Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah suatu
keadaan saat terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme
kompensatoriknya. Gagal jantung adalah komplikasi tersering dari segala jenis
penyakit jantung kongenital maupun didapat. Penyebab dari gagal jantung adalah
disfungsi miokard, endokard, perikardium, pembuluh darah besar, aritmia,
kelainan katup, dan gangguan irama. Di Eropa dan Amerika, disfungsi miokard
yang paling sering terjadi akibat penyakit jantung koroner, biasanya akibat infark
miokard yang merupakan penyebab paling sering pada usia kurang dari 75 tahun,
disusul hipertensi dan diabetes.
Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4% - 2% dan meningkat pada
usia yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Prevalensi gagal jantung di
Amerika Serikat mencapai 4,8 juta orang dengan 500 ribu kasus baru per
tahunnya. Di Indonesia belum ada angka pasti tentang prevalensi penyakit gagal
jantung, di RS Jantung Harapan Kita, setiap hari ada sekitar 400-500 pasien
berobat jalan dan sekitar 65% adalah pasien gagal jantung. 3 Meskipun terapi
gagal jantung mengalami perkembangan yang pesat, angka kematian dalam 5-10
tahun tetap tinggi, sekitar 30-40% dari pasien penyakit gagal jantung lanjut dan 510% dari pasien dengan gejala gagal jantung yang ringan.
Prognosa dari gagal jantung tidak begitu baik bila penyebabnya tidak
dapat diperbaiki. Setengah dari populasi pasien gagal jantung akan meninggal
dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan, dan pada keadaan gagal jantung berat
lebih dari 50% akan meninggal dalam tahun pertama..
Berikut di bawah ini dilaporkan suatu kasus pada pasien laki-laki berusia 61
tahun yang datang dengan sesak hebat yang dirawat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang di bangsal Aster F Penyakit Dalam.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. IDENTIFIKASI
Nama
: Ibu ZD
Umur
: 30 tahun
Alamat
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Pedagang
Agama
: Islam
MRS
Riwayat Kebiasaan
Riwayat Sosioekonomi
Kesan: Status ekonomi kurang
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 150/100 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36,5 C
Berat badan
: kg
Tinggi badan
: cm
Keadaan spesifik
Kulit
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Gigi dan Mulut
Leher
Dada
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
tiroid (-)
: simetris, spider nevi (-), barrel chest (-)
: statis : simetris ; dinamis : pergerakan dada kanan = kiri
: fremitus taktil kanan = kiri
: sonor pada seluruh lapang paru
: vesikuler (+) normal, ronkhi() basah halus di basal paru,
wheezing (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas inferior
Hasil
Nilai Normal
8.6 gr/dl
3.13 juta/mm3
4500/mm3
25 %
320.000 /mm3
78.9 fL
28 pg
35 g/dL
0/17/70/16/7%
1.1%
14.8
12.8
0.98
35.6
33.0
599.0 mg/dL
3.47
detik
12-18 detik
27-42 detik
200-400 mg/dL
< 0.5
3.7 g/dL
1.4 g/dL
2.3
366 mg/dL
37 mg/dL
256 mg/dL
215 mg/dL
5.75 mg/dL
6.4-8.3 g/dL
3.5-5.0 g/dL
2.6-3.6 g/dL
<200 mg/dL
>65 mg/dL
<100 mg/dL
<150 mg/dL
0.5-0.9 mg/dL
Hasil
Nilai Normal
Kuning
Keruh
1.025
6.0
Positif +++
Negatif
Negatif
Positif +
Negatif
1 EU/dL
Negatif
Negatif
Kuning
Jernih
1.003-1.030
5-9
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0.1-1.8 EU/dL
Negatif
Negatif
Positif
7-9/LBP
0-1/LBP
Granular ++
Negatif
Positif +++
Negatif
Negatif
Negatif
0-5/LBP
0-1/LBP
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Kesan : Kardiomegali
2.5. RESUME
Sejak 2 tahun SMRS os mengeluh nyeri sendi di seluruh badan terutama di
daerah lutut. Nyeri yang dirasakan terus-menerus. Kelianan kulit (+) os mengaku
adanya bintik-bintik merah di sekitar hidung yang mana akan bertambah merah dan
menghitam apabila os terkena sinar matahari. Os mengaku juga adanya koreng seperti
gambaran koin di sekitar siku, lutut, dan lengan atas. Os juga mengeluhkan adanya
rambut rontok os berobat ke RS Swasta os dirawat jalan dan diberi obat tetapi
os tidak tau obat apa keluhan tidak berkurang, os kembali lagi ke RS Swasta
lainnya dan dicurigai suatu SLE dan disarankan berkunjung ke dokter spesialis
penyakit dalam. Os diperiksa dan didiagnosis dengan SLE os diberi obat
metilprednisolon, os teratur meminum obat keluhan berkurang.
