
(O2)e yang membentuk H2O
(O2)f yang membentuk SO2
(O2)g yang membentuk NO2

(O2)a dalam udara pembakaran


Ket: Dikarenakan pada hasil analisa flue gas tidak ditemukan SO2 dan NO2
maka persamaan menjadi :
PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

16

excess air (O2)b di flue gas


(O2)c yang membentuk CO
(O2)d yang membentuk CO2
(O2)e yang membentuk H2O +
(O2)a dalam udara pembakaran

Tabel 3.1 Tabel Energi Pembakaran Coke pada Regenerator


K Cal/kg of BTU/lb

of

C,H2,atau S

C,H2,atau S

C + O2

CO

2,200

3,968

(1-1)

CO + O2

CO2

5,600

10,100

(1-2)

C + O2

CO2

7,820

14,100

(1-3)

H2 + O2

H2O

28,900

52,125

(1-4)

S + xO

SOx

2,209

3,983

(1-5)

N + xO

NOx

(1-6)
Sumber: FCC Handbook,page 31

Dengan konsep kesetimbangan stoikiometri maka dapat dihitung :


O2 membentuk CO
Kapasitas flue gas (
2

( )=.......

)x kadar CO2 di flue gas (%mol)xkoef reaksi

O2 membentuk CO2
Kapasitas flue gas (
2

( 2)=.......

) x kadar CO2 di flue gas (%mol)xkoef reaksi

O2 membentuk H2O
Kapasitas flue gas (
2

( 2)=.......

)x kadar CO2 di flue gas (%mol)xkoef reaksi

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

17

Mol H2 dalam coke = mol H2 yang dibakar


Untuk setiap reaksi 1 mol O2 ,maka akan terbentuk 2mol H2O
H2 yang dibakar di regenerator
2

O2 yang membentuk H2O x 2 2 = .....

Perhitungan jumlah coke yang dibakar


Jumlah coke dihitung berdasarkan jumlah C dan H dalam reaksi
membentuk CO,CO2,H2O.
Jumlah coke dari jumlah C = mol CO + mol CO2 x 12 kg C
mol C
Jumlah coke dari jumlah H = mol H2O
mol H2

kg mol C
x 2 kg H
kg mol H2

Total coke yang dibakar = jumlah coke dari C + jumlah coke dari H
Yield coke (%wt) = Total coke yang dibakar (kg/kg coke) x 100%
Kapasitas feed (kg/jam)
Kandungan H2 dalam coke(%wt)=Jumlah coke yg dibakar dari H x100%
Total coke yang dibakar
Perhitungan Panas Regenerator
Panas pembakaran (Hc) ditentukan berdasarkan tabel .Untuk panas
pembakaran coke berdasarkan suhu flue gas.

Panas Pembakaran (Hc) untuk C menjadi CO (


x O2 membentuk CO (

) x Hc (C

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

)x Hc (C

Panas pembakaran (Hc) untuk C menjadi CO2 (


(O2 membentuk CO2 (

CO)

CO2)

18

Panas pembakaran (Hc) untuk H2 menjadi H2O (


(H2 terbakar di regenerator (

Total panas pembakaran coke (


Hc (C

CO) + Hc (C

) x Hc (H2

H2O)

CO2) + Hc (H2

H2O)

Panas pembakaran (belum dikoreksi) ( )


Hc (C

CO) + Hc (C

CO2) + Hc (H2

H2O)

Total coke yang dibakar

Panas yang digunakan untuk memanaskan udara regenerasi (kkal/kg


coke)
Data/referensi : Cp.Udara = 0.25 kkal/kg oC
Udara kering (kg/jam) x Cp udara x (suhu regen-suhu keluar main air blower)
Total coke yang dibakar

Panas yang dibutuhkan untuk memanaskan uap air regenerasi


(kkal/kg coke)
Data/referensi : Cp H2O vapor = 0,475 kkal/kg oC
H2O dalam udara kering x Cp H2O x (suhu regen-suhu keluar main air blower)
Total coke yang dibakar

Panas yang dibutuhkan untuk memanaskan coke (kkal/kg coke)


Data/referensi : Cp spentcatalyst = 0,25 kkal/kg oC
Cp spentcatalyst x (suhu regen-suhu keluar main air blower)

Panas yang dibutuhkan untuk membangkitkan steam di Catalyst


coolers (Duty Catalyst Coolers) (kkal/kg coke)

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

19

Neraca Panas Regenerator


Flue gas (1)

