Sie sind auf Seite 1von 17

Membuat Life Plan

Rencana adalah setengah dari keberhasilan. Sebaik-baiknya rencana adalah merencanakan


hidup kita masing-masing. Sungguh ironis melihat banyak orang bekerja di kantor modern
dgn perencanaan canggih, tapi karyawannya sendiri tdk memiliki rencana hidup bagi dirinya
sendiri.
Untuk membuat rencana hidup (life plan), langkah-langkah yg perlu dilakukan sbb:
1. Membuat visi dan misi hidup.
Visi adalah tujuan yg terukur. Buat visi seumur hidup (misalnya sampai dgn usia 60 thn).
Contohnya: menjadi pengusaha dgn omzet 3 triliun atau menjadi pegawai dgn jabatan
terakhir Dirut. Sebaiknya visi hidup mencakup aspek karir, keluarga, keuangan dan
agama/sosial.
Setelah itu, membuat misi hidup yaitu pedoman hidup yg dipegang teguh dlm mencapai visi
hidup. Misi hidup berguna untuk membuat kita konsisten dgn visi hidup. Membuat hidup
terarah dan tdk plin plan.
2. Langkah selanjutnya membuat peta kehidupan (life mapping) yg berisi rencana hidup
setiap tahunnya sampai dgn usia tertentu (misal 60 thn). Life mapping bersifat global dan
strategis tentang apa yg harus ditempuh setiap tahunnya untuk mencapai visi hidup. Jika ada
tahun yg kosong biarkan saja, nanti akan terisi jika rencana sdh berjalan.
3. Membuat Target Peran yg dibuat setiap awal tahun. Agar hidup seimbang maka buat target
untuk setiap peran dlm hidup kita. Mslnya, peran sbg karyawan apa targetnya, sbg anak apa
targetnya, sbg pengurus organisasi tertentu apa targetnya dan seterusnya. Tanpa
mencantumkan peran biasanya kita akan terjebak untuk menghabiskan waktu pd kegiatan
utama saja dan lupa bhw ada peran lain yg terbengkalai. Target setiap peran hrs terukur.
Contoh: peran sbg mahasiswa targetnya memperoleh ipk 3,7. Peran sbg anak adalah
mengirimkan uang ke ortu 500 ribu per bulan. Contoh yg tdk terukur: menjadi karyawan yg
baik, menjadi anak sholih, menjadi warga yg bermanfaat, dll.
4. LAKUKAN dgn konsisten menjadi langkah-langkah bulanan, mingguan, dan harian yg
mengacu pada target peran tahunan. Jangan hidup terlalu spontan, tapi sebaliknya jangan
terlalu sibuk dgn satu peran saja. Beri ruang juga untuk fleksibilitas rencana. Insya Allah jika
dilakukan konsisten, hidup kita akan maju beberapa langkah dan kita punya alat untuk
mengevaluasi apakah hidup kita sdh sesuai dgn visi misi hidup atau tdk (on the track atau
tidak).
Jangan putus asa jika rencana belum tercapai. Lakukan lagi dan lagi sambil berdoa. Jika
gagal, yang penting kita sdh berusaha. Di mata Allah kita sdh tercatat sbg orang sukses.
Sebab yg dilihat Allah adalah usaha kita, bukan hasilnya. Sesungguhnya yg membedakan
pemimpi dgn pemimpin adalah tindakan. Pemimpi menuai penyesalan. Pemimpin menuai
sukses!
Jika Anda peduli dgn keberhasilan diri Anda dan keberhasilan orang lain silakan tulisan kecil
ini di-share.
(By: Satria Hadi Lubis).