1 tahun SMRS os mengeluh timbulnya kejang , kejang berlangsung 10
menit hilang dengan meminum obat os sadar. Selain itu juga os juga kadang tibatiba terjadi penurunan kesadaran, kepala sering sakit (+). os berobat ke dokter yang
sama
1 bulan SMRS os mengaku timbul sembab pada kelopak mata, mual (+)
BAK os berbuih (+) putih keruh. Penurunan napsu makan (+)
3 hari SMRS os mengeluh mual bertambah disertai muntah-muntah dengan
frekuensi 4-5 x/ hari dengan jumlah 1/2 gelas belimbing/kali muntah isi apa yang
dimakan dan diminum. Nyeri pada ulu hati (+) os mengaku lemas, letih, kaki tangan
dingin. Setiap makan os muntah. Os juga mengeluh seembab muncul di seluruh wajah
meningkat pada pagi hari dan berkurang pada siang hari. BAK berbuih (+) warna
kuning keruh os dibawa ke IGD RSMH
DIAGNOSIS
DIAGNOSA BANDING
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis
-
Istirahat
Farmakologis
RENCANA PEMERIKSAAN LANJUTAN
PROGNOSIS
-
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
22 Januari 2016
S :
O : Keadaan Umum
Sesak
Sakit sedang
Sensorium
Compos Mentis
Tekanan Darah
140/80 mmHg
Nadi
98x/m reguler
Frekuensi Pernapasan
26x/m
Temperatur
36,7 C
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorax
Cor :
HR : 98x/m, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
Vesikuler (+) normal, Ronkhi (+), Wheezing (-)
Abdomen
Ekstremitas
10
P :
Non Farmakologis
-
Tirah baring
O2 3 L/m
Edukasi
Farmakologis
-
Valsartan 1x80mg
Clopidogrel 1x75mg
23 Januari 2016
S :
O : Keadaan Umum
Sesak berkurang
Sakit sedang
Sensorium
Compos Mentis
Tekanan Darah
140/80 mmHg
Nadi
78x/m reguler
Frekuensi Pernapasan
24x/m
Temperatur
36,5 C
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
11
Thorax
Cor :
HR : 78x/m, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
Vesikuler (+) normal, Ronkhi (+), Wheezing (-)
Abdomen
Ekstremitas
A :
Tirah baring
O2 3 L/m
Edukasi
Farmakologis
24 Januari 2016
Valsartan 1x80mg
Clopidogrel 1x75mg
: Pasien meninggal
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
3.1.1
3.
4.
degenerasi
5. Kerusakan akibat radikal bebas
Radikal bebas sebagai produk sampingan respirasi aerob dihasilkan
menumpuk melebihi kapasitas anti radikal bebas tubuh (SOD, katalase,
glutation peroksidase) sehingga menimbulkan kerusakan sel.
Menua atau menjadi tua merupakan proses yang dialami oleh semua orang
dan tidak dapat dihindari. Yang dapat diusahakan adalah tetap sehat ada saat
menua Healthy Aging. Proses menua dipengaruhi oleh faktor eksogen dan
endogen yang dapat menjadi faktor risiko penyakit degeneratif.
3.1.2 Perubahan dalam Proses Penuaan
Perubahan dalam penuaan terdiri dari perubahan anatomi, patologi, dan
psikososial akibat proses menua.
