Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun oleh:
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Wiwik Sumbogo
Elias johan
Yaser woretma
Caslina
Indah ayu
Navy.
22020115183006
22020115183007
22020115183008
22020115183009
22020115183010
22020115183011
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2015
DAFTAR ISI
BAB I
: PENDAHULUAN
A.
B.
BAB II
: KONSEP DASAR
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
BAB III
A.
Latar Belakang
Tujuan
: PENUTUP
Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dirawat di unit perawatan kritis (CCU) dapat menandakan adanya ancaman terhadap
kehidupan dan kesejahteraan pasien yang dirawat di unit tersebut. Perawat perawatan
kritis menganggap unit perawatan kritis sebagai tempat kehidupan yang rapuh, diawasi
dengan cermat, dirawat dan dipelihara. Akan tetapi pasien dan keluarganya seringkali
menganggap perawatan di CCU adalah suatu tanda kematian yang akan terjadi.
Berdasarkan pada pengalaman mereka atau pengalaman orang lain. Pemahaman terhadap
makna perawatan kritis bagi pasien dapat membantu perawat dalam merawat pasien
mereka. Akan tetapi komunikasi yang efektif dengan pasien yang sakit kritis sering kali
menimbulkan tantangan dan rasa frustasi. Hambatan komunikasi dapat berhubungan
dengan status fisiologis pasien ; terpasangnya slang endotrakheal, yang menghambat
komunikasi verbal ; obat-obatan atau kondiei lain yang menganggu fungsi kognitif.
Beberapa penulis telah mencoba menulis meneliti dan menjelaskan pengalaman
pasien terkait dengan masa rawat pasien di ICU. Dalam sebuah tinjauan dari 26 studi,
Stein-Parbury and McKinkley mencatat bahwa antara 30 % -- 100% pasien yang diteliti
dapat mengingat semua atau sebagian masa rawat mereka di ICU. Meskipun banyak
pasien dapat mengingat perasaan yang negatif, mereka juga dapat mengingat pengalaman
yang netral dan positif. Pengalaman negatif dihubungkan dengan rasa takut, kecemasan
dan gangguan tidur, kerusakan kognitif, dan nyeri atau ketidaknyamanan. Pengalaman
positif dihubungkan dengan perasaaan aman dan keamanan. Seringkali, perasaan positif
ini dihubungkan dengan perawatan yang diberikan oleh perawat. Kebutuhan untuk
merasa aman dan kebutuhan akan informasi adalah judul utama dalam studi Kompetensi
teknis perawat dan keterampilan interpersonal yang efektif disebutkan oleh pasien sebagai
peningkat rasa aman dan percaya mereka. (Patricia Gonce Morton, et al. 2011,
Keperawatan Kritis Vol. 1)
B. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang perawatan pasien kritis.
2. Menyususn intervensi keperawatan untuk membantu pasien dalam adaptasi mereka
terhadap sakit kritis.
3. Agar mengetahui teknik yang dapat dipelajari pasien dan keluarga dalam upaya
mengelola stress dan kecemasan pada pasien kritis.
4. Menjelaskan dampak sakit kritis dan lingkungan perawatan pada keluarga.
5. Menjelaskan perilaku keperawatan yang membantu mengatasi pasien kritis
6. Menjelaskan peran perawat dalam mengendalikan lingkungan untuk meningkatkan
kesembuhan.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN KEPERAWATAN KRITIS
Keperawatan kritikal adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang
berkualitas tinggi dan komprehensif. (Laura A. Talbot, RN,C,PhD. 1997)
Pasien kritis menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 1778, tahun 2010 adalah :
Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care.
Pesien yang memerlukan pengelolaan fungsi system organ tubuh secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang
konstan dan metode terapi titrasi.
Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera
untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.
