Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PEMBAGIAN PERENCANAAN
Perencanaan adalah suatu proses berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan
atau pilihan pelbagai alternatif penggunaan sumber untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
pada masa yang akan datang.
Perencanaan dapat dibedakan berdasarkan waktu, sifat, sektor, luas jangkauan, wewenang
pembuatnya dan obyeknya.
1. Pembagian Perencanaan Berdasarkan Waktu
Berdasarkan kriteria waktu ada tiga macam perencanaan yaitu; perencanaan jangka panjang,
perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka pendek. Dalam menyusun suatu
rencana, perlu terlebih dahulu ditetapkan apakah yang akan disusun itu termasuk perencanaan
jangka pendek atau lainnya, sehingga langkah-langkah kegiatan dapat tersusun dan tujuan
kegiatan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
a. Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang biasanya mempunyai jangka waktu 10, 20 atau 25 tahun.
Karena demikian panjangnya siklus perencanaan ini, maka perencanaan jangka panjang
memuat rencana-rencana yang bersifat umum, global dan belum terperinci.
Perencanaan jangka panjang bersifat perspektif, yaitu memberikan arah yang jelas bagi
perencanaan yang berjangka waktu lebih pendek. Perencanaan jangka panjang masih perlu
dijabarkan lagi menjadi perencanaan jangka menengah dan seterusnya dijabarkan menjadi
perencanaan jangka pendek.
Perencanaan jangka panjang menetapkan sasaran misalnya sampai 20 tahun yang akan
datang dan menetapkan harapan-harapan yang akan dicapai pada tahun tersebut serta
mengemukakan langkah kebijaksanaan secara umum untuk mencapai sasaran tadi. Sebagai
contoh misalnya, Pendidikan di Indonesia Pada Tahun 2020. Digambarkan misalnya
perkiraan jumlah murid setiap jenjang pendidikan pada tahun 2020, demikian juga tentang
kualitas lulusan pada tahun tersebut, kemudian disarankan langkah kebijaksanaan yang akan
ditempuh untuk mencapai sasaran tadi, baik yang menyangkut pengadaan fisik, perangkat
lunaknya seperti kurikulum, pengelolaan pengawasan dan penelitian serta pengembangannya.
b. Perencanaan Jangka Menengah
3. Ketentuan yang menjamin bahwa investasi dalam pendidikan memberikan keuntungan baik
nagi masyarakat maupun individu.
2. Pembagian Perencanaan Berdasarkan Sifat
Ditinjau dari segi sifatnya maka perencanaan dapat dibedakan pada perencaaan kuantitatif
dan perencanaan kualitatif.
Perencanaan dikatakan bersifat kuantitatif apabila target-target yang ingin dicapai ditetapkan
secara tegas kuantitasnya. Misalnya: pada tahun 1986 repelita anak usia 7-12 tahun yang
jumlahnya diperkirakan 25 juta dapat tertampung di Pendidikan Dasar. Sedangkan
perencanaan kualitatif, sasarannya tidak dapat dikuantifikasikan. Misalnya, peningkatan mutu
lulusan pendidikan kepada taraf tertentu.
Perencanaan bukan hanya merencanakan pertumbuhan pendidikan tapi juga perubahan atau
pembaharuan pendidikan. Untuk itu, maka Perencanaan Pendidikan selalu dibarengi oleh
penelitian uji coba dan evaluasi. Sehingga perencanaan harus melihat sistem pendidikan
sebagai suatu organisasi yang hidup dan memiliki potensi yang bukan saja untuk tumbuh tapi
juga untuk pembaharuan, penyempurnaan, serta penyesuaian arah terhadap situasi yang
berubah. Perencanaan Pendidikan di Indonesia lebih banyak memperhatikan hal-hal yang
kuantitatif dan kurang memperhatikan segi kualitatif.
Proses Perencanaan
Perencanaan sebagai suatu proses berlangsung sepanjang waktu dan berulang kembali
membentuk suatu lingkaran. Langkah-langkah yang diikuti dalam proses ini pada umumnya
adalah sama pada pelbagai unit dari pelbagai tingkatan.
Langkah I- Pengumpulan dan Pengolahan Data.
Kegiatan pokok dalam langkah ini meliputi kompilasi data pendidikan, pengorganisasian data
supaya mudah untuk didiagnosis, menyusun indikator yang perlu, menghimpun hasil
penelitian serta hasil evaluasi dan monitoring rencana dan program yang lalu.
Langkah 2-Analisis Dan Diagnosis
Pada tahap ini dilakukan analisis (membandingkan data yang sejenis) atas data dan informasi
berikut indikator yang telah disusun.