Radiation loss (7)

Spent catalyst (2)


Coke (3)

Hc Coke (8)
Pemanfaatan

Regenerated catalyst(4)

panas (6)

Udara (5)
Gambar 3.3 Diagram Alir Neraca Panas di Regenerator
-H2-H3-H5-H8 = H1+ H4 + H6 + H7
Temperatur referensi adalah temperatur regenerator,sehingga
H1-H4 = 0,maka persamaan
H2 = H8 -H3-H5-H6-H7
Neraca Panas Reaktor
Reaktor vapor (9)

Regenerated Catalyst (4)


Spent catalyst (2)

Feed (10)
H reaksi (14)

Coke (3)

Lift gas (11)


Steam (12)

Radiation loss (13)


Gambar 3.4 Diagram Alir Neraca Panas di Reaktor
-H10-H11-H12+H4 = H3+ H9 + H13 + H14
Temperatur referensi adalah temperatur reaktor,sehingga H3- H9 = 0
dan H4 = H10 + H11+ H12+ H13+ H14

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

20

Pada kondisi tunak :


H2 - H4 = 0
Maka dengan substitusi didapat H pembakaran coke:
H8 = H3 + H5 + H6 + H7 + H10 + H11+ H12+ H13+ H14
Neraca Panas Keseluruhan
H regenerator = H reaktor
Dimana :
H regenerator = H8 -H3 - H5 - H6 - H7
H reaktor = H10 + H11+ H12+ H13+ H14
Dengan substitusi persamaan maka neraca panas keseluruhan adalah :
H8 - H3 - H5 - H6 - H7 = H10 + H11+ H12+ H13+ H14
Perhitungan Sirkulasi Katalis
Data/referensi : Cp katalis = 0.22 kkal/kg oC
Menghitung kecepatan sirkulasi katalis (CCR)
Total coke yang dibakar x H regenerator

=..... kg/menit

Cp katalis x (temperatur regen-temperatur reaktor) x 1000

Menghitung C/O ratio


CCR (kg/menit) x
Combined feed (kg/jam)

Menghitung Air to coke ratio


jumlah udara kering (kg/jam)
total coke (kg/jam)

Menghitung delta coke


Total coke (kg/jam) x 100% = ....%w
CCR kg/menit x 1000

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Neraca Energi Unit RCC
Data per 11 Maret 2014
Perhitungan udara pembakaran dengan basis udara kering (dry air) :
Kandungan H2O dilihat dengan grafik psychrometric yang merupakan korelasi
temperatur dengan relative humidity.
Udara pembakaran :
Temperatur

: 30 oC

Humidity

: 80%

Dry air

: 96,8 % vol

Komposisi flue gas dalam % mol :

CO

= 5,9

CO2

= 14,73

O2 + Ar = 1,1
N2

= 77,6

O2

=0

Gambar 4.1 Grafik udara kering versus relatif humidity dan temperatur
Sumber : FCC Handbook,page 181

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

22

Dengan menggunakan grafik Vapor Pressure of Water and humidity didapat


kandungan uap air = 0.0241 kg H2O/kg udara kering

Gambar 4.2 Diagram Psychrometric


Sumber : Perrys Chemical Engineers Handbook,12-5

Sehingga jumlah mol udara kering dan H2O dalam udara pembakaran dapat
dihitung sebagai berikut :
A. Menghitung udara basah
1

Flow (Nm3/jam) x 22,4 3 x 28,37 =......


1

351000 Nm3/jam x 22,4 3 x 28,37 = 444547,7


B. Menghitung udara kering
1

Udara Basah (kg/jam) x ( 1+ ) kg H2O / kg udara basah

444547,7 x ( 1+0,0241 ) kg H2O / kg udara basah = 434086,2 kg/jam


C. Menghitung jumlah mol udara kering
1

Udara kering (kg/jam) x kg mol/kg =.....