Intensive care unit atau unit perawatan intensif adalah salah satu bagian dari unit
ruang perawatan pasien yang ada di Rumah Sakit yang khusus merawat pasien dengan
kondisi kritis. Hal ini sesuai dengan konsep definisi dari University of California
Davis Health System (2009) bahwa ICU merupakan unit yang merawat pasien dengan
penyakit kritis yang mengalami kegagalan akut satu atau lebih organ vital yang dapat
mengancam jiwa dalam waktu dekat dan pasien dengan post operasi mayor yang
memerlukan propilaksis monitoring ketat, sehingga memerlukan staff khusus dan
peralatan khusus. Penggunaan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien kritis yang mengancam
nyawa
atau
potensial
mengancam
nyawa
juga
tertera
dalam
Pedoman
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan
fungsi tubuh sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional (body image)
peran serta identitasnya. Hal ini akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri
menjadi rendah.
8. kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
C. KLASIFIKASI PASIEN YANG MEMBUTUHKAN PERAWATAN KRITIS
Departemen Kesehatan Inggris (2000) dalam Comprehensive Critical Care yang
dikutip oleh Jevon & Ewens (2009). Hal ini juga sesuai dengan pengklasifikasian
yang ditetapkan oleh Kemp et al (2011) dalam Intensive Care Society.
Pengklasifikasiannya tersebut antara lain:
1.
Tingkat nol, dimana kebutuhan pasien dapat terpenuhi dengan perawatan dalam
ruang perawatan normal di Rumah Sakit yang menangani kondisi akut.
2.
Tingkat pertama, untuk pasien beresiko memburuk kondisinya atau yang baru
dipindahkan dari tingkat perawatan level diatasnya yang kebutuhannya dapat
dipenuhi di ruang perawatan akut dengan bantuan perawat kritis.
3.
Tingkat kedua, untuk pasien yang membutuhkan monitoring dan intervensi yang
lebih kompleks seperti halnya pasien dengan kegagalan salah satu sistem organ
atau lebih atau pascaoperasi.
4.
Tingkat ketiga untuk pasien dengan kegagalan multi organ dengan bantuan
kompleks termasuk bantuan pernapasan.
D.
melepaskan dari obyek yang hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian
diri terhadap realita.
2. DINAMIKA KELUARGA
Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ; pengingkaran, marah,
cemas dan depresi.
3. DINAMIKA LINGKUNGAN
Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien STIGMA
SOSIAL ketidakmampuan melakukan aktivitas sosial perubahan peran dalam
kelompok sosial merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosial secara
normal.
RESPON PERAWAT
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan sikap
professional dan tulus dengan pendekatan yang baik pada saat pasien mengalami fase
pengingkaran perawat harus dapat menghadirkan fakta.
ANALISA DIRI PERAWAT
Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan perawat dalam terapi.
Contoh : Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan.
Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam keadaan kritis.
Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda dengan klien/keluarga.
E. PENGKAJIAN
1.
PENGKAJIAN BUDAYA
Meskipun pasien yang sakit kritis dapat dirawat di unit perawatan kritis dengan
memprioritaskan
kebutuhan
fisiologis
untuk
mempertahankan
kehidupan,
pertanyaan
pengkajian
berikut
dalam
merencanakan perawatan yang kompeten secara budaya untuk pasien yang sakit
kritis dan keluarga, contoh :
Anda lebih suka dipanggil apa ?
Apa yang boleh kami ketahui tentang anda :
2.
kesehatan
Sanksi atau larangan budaya yang ingin anda lakukan ?
Pilihan atau larangan untuk menyentuh, melakukan kontak mata, atau
PENGKAJIAN KELUARGA
Memahami keluarga pasien yang sakit kritis dan memenuhi kebutuhan mereka
sangat penting untuk perawatan holistik pasien. Meskipun kebutuhan keluarga
dapat mengubah pengalaman perawatan kritis secara keseluruhan, perawat dapat
mempertimbangkan pertanyaan pengkajian berikut untuk memahami penyakit
pasien, mekanisme koping, dan sistem pendukung :
Berapa jumlah anggota keluarga anda?
Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga anda?