Langkah3- Perumusan Kebijaksanaan
Dalam manajemen kita mengenal tiga kata penting yaitu keputusan, kebijaksanaan, dan
strategi. Kebijaksanaan merupakan suatu pembatasan gerak tentang apa yang akan dijadikan
keputusan oleh orang lain.
Langkah 4- Perkiraan Kebutuhan yang Akan Datang
Berdasarkan kebijaksanaan yang telah digariskan dan disahkan, perencana pendidikan harus
menjabarkan ke dalam kebutuhan- kebutuhan.
Langkah 5- Penetapan Sasaran
Setelah diperkirakan segala kebutuhan maka perlu ditetapkan sasaran atau target baik
kuantitatif maupun kualitatif. Perlu diusahakan supaya sedapat mungkin sasaran yang
ditetapkan dapat dikuantifikasikan sehingga mudah untuk diukur.
Langkah 6- Penyusunan Alternatif Strategi Layak
Langkah-langkah yang telah dibicarakan tersebut di atas dalam kenyataanya tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya secara tegas. Selesai penetapan sasaran
pada langkah kelima, perlu dilanjutkan dengan penyusunan atau pemilihan strategi yang
layak untuk dilaksanakan. Strategi merupakan alternatif dari langkah-langkah yang akan
diambil.
Langkah 7- Perumusan Rencana
Perumusan ini meliputi usaha merumuskan tujuan, kegiatan, dan sasaran yang akan dicapai
dalam waktu tertentu, perkiraan biaya yang diperlukan, unsur pelaksanaan, serta jadwal
kegiatannya.
Langkah 8- Penganggaran
Pada waktu menganalisis data untuk tujuan penyusunan rencana, para perencana pendidikan
perlu juga mengetahui sumber dana untuk pembangunan pendidikan, sehingga dibutuhkan
adanya penganggaran.
Langkah 9-Rincian Rencana
Rencana yang telah ditetapkan dan disetujui anggarannya itu belum bersifat operasional
karena biasanya masih berupa uraian singkat, karena itu sebelum rencana tadi dapat
dilaksanakan maka harus dirinci terlebih dahulu sehingga setiap satuan kegiatan menjadi jelas
baik menganai sasaran, pelaksana, hasil yang diharapkan, waktu, sarana yang diperlukan,
tahap pelaksanaan dan biaya.
pekerjaan yang bersifat terus-menerus dalam rangka mencapai hasil akhir suatu program
yang bersangkutan. Perencanaan rutin hanya berjangka satu tahun. Sedangkan perencanaan
Pembangunan dapat menjangkau jangka panjang, sedang, dan pendek.
Perencanaan rutin berbeda dengan perencanaan pembangunan terutama dalam hal-hal
berikut:
Kegiatan dalam perencanaan rutin merupakan pekerjaan yang bersifat terus menerus.
Kegiatan dalam perencanaan rutin tidak dibatasi hanya untuk waktu tertentu.
Proyek dibatasi dalam jangka waktu tertentu, apakah satu tahun, dua tahun, dan seterusnya.
7. Pembagian Perencanaan Berdasarkan Jenjang
Berdasarkan jenjang perencanaan dibedakan menjadi:
Perencanaan tingkat pusat
Unit perencanaan di pusat sesuai dengan SK Menteri Pendidikan dan kebudayaan
No.0222/0/80 dan di sekretariat jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terdapat
biro perencanaan dan di Sekretariat Jenderal Unit-Unit Utama terdapat bagian perencanaan.
Perencanaan tingkat provinsi
Perencanaan pada tingkat pusat menggunakan sebagian besar bahan-bahan masukan
perencanaan dari provinsi. Unit pusat sendiri tidak mungkin menyusun perencanaan tanpa
adanya masukan yang dimaksud. Sehingga di tingkat propinsi pada Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan kebudayaan dibentuk bagian perencanaan yang akan menangani
kegiatan perencanaan rutin dan pembangunan pendidikan dan kebudayaan di provinsi yang
bersangkutan.
Secara rinci tugas bagian perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Menyusun program kerja tahunan bagian
b. Mengumpulkan, mengadakan survey, mengolah dan menyajikan data yang menyangkut
pendidikan dalam dan luar sekolah.
c. Mengurus kamar data mengenai pendidikan dalam dan luar sekolah.
d. Membukukan dan menggandakan data tahunan yang bersangkutan dan melakukan pelayanan
data pada unit kerja yang memerlukan.
e. Menganalisis dan mengumpulkan informasi tentang keadaan pendidikan dalam dan luar
sekolah.