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

23

434086,2 kg/jam x 28,85 kg mol/kg = 15046,3

D. Menghitung H2O dalam udara kering (kg mol/jam)


Mol udara kering (
2

15046,3

)x

) x kandungan uap air(

x 18 (

)x 0,0241 = 20,14 kgmol/jam

E. Menghitung O2 dalam udara kering


Mol udara kering (
15046,3

) x komposisi O2 dalam udara = ......(

x 0,21 = 3159,7

F. Menghitung kapasitas flue gas


Udara kering (
15046,3

)x

2+
2+

79%

x 78,53% = 15136,4

= .....(

G. Menghitung excess O2 di Flue Gas


Kadar O2 di flue gas (% mol) x Kapasitas Flue Gas (
0 % mol x 15136,4

=0

) =......(

Tabel 4.1 Tabel Energi Pembakaran Coke pada Regenerator


K Cal/kg of BTU/lb

of

C,H2,atau S

C,H2,atau S

C + O2

CO

2,200

3,968

(1-1)

CO + O2

CO2

5,600

10,100

(1-2)

C + O2

CO2

7,820

14,100

(1-3)

H2 + O2

H2O

28,900

52,125

(1-4)

S + xO

SOx

2,209

3,983

(1-5)

N + xO

NOx

(1-6)
Sumber: FCC Handbook,page 31

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

24

Dihitung berdasarkan neraca O2 yang bereaksi membentuk komponen flue


gas yaitu :
Cdalam coke = 15136,4

5,9+14,73
100

= 3122,6 kgmol/jam

O2 masuk regenerator = 0,21 x 15046,3 = 3159,7 kg mol/jam


Excess O2 dalam Flue gas = 0
Dengan konsep kesetimbangan stoikiometri maka dapat dihitung :
O2 membentuk CO
Kapasitas flue gas (
2

( )=.......
15136,4

)x kadar CO di flue gas (%mol)xkoef reaksi

x 5,9 % mol x 0,5

= 446,52

O2 membentuk CO2
Kapasitas flue gas (
2

( 2)=.......
15136,4

) x kadar CO2 di flue gas (%mol)xkoef reaksi

x 14,73 % mol x 1 2 = 2229,6

O2 membentuk H2O
3159,7 kgmol/jam(0+446,52 kg mol/jam+2229,6 kgmol/jam)= 483,58 kmol/jam
H2 yang dibakar di regenerator
2

O2 yang membentuk H2O x 2 2 = .....


2

483,58 kmol/jam x 2 2 = 967,16

Total coke yang dibakar = jumlah coke dari C + jumlah coke dari H
= (3122,6 x 12) + (967,16 x 2)
= 39405,5 kg/jam = 39,4055 Ton/jam
Yield coke (%wt) =

Total coke yang dibakar (kg/kg coke) x 100%


Kapasitas feed (kg/jam)

39,405 kg/jam x 100% = 9,7 %


404,06

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

25

Kandungan H2 dalam coke(%wt)=Jumlah coke yg dibakar dari H x100%


Total coke yang dibakar
=

967,16 x 2 x 100 % =

4,9 %

39405,5
Air to coke ratio

= 434086,2 = 11,02 Kgudara/Kgcoke


39405,5

Neraca Panas Regenerator

Flue gas (1)

Radiation loss (7)

Spent catalyst (2)


Hc Coke (8)

Pemanfaatan

Coke (3)
Regenerated catalyst (4)

panas (6)

Udara (5)
Gambar 4.3 Diagram Alir Neraca Panas di Regenerator
-H2-H3-H5-H8 = H1+ H4 + H6 + H7
Temperatur referensi adalah temperatur regenerator,sehingga
H1-H4 = 0,maka persamaan
H2 = H8 -H3-H5-H6-H7

Perhitungan Panas Pembakaran


Temperatur reference yang digunakan adalah temperatur rata-rata upper
regenerator Treference = 719.91 oC

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

26

Panas pembakaran C untuk membentuk CO dapat dicari dari :

Gambar 4.4 Hubungan panas Pembakaran CO dengan temperature


Dari persamaan y = 6,15x + 107982 , dimana y adalah panas pembakaran
CO dan x adalah temperature,maka didapatkan :
HcCO = 2 x Molar O2 membentuk CO x (6.15 x temperatur regenerator +
107982)
= 2x 446,52 x (6,15x 719,7+107982) = 100384983,2 kJ/jam
Panas pembakaran C untuk membentuk CO2 dapat dicari dari :

Gambar 4.5 Hubungan panas Pembakaran CO2 dengan temperature


Dari persamaan y = 2.09x + 393706,dimana y adalah panas pembakaran
CO2 dan x adalah temperature,maka didapatkan :
HcCO2 = Molar O2 membentuk CO2 x (2.09 x temperature regenerator +
393706
= 2229,6 x (2,09 x 719,7 + 393706) = 881160601,7kCal/jam

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

27

Panas pembakaran H untuk membentuk H2O dapat dicari dari :

