Sie sind auf Seite 1von 5

ELECTRICHSAN, VOL. 1, NO.

1, MEI 2014

EVALUASI INSTALASI LISTRIK GEDUNG


DI HOTEL MAQNA GORONTALO
Moh Rifki Binol, Sabhan Kanata, Tri Pratiwi Handayani
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Ichsan Gorontalo
ABSTRAK
Pada instalasi kelistrikan yang sangat besar masalah aliran daya menjadi sangat penting, ka rena hal
ini menyangkut masalah operasi yang ekonomis, keandalan dan susut jaringan. Perubahan struktur jaringan
maupun pusat pusat pembangkit mutlak diperhatikan, karena bila salah satu komponen tersebut keluar dari
sistem, akan diikuti oleh perubahan aliran daya maupun profil tegangan sehingga study aliran daya sangat
diperlukan untuk menganalisa aliran daya baik saat ini maupun untuk masa yang akan datang.
kata kunci : instalasi listrik, pembebanan setiap lantai

I . PENDAHULUAN
Indikator
secara
fisik
dari
suatu
perkembangan kota adalah semakin banyaknya
gedunggedung yang dibangun secara bertingkat
dan megah. Sebuah kota seakan mempunyai
wibawa dan menjadi daya magnet bagi manusia
apabila mempunyai banyak gedung bertingkat,
sebagai contoh kota Jakarta, yang merupakan kota
terbesar di Indonesia merupakan kota tujuan utama
urbanisasi di Indonesia karena megahnya kota
dengan banyaknya gedung-gedung bertingkat
selayaknya pencakar langit.
Mengevaluasi Instalasi Listrik pada suatu
bangunan haruslah mengacuh pada peraturan dan
ketentuan yang berlaku sesuai dengan standar
hotel,
Pada
gedung
bertingkat
biasanya
membutuhkan energi listrik yang cukup besar, Oleh
karena itu Instalasi listriknya harus diperhitungkan
sebaik mungkin agar energi listrik dapat terpenuhi
dengan baik dan sesuai dengan keinginan kita
bersama.
II. LANDASAN TEORI
Dalam system penyaluran energi listrik di
semua negara, dibuat suatu peraturan dan
standarisasi. Di Indonesia dan negara-negara lain di
dunia, diberlakukan peraturan tentang instalasi
listrik. Persyaratan umum instalasi listrik di
Indonesia diselenggarakan oleh komisi para ahli.
Komisi ini beranggotakan utusan dari gabungan
industry
kelistrikan
serta
jawatan-jawatan
pemerintah, dengan persetujuan komisi besar untuk
normalisasi yang bertempat di Belanda.
Pemasangan Instalasi Listrik, terkait erat
dengan peraturan-peraturan yang mendasarinya.
Tujuan dari persyararan-prasyaratan tersebut
adalah :
1. Melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan
dan kejutan arus listrik;
2. Keamanan instalasi beserta peralatan listriknya;
3. Menjaga gedung dan isinya dari bahaya
kebakaran akibat gangguan listrik;

4. Menjaga ketersediaan tenaga listrik yang aman


dan efisien.
Agar energi listrik dapat dimamfaatkan
secara aman dan efisien, ditentukan syarat-syarat
yang ketat bagi para pengguna energy listrik.
Peraturan Umum Instalasi Listrik disingkat
PUIL 1964, yang merupakan penerbitan pertama
dan PUIL 1977 dan PUIL 1987 adalah penerbitan
PUIL yang kedua dan ketiga yang merupakan hasil
penyempurnaan atau revisi dari PUIL sebelumnya,
maka PUIL 2000 merupakan terbitan ke-4. Jika
dalam penerbitan PUIL 1964, 1977 dan 1987 nama
buku ini adalah Peraturan Umum Instalasi Listrik,
maka pada penerbitan sekarang tahun 2000,
namanya menjadi Persyaratan Umum Instalasi
Listrik dengan tetap mempertahankan singkatannya
yang sama yaitu PUIL. Penggantian dari kata
Peraturan menjadi Persyaratan dianggap lebih
tepat karena pada perkataan peraturan terkait
pengertian adanya kewajiban untuk mematuhi
ketentuannya
dan
sangsinya.
Sebagaimana
diketahui sejak AVE sampai dengan PUIL 1987
pengertian kewajiban mematuhi ketentuan dan
sangsinya tidak diberlakukan sebab isinya selain
mengandung hal-hal yang dapat dijadikan
peraturan juga mengandung rekomendasi ataupun
ketentuan atau persyaratan teknis yang dapat
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan
instalasi listrik.
Sejak dilakukannya
penyempurnaan PUIL 1964, publikasi atau terbitan
standar IEC (International Electrotechnical
Commission) khususnya IEC 60364 menjadi salah
satu acuan utama disamping standar internasional
lainnya. Juga dalam terbitan PUIL 2000, usaha
untuk lebih mengacu IEC ke dalam PUIL terus
dilakukan,
walaupun demikian dari
segi
kemanfaatan atau kesesuaian dengan keadaan di
Indonesia beberapa ketentuan mengacu pada
standar dari NEC (National Electric Code), VDE (
Verband Deutscher Elektrotechniker)
dan