PEMBAGIAN PERENCANAAN DAN JENIS - JENIS ORGANISASI

PEMBAGIAN PERENCANAAN
Perencanaan adalah suatu proses berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan
atau pilihan pelbagai alternatif penggunaan sumber untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
pada masa yang akan datang.
Perencanaan dapat dibedakan berdasarkan waktu, sifat, sektor, luas jangkauan, wewenang
pembuatnya dan obyeknya.
1. Pembagian Perencanaan Berdasarkan Waktu
Berdasarkan kriteria waktu ada tiga macam perencanaan yaitu; perencanaan jangka panjang,
perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka pendek. Dalam menyusun suatu
rencana, perlu terlebih dahulu ditetapkan apakah yang akan disusun itu termasuk perencanaan
jangka pendek atau lainnya, sehingga langkah-langkah kegiatan dapat tersusun dan tujuan
kegiatan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
a. Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang biasanya mempunyai jangka waktu 10, 20 atau 25 tahun.
Karena demikian panjangnya siklus perencanaan ini, maka perencanaan jangka panjang
memuat rencana-rencana yang bersifat umum, global dan belum terperinci.
Perencanaan jangka panjang bersifat perspektif, yaitu memberikan arah yang jelas bagi
perencanaan yang berjangka waktu lebih pendek. Perencanaan jangka panjang masih perlu
dijabarkan lagi menjadi perencanaan jangka menengah dan seterusnya dijabarkan menjadi
perencanaan jangka pendek.
Perencanaan jangka panjang menetapkan sasaran misalnya sampai 20 tahun yang akan
datang dan menetapkan harapan-harapan yang akan dicapai pada tahun tersebut serta
mengemukakan langkah kebijaksanaan secara umum untuk mencapai sasaran tadi. Sebagai
contoh misalnya, Pendidikan di Indonesia Pada Tahun 2020. Digambarkan misalnya
perkiraan jumlah murid setiap jenjang pendidikan pada tahun 2020, demikian juga tentang
kualitas lulusan pada tahun tersebut, kemudian disarankan langkah kebijaksanaan yang akan
ditempuh untuk mencapai sasaran tadi, baik yang menyangkut pengadaan fisik, perangkat
lunaknya seperti kurikulum, pengelolaan pengawasan dan penelitian serta pengembangannya.
b. Perencanaan Jangka Menengah

Perencanaan jangka menengah biasanya mempunyai 4 sampai dengan 7 tahun.


Perencanaan jangka menengah disusun berdasarkan perencanaan jangka panjang yang
selanjutnya perlu dijabarkan lagi menjadi perencanaan jangka pendek. Repelita termasuk
jenis perencanaan jangka menengah yang kemudian dijabarkan ke dalam perencanaan
tahunan yaitu perencanaan jangka pendek yang bersifat operasional.
Perancanaan jangka menengah seperti repelita adalah yang paling efisien ditinjau dari segi
pelaksanaannya. Di dalamnya dicantumkan tujuan dan target secara lebih jelas sehingga
memberikan dasar-dasar yang pasti bagi kegiatan yang direncanakan. Oleh karena itu,
tidaklah mengherankan banyak memilih perencanaan jangka menengah dengan sistem
berkelanjutan. Dalam pendekatan seperti ini, rencana tersebut diperpanjang satu tahun pada
suatu waktu sambil memperbaiki sasaran-sasaran berdasarkan pengalaman pelaksanaan.
Artinya, prestasi yang dicapai pada pelaksanaan yang lalu dijadikan umpan balik bagi
perbaikan rencana yang selanjutnya.
c. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek biasanya mempunyai jangka waktu kurang dari 4 tahun. Salah
satu perencanaan jangka pendek yang sering kita temui adalah perencanaan tahunan.
Perencanaan tahunan atau disebut juga perencanaan operasional di Negara kita ini pada
prakteknya merupakan suatu siklus yang selalu berulang setiap tahun yaitu mulai dari awal
April sampai dengan akhir bulan Maret.
Dewasa ini di Indonesia kita kenal dua macam perencanaan tahunan yaitu perencanaan
tahunan pembangunan yang dituangkan ke dalam Daftar Isian Proyek (DIP) dan perencanaan
tahunan kegiatan rutin yang dituangkan dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK). Kedua rencana
ini saling melengkapi dalam arti bahwa anggaran pembangunan akan mendukung
pelaksanaan kegiatan yang anggarannya dari biaya rutin belum mencukupi. Perencanaan
tahunan di atas merupakan penahapan dari REPELITA dan diadaptasikan terhadap sumber
pembiayaan yang tersedia.
Fungsi pembuatan dari ketiga rencana tersebut di tandai dengan:
1. Suatu usaha untuk menghasilkan pembangunan secara seimbang pada setiap aspek dalam
sistem pendidikan dan juga keseimbangan antara sistem pendidikan dengan sistem lainnya di
dalam masyarakat.
2. Korelasi usaha pendidikan dengan kebijaksanaan nasional pembangunan sosial dan ekonomi.