Dalam perkembangan untuk saat ini pada pokoknya ada 6 bentuk organisasi yang perlu
diperhatikan. Bentuk organisasi tersebut adalah:
1. ORGANISASI LINI (LINE ORGANIZATION)
Diciptakan oleh Henry Fayol, Organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi yang
menghubungkan langsung secara vertical antara atasan dengan bawahan, sejak dari
pimpinan tertinggi sampai dengan jabatan-jabatan yang terendah, antara eselon satu
dengan eselon yang lain masing-masing dihubungkan dengan garis wewenang atau
komando. Organisasi ini sering disebut dengan organisasi militer. Organisasi Lini
hanya tepat dipakai dalam organisasi kecil. Contohnya; Perbengkelan, Kedai Nasi,
Warteg, Rukun tetangga.
Memiliki ciri-ciri:
Hubungan antara atasan dan bawahan masih bersifat langsung dengan satu garis
wewenang
Masing-masing kepala unit mempunyai wewenang & tanggung jawab penuh atas
segala bidang pekerjaan
Tujuan dan keinginan pribadi pimpinan seringkali sulit dibedakan dengan tujuan
organisasi
Kesempatan pegawai untuk berkembang agak terbatas karena sukar untuk mengabil
inisiatif sendiri
Organisasi Lini
2. ORGANISASI LINI DAN STAF (LINE AND STAFF ORG)
Merupakan kombinasi dari organisasi lini, asaz komando dipertahankan tetapi dalam
kelancaran tugas pemimpin dibantu oleh para staff, dimana staff berperan memberi
masukan, bantuan pikiranm saran-saran, data informasi yang dibutuhkan:
Memiliki ciri-ciri:
Adanya spesialisasi
3. Tipe organisasi garis dan staf fleksibel (luwes) karena dapat ditempatkan pada
organisasi besar maupun kecil.
4. Pengembalian keputusan relatif mudah, karena mendapat bantuan/sumbangn
pemikiran dari staf.
5. Koordinasi mudah dilakukan, karena ada pembagian tugas yang jelas.
6. Disiplin dan moral pegawai biasanya tinggi, karena tugas sesuai dengan
spesialisasinya
7. Bakat pegawai dapat berkembang sesuai dengan spesialisasinya.
8. Diperoleh manfaat yang besar bagi para ahli
Kelemahan-kelemahan dari bentuk Organisasi garis dan staf:
1. Kelompok pelaksana terkadang bingung untuk membedakan perintah dan bantuan
nasihat
2. Solidaritas pegawai kurang, karena adanya pegawai yang tidak saling mengenal
3. Sering terjadi persaingan tidak sehat, karena masing-masing menganggap tugas yang
dilaksanakannyalah yang penting
4. Pimpinan lini mengabaikan advis staf
5. Apabila tugas dan tanggung jawab dalam berbagai kerja antara pelajat garis dan staf
tidak tegas, maka akan menimbulkan kekacauan dalam menjalankan wewenang
6. Penggunaan staf ahli bisa menambah pembebanan biaya yang besar
7. Kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya sehingga menimbulkan
ketidaksenangan pegawai lini
8. Kemungkinan akan terdapat perbedaan interpretasi antara orang lini dan staf dalam
kebijakan dan tugas-tugas yang diberikan sehingga menimbulkan permasalahan
menjadi kompleks.
Diciptakan oleh Frederick W. Taylor, Organisasi ini disusun berdasarkan sifat dan
macam pekerjaan yang harus dilakukan, masalah pembagian kerja merupakan
masalah yang menjadi perhatian yang sungguh-sungguh.
Memiliki ciri-ciri:
Pengawasan ketat
Tidak tampak adanya perbedaan tugas-tugas pokok dan tugas-tugas yang bersifat
bantuan.
Organisasi ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari organisasi berbentuk lini
dan fungsional.
Memiliki ciri-ciri:
1. Organisasi besar dan kadang sangat ruwet
2. Jumlah karyawan banyak.
3. Mempunyai 3 unsur karyawan pokok:
o Karyawan dengan tugas pokok (line personal)
o Karyawan dengan tugas bantuan (staff personal)
o Karyawan dengan tugas operasional fungsional (functional group)
6. ORGANISASI KOMITE (COMMITE ORG)
Suatu organisasi dimana tugas kepemimpinan dan tugas tertentu lainnya dilaksakan
secara kolektif.
Adanya hak, wewenang dan tanggung jawab sama dari masing-masing anggota
dewan.