ELECTRICHSAN, VOL. 1, NO.1, MEI 2014


SAA (Standards Association Australi). PUIL 2000
merupakan hasil revisi dari PUIL 1987, yang
dilaksanakan oleh Panitia Revisi PUIL 1987 yang
ditetapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi
dalam Surat Keputusan Menteri No:2412/40/600.3/1999, tertanggal 30 April 1999 dan
No:51-12/40/600.3/1999, tertanggal 20 Agustus
1999.
Garis-garis besar yang dituangkan dalam PUIL
2000 yaitu :
1. Bagian 1 dan Bagian 2 tentang Pendahuluan
dan Persyaratan dasar merupakan padanan dari
IEC 364-1 Part 1 dan Part 2 tentang Scope,
Object Fundamental Principles and Definitions.
2. Bagian 3 tentang Proteksi untuk keselamata n
banyak mengacu pada IEC 60364 Part 4 tentang
Protection for safety. Bahkan istilah yang
berkaitan dengan tindakan proteksi seperti
SELV yang bahasa Indonesianya adalah
tegangan extra rendah pengaman digunaka n
sebagai istilah baku, demikian pula istilah
PELV dan FELV. PELV adalah istilah SELV
yang dibumikan sedangkan FELV adalah sama
dengan tegangan extra rendah fungsional.
Sistem kode untuk menunjukan tingkat proteksi
yang diberikan oleh selungkup dari sentuh
langsung ke bagian yang berbahaya, seluruhnya
diambil dari IEC dengan kode IP (International
Protection). Demikian pula halnya denga n
pengkodean jenis sistem pembumian. Kode TN
mengganti kode PNP dalam PUIL 1987,
demikian juga kode TT untuk kode PP dan kode
IT untuk kode HP.
3. Bagian 4 tentang Perancangan instalasi listrik,
dalam IEC 60364 Part 3 yaitu Assessment of
General Characteristics, tetapi isinya banya k
mengutip dari SAA Wiring Rules dalam section
General Arrangement tentang perhitunga n
kebutuhan maksimum dan penentuan jumla h
titik sambung pada sirkit akhir.
4. Bagian 5 tentang Perlengkapan Listrik mengacu
pada IEC 60364 Part 5: Selection and erection
of electrical equipment dan standar NEC
5. Bagian 6 tentang Perlengkapan hubung bagi
dan kendali (PHB) serta komponennya
merupakan pengembangan Bab 6 PUIL 1987
dengan ditambah unsur unsur dari NEC.
6. Bagian
7
tentang
Penghantar
dan
pemasangannya tidak banyak berubah dari Bab
7 PUIL 1987. Perubahan yang ada mengac u
pada IEC misalnya cara penulisan kelas
tegangan dari penghantar. Ketentuan dala m
Bagian 7 ini banyak mengutip dari standar
VDE. Dan hal hal yang berkaitan dengan
tegangan tinggi dihapus.
7. Bagian 8 tentang Ketentuan untuk berbagai
ruang dan instalasi khusus merupaka n
pengembangan dari Bab 8 PUIL 1987. Dala m
PUIL 2000 dimasukkan pula klarifikasi zona