3. Ketentuan yang menjamin bahwa investasi dalam pendidikan memberikan keuntungan baik
nagi masyarakat maupun individu.
2. Pembagian Perencanaan Berdasarkan Sifat
Ditinjau dari segi sifatnya maka perencanaan dapat dibedakan pada perencaaan kuantitatif
dan perencanaan kualitatif.
Perencanaan dikatakan bersifat kuantitatif apabila target-target yang ingin dicapai ditetapkan
secara tegas kuantitasnya. Misalnya: pada tahun 1986 repelita anak usia 7-12 tahun yang
jumlahnya diperkirakan 25 juta dapat tertampung di Pendidikan Dasar. Sedangkan
perencanaan kualitatif, sasarannya tidak dapat dikuantifikasikan. Misalnya, peningkatan mutu
lulusan pendidikan kepada taraf tertentu.
Perencanaan bukan hanya merencanakan pertumbuhan pendidikan tapi juga perubahan atau
pembaharuan pendidikan. Untuk itu, maka Perencanaan Pendidikan selalu dibarengi oleh
penelitian uji coba dan evaluasi. Sehingga perencanaan harus melihat sistem pendidikan
sebagai suatu organisasi yang hidup dan memiliki potensi yang bukan saja untuk tumbuh tapi
juga untuk pembaharuan, penyempurnaan, serta penyesuaian arah terhadap situasi yang
berubah. Perencanaan Pendidikan di Indonesia lebih banyak memperhatikan hal-hal yang
kuantitatif dan kurang memperhatikan segi kualitatif.
Proses Perencanaan
Perencanaan sebagai suatu proses berlangsung sepanjang waktu dan berulang kembali
membentuk suatu lingkaran. Langkah-langkah yang diikuti dalam proses ini pada umumnya
adalah sama pada pelbagai unit dari pelbagai tingkatan.
Langkah I- Pengumpulan dan Pengolahan Data.
Kegiatan pokok dalam langkah ini meliputi kompilasi data pendidikan, pengorganisasian data
supaya mudah untuk didiagnosis, menyusun indikator yang perlu, menghimpun hasil
penelitian serta hasil evaluasi dan monitoring rencana dan program yang lalu.
Langkah 2-Analisis Dan Diagnosis
Pada tahap ini dilakukan analisis (membandingkan data yang sejenis) atas data dan informasi
berikut indikator yang telah disusun.
Langkah3- Perumusan Kebijaksanaan

Dalam manajemen kita mengenal tiga kata penting yaitu keputusan, kebijaksanaan, dan
strategi. Kebijaksanaan merupakan suatu pembatasan gerak tentang apa yang akan dijadikan
keputusan oleh orang lain.
Langkah 4- Perkiraan Kebutuhan yang Akan Datang
Berdasarkan kebijaksanaan yang telah digariskan dan disahkan, perencana pendidikan harus
menjabarkan ke dalam kebutuhan- kebutuhan.
Langkah 5- Penetapan Sasaran
Setelah diperkirakan segala kebutuhan maka perlu ditetapkan sasaran atau target baik
kuantitatif maupun kualitatif. Perlu diusahakan supaya sedapat mungkin sasaran yang
ditetapkan dapat dikuantifikasikan sehingga mudah untuk diukur.
Langkah 6- Penyusunan Alternatif Strategi Layak
Langkah-langkah yang telah dibicarakan tersebut di atas dalam kenyataanya tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya secara tegas. Selesai penetapan sasaran
pada langkah kelima, perlu dilanjutkan dengan penyusunan atau pemilihan strategi yang
layak untuk dilaksanakan. Strategi merupakan alternatif dari langkah-langkah yang akan
diambil.
Langkah 7- Perumusan Rencana
Perumusan ini meliputi usaha merumuskan tujuan, kegiatan, dan sasaran yang akan dicapai
dalam waktu tertentu, perkiraan biaya yang diperlukan, unsur pelaksanaan, serta jadwal
kegiatannya.
Langkah 8- Penganggaran
Pada waktu menganalisis data untuk tujuan penyusunan rencana, para perencana pendidikan
perlu juga mengetahui sumber dana untuk pembangunan pendidikan, sehingga dibutuhkan
adanya penganggaran.
Langkah 9-Rincian Rencana
Rencana yang telah ditetapkan dan disetujui anggarannya itu belum bersifat operasional
karena biasanya masih berupa uraian singkat, karena itu sebelum rencana tadi dapat
dilaksanakan maka harus dirinci terlebih dahulu sehingga setiap satuan kegiatan menjadi jelas
baik menganai sasaran, pelaksana, hasil yang diharapkan, waktu, sarana yang diperlukan,
tahap pelaksanaan dan biaya.