Gambar 4.6 Hubungan panas Pembakaran H2O dengan temperature

Dari persamaan y = 6.64x + 243454,dimana y adalah panas pembakaran


H2O dan x adalah temperature,maka didapatkan :
HcH2O = Molar O2 membentuk H2O x (6,64 x temp.regenerator + 243454)
= 483,58 x (6,64 x 719,7 + 243454) = 120040421,3 kCal/jam
Total panas pembakaran dari coke
Hc Total = Hcco +Hcco2 + HcH2O
=100384983,2 + 881160601,7 + 120040421,3 = 1101586006 kCal/jam
Total panas pembakaran dari coke per kg coke
Hctotal/kgcoke=Hctotal : total coke yang dibakar
= 1101586006 : 39405,5 = 27955,13 kJ/kg Coke
Corrected Hc total = 27955,13 + (2636-314 x 4,9) = 29052,53 kJ/jam
Desorpsi panas oleh udara pembakaran
Data/referensi:
-

Temperatur discharge MAB = 184,5 oC

Temperatur lower regen = 719,7 oC

Cp udara = 0.25 kkal/kg oC

Udara kering (kg/jam)xCp udara x (suhu regen-suhu keluar main air blower)
Total coke yang dibakar

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

28

= 434086,2 x0.25 kkal/kg oC x (719,7 oC - 184,5 oC ) = 1471,8 kkal/kg coke


39405,5

Panas desorpsi H2O dalam udara pembakaran


Data/referensi : Cp H2O vapor = 2.03 kJ/kg oC
Mol H2O dalam udara basahh = 581,19
Berat molekul air = 18 kg/kg mol
H2O dalam udara kering x BM H2O x Cp H2O x(suhu regen-suhu keluar MAB)
Total coke yang dibakar
= 581,19 x 18x 2,03 x (719,7 oC - 184,5 oC) = 288,4 kJ/kg Coke
39405,5

Panas Desorpsi Coke


Data/referensi : Cp spentcatalyst = 0,25 kkal/kg oC
Reaktor over temperatur = 524,3 oC
Cp spentcatalyst x (suhu regen-suhu reaktor)
= 0,25 kkal/kg oC x (719,7 524,3) = 48,85 Kj/kg coke

Perhitungan Panas Untuk menghasilkan Steam didalam Catalyst


Cooler
Data : Pressure

= 46 kg/cm2

Water masuk catalyst cooler pada 145oC

= 536.456 kJ/kg

Steam product catalyst cooler pada 260oC

= 2799.43 kJ/kg

Blowdown catalyst cooler pada 260oC

= 1102.92 kJ/kg

Duty Catalyst Cooler A/D

Qcooler A/D = (flowsteam (15V101) x (2799.43-536.456)+blowdown


(15V101)x(1102.92-536.456)) x 1000 = 225446123,3 kJ/jam

Qcooler A/D /kgCoke = 225446123,3 kJ/jam : 39405,5 kg/jam = 5721,2


kJ/kgCoke

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

29

Duty Catalyst cooler B/C

Qcooler

B/C

(flowsteam

536.456)+blowdown

(15V101B)

(2799.43-

(15V101B)x(1102.92-536.456)) x 1000

= 154446318,4 kJ/jam

Qcooler

B/C

/kgCoke = 154446318,4 kJ/jam : 39405,5 kg/jam =

3919,4 kJ/kgCoke

Regenerator Heat Balance


Hregenerator = 29052,53 (1471,8+288,4+48,85+5721,2+3919,4) = 17602,88

Neraca Panas Reaktor


Reaktor vapor (9)

Regenerated Catalyst (4)


Spent catalyst (2)

Feed (10)
H reaksi (14)

Coke (3)

Lift gas (11)


Steam (12)

Radiation loss (13)


Gambar 4.7 Diagram Alir Neraca Panas di Reaktor
-H10-H11-H12+H4 = H3+ H9 + H13 + H14
Temperatur referensi adalah temperatur reaktor,sehingga H3- H9 = 0
dan H4 = H10 + H11+ H12+ H13+ H14
Pada kondisi tunak :
H2 - H4 = 0
Maka dengan substitusi didapat H pembakaran coke:
H8 = H3 + H5 + H6 + H7 + H10 + H11+ H12+ H13+ H14