14
Awitan gejala
Usia lanjut
Endogen (dari dalam)
Tersembunyi
Kumulatif/multipel
Lama terjadi
Insidious, kronik
Tidak khas
Usia muda
Eksogen (dari luar)
Jelas, nyata
Spesifik, tunggal
Recent
Florid (jelas sekali)
Khas,
memenuhi
hukum
Parsimoni
Kronik/menahun,
progresif,
penyakit)
Self-limiting
Memberi kekebalan
menyebabkan cacat
lama
Menjadi rentan
Variasi individual
penyakit lain
Beragam
kecil
15
impaired homeostasis
the big three : intelectual failure, instability, incontinence
the 14 I: Imobility, Impaction, Instability, Iatrogenic,
Intelectual
Impairment,
Impotence,
Insomnia,
Incontinence,
Isolation,
M
E
N
T
I
A
: metabolik/endokrin
: eye and ear (mata dan telinga)
: nutrisi
: tumor trauma
: infeksi
: arteriosklerosis
Prinsip tatalaksana dementia adalah optimalisasi fungsi pasien,
hormon
mineralokortikoid,
simpatomimetik,
atau
18
impaksi
DIAPPERS
feses,
Pharmasi
Delirium,
Infection,
poliuri.
Juga
Atrophic
dengan
akronim
vaginitis/uretheritis,
urgensi, kolinergik
agonis
(betanekol),
-arendergik
antagonis
antihipertensi,
antidepresan
trisiklik,
sedatif,
antipsikotik,
19
20
3.1.1. Definisi
21
Etiologi
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi
aorta dan defek septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan
dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium
dapat menurun pada infark miokardium dan kardiomiopati. Faktor-faktor yang
dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang
mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik, infeksi paru-paru dan emboli
paru. 1
Penyebab tersering gagal jantung kiri adalah hipertensi sistemik, penyakit
katup mitral atau aorta, penyakit jantung iskemik, dan penyakit miokardium
primer. Penyebab tersering gagal jantung kanan adalah gagal ventrikel kiri, yang
menyebabkan kongesti paru dan peningkatan tekanan arteria pulmonalis. Gagal
jantung kanan juga dapat terjadi tanpa disertai gagal jantung kiri pada pasien
22
dengan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh paru (kor polmunale) dan
pada pasien dengan penyakit katup arteri pulmonalis atau trikuspid. 5
3.1.3
Patofisiologi
Bila jantung mendadak menjadi rusak berat, seperti nfark miokard, maka
kerja
ventrikel.namun
pada
akhirnya
respons
23
Gambar 1. Mekanisme aktivasi sistem syaraf simpatik dan parasimpatik pada gagal jantung. 8
glomerulus
Pelepasan renin dari apparatus jukstaglomerulus
Interaksi renin dan angiotensinogen dalam
darah
untuk
menghasilkan angiotensinI
Konversi angotensin I menjadi angiotensin II
Rangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal.
Retensi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus kolektifus.
Angiotensin II juga menghasilkan efek vasokonstriksi yang
meningkatkan tekanan darah. 1, 5, 6, 7
24
3. Hipertrofi ventrikel :
Respon kompensatorik terakhir adalah hipertrofi miokardium atau
bertambah tebalnya dinding. Hipertrofi miokardium akan mengakibatkan
peningkatan kekuatan kontraksi ventrikel.
Awalnya, respon kompensatorik sirkulasi memiliki efek yang
menguntungkan; namun akhirnya mekanisme kompensatorik dapat
menimbulkan gejala, meningkatkan kerja jantung, dan memperburuk
derajat gagal jantung. Retensi cairan yang bertujuan untuk meningkatkan
kekuatan kontraktilitas menyebabkan terbentuknya edema dan kongesti
vena paru dan sistemik. Vasokontriksi arteri juga meningkatkan beban
akhir dengan memperbesar resistensi terhadap ejeksi ventrikel; beban
akhir juga meningkat karena dilatasi ruang jantung. Akibatnya, kerja
jantung dan kebutuhan oksigen miokardium juga meningkat. Hipertrofi
miokardium dan rangsangan simpatis lebih lanjut akan meningkatkan
kebutuhan oksigen miokardium. Jika peningkatan kebutuhan oksigen
tidak dapat dipenuhi akan terjadi iskemia miokardium dan gangguan
miokardium lainnya. Hasil akhir dari peristiwa yang saling berkaitan ini
adalah meningkatnya beban miokardium dan terus berlangsungnya gagal
jantung. 1, 4,6,7
25
Gambar 3. Pola remodelling jantung yang terjadi karena respon terhadap hemodinamik berlebih. 8
3.1.4
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik gagal jantung harus dipertimbangkan relatif terhadap
derajat latihan fisik yang menyebabkan timbulnya gejala. Pada awalnya, secara
khas gejala hanya muncul saat beraktivitas fisik, tetapi dengan bertambah
beratnya gagal jantung, toleransi terhadap latihan semakin menurun dan gejalagejala muncul lebih awal dengan aktivitas yang lebih ringan. 1, 4
Gejala-gejala dari gagal jantung kongestif bervariasi diantara individu
sesuai dengan sistem organ yang terlibat dan juga tergantung pada derajat
penyakit.1, 4, 9
26
Batuk non produktif juga dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama
pada posisi berbaring.