yang diambil dari IEC, yang berpengaruh pada


pemilihan dari perlengkapan listrik dan cara
pemasangannya di berbagai ruang khusus.
Ketentuan dalam Bagian 8 ini merupakan
bagian dari IEC 60364 Part 7, Requirements for
special installations or locations.
8. Bagian 9 meliputi Pengusahaan instalasi listrik.
Pengusahaan
dimaksudkan
sebagai
perancangan, pembangunan, pemasangan,
pelayanan, pemeliharaan, pemeriksaan dan
pengujian instalasi listrik serta proteksinya. Di
IEC 60364, pemeriksaan dan pengujian awal
instalasi listrik dibahas dalam Part 6:
Verification. PUIL 2000 berlaku untuk instalasi
listrik dalam bangunan dan sekitarnya untuk
tegangan rendah sampai 1000 V a.b dan 1500 V
a.s, dan gardu transformator distribusi teganga n
menengah sampai dengan 35 kV. Ketentua n
tentang transformator distribusi tegangan
menengah mengacu dari NEC 1999.
III. PEMBAHASAN
Spesifikasi Gedung dimaksudkan untuk
mengetahui spesifikasi beban yang akan dilayani
dari setiap ruang yang terdapat dalam sebuah
gedung, kita dapat mengetahui pembebanan yang
dilayani dari setiap ruangan dalam sebuah gedung,
sehingga dapat diketahui pula jumlah beban (daya)
yang dilayani dari sebuah gedung, yang merupakan
penjumlahan dari total beban yang dilayani dari
setiap ruang dalam gedung tersebut. spesifikasi
gedung
dapat
membantu
dalam
proses
mengevaluasi instalasi listrik dari gedung tersebut
tersebut. Berikut ini merupakan penjelasan denah
masing2 ruangan dan tabel spesifikasi gedung
Hotel Maqna Gorontalo.
Perhitungan Pe mbebanan Lantai 1 Hotel
1. Perhitungan Untuk MCB 3 Fasa
Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu
sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi
suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi
sumber dan tegangan di sisi beban. dimana
tegangan pada sisi sumber lebih besar dari pada
tegangan di sisi beban. hal ini disebabkan oleh
adanya drop tegangan di dalam sistem instalasinya.
Didalam perencanan instalasi listrik gedung
di Hotel Maqna Gorontalo, MCB yang di gunakan
di gedung ini sebesar 125 A dengan beban total
42.922 W = 53.653 VA, untuk mengurangi resiko
pada saat beban puncak maka perhitungan
pembebanan sebagai berikut :
Penyelesaian :
P = V . I . cos
42. 922 W = 380 . I . 0,8
I =
42.922
380 . 0,8
=
142 A
di perencanaan sebesar adalah 125 A
Sesuai dengan daftar tabel standar beban kuat arus

ELECTRICHSAN, VOL. 1, NO.1, MEI 2014


maka MCB yang harus digunakan untuk
pembebanan lantai 1 hotel sebesar 142 A, jika
masih menggunakan MCB yang di rencanakan dari
awal 125 A maka akan terjadi drop tegangan pada
saat beban puncak.
Jadi kesimpulannya untuk perhitungan MCB 3 fasa
tidak sesuai dengan dengan PUIL.karena MCB
Seharusnya yang digunakan MCB 3 fasa 142 A,
hanya digunakan MCB 3 fasa 125 A, maka dari itu
untuk tegangan lantai 1 hotel sering drop.
2. Perhitungan Pada Saluran R.S.T ( 1 fasa )
Didalam perencanaan instalasi listrik di
Hotel Maqna Gorontalo pada saluran R,S,T untuk 1
fasa dengan menggunakan jenis kabel NYM 3 x 4
mm2 yang terdapat pada tabel 2.5 maka sudah
pada posisi aman, dikarenakan di perencanaan awal
MCB yang digunakan adalah MCB 1 fasa arus 20
A, sedangkan MCB yang dijelasakan ditabel 2.5
adalah 10 A.
Perhitungan Fasa R
P
= V. I
2400 = 220 . I
I
= 2400 = 10 A
220
Perhitungan Fasa S
P = V. I
2400 = 220 . I
I
= 2400 = 11 A
220
Perhitungan Fasa T
P = V. I
2400 = 220 . I
I
= 2400 = 10 A
220
jadi kesimpulannya :
untuk perhitungan MCB 3 fasa tidak sesuai dengan
dengan PUIL di karenakan MCB yang di pakai
tidak sesuai dengan total beban untuk R.S.T.
Perhitungan Pe mbebanan Lantai 2 Hotel
1. Perhitungan Untuk MCB 3 Fasa
Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu
sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi
suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi
sumber dan tegangan di sisi beban. dimana
tegangan pada sisi sumber lebih besar dari pada
tegangan di sisi beban. hal ini disebabkan oleh
adanya drop tegangan di dalam sistem instalasinya.
Didalam perencanan instalasi listrik gedung
di Hotel Maqna Gorontalo, MCB yang di gunakan
di gedung ini sebesar 125 A dengan beban total
41.666 W = 52.083 VA, untuk mengurangi resiko
pada saat beban puncak maka perhitungan
pembebanan sebagai berikut :
Penyelesaian :
P = V . I . cos
41,666 W = 380 . I . 0,8
I =
41,666
380 . 0,8
=
137 A