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

30

Neraca Panas Keseluruhan


H regenerator = H reaktor
Dimana :
H regenerator = H8 -H3 - H5 - H6 - H7
H reaktor = H10 + H11+ H12+ H13+ H14
Dengan substitusi persamaan maka neraca panas keseluruhan adalah :
H8 - H3 - H5 - H6 - H7 = H10 + H11+ H12+ H13+ H14
Perhitungan Sirkulasi Katalis
Data/referensi : Cp katalis = 1.15 kkal/kg oC
1. Menghitung kecepatan sirkulasi katalis (CCR)
Total coke yang dibakar x H regenerator

=..... kg/menit

Cp katalis x (temperatur regen-temperatur reaktor) x 1000


= 39405,5 kg/jam x 17602,88
1,15 kkal/kg oC x (719,7 524,3) oC x 1000
= 3086,87 ton/jam

2. Menghitung C/O ratio


CCR (kg/menit)
Combined feed (kg/jam)
= 3086,87 : 404,06
= 7,64 %

3. Menghitung delta coke


Total coke (kg/jam) x 100% = ....%w
CCR kg/menit x 1000
= 39405,5 kg/jam x 100%
3086,87 X 1000
= 1,28 %

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

31

4.2 Yield Coke Unit RCC


A. Berdasarkan Perubahan MCRT

YIELD COKE VS MCRT


8

MCRT

6
4
2
0
9,26

9,38

9,59

9,66

9,7

9,87

10,02

Yield Coke

Gambar 4.8 Hubungan MCRT dengan Yield Coke


Dari gambar diatas menunjukan pengaruh kandungan MCRT terhadap yield
coke dimana untuk setiap kenaikan MCRT pada combine feed akan menghasilkan
kenaikan yield coke.Peningkatan yield coke ini dipengaruhi oleh perubahan kondisi
umpan yang semakin lama impuritasnya semakin tinggi. PT. PERTAMINA RU-VI
Balongan sendiri mengolah crude oil yang berasal dari Duri dan Minas. Komposisi
crude dari Duri yaitu> 60%.
Tabel 4.2 Tabel Crude Oil Duri dan Minas
Sumber Crude Oil
Cut Range C
% Volume on crude
Specific Gravity
Nitrogen (Total) weight ppm
Sulphur content % weight
Conradson carbon % weight
Hydrocarbon content %
weight
Metal ppm weight
Metal (ppm) weight V
Ni
Na
Viscosity Csts @ 50C
@ 100C

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

Duri
370 +
73,5
0,952
4220
0,24
9,8
12,06

Minas
370 +
53,8
0,896
1820
0,12
4,9
13,3

2
2
43
1
1380
95,7

<2
<2
15
1
82,3
16,5

32

Berdasarkan table diatas, dapat dilihat bahwa kandungan senyawa-senyawa


pembentuk coke pada crude oil Duri jauh lebih tinggi dibandingkan dengan crude
oil dari Minas. Maka dengan komposisi crude oil dari Duri yang lebih besar dari
60% dibandingkan dengan Minas mengakibatkan coke yang terbentuk cenderung
meningkat. Coke dari fraksi umpan yang sangat berat dan yield-nya dapat
diperkirakan dengan tiga cara, yaitu Canradson Carbon (CCR), Mikro Carbon
(MCR) atau Ramsbottom Residue test. Harga carbon residu yang tinggi akan
mengindikasikan tingginya coke yang dapat terbentuk.
Kandungan sulfur yang terdapat dalam crude oil berada dalam bentuk
senyawa organic-sulfur (Mercaptan, Sulfide, Thiophene). Hal ini berkontribusi
dalam pembentukan coke. Kandungan sulfur pada crude oil Duri yang lebih tinggi
mengakibatkan pembentukan coke meningkat. Selain itu pada crude oil Duri
kandungan logam yang terdapat didalamnya lebih tinggi dibandingkan crude
Minas. Kandungan Ni pada crude Duri mengakibatkan reaksi transfer hydrogen
yang sangat besar. Reaksi transfer hydrogen ini memproduksi senyawa tak jenuh
dan multi-ring aromatic yang merupakan senyawa utama pembentukan coke.

B. Berdasarkan Perubahan Udara Regenerator

Yield Coke

YIELD COKE VS UDARA REGENERATOR


10,2
10
9,8
9,6
9,4
9,2
9
8,8
349,53

351,82

354,39

357,85

373,74

385,44

393,51

Udara Regenerator

Gambar 4.9 Hubungan Udara Regenerator dengan Yield Coke


Dari grafik tersebut tampak bahwa hubungan produksi coke dengan
kebutuhan udara di regenerator adalah linear, kenaikan MCRT pada combine feed

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

33

akan menghasilkan semakin banyak yield coke yang terbentuk, maka udara yang
dibutuhkan untuk pembakaran juga semakin banyak.