Gagal pada sisi kanan jantung menimbulkan gejala dan tanda kongesti
vena sistemik. Dapat diamati peningkatan tekanan vena jugularis; venavena leher mengalami bendungan . tekanan vena sentral (CVP) dapat
meningkat secara paradoks selama inspirasi jika jantung kanan yang
gagal tidak dapat menyesuaikan terhadap peningkatan aliran balik vena
ke jantung selama inspirasi.
27
Gejala saluran cerna yang lain seperti anoreksia, rasa penuh, atau mual
dapat disebabkan kongesti hati dan usus.
3.1.5
Diagnosis
Diagnosis gagal jantung kongestif didasarkan pada gejala-gejala
yang ada dan penemuan klinis disertai dengan pemeriksaan penunjang
antara lain foto thorax, EKG, ekokardiografi, pemeriksaan laboratorium
rutin, dan pemeriksaan biomarker. 2, 10
Kriteria Diagnosis : 11
Kriteria Framingham dipakai untuk diagnosis gagal jantung kongestif 1, 9
Kriteria Major :
1.
2.
3.
4.
5.
6. Gallop S3
7. Peninggian tekana vena jugularis
8. Refluks hepatojugular
Kriteria Minor :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Edema eksremitas
Batuk malam hari
Dispnea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardi(>120/menit)
dada.
NYHA class III, penderita penyakit dengan pembatasan yang lebih
banyak dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu
istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa
sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti yang
tersebut di atas.
NYHA class IV, penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik
apapun tanpa menimbulkan keluhan, yang bertambah apabila mereka
melakukan kegiatan fisik meskipun sangat ringan.
b. Pemeriksaan Penunjang
Ketika pasien datang dengan gejala dan tanda gagal jantung,
pemeriksaan penunjang sebaiknya dilakukan. 12
29
pulmoner
dan
dapat
mengidentifikasi
penyebab
dimana
sangat
penting
dalam
evaluasi
dan
30
Tatalaksana
Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penalaksanaan
pengobatan.
Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat
dilakukan seperti biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan
31
Hentikan rokok
Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari
eksaserbasi akut.
b. Farmakologi
Terapi farmakologik terdiri atas ; panghambat ACE, Antagonis
Angiotensin
II,
diuretik,
Antagonis
aldosteron,
-blocker,
Kebanyakan
pasien
dengan
gagal
jantung
menekan
aktivitas
32
33
syok kardiogenik. Gagal jantung akut yang berat serta syok kardiogenik biasanya
timbul pada infark miokard luas, aritmia yang menetap (fibrilasi atrium maupun
ventrikel) atau adanya problem mekanis seperti ruptur otot papilari akut maupun
defek septum ventrikel pasca infark. 13
Gagal jantung akut yang berat merupakan kondisi emergensi dimana
memerlukan penatalaksanaan yang tepat termasuk mengetahui penyebab,
perbaikan hemodinamik, menghilangan kongesti paru, dan perbaikan oksigenasi
jaringan. Menempatkan penderita dengan posisi duduk dengan pemberian oksigen
konsentrasi tinggi dengan masker sebagai tindakan pertama yang dapat dilakukan.