di perencanaan awal sebesar adalah 125 A


Sesuai dengan daftar tabel standar beban kuat arus
maka MCB yang harus digunakan untuk
pembebanan lantai 2 hotel sebesar 137 A, jika masi
menggunakan MCB yang di rencanakan dari awal
125 A maka akan terjadi drop tegangan pada saat
beban puncak.
Kesimpulan dari pembebanan di lantai 2 hotel ini
belum sesuai dengan standar PUIL ( Peraturan
Umum Instalasi Listrik ) karena MCB yang
digunankan di instalasi listrik seharusnya 137 A
hanya mengunakan MCB 125 A, maka dari itu
pembebanan untuk lantai 2 hotel ini masi sering
drop teganagan sama seperti pembebanan instalasi
listrik lantai 1.
2. Perhitungan Pada Saluran R.S.T ( 1 fasa )
Didalam perencanaan instalasi listrik di
Hotel Maqna Gorontalo pada saluran R,S,T untuk 1
fasa dengan menggunakan jenis kabel NYM 3 x 4
mm2 yang terdapat pada tabel 2.5 maka sudah
pada posisi aman, dikarenakan di perencanaan awal
MCB yang digunakan adalah MCB 1 fasa arus 20
A, sedangkan MCB yang dijelasakan ditabel 2.5
adalah 10 A.
Perhitungan Fasa R
P
= V. I
2400 = 220 . I
I
= 2400 = 10 A
220
Perhitungan Fasa S
P = V. I
2840 = 220 . I
I
= 2840 = 12 A
220
Perhitungan Fasa T
P = V. I
2400 = 220 . I
I
= 2400 = 10 A
220
jadi kesimpulannya sesuai dengan PUIL yang
terterah pada tabel 2.5
Perhitungan Pe mbebanan Lantai 3 Hotel
1. Perhitungan Untuk MCB 3 Fasa
Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu
sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi
suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi
sumber dan tegangan di sisi beban. dimana
tegangan pada sisi sumber lebih besar dari pada
tegangan di sisi beban. hal ini disebabkan oleh
adanya drop tegangan di dalam sistem instalasinya.
Didalam perencanan instalasi listrik gedung
di Hotel Maqna Gorontalo khusunya pada lantai 3,
MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 200 A
dengan beban total 39.136 W = 48.920 VA, untuk
mengurangi resiko pada saat beban puncak maka
perhitungan pembebanan sebagai berikut :
Penyelesaian :
P = V . I . cos
39,136 W = 380 . I . 0,8