Siapa juru bicara yang ditunjuk dalam keluarga anda?
Apakah anda anggota keluarga anda yang pernah dirawat di unit
3.
perawatan kritis?
Apa yang anda pahami tentang penyakit saudara anda?
Bagaimana anda melakukan koping terhadap situasi
yang
tinggal?
PEMERIKSAAN FISIK
Ketika pasien yang sakit kritis masuk ke unit perawatan kritis, pengkajian rutin
harus dilakukan dan diulangi minimal setiap 4 jam berikutnya. Pengkajian yang
lebih sering dan lebih selektif atau terperinci mungkin diperlukan, bergantung pada
gangguan klinis pasien atau perubahan kondisi pasien atau keduanya. Perubahan
fisiologis yang biasanya terjadi sesuai dengan perubahan usia (Urden LD,Stacy
KM, Lough ME: Thelans critical care nursing: diagnosis and management, ed 4,
St. Louis, 2002, Mosby)
Otak : penurunan ukuran otak dan jumlah neuron, perubahan pergantian
neurotransmiter.
Mata : penurunan ketajaman
Telinga : penurunan pendengaran
PENGKAJIAN NEUROLOGIS
TINGKAT KESADARAN
Perhatikan status kewaspadaan dan kesadaran pasien. Pertama, amati aktivitas
spontan pasien; jika tidak ada aktivitas spontan, lakukan stimulus verbal pada
pasien, jika pasien tidak responsif terhadap stimulus verbal, gunakan stimulus yang
lebih keras seperti menekan dasar kuku, mencubit otot trapezius, atau mencubit
bagian dalam lengan/paha. Hindarkan menggosok sternum dengan buku jari
tangan, menekan supraorbital, dan mencubit puting atau testis.
Stupor: membuka mata terhadap stimulus nyeri ; respon verbal tidak tepat.
Semikoma: gerakan mata yang tidak bertujuan atau refleksif terhadap stimulus
verbal ataustimulus yang lebih keras; tidak ada respon terhadap perintah verbal.
Koma: tidak ada respon terhadap stimulus
Skala Koma Glasgow (GCS) adalah instrumen untuk mengkaji kesadaran.
REAKSI PUPIL DAN REFLEKS
Periksa posisi, ukuran, bentuk dan respon pupil. Fotofobia dapat dikaitkan dengan
peningkatan tekanan intrakranial atau iritasi meningeal. Respon pupil lansung tidak
terjadi pada m.ata yang buta ; akan tetapi respon konsensual dapat terjadi pada
mata yang buta ketika cahaya diarahkan ke mata yang normal. Pupil pinpoint dapat
terjadi akibat obat-obatan miotik, obat-obtan opiat, atau hemoragi pontin. Dilatasi
pupil dapat terjadi karena penggunaan obat-obatan cycloplegic (atropin) atau
tekanan pada saraf kranial III (misal ; akibat tumor atau bekuan darah). Yang harus
diperhatikan adalah posisi pupil, ukuran, bentuk, refleks cahaya langsung, refleks
cahaya konsensual, akomodasi, refleks kornea (tidak ada kedipan atau penutupan
kelopak mata).
Evaluasi
Indra pencium
Penglihatan ; lapang pandang dan ketajaman.
Reaksi pupil, gerakan ekstraokular.
III mengevaluasi gerakan mata keatas dan keluar, kebawah dan keluar,
keatas dam kedalam;
IV mengevaluasi gerakan mata kebawah dan kedalam,
VI mengevaluasi gerakan mata keluar.
Sensasi pada kedua sisi wajah, membuka dan menutup rahang, refleks
kornea.
Gerakan otot wajah; alis, senyum, mengerutkan dahi, menutup kelopak
mata, sensasi pengecapan.
Pendengaran,
Refleks muntah, menelan, elevasi palatum mole.
Mengangkat bahu dan menggerakan kepala.
Posisi, gerakan, dan kekuatan lidah.