Langkah 10- Pelaksanaan Rencana


Suatu rencana pendidikan dilaksanakan apabila masing-Masing proyek sudah disahkan untuk
dilaksanakann
Langkah 11- Evaluasi Rencana Dan Pelaksanaan
Evaluasi rencana membantu kegiatan pengambilan keputusan yang bertujuan mengusahakan
supaya pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan rencana dan menyimpang dapat segera
diadakan tindak korektif.
3. Pembagian Perencanaan Berdasarkan Sektor dan Regional
Perencanaan dapat dibagi juga menurut perencanaan sektoral dan perencanaan regional.
Perencanaan Sektoral adalah perencanaan menurut sektor-sektor sosial, umpamanya sektor
ekonomi, pendidikan, pertanian dan lainnya. Sedangkan perencanaan Regional adalah
perencanaan yang berorientasi pada wilayah atau kepentingan wilayah. Perencanaan regional
bersifat lintas sektoral artinya mempertimbangkan adanya keterpaduan antara pelbagai sektor
pembangunan dalam suatu wilayah.
4. Pembagian Perencanaan Berdasarkan Luas Jangkauan
Pembagian ini dibedakan menjadi perencanan makro (atau disebut juga perencanaan
institusional) dan perencanaan mikro. Perencanaan Makro adalah perencanaan yang bersifat
menyeluruh, umum dan bersifat nasional. Contohnya perencanaan provinsi, kabupaten yang
disebut perencanaan daerah yang bersifat makro. Perencanaan Mikro adalah perencanaan
yang mempunyai lingkup yang terbatas, yaitu perencanaan suatu institusi, misal universitas
atau sekolah. Perencanaan mikro ini lebih terinci karenanya menjadi lebih konkrit.
5. Pembagian Perencanaan Berdasarkan Wewenang Pembuatannya.
Perencanaan ini dibedakan dalam dua macam, yaitu perencanaan sentralisasi dan
perencanaan desentralisasi. Perencanaan Sentralisasi adalah suatu sistem perencanaan di
mana seluruh rencana baik rencana untuk pusat maupun untuk daerah disusun oleh pusat.
Dalam perencanaan ini daerah tidak diberi wewenang untuk menyusun perencanaannya
sendiri. Perencanaan Desentralisasi adalah kebalikan dari perencanaan sentralisasi di mana
perencanaan daerah dibuat sendiri oleh daerah itu sendiri.
6. Pembagian Perencanaan Berdasarkan Obyek Yang Direncanakan
Perencanaan ini dibagi menjadi dua, yaitu perencanaan rutin dan perencanaan pembangunan.
Perencanaan Rutin merupakan proses mempersiapkan kegiatan atau suatu kumpulam

pekerjaan yang bersifat terus-menerus dalam rangka mencapai hasil akhir suatu program
yang bersangkutan. Perencanaan rutin hanya berjangka satu tahun. Sedangkan perencanaan
Pembangunan dapat menjangkau jangka panjang, sedang, dan pendek.
Perencanaan rutin berbeda dengan perencanaan pembangunan terutama dalam hal-hal
berikut:
Kegiatan dalam perencanaan rutin merupakan pekerjaan yang bersifat terus menerus.
Kegiatan dalam perencanaan rutin tidak dibatasi hanya untuk waktu tertentu.
Proyek dibatasi dalam jangka waktu tertentu, apakah satu tahun, dua tahun, dan seterusnya.
7. Pembagian Perencanaan Berdasarkan Jenjang
Berdasarkan jenjang perencanaan dibedakan menjadi:
Perencanaan tingkat pusat
Unit perencanaan di pusat sesuai dengan SK Menteri Pendidikan dan kebudayaan
No.0222/0/80 dan di sekretariat jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terdapat
biro perencanaan dan di Sekretariat Jenderal Unit-Unit Utama terdapat bagian perencanaan.
Perencanaan tingkat provinsi
Perencanaan pada tingkat pusat menggunakan sebagian besar bahan-bahan masukan
perencanaan dari provinsi. Unit pusat sendiri tidak mungkin menyusun perencanaan tanpa
adanya masukan yang dimaksud. Sehingga di tingkat propinsi pada Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan kebudayaan dibentuk bagian perencanaan yang akan menangani
kegiatan perencanaan rutin dan pembangunan pendidikan dan kebudayaan di provinsi yang
bersangkutan.
Secara rinci tugas bagian perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Menyusun program kerja tahunan bagian
b. Mengumpulkan, mengadakan survey, mengolah dan menyajikan data yang menyangkut
pendidikan dalam dan luar sekolah.
c. Mengurus kamar data mengenai pendidikan dalam dan luar sekolah.
d. Membukukan dan menggandakan data tahunan yang bersangkutan dan melakukan pelayanan
data pada unit kerja yang memerlukan.
e. Menganalisis dan mengumpulkan informasi tentang keadaan pendidikan dalam dan luar
sekolah.