Monitoring gejala serta produksi kencing yang akurat dengan kateterisasi urin
serta oksigenasi jaringan dilakukan di ruangan khusus. Base excess menunjukkan
perfusi jaringan, semakin rendah menunjukkan adanya asidosis laktat akibat
metabolisme anerob dan merupakan prognosa yang buruk. Koreksi hipoperfusi
memperbaiki asidosis,pemberian bikarbonat hanya diberikan pada kasus yang
refrakter. 13
Pemberian loop diuretik intravena seperti furosemid akan menyebabkan
venodilatasi yang akan memperbaiki gejala walaupun belum ada diuresis. Loop
diuretik juga meningkatkan produksi prostaglandin vasdilator renal. Efek ini
dihambat oleh prostaglandin inhibitor seperti obat antiflamasi nonsteroid,
sehingga harus dihindari bila memungkinkan. 13
Opioid parenteral seperti morfin atau diamorfin penting dalam
penatalaksanaan gagal jantung akut berat karena dapat menurunkan kecemasan,
nyeri dan stress, serta menurunkan kebutuhan oksigen. Opiat juga menurunkan
preload dan tekanan pengisian ventrikel serta udem paru. Dosis pemberian 2 3
mg intravena dan dapat diulang sesuai kebutuhan. 13
Pemberian nitrat (sublingual, buccal dan intravenus) mengurangi preload
serta tekanan pengisian ventrikel dan berguna untuk pasien dengan angina serta
gagal jantung. Pada dosis rendah bertindak sebagai vasodilator vena dan pada
dosis yang lebih tinggi menyebabkan vasodilatasi arteri termasuk arteri koroner.
Sehingga dosis pemberian harus adekuat sehingga terjadi.keseimbangan antara
dilatasi vena dan arteri tanpa mengganggu perfusi jaringan. Kekurangannya
34
35
36
Prognosis
Meskipun penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung telah sangat
37
BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang laki-laki 61 tahun dengan keluhan utama sesak hebat, lejak + 2 hari
SMRS. Dari keluhan tersebut, menyatakan bahwa pasien mengalami sesak yang dapat
terjadi akibat gangguan pada organ ginjal, jantung atau paru-paru.
Pada anamnesis sesak tidak dipengaruhi aktifitas, cuaca dan emosi. Sesak
tidak berkurang dengan istirahat. Sesak dirasakan terus menerus. Os lebih nyaman
tidur dengan 3-4 bantal bertumpuk. Terkadang os terbangun saat malam hari karena
sesak. Gejala-gejala ini menunjukkan bahwa sesak berasal dari jantung, dimana dapat
dilihat dari kriteria mayor framingham, adanya dispneu deffort dan paroksismal
nokturnal dispnea.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis. Tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 88 x/menit reguler,
pernafasan 26 x/menit. Didapatkan konjuctiva palpebral pucat, pada leher didapatkan
JVP (5+2), pada dada didapatkan suara rhonki basah halus di basal paru. Dari
pemeriksaan ekstremitas ditemukan kekuatan ekstremitas superior-anteriod dextra
4/4, edema pretibial minimal dan ulkus di digiti I pedis dextra..
Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan, hemoglobin 11.8 gr/dl, eritrosit
4.08x106 mm3, hematokrit 36%, retikulosit 6,6%, GDS 308 mg/dl, ureum 89 mg/dl,
dan creatinin 1.66 mEq/dl.
Pada pemeriksaan status geriatric, dilakukan skoring mengenai status
fungsional
dengan
menggunakan
Indeks
Barthel,
status
kognitif
dengan
menggunakan skor mini mental status, status emosional dengan menggunakan indeks
barthel menunjukkan bahwa pasien membutuhkan bantuan orang lain dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
38
spesifik
didapatkan
konjungtiva
palpebra
dan
palmar
pucat.
Pemeriksaan paru terdapat rhonki basah halusl, dari pemeriksaan jantung didapatkan
pembesaran jantung kiri, dan dari ekstrimitas didapatkan edema pretibial dan ulkus
digiti I dextra.
Pemeriksaan penunjang hematologi didapatkan penurunan hemoglobin.