FUNGSI MOTORIK
Observasi postur istirahat pasien dan catat setiap gerakan spontan atau gerakan
involunter; juga catat setiap rigiditas, spastisitas, dan flaksiditas. Periksa
kekuatan otot kasar dengan mengkaji genggaman tangan dan memeriksa
dorsofleksi serta plantar fleksi ekstremitas bawah. Bandingkan antara kedua sisi
tubuh.
FUNGSI SENSORIK
Evaluasi fungsi sensorik secara kasar meliputi sentuhan ringan pada dahi, pipi,
tangan, lengan bawah, abdomen, tungkai bawah dan kaki. Tipe sensasi lain dapat
digunakan (misal; nyeri, panas, dan dingin, getaran, perubahan posisi, nteri tekan
dalam) . bandingkan antara kedua sisi tubuh.
PENGKAJIAN MEDULA SPINALIS
Kekuatan motorik pada setiap kelompok otot harus dievaluasi pada pasien yang
mengalami disfungsi medula spinalis. Sistem 5 angka dapat digunakan untuk
mengkaji keseluruhan kekuatan otot ekstremitas (sistem yang kurang komplek
dapat digunakan seperti 0 = tidak ada, 1 = lemah, 2 =kuat). Area dermatom harus di
evaluasi pada pasien yang mengalami disfungsi medula spinalis. Ada beberapa
istilah yang digunakan untukmenggambarkan disfungsi sensori.
Analgesia : hilangnya rasa nyeri
Anestesia : hilangnya sensasi sama sekali.
Disestesia : gangguan sensasi
Hiperestesia : peningkatan sensasi.
Hipestesia : penurunan sensasi
Parestesia : sensasi terbakar, kesemutan.
PENGKAJIAN PULMONER
PENGKAJIAN
Tentukan frekuensi dan irama pernapasan. Kaji dada untuk mengetahui kedalaman
pernapasan, gerakan paradoksial dan kesimetrisan pernapasan. Catat penggunaan
otot bantu napas, pernapasan cuping hidung, dan batuk. Palpasi dada untuk
mengetahui krepitus atau nyeri.
SUARA PERNAPASAN
Suara bronkial :nada tinggi dan normalnta terdengar diatas trakea. Fase inspirasi
lebih singkat daripada fase ekspirasi.
Suara vesikular :nada rendah dan normalnya terdengar di perifer paru-paru. Fase
inspirasi lebih lama dari fase ekspirasi.
Suara bronkovesikular : nada sedang, kualitas suara yang kurang terdengar. Lama
fase inspirasi sama dengan fase ekspirasi.
SUARA TAMBAHAN
Kaji suara pernapsan dan suara ketika berbicara ; krekels, mengi, pleural friction
rub, bronkofoni, whispered pectoriloquy, egofoni
JALAN NAPAS BUATAN
Periksa letak dan kepatenan jalan napas buatan (misal; jalan napas oral atau nasal,
slang endotrakea, trakeostomi).
OKSIGENASI/VENTILASI
Periksa sistem pemberian oksigen, set ventilator, dan alarm. Dapatkan hasil
pemeriksaan saturasi dan karbondioksida.
DRAINASE DADA
Kaji apakah sistem berfungsi dengan tepat dan catat jumlah, warna, dan karakter
drainase dada.
PENGHITUNGAN OKSIGENASI
Pantau parameter yang relevan,
RADIOGRAF DADA
Radiograf dada digunakan untuk memberi informasi tentang proporsi anatomi
secara kasar dan letak struktur jantung, termasuk pembuluh darah besar ; untuk
mengevaluasi lapang paru dan untuk memeriksa letak jalan napas, kateter vena
sentral, kateter arteri pulmonalis, slang dada, dan transvenous pacemaker lead.
6.
PENGKAJIAN KARDIVASKULER
IRAMA DAN FREKUENSI JANTUNG
Catat pemasangan lead dan dapatkan setrip irama untuk menentukan irama dan
frekuensi jantung.
