Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Candida albicans
Anggi Gusti Kristyawan
E-mail: gusti.outsiders@gmail.com
(201310070311133/Biologi 3D)
Progam Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
Abstrak:
Candida
Albicans adalah spesies jamur
atau
cendawan patogen dari
golongan deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi
oportunistik yang disebut kandidiasis padakulit, mukosa, dan organ dalam manusia.
Beberapa karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau
sferis dengan diameter 3-5 m dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies Candida
Albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa.
Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari
berwarna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran,
bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya. Cendawan ini memiliki kemampuan
untuk menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi.
Pengaruh lingkungan sangat besar dampaknya bagi pertumbuhan semua jenis
jamur termasuk mikro jamur yakni Candida albicans. Jamur ini sangat rentan
terhadap perubahan lingkungan yang mendadadak, jamur ini bisa terhambat
pertumbuhannya bahkan bisa mati karena lingkungannya yang tidak mendukung.
Sebagai contoh perubahan suhu, pH, tekanan osmotik dll.
Kata Kunci: Candida albicans, patogen, pengaruh lingkungan
A. Pendahuluan
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian
juga jasat renik. Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai
faktor-faktor lingkungan, sehingga untuk hidupnya sangat bergantung kepada
lingkungan sekitar. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
mikroorganisme meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
memfermentasi
glukosa
menjadi
asam
dan
menghasilkan
gas,
sistem pencernaan sel, sebagai tempat penyimpanan lipid dan granula polifosfat.
Mikrotubul dan mikrofilamen berada dalam sitoplasma. Pada C. albicans
mikrofilamen berperan penting dalam terbentuknya perpanjangan hifa.C. albicans
mempunyai genom diploid. Kandungan DNA yang berasal dari sel ragi pada fase
stasioner ditemukan mencapai 3,55 g/108sel. Ukuran kromosom Candida albicans
diperkirakan berkisar antara 0,95-5,7 Mbp. Beberapa metode menggunakan
Alternating Field Gel Electrophoresis telah digunakan untuk membedakan strain C.
albicans. Perbedaan strain ini dapat dilihat pada pola pita yang dihasilkan dan metode
yang digunakan. Strain yang sama memiliki pola pita kromosom yang sama
berdasarkan jumlah dan ukurannya. Steven dkk (1990) mempelajari 17 strain isolat
C. albicans dari kasus kandidosis. Dengan metode elektroforesis, 17 isolat C. albicans
tersebut dikelompokkan menjadi 6 tipe. Adanya variasi dalam jumlah kromosom
kemungkinan besar adalah hasil dari chromosome rearrangement yang dapat terjadi
akibat delesi, adisi atau variasi dari pasangan yang homolog. Peristiwa ini merupakan
hal yang sering terjadi dan merupakan bagian dari daur hidup normal berbagai
macam organisme. Hal ini juga seringkali menjadi dasar perubahan sifat fisiologis,
serologis maupun virulensi. Pada C. albicans, frekuensi terjadinya variasi morfologi
koloni dilaporkan sekitar 10-2 sampai 10-4 dalam koloni abnormal. Frekuensi
meningkat oleh mutagenesis akibat penyinaran UV dosis rendah yang dapat
membunuh populasi kurang dari 10%. Terjadinya mutasi dapat dikaitkan dengan
perubahan fenotip, berupa perubahan morfologi koloni menjadi putih smooth, gelap
smooth, berbentuk bintang, lingkaran, berkerut tidak beraturan, berbentuk seperti
topi, berbulu, berbentuk seperti roda, berkerut dan bertekstur lunak.
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan
terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak
kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa
strain, blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah
sedikit. Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan
bergaris tengah sekitar 8-12 . Morfologi koloni C. albicans pada medium padat agar
3
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang (1) pengaruh temperatur terhadap
pertumbuhan
Candida
pertumbuhan
Candida albicans,
albicans,
(2)
pengaruh
tekanan
osmotik
terhadap
paling
rendah
dimana
kegiatan
mikrobe
masih
dapat
dapat
Untuk Candida albicans, suhu optimumnya yaitu 25oC namun pada hasil
percobaan, Candida albicans tumbuh baik pada suhu 37oC. Hal ini mungkin
disebabkan oleh karena terjadi kontaminasi dengan mikroba lainnya (Waluyo,
2007)
2. Pengaruh Tekanan Osmotik terhadap pertumbuhan Candida albicans
Osmotik adalah difusi
yang
lebih
pekat.
tekanan
osmosis
yang
diperlukan
mikroba
dapat
yang
dapat
dikelompokkan menjadi:
a) mikroba
osmofil,
adalah
mikroba
yang dapat tumbuh pada pH antara 2.0-5.0. Mikroba neurofil adalah mikroba
yang dapat tumbuh pada kisaran pH 5.5-8.0 sementara alkalifil adalah dapat
tumbuh pada kisaran pH 8.4-9.5. Bakteri memerlukan pH 6.5-7.5, khamir 4.04.5; sedang jamur mempunyai kisaran pH yang luas.
Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat
tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28oC - 37oC. C. albicans membutuhkan
senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan
dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat.
Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan
metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian
(fermentasi) pada C. albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob.
Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan
metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O
dalam suasana aerob.
5. Pengaruh Cahaya terhadap pertumbuhan Candida albicans
Cahaya matahari terdiri dari sinar tampak dan sinar ultraviolet, namun
sinar yang dimanfaatkan secara optimal oleh mikroalga untuk proses fotosintesis.
Secara garis Buitenzorg seperti pada umumnya pertumbuhan mikroorganisme
lainnya,
laju
pertumbuhan
tinggi
yang
kemudian
perlahan
menurun
matahari langsung. Hal ini terjadi karena banyak mikroorganisme yang tidak
tahan dengan cahaya walaupun ada juga mikroorganisme yang tahan.
6. Pengaruh Kadar Air terhadap pertumbuhan Candida albicans
Mikroorganisme menunjukkan perbedaan yang luas dari segi tuntutan
keperluan akan kadar air. Candida albicans juga sangat memerlukan kadar air
untuk tetap hidup, jika kadar air yang berada dilingkungan tersebut normal maka
pertumbuhan jamur ini juga normal. Tapi jika kadar air yang berada oada
lingkungan jamur ini berlebihan maka jamur ini bisa terhambat pertumbuhannya
bahkan bisa mati. Untuk dapat membandingkan larutan dalam air dan zat-zat
padat dari segi banyaknya air yang tersedia , digunakan parameter aktivitasair
atau kelembaban relatif . Mikroorganisme sanggup tumbuh pada aktivitas air dari
0,998 sampai 0,6.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Candida albicans merupakan mikrojamur parasit yang dapat hidup pada
manusia dan bersifat patogen. Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH
yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur
ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28oC - 37oC.
2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan pada artikel yang saya buat ini adalah agar
melakukan penelitian ulang terhadap faktor ligkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan jamur Candida albicans, karena penulis tidak melakukan penelitian
terhadap jamur Candida albicans. Jadi informasi yang dapat pennulis berikan
masih
terbatas.
D. Daftar Pustaka
Brooks, Geo F. Janet S. Butel, dan Stephen A. Mourse . 2004 . Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta
Dwijoseputro. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
10
11