ELECTRICHSAN, VOL. 1, NO.1, MEI 2014


I =

39,136
380 . 0,8
=
128 A
di perencanaan awal sebesar adalah 200 A
Sesuai dengan perhitungan diatas dengan standar
beban kuat arus maka MCB yang harus digunakan
untuk pembebanan lantai 1 hotel sebesar 128 A,
maka untuk posisi perencanaan awal MCB yang di
gunakan sebesar 200 A untuk pembebanan lantai 3
ini sudah sesuai dengan standar PUIL.jadi untuk
posisi pembebanan lantai 3 hotel ini sudah aman
dan tidak akan drop tegangan jika terjadi beban
puncak.
Kesimpulan dari pembebanan instalasi listrik lantai
3 ini berbeda dengan pembebanan instalasi listrik
lantai 1 dan lantai 2 hotel. Jika di lantai 1 dan lantai
2 hotel sering drop tegangan untuk lantai 3 hotel ini
tidak terjadi drop tegangan, karena MCB yang di
gunakan untuk lantai 3 ini yaitu 200 A, jadi sudah
sesuai dengan standar PUIL.
2. Perhitungan Pada Saluran R.S.T ( 1 fasa )
Didalam perencanaan instalasi listrik di
Hotel Maqna Gorontalo pada saluran R,S,T untuk 1
fasa sudah pada posisi aman, dikarenakan di
perencanaan awal MCB yang digunakan adalah
MCB 1 fasa arus 20 A, sedangkan MCB yang
dijelasakan di tabel 2.5 adalah harus 10A.
Perhitungan Fasa R
P
= V. I
2400 = 220 . I
I
= 2400 = 10 A
220
Perhitungan Fasa S
P

= V. I

dengan beban total 41,662 W = 52,078 VA, untuk


mengurangi resiko pada saat beban puncak maka
perhitungan pembebanan sebagai berikut :
Penyelesaian :
P = V . I . cos
41,662 W = 380 . I . 0,8
I =
41,662
380 . 0,8
=
137 A
di
perencanaan awal sebesar adalah 200 A
Sesuai dengan perhitungan diatas dengan standar
beban kuat arus maka MCB yang harus digunakan
untuk pembebanan lantai 1 hotel sebesar 137 A,
maka untuk posisi perencanaan awal MCB yang di
gunakan untuk pembebanan lantai 4 ini sudah
sesuai dengan standar PUIL.jadi untuk posisi
pembebanan lantai 4 hotel ini sudah aman dan
tidak akan drop tegangan jika terjadi beban puncak.
2. Perhitungan Pada Saluran R.S.T ( 1 fasa )
Didalam perencanaan instalasi listrik di
Hotel Maqna Gorontalo pada saluran R,S,T untuk 1
fasa sudah pada posisi aman, dikarenakan di
perencanaan awal MCB yang digunakan adalah
MCB 1 fasa arus 20 A, sedangkan MCB yang
dijelasakan ditabel 2.5 adalah harus mengunakan
MCB 10 A.
Perhitungan Fasa R
P
= V. I
2400 = 220 . I
I
= 2400 = 10 A
220
Perhitungan Fasa S
P = V. I
2400 = 220 . I
I
= 2400 = 10 A
220

2840 = 220 . I
I

= 2840 = 12 A
220
Perhitungan Fasa T
P = V. I
2400 = 220 . I
I
= 2400 = 10 A
220
jadi kesimpulannya sesuai dengan PUIL yang
terterah pada tabel 2.5
Perhitungan Pe mbebanan Lantai 4 Hotel
1. Perhitungan Untuk MCB 3 Fasa
Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu
sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi
suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi
sumber dan tegangan di sisi beban. dimana
tegangan pada sisi sumber lebih besar dari pada
tegangan di sisi beban. hal ini disebabkan oleh
adanya drop tegangan di dalam sistem instalasinya.
Didalam perencanan instalasi listrik gedung
di Hotel Maqna Gorontalo khusunya pada lantai 4,
MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 200 A

Perhitungan Fasa T
P = V. I
2400 = 220 . I
I
= 2400 = 10 A
220
jadi kesimpulannya sesuai dengan PUIL yang ada
pada tabel 2.5
Perhitungan Pe mbebanan Lantai 5 Hotel
1. Perhitungan Untuk MCB 3 Fasa
Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu
sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi
suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi
sumber dan tegangan di sisi beban. dimana
tegangan pada sisi sumber lebih besar dari pada
tegangan di sisi beban. hal ini disebabkan oleh
adanya drop tegangan di dalam sistem instalasinya.
Didalam perencanan instalasi listrik gedung
di Hotel Maqna Gorontalo khusunya pada lantai 5,
MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 60 A
dengan beban total 7.168 W = 8,960 VA, untuk
mengurangi resiko pada saat beban puncak maka
perhitungan pembebanan sebagai berikut :
Penyelesaian :