f. Mengumpulkan rencana sektoral tahunan sekretariat, bagian perencanaan, dan bidang di


lingkungan kantor wilayah.
g. Menyusun rencana tahunan pendidikan dan kebudayaan di lingkungan kantor wilayah.
h. Memonitor perkembangan pelaksanaan kegiatan rutin dan pembangunan.
Perencanaan tingkat kabupaten/ kotamadya
Unit perencanaan di kabupaten/ kotamadya yang di sebut sub bagian penyusunan rencana dan
program mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data, menyusun
rencana dan program, serta memonitor perkembangan pelaksanaan rencana dan program.
Dalam penjelasan lain ada yang membagi perencanaan menurut:
Menurut besaran atau magnitude, yang dibagi menjadi:
Perencanaan Makro, yakni perencanaan yang memiliki telaah nasional, yang menetapkan
kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai, dan cara yang dipakai dalam
mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan Meso, yakni kebijakan yang ditetapkan dalam perencanaan makro, kemudian
dijabarkan lebih rinci ke dalam program dalam dimensi yang lebih kecil.
Perencanaan mikro, diartikan sebagai perencanaan tingkat institusional dan merupakan
jabaran lebih spesifik dari perencanaan tingkat meso.
Menurut telaahnya, dibagi menjadi:
Perencanaan Strategis, yaitu perencanaan yang berkaitan dengan penetapan tujuan,
pengalokasian sumber dalam mencapai tujuan dan kebijakan yang dipakai sebagai pedoman.
Perencanaan Manajerial, yaitu perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan proses
pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Perencanaan Operasional, memusatkan perhatian pada apa yang akan dikerjakan pada
tingkat pelaksnaan di lapangan dari rencana manajerial.

Dalam perkembangan untuk saat ini pada pokoknya ada 6 bentuk organisasi yang perlu
diperhatikan. Bentuk organisasi tersebut adalah:
1. ORGANISASI LINI (LINE ORGANIZATION)

Diciptakan oleh Henry Fayol, Organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi yang
menghubungkan langsung secara vertical antara atasan dengan bawahan, sejak dari
pimpinan tertinggi sampai dengan jabatan-jabatan yang terendah, antara eselon satu
dengan eselon yang lain masing-masing dihubungkan dengan garis wewenang atau
komando. Organisasi ini sering disebut dengan organisasi militer. Organisasi Lini
hanya tepat dipakai dalam organisasi kecil. Contohnya; Perbengkelan, Kedai Nasi,
Warteg, Rukun tetangga.

Memiliki ciri-ciri:

Hubungan antara atasan dan bawahan masih bersifat langsung dengan satu garis
wewenang

Jumlah karyawan sedikit

Pemilik modal merupakan pemimpin tertinggi

Belum terdapat spesialisasi

Masing-masing kepala unit mempunyai wewenang & tanggung jawab penuh atas
segala bidang pekerjaan

Struktur organisasi sederhana dan stabil

Organisasi tipe garis biasanya organisasi kecil

Disiplin mudah dipelihara (dipertahankan)

Keuntungan-keuntungan penggunaan organisasi tipe garis adalah :

Ada kesatuan komando yang terjamin dengan baik

Disiplin pegawai tinggi dan mudah dipelihara (dipertahankan)

Koordinasi lebih mudah dilaksanakan

Proses pengambilan keputusan dan instruksi-instruksi dapat berjalan cepat

Garis kepemimpinan tegas, tidak simpang siur, karena pimpinan langsung


berhubungan dengan bawahannya sehingga semua perintah dapat dimengerti dan
dilaksanakan

Rasa solidaritas pegawai biasanya tinggi

Pengendalian mudah dilaksanakan dengan cepat

Tersedianya kesempatan baik untuk latihan bagi pengembangan bakat-bakat


pimpinan.