Kondisi ini menunjukan suatu tanda anemia sedang. Pada pemeriksaan ECG
didapatkan gelombang S di V1 + gelombang R di V5/V6 > 35 yang
menginterpretasikan terjadi hipertrofi pada ventrikel kiri. Hal ini dapat terjadi karena
pasien memiliki riwayat hipertensi. Pasien dengan tekanan darah yang tinggi
membutuhkan kekuatan kerja otot ventrikel yang lebih besar, terutama pada ventrikel
kiri karena bertugas memompakan darah ke seluruh tubuh. Untuk beradaptasi maka
otot-otot ventrikel akan mengalami penebalan atau hipertrofi. Selain itu, pada usia
lanjut, terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh penurunan elastisitas pembuluh darah
kapiler akibat proses menua yang akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer yang pada akhirnya akan meningkatkan hipertensi sistolik saja. Kondisi ini
disebut sebagai hipertensi sistolik terisolasi, yaitu tekanan darah sistolik 140mmHg
dengan tekanan darah diastolic <90mmHg. Kekakuan aorta akan meningkatkan
tekanan darah sistolik dan pengurangan volume aorta, yang pada akhirnya
menurunkan tekanan darah diastolic. Semakin bersar perbedaan tekanan darah sistolik
dan diastolic atau tekanan nadi, semakin besar resiko komplikasi kardiovaskular.
Berdasarkan usianya, pasien tergolong dalam usia lanjut yakni lebih dari 60
tahun dan memiliki beberapa masalah geriatric (geriatric problems). Pada pasien ini
ditemukan beberapa kemunduran dan kelemahan, yaitu infortunity karena secara
ekonomi pasien tergolong dalam status ekonomi yang kurang, dan berdasarkan
anamnesis serta pemeriksaan fisik pasien memiliki gangguan pada motorik
ekstremitas kanan.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan pasien ini mengalami CHF ec HHD + CVD Non Hemoragik +
Hipertensi Stage I + DM tipe II + AKI Stage I + ulkus diabetikum digiti 1 pedis
dextra.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, J.A., 2008. Chapter 11: Nonvariceal Gastroinestinal Tract Bleeding.
Dalam: Hauser, S.C., et al. Mayo Clinic Gastroenterology and Hepatology
Board Review 3rd ed. Canada: Scientific Publication.
Anand, B.S., 2011. Peptic Ulcer Disease, Bayler College of Medicine. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/181753-overview#a0156
(Accesed 15 Agustus 2014)
Blazer, DG and Steffens, DC. 2009. The american psychiatric publishing textbook of
geriatric psychiatry. America : Psychiatric Pub.
Caestecker, J.d., 2011. Upper Gastrointestinal Bleeding Clinical Presentation,
Hahnemann University. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/187857-clinical#a0216 (Accesed 15
Agustus 2014)
Cigolle CT, Langa KM, Kabeto MU, Tian Z, Blaum CS. 2007. Geriatric conditions
and disability: the health and retirement study. American College of
Physicians.147(3):156-164.
Djojoningrat D. Dispepsia Fungsional. Dalam: Sudoyo AW (ed). Buku ajar Ilmu.
Penyakit Dalam. Jilid I edisi IV. BP FK UI. Jakarta. 2006. 354-6. 2
Dubey, S., 2008.Perdarahan Gastrointestinal Atas. Dalam: Greenberg, M.I., et al.
Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Vol 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 275.
Geddes J, Gelder MG, Mayou R. 2005. Psychiatry. Oxford [Oxfordshire]: Oxford
University Press.
Hirlan. 2006.Gastritis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Suyono, S. (ed).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. 2008. Essentials of clinical geriatris.
6thed. New York, NY: McGraw-Hill.
Laine, L., 2008. Gastrointestinal Bleeding. Dalam: Fauci, A.S., et al. Harrisons
Principles of Internal Medicine: 17th ed. Vol 1. USA: McGraw-Hill Companies,
257 260.
Lindes, G..2006. Gangguan Lambung dan Duodenum, dalam Patofisiologi. Jakarta:
EGC
McGuigan, J..2000. Ulkus Peptikum dan Gastritis, dalam Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Jakata: EGC.
M. Syaifoellah Noer. Prof. dr, dkk.,Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta, 1996.
41
Rahayu, R.A dan Karjono, B.J., 2011. Geriatric Syndromes. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Porter, R.S., et al., 2008. The Merck Manual of Patient Symptoms. USA: Merck
Research Laboratories.
Pranarka, Kris. 2011. Simposium geriatric syndromes: revisited. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Salonen, Jaakko. 2013. Hearing impairement and tinnitus in the elderly. Turku :
Universitas of Turku.