INTEGUMEN
Catat warna, suhu, dan kelembaban. Periksa dinding dada anterior untuk
mengetahui pengisian kapiler (> dari 3 detik menandakan perfusi jaringan,
evaluasi derajat edema (dengan memeberikan tekanan selama 10 detik dan catat
kedalaman jari)
TEKANAN VENA CENTRAL (CVP)
Periksa vena leher untuk mengukur CVP. Catat adanya kussmaul (peningkatan
patologis tekanan vena jugularis saat inspirasi), periksa refleks hepatojugular
7.
8.
PENGKAJIAN GENITOURINARI
GENITALIA
Periksa genitalia eksternal untuk mengetahui adanya drainase, inflamasi, atau lesi.
STATUS CAIRAN
Timbang BB setiap hari. Peningkatan 0,5 kg/hari menunjukkan retensi cairan. Ukur
asupan dan haluaran. 1 liter cairan kira-kira sama dengan 1 kg BB.
KANDUNG KEMIH
Lakukan perkusi abdomen untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
URINE
Identifikasi tipe slang drainase urine dan kaji ketepatan fungsinya, ukur haluaran
urine. Catat warna dan konsistensi.
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
( Patricis Gonce Morton, et al, 2011, Keperawatan Kritis Vol. I Hal.19)
1. Menciptkan lingkungan yang menyembuhkan
Lingkungan yang memungkinkan pasien terpenuhi kebutuhan fisiologis dan
psikologisnya. Memanipulasi lingkungan dapat meliputi intervensi yang tepat waktu
guna memungkinkan tidur dan istirahat yang adekuat, memberikan obat pereda nyeri,
memutar musik, atau mengajarkan latihan nafas dalam.
2. Menumbuhkan rasa percaya
Memeperlihatkan sikap yang caring dan percaya diri, menunjukkan kompetensi
teknis, dan mengembangkan tekhnik komunikasi yang efektif yang akan
meningkatkan terbinanya hubungan saling percaya.
3. Memberikan informasi
Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi, agar mereka
dapat mengorientasikan kembali, memilah rangkaian kejadian dan membantu mereka
membedakan kejadian yang sebenarnya dari mimpi atau halusinasi. Perawat harus
mendapatkan izin terlebih dahulu dari pasien sebelum menyampaikan pada anggota
keluarga lainnya. Informasi ini harus dicatat dalam rekam medis pasien.
4. Imajinasi terbimbing dan latihan relaksasi
Imajinasi terbimbing dapat membantu mengurangi perasaaan depresi, kecemasan, dan
permusuhan yang tidak menyenangkan.
5. Memberikan kendali
Membiarkan pengambilan keputusan yang kecil saat pasien ingin dan siap akan
meningkatkan rasa kendali pasien terhadap lingkungan, juga dapat membantu pasien
menerima kurangnya kendali selama prosedur yang melibatkan sedikit pilihan. Misal ;
pemberian posisi, pemasangan jalur intravena (kiri/kanan), dll.
6. Kepekaan budaya
Keperawatan transkultural merujuk pada area pembelajaran formal dan praktik yang
berfokus pada pemberian perawatan yang sesuai dengan budaya, nilai dan gaya hidup
individu.
7. Kehadiran dan penenangan
Kehadiran adalah pemakaian diri yang terpeutik dengan mengadopsi sikap caring, dan
memberikan perhatian pada kebutuhan pasien. Penenangan dimaksudkan untuk
mengurangi ketakutan dan kecemasan serta membangkitkan respon yang lebih pasif
dan tenang.