ELECTRICHSAN, VOL. 1, NO.1, MEI 2014


P = V . I . cos
7.168 W = 380 . I . 0,8
I =
7.168
380 . 0,8
=
23 A
di perencanaan awal sebesar adalah 60 A
Sesuai dengan perhitungan diatas dengan standar
beban kuat arus maka MCB yang harus digunakan
untuk pembebanan lantai 5 hotel sebesar 23 A,
maka untuk posisi perencanaan awal MCB sebesar
60 A yang di gunakan untuk pembebanan lantai 5
ini sudah sesuai dengan standar PUIL. Yang
terdapat pada tabel 2.5 Arus Beban jadi untuk
posisi pembebanan lantai 5 hotel ini sudah posisi
aman dan tidak akan drop tegangan jika terjadi
beban puncak.
2. Perhitungan Pada Saluran R.S.T ( 1 fasa )
Didalam perencanaan instalasi listrik di
Hotel Maqna Gorontalo pada saluran R,S,T untuk 1
fasa sudah pada posisi aman, dikarenakan
diperencanaan awal MCB yang digunakan adalah
MCB 1 fasa 10 A, sedangkan MCB yang
dijelasakan ditabel 2.5 adalah harus 10A.
Perhitungan Fasa R
P
= V. I
4400 = 220 . I
I
= 4400 = 20 A
220
Karena di fasa R untuk lantai 5 ini digunakan pada
AC lobby maka untuk MCB yang di gunakan
sebesar 20 A
Perhitungan Fasa S
P = V. I
392 = 220 . I
I
= 392 = 2 A
220
Perhitungan Fasa T
P = V. I
1200 = 220 . I
I
= 1200 = 5 A
220
Kesimpulan dari pembebanan instalasi listrik lantai
1 dan 2 hotel ini berbeda dengan pembebanan
instalasi listrik lantai 3 sampai lantai 5 hotel, untuk
di lantai 1 dan lantai 2 hotel sering drop tegangan
karena MCB 3 fasa yang digunakan tidak sesuai
standar PUIL yaitu hanya mengunakan MCB 125
A yang seharusnya mengunakan MCB di atas 125
A , berbeda untuk lantai 3 samapai lantai 5 hotel ini
tidak terjadi drop tegangan, karena MCB yang di
gunakan sesuai dengan tegangan yang masuk.
IV. KESIMPULAN
1. Setelah di evaluasi untuk instalasi listrik dan
pembebanan di tiap lantai gedung Hotel Maqna
Gorontalo maka tidak akan mengalami drop
tegangan jika terjadi beban puncak.
2. Dengan adanya evaluasi ini maka instalasi listrik
dan pembebanan tiap lantai gedung di Hotel

Maqna Gorontalo sudah sesuai dengan Standar


PUIL.
DAFTAR PUSTAKA
Andrian, S, Jufriadi. 2007, Laporan Tugas Akhir,
PPNS-ITS
Christian Darmasetiawan, Lestari Puspakesuma ;
Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu ;
Grasindo
Edi setiawan Sistem Kelistrikan industri jilid 1,2
dan 3
F.Suryatmo ; Teknik Listrik Instalasi Penerangan ;
Rineka Cipta
F.Suryatmo, Teknik Listrik Instalasi Penerangan,
2002
Hidayat, Edhy Prasetyo, modul Ajar Instalasi
Listrik. PPNS ITS
Harten P, Van and Ir, E Setiawan, Instalasi
Listrik Arus Kuat Jilid 2 Bandung.
Joseph A, Edminister, 1984, Rangkaian Listrik
Gedung Bertingkat, Penerbit Erlangga, jakarta
Jurnal instalasi listrik gedung bertingkat
Komari,IrSistem
Tenaga
Listrik
Gedung
Bertingkat
Modul Peraturan Instalasi Listrik, 2006, Biro
Klasifikasi Indonesia.
Neidle, Michael; Teknologi Instalasi Listrik;
Erlangga, Jakarta. 1982
Persyratan Umum Instalasi Listrik, PUIL, 2000
Sumardjati, Prih; Teknik pemanfaatan tenaga listrik
jilid 1, 2 dan 3.pdf.
Imam Sugandi, Ir. Dkk ; Panduan Instalasi Listrik
untuk Rumah Berdasarkan PUIL 2000

Das könnte Ihnen auch gefallen