Savides, T.J., et al., 2010. Chapter 19: Gastrointestinal Bleeding. Dalam: Feldman,
M., et al. Sleisenger and Fordtrans Gastrointestinal and Liver Disease
Pathophysiology/ Diagnosis/ Management 9th ed Vol 1. USA: Saunders
Elsevier
Setiati S, Harimurti K, Roosheroe AG. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III.
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Indonesia. hlm. 1335-1340.
Sharon K, Stephanie S, Mary ET, George AK. 2007. Geriatri syndromes: clinical,
research, and policy implications of a core geriatri concept. Journal
compilation, The American Geriatris Society. 55(5): 794-796.
Soeprapto, P., et al., 2010. Kegawatdaruratan Gastrointestinal Dalam: Juffrie, M., et
al. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi: 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI, 27 50.
Tierney, L., dkk.2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Salemba Medika
42
Lampiran 1
Indeks Barthel
Tanggal : 21 Januari 2016
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
KETERANGAN
Makan
Transfer bed atau kursi
Grooming (personal toilet): cuci
muka, cuci rambut, bercukur, gosok
gigi.
Toileting
Mandi
Berjalan di tempat tidur
Naik dan turun tangga
Berpakaian
Kontrol BAB
Kontrol BAK
MANDIRI
5
0
10
5
5
5
5
10
5
5
10
10
10
10
10
15
5
Keterangan
Skor 0-20
: Ketergantungan total
Skor 21-60
: Ketergantungan berat
Skor 62-90
: Ketergantungan sedang
Skor 91-99
: Ketergantungan ringan
Skor 100
Hasil:
Skor Indeks barthel pada pasien ini adalah 80, pasien bisa melakukan kesepuluh poit
tersebut dengan bantuan orang lain
43
Lampiran 2
Skor Mini Mental Status
Tanggal : 21 Januari 2016
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Pasien
DAFTAR PERTANYAAN
Tanggal berapakan hari ini? (Bulan/Tahun)
Hari apakah hari ini?
Apakah nama tempat ini?
Berapa no telp, bila tak ada telp, no
rumah/jalan?
Berapakah usia anda?
Kapan anda lahir (tgl/bulan/tahun)?
Siapa nama presiden sekarang?
Siapakah nama presiden sebelumnya
Siapa nama ibumu sebelum menikah
20 dikurangi 3 dan seterusnya
: SbL
BENAR
+
+
+
+
SALAH
+
+
+
+
+
+
Jumlah Kesalaha
0-2 kesalahan
: Baik
3-4 kesalahan
: Gangguan intelek ringan
5-7 kesalahan
: Gangguan intelek sedang
8-10 kesalahan : Gangguan intelek berat
Hasil:
Jumlah kesalahan pada pasien ini adalah 2, sehingga pada pasien ini tidak
mengalami gangguan intelek.
44
Lampiran 3
SKALA DEPRESI GERIATRIK
Tanggal : 13 Agustus 2014
Pilih jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan anda dalam satu
minggu terakhir.
Apakah.......................
1. Anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda
2 Anda telah meninggalkan banyak kegiatan/minat/
kesenangan anda?
3 Anda merasa kehidupan anda kosong?
4 Anda sering merasa bosan?
5 Anda mempunyai semangat yang baik setiap saat?
6 Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri
anda
7 Anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup
anda?
8 Anda sering merasa tidak berdaya?
9 Anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar
dan mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan
daya ingat anda dibanding kebanyakan orang?
11 Anda pikir bahwa anda sekarang menyenangkan?
12 Anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda
saat ini?
13 Anda merasa anda penuh semangat?
14 Anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
harapan?
15 Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya
daripada anda?
Ya
YA
TIDAK
Tidak
YA
YA
Ya
YA
Tidak
Tidak
TIDAK
Tidak
Ya
TIDAK
YA
YA
Tidak
Tidak
YA
Tidak
Ya
YA
TIDAK
Tidak
Ya
YA
TIDAK
Tidak
YA
Tidak
Skor: hitung jumlah jawaban yang tercetak tebal dan huruf besar
- Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
- Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
Hasil:
Jumlah jawaban pasien yang tercetak tebal dan huruf besar adalah 3, menunjukkan
bahwa pasien tidak mengalami depresi
45