Adanya penghematan biaya

Pengawasan berjalan efektif

Kelemahan-kelemahan organisasi garis :

Tujuan dan keinginan pribadi pimpinan seringkali sulit dibedakan dengan tujuan
organisasi

Pembebanan yang berat dari pejabat pimpinan , karena dipegang sendiri

Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otoriter/diktaktor, cenderung


bersikap kaku (tidak fleksibel).

Kesempatan pegawai untuk berkembang agak terbatas karena sukar untuk mengabil
inisiatif sendiri

Organisasi terlalu tergantung kepada satu orang, yaitu pimpinan

Kurang tersedianya saf ahli

Contoh bagan Organisasi Line :

Organisasi Lini
2. ORGANISASI LINI DAN STAF (LINE AND STAFF ORG)

Merupakan kombinasi dari organisasi lini, asaz komando dipertahankan tetapi dalam
kelancaran tugas pemimpin dibantu oleh para staff, dimana staff berperan memberi
masukan, bantuan pikiranm saran-saran, data informasi yang dibutuhkan:

Memiliki ciri-ciri:

Hubungan atasan dan bawahan tidak bersifat langsung

Pucuk pimpinan hanya satu orang dibantu staff

Terdapat 2 kelompok wewenang yaitu lini dan staff

Jumlah karyawan banyak

Organisasi besar, bersifat komplek

Adanya spesialisasi

Keuntungan penggunaan bentuk organisasi garis dan staf:


1. Asas kesatuan komando tetap ada. Pimpinan tetap dalam satu tangan.
2. Adanya tugas yang jelas antara pimpian staf dan pelaksana

3. Tipe organisasi garis dan staf fleksibel (luwes) karena dapat ditempatkan pada
organisasi besar maupun kecil.
4. Pengembalian keputusan relatif mudah, karena mendapat bantuan/sumbangn
pemikiran dari staf.
5. Koordinasi mudah dilakukan, karena ada pembagian tugas yang jelas.
6. Disiplin dan moral pegawai biasanya tinggi, karena tugas sesuai dengan
spesialisasinya
7. Bakat pegawai dapat berkembang sesuai dengan spesialisasinya.
8. Diperoleh manfaat yang besar bagi para ahli
Kelemahan-kelemahan dari bentuk Organisasi garis dan staf:
1. Kelompok pelaksana terkadang bingung untuk membedakan perintah dan bantuan
nasihat
2. Solidaritas pegawai kurang, karena adanya pegawai yang tidak saling mengenal
3. Sering terjadi persaingan tidak sehat, karena masing-masing menganggap tugas yang
dilaksanakannyalah yang penting
4. Pimpinan lini mengabaikan advis staf
5. Apabila tugas dan tanggung jawab dalam berbagai kerja antara pelajat garis dan staf
tidak tegas, maka akan menimbulkan kekacauan dalam menjalankan wewenang
6. Penggunaan staf ahli bisa menambah pembebanan biaya yang besar
7. Kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya sehingga menimbulkan
ketidaksenangan pegawai lini
8. Kemungkinan akan terdapat perbedaan interpretasi antara orang lini dan staf dalam
kebijakan dan tugas-tugas yang diberikan sehingga menimbulkan permasalahan
menjadi kompleks.

Contoh bagan organisasi garis dan staf :

Organisasi Garis dan Staff


3. ORGANISASI FUNGSIONAL (FUNCTIONAL ORG)

Diciptakan oleh Frederick W. Taylor, Organisasi ini disusun berdasarkan sifat dan
macam pekerjaan yang harus dilakukan, masalah pembagian kerja merupakan
masalah yang menjadi perhatian yang sungguh-sungguh.