8. Teknik kognitif
Dapat mengurangi kecemasan dengan cara ; tidak menyelidiki kehidupan pribadi
pasien. Dapat juga diajarkan pada anggota keluarga, dan teman guna membantu
mereka dan pasien mengurangi ketegangan.
digunakan untuk mengendalikan perilaku meliputi, tetapi tidak terbatas pada obat
obtan psikotropika ;haloperidol, agens sedatif seperti benzodiazepin (lorazepam,
midazolam), atau antihistamin antikolinergik, difenhidramin
11. Memberikan caring dalam asuhan keperawatan mencakup kebutuhan spiritualitas.
Ketakutan, rawat inap yang tidak di rencanakan dan perpisahan pasien dengan
keluarga dan orang terdekat merupakan kemungkinan sumber stress selama sakit.
Tanpa memperhatikan ketakutan, kriteria hasil atau ketersediaan intervensi, seorang
perawat yang kompeten dan caring sangat diperlukan. Intervensi tersebut juga harus
membahas keterlibatan pasien dan keluarga dalam perawatan dan pengambilan
keputusan melalui advokasi, kolaborasi, dan pemikiran sistem.
H. CONTOH KASUS :
Ada klien Tn. Albert Hindom, Umur 50 thn, dengan diagnosa medis STEMI, dirawat diruang
ICU RSUD Fakfak Klien sudah dirawat di ICU RSUD Fakfak selama tiga hari Klien
terpasang IVFD NaCL 0,9 % 20 tpm dan terpasang siringe pump heparin 1000 ui/ jam
cc/ jam, klien terpasang 02 nasal kanul 3 L/ Mnt Didapati klien dengan keluhan nyeri dada
kiri dan klien merasa cemas terhadap penyakitnya. keluarga yang menemani klien pun
tampak cemas dan khawatir tentang kondisi kesehatan klien.
Dari kasus diatas kelompok kami menyimpulkan klien TN. A termasuk kategori pasien
dengan penyakit kritis.
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Aspek Biologi
GCS : E : 4, V : 6, M : 5
Kesadaran Compos Mentis
Tanda- tanda vital :
TD : 150/90 mmHg
HR : 90 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T
: 36 C
Pemeriksaan fisik
- Kepala : Bentuk mesochepal, rambut beruban sedikit, tidak rontok,
-
positif
Hidung : Simetris, tidak terdapat sekret, tidak epistaksis, tidak ada
luka
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak keluar darah, tidak ada
luka
Mulut
artikulasi baik, tidak keluar darah, tidak keluar sekret, tidak ada
-
sariawan.
Leher : Tak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak ada
peningkatan JVP, kaku kuduk ( - ), tidak ada luka
Paru- paru :
Inspeksi : bentuk dada simetris, gerakan dada simetris kiri dan
Palpasi
Perkusi
whesing.
jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis teraba di intercostal V, terdapat nyeri di
Perkusi
:
Auskultasi :
Abdomen
Ekstremitas
Genetalia
dada kiri
konfigurasi jantung dalam batas normal
Bunyi Jantung S3, S4 terdengar bunyi murmur.
: dbn
: dbn
: keadaan bersih, tidak keluar darah , tidak keluar
lender.
2. Pengkajian Aspek Psikologis
Pasien mengatakan cemas dengan penyakitnya, Ekspresi wajah klien Nampak
cemas
3. Pengkajian Aspek Sosial
Interasi klien sebelum sakit dan dirawat di RS klien hubungan sosialnya dengan
masyarakat sekitar baik dengan keluarga juga baik.
4. Pengkajian Aspek Kultural
Pasien adalah orang fakfak asli, tidak ada penolakan setiap kali petugas
melakukan tindakan baik medis maupun keperawatan. Yang menurut adat istiadat
setempat.
Pasien lebih suka dipanggil bapak albert. Pasien lebih suka ditemani oleh istrinya
saja dan anak- anaknya.
tahun dan putri berusia 19 tahun, Ny woretma mengatakan sedih dan cemas
terhadap penyakit yang diderita oleh suaminya, Ny. Wilma merasa belum siap
jika harus kehilangan Tn. Albert. Dalam keluarga Tn. Albert tidak pernah ada
yang dirawat di HCU sebelumnya.