C. Berdasarkan Perubahan Temperature Lower Regenerator

Yield Coke

YIELD COKE VS TEMPERATUR LOWER REGENERATOR


10,2
10
9,8
9,6
9,4
9,2
9
8,8
719,7

720,5

723,9

725,8

727,8

735,7

735,7

Temperature lower regenerator

Gambar 4.10 Hubungan Temp.Lower Regenerator dengan Yield Coke


Dari gambar diatas tersebut tampak bahwa suhu Lower regenerator berkisar
pada rentang 720-735oC. Menunjukan bahwa dengan kenaikan temperatur lower
regenerator akan semakin banyak yield coke yang terbentuk.

D. Berdasarkan Perubahan Temperature Reaktor

Yield Coke

YIELD COKE VS TEMPERATUR REAKTOR


10,2
10
9,8
9,6
9,4
9,2
9
8,8
524,3

524,5

524,9

525,1

528

536,5

536,5

Temperatur Reaktor

Gambar 4.11 Hubungan Temperatur Reaktor dengan Yield Coke


Menunjukan bahwa dengan kenaikan temperatur reaktor terjadi
kenaikan yield coke.Catalytic coke merupakan reaksi biomolecular.Catalytic coke

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

34

ini terbentuk ion carbenium (R-CH2)+.Ion Carbenium dapat terbentuk dari


penambahan proton ke olefin ataupun dengan menghilangkan hydrogen dan dua
electron dari paraffin.Contoh reaksinya adalah sebagai berikut :

Penambahan Proton @Bronsted Site


R-CH=CH-CH2- CH2- CH3+H+ R-C+H- CH2- CH2- CH2- CH3

Penghilangan H- @Lewis Site


R- CH2- CH2- CH2- CH3R-C+H- CH2- CH2- CH3

Ketika terbentuk ,ion carbenium dapat mengalami beberapa reaksi.Terdapat tiga


reaksi

yang

dominan,salah

satunya

reaksi

transfer

hidrogen.Menurut

teori,kecepatan reaksi transfer hidrogen berbanding lurus dengan peningkatan yield


coke.Reaksi transfer hidrogen ini memproduksi senyawa tak jenuh dan multi ring
aromatic yang merupakan senyawa utama pembentuk coke.Senyawa tak jenuh ini
terdiri dari olefin,diolefin,dan multu ring polycyclic olefin yang sangat reaktif dan
dapat terpolimerisasi sehingga terbentuk coke.Oleh karena itu kenaikan temperatur
reaktor mengakibatkan reaksi transfer hidrogen meningkat.Peningkatan reaksi ini
berakibat pada bertambahnya produksi coke.
(Sadeghbeigi,1995)

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

35

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Proses cracking merupakan teknologi proses yang berfungsi untuk merengkah
atau memotong rantai hidrokarbon yang panjang menjadi rantai hidrokarbon
yang lebih pendek.
2. Proses penting yang terjadi pada Residu Catalyst Cracking adalah : Cracking,
Isomerasi,Transfer hidrogen,Transfer alkil group, Cyclisasi olefin menjadi
napthene,Daelkylasi, Dehidrogenisasi, Reaksi kondensasi.
3. Energi unit RCC sebagian berasal dari panas pembakaran coke didalam
Regenerator dan panas produk yang keluar dimanfaatkan untuk memanaskan
feed dengan menggunakan Heat Exchanger.
4. Kenaikan

yield

coke

dipengaruhi

oleh

kenaikan

MCRT,Temperatur

Reaktor,Temperatur Lower Regenerator dan Udara ke Regenerator.

5.2 Saran
Untuk perhitungan heat balance, diperlukan data data aktual untuk
menunjang hasil perhitungan yang komprehensif.

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

36

DAFTAR PUSTAKA
Perry,R.H.,and Green,1997,Perry,s Chemical Engineers Hand Book,7th
edition,McGraw-Hill Book.,New York
Pertamina,1993, Pedoman Operasi Kilang di PERTAMINA UP-VI Balongan,
Balongan
Sadeghbeigi,Reza.1995.Fluid Catalytic Cracking handbook : desgin, operation,
and troubleshooting of FCC facilities. Gulf Publishing Company,
Houston, Texas

PSD III Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

37

Das könnte Ihnen auch gefallen