Memiliki ciri-ciri:

Pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan

Bawahan akan menerima perintah dari beberapa atasan

Pekerjaan lebih banyak bersifat teknis

Target-target jelas dan pasti

Pengawasan ketat

Penempatan jabatan berdasarkan spesialisasi

Keuntungan-keuntungan menggunakan organisasdi fungsional :


1. Spesialisasi dapat dilakukan secara optimal

2. Para pegawai bekerja sesuai ketrampilannya masing-masing


3. Produktivitas dan efisiensi dapat ditingkatkan
4. Koordinasi menyeluruh bisa dilaksanakan pada eselon atas, sehingga berjalan lancar
dan tertib
5. Solidaritas, loyalitas, dan disiplin karyawan yang menjalankan fungsi yang sama
biasanya cukup tinggi.
6. Pembidangan tugas menjadi jelas
Kelemahan-kelemahan organisasi fungsional:
1. Pekerjaan seringkali sangat membosankan
2. Sulit mengadakan perpindahan karyawan/pegawai dari satu bagian ke bagian lain
karena pegawai hanya memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja
3. Sering ada pegawai yang mementingkan bidangnya sendiri, sehingga koordinasi
menyeluruh sulit dan sukar dilakukan
Contoh Bagan Organisasi Bentuk Fungsional

Organisasi Bentuk Fungsional


4. ORGANISASI LINI & FUNGSIONAL (LINE & FUNCTIONAL ORG)

Suatu bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan


kepada perkepala unit dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu dan selanjutnya

pimpinan tertinggi tadi masih melimpahkan wewenang kepada pejabat fungsional


yang melaksanakan bidang pekerjaan operasional dan hasil tugasnya diserahkan
kepada kepala unit terdahulu tanpa memandang eselon atau tingkatan.
Memiliki ciri-ciri:

Tidak tampak adanya perbedaan tugas-tugas pokok dan tugas-tugas yang bersifat
bantuan.

Terdapat spesialisasi yang maksimal

Tidak ditonjolkan perbedaan tingkatan dalam pemabagian kerja

Kebaikan organisasi Lini dan fungsional :


1. Solodaritas tinggi
2. Disiplin tinggi
3. Produktifitas tinggi karena spesialisasi dilaksanakan maksimal
4. Pekerjaan pekerjaan yang tidak rutin atau teknis tidak dikerjakan
Sedangkan keburukannya adalah :
1. Kurang fleksibel dan tour of duty
2. Pejabat fungsional akan mengalami kebingungan karena dikoordinasikan oleh lebih
dari satu orang
3. Spesiaisasi memberikan kejenuhan
Contoh bagan organisasi Lini dan Fungsional

Organisasi Lini dan Fungsional


5. ORGANISASI LINI, FUNGSIONAL DAN STAF (LINE, FUNCTIONAL AND STAFF
ORG)

Organisasi ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari organisasi berbentuk lini
dan fungsional.

Memiliki ciri-ciri:
1. Organisasi besar dan kadang sangat ruwet
2. Jumlah karyawan banyak.
3. Mempunyai 3 unsur karyawan pokok:
o Karyawan dengan tugas pokok (line personal)
o Karyawan dengan tugas bantuan (staff personal)
o Karyawan dengan tugas operasional fungsional (functional group)
6. ORGANISASI KOMITE (COMMITE ORG)

Suatu organisasi dimana tugas kepemimpinan dan tugas tertentu lainnya dilaksakan
secara kolektif.

Organisasi komite terdiri dari :

1. Executive Committee ( Pimpinan Komite), yaitu para anggotanya mempunyai


wewenang lini
2. Staff Committee, yaitu orang orang yang hanya mempunyai wewenang staf
Memiliki ciri-ciri :

Adanya dewan dimana anggota bertindak secara kolektif

Adanya hak, wewenang dan tanggung jawab sama dari masing-masing anggota
dewan.

Asas musyawarah sangat ditonjolkan

Organisasinya besar & Struktur tidak sederhana

Biasannya bergerak dibidang perbankan, asuransi, niaga.

Kebaikan Organisasi komite :


1. Pelaksanaan decision making berlangsung baik karena terjadi musyawarah dengan
pemegang saham maupun dewan
2. Kepemimpinan yang bersifat otokratis yang sangat kecil
3. Dengan adanya tour of duty maka pengembangan karier terjamin
Sedangkan keburukannya :
1. Proses decision making sangat lambat
2. Biaya operasional rutin sangat tinggi
3. Kalau ada masalah sering kali terjadi penghindaran siapa yang bertanggung jawab

Das könnte Ihnen auch gefallen