SI )
Troponin : 2 ng/mL
Normal :
Nilai antara 0,04 dan 0,1 ng/mL diinterpretasikan sebagai tak pasti
Nilai di atas 0,1 ng/mL diinterpretasikan sebagai nekrosis sebagian sel otot
jantung
Pada operasi jantung dan takikardia yang berlangsung lama, nilai dapat
DIAGNOSA
TUJUAN/ KRITERIA
HASIL
Nyeri b/d kurangnya Setelah dilakukan tindakan
suplai oksigen
keperawatan selama 2 x 24
kejaringan
jam diharapkan Nyeri
Yang ditandai
teratasi.
dengan :
Dengan kriteria hasil :
DS :
- Nyeri berkurang
- Dari scala 7 menjadi 3
- Klien mengeluh
- Klien tidak mengalami
nyeri dada kiri
nyeri dada
DO :
- Ekspresi wajah
- TD : 150/ 90
Nampak rileks dan
mmHg
tenang
- HR : 90 x/ mnt
- Vital sigh dalam batas
- RR : 24 x/mnt
normal
- T : 36 C
Cemas b/d Krisis
Setelah dilakukan tindakan
Situasional, ancaman keperawatan selama 2 x 24
kematian
jam diharapkan Cemas
teratasi
Dengan kriteria hasil :
- Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
- klien mampu
mengungkapkan, dan
menunjukkan teknik
untuk mengontrol
cemas
- Vital sign ( TD, nadi,
respirasi ) dalam batas
normal
- Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh,
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
INTERVENSI
Ansietas Keluarga
Setelah dilakukan tindakan
- Keluarga
mengatakan sedih
dan cemas
terhadap penyakit
yang diderita oleh
suaminya
- Keluarga
mengatakan
belum siap
kehilangan
suaminya
DO :
- Ekspresi wajah
keluarga tampak
cemas
Tunjukkan kekhawatiran
tentang crisis yang dialami
Sampaikan perasaan,
harapan dan percaya
terhadap kemampuan
keluarga untuk mengatasi
situasi tersebut
dibutuhkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem pemberian perawatan kesehatan terus berkembang, demikian juga dengan
keperawatan dan perawatan kritis. Dewasa ini perawatan pasien yang sakit kritis
tidak hanya dilakukan dalam tatanan tradisional di unit perawatan intensif (ICU)
DI Rumah Sakit, tetapi juga dilakukan di unit perawatan progresif, di unit medis,
dan di unit bedah serta di fasilitas sub akut, komunitas, dan dirumah. Sejak unit
perawatan kritis ( critical care unit, ccu) pertama dibuka pada tahun 1960-an
terjadi kemajuan teknologi yang signifikan, disertai dengan ledakan pengetahuan
dalam bidang asuhan keperawatan kritis. Oleh sebab itu perawat di bidang
perawatan kritis pada abad ke -21 secara rutin merawat pasien yang sakit kritis
dan kompleks. Hal ini dicapai dengan memadukan teknologi yang canggih dengan
tantangan psikososial dan konflik etik yang terkait dengan sakit kritis, sementara
pada saat yang sama mengatasi kebutuhan dan kekhawatiran anggota keluarga dan
orang terdekat lain dalam kehidupan pasien.
B. SARAN
Sebagai respon terhadap sistem pemberian perawatan kesehatan yang selalu
berubah, perawat perawatan kritis memperjuangkan kebutuhan pasien dan
keluarga , atau orang terdekat, perawat perawatan kritis telah menjalani langsung
apa yang perawat telah tunjukkan secara konsisten, oleh sebab itu perawat harus
bisa mengaplikasikan dan memberikan perawatan pada pasien kritis yang tidak
hanya
pemenuhan
kebutuhan
fisiologis
tetapi
juga
proses
psikososial,
DAFTAR PUSTAKA
1. Morton. G. Patricia, Fontaine Dorrie, Hudak.M.Carolyn, Gallo. M. Barbara,
Keperawatan Kritis Vol.1 Ed.8 ; Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta : EGC,2011