Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Adanya tebang pilih dalam proses peradilan, dan suap menyuap dalam menentukan tuntutan
hukum maupun putusan hakim hanya sebagian hal yang mungkin terjadi apabila moral
penegak hukum sudah dirusak oleh perilaku korup. Apabila penyelenggara hukum dapat
disuap, maka akan menyebakan suatu ketidakadilan yang akan menyebabkan proses hukum
menjadi tidak adil. Hal ini dapat memberi akibat yang buruk terhadap hukum di negara
tersebut. Penegakan hukum di negara tersebut akan dinilai lemah karena dapat diintervensi
oleh pihak ketiga. Hal tersebut tentu saja menjadikan hukum bagaikan harimau tanpa taring,
yang tidak dapat melakukan tugasnya menghukum para pelaku kejahatan sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan yang ada. Sebaik apapun undang-undang dan peraturan yang
dibuat, jika aparatur yang melaksanakannya tidak memiliki moral dan kompetensi yang baik
maka sistem peradilan tidak akan berjalan optimal. Cita-cita untuk menggapai tertib hukum
tidak akan terwujud apabila para penegak hukum melakukan tindak pidana korupsi, sehingga
hukum tidak lagi dapat ditegakkan, ditaati, serta tidak lagi diindahkan oleh masyarakat.
c. Masyarakat Kehilangan Kepercayaan Terhadap Institusi Hukum
Dampak utama korupsi yang terjadi dalam penegakan hukum adalah hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap sistem dan institusi penegakan hukum, yang dikhawatirkan
dengan meningkatnya korupsi maka angka kejahatan yang terjadi juga meningkat karena
masyarakat sudah tidak percaya terhadap kemampuan institusi penegak hukum dalam
melakukan tugas-tugas mereka. Fungsi hukum sebagai pelindung kepentingan masyarakat,
mengatur ketertiban dan keteraturan, serta menjamin terwujudnya keadilan sosial yang tidak
dapat direalisasikan oleh Pemerintah, membuat masyarakat kecewa dan tidak lagi percaya
terhadap proses hukum dan institusi hukum yang menjalankannya. Hal ini berdampak sangat
buruk terhadap kestabilan ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Lemahnya sistem
hukum dalam masyarakat akan memancing setiap orang untuk ikut melanggar aturan, karena
mereka menganggap hukuman-hukuman yang diberikan sangat ringan apabila dibandingkan
dengan keuntungan yang mereka peroleh apabila mereka melanggar hokum.
d. Masyaratkat Kecil menjadi Semakin Tersisih di Mata Hukum
Contoh kasus : Misalkan ada salah satu anggota masyarakat yang membuat kasus
kriminalseperti, Seorang nenek yang, mencuri singkong disekitar wilayah tanah salah sebuah
perusahaan, dengan alasan ia mencuri untuk mengambil beberapa buah singkong yang akan
ia masak dan nantinya akan ia makan bersama dengan seorang cucunya, nenek ini adalah
rakyat kecil dengan kedaan ekonomi yang sangat memprihatinkan. Ketika perbuatannya itu
diketahui oleh menejer dari perusahaan tersebut, ia merasa marah dan menginginkan masalah
ini diproses pada jalur hukum, maka sang nenek pun terseret dalam jerat hukum karena
menejer tersebut melaporkan sang nenek dengan tindakan pencurian maka nenek tersebut
harus menanggung perbuatannya itu sendiri di meja hijau, ia dikenakan beberapa pasal dan
dijatuhkan hukuman sesuai dengan perbuatannya dan dikenakan denda pula. Coba dipikirkan
kembali nasib dari pada rakyat kecil yang untuk makan saja sangat susah, tetapi saat
mengalami proses di meja hukum sangat dipersulit, jika dibandingkan dengan masyarakat
dengan ekonomi tinggi yang mampu menyuap aparat aparat hukum untuk mendapat
kelancaran dari proses hukum, dan tidak perlu diproses lebih lanjut lagi. Penyuapan dalam
kasus hukum telah menjadi realita yang kita ketahui dizaman sekarang, pejabat pejabat
yang terseret dalam kasus korupsi masih mampu mendapat keringanan dalam menjalani
hukumannya, bagaimana dengan nasib rakyat kecil. Maka dampak dari korupsi akan
membuat masyarakat kecil semakin tersisi dimata hukum.
e. Penegakan Hukum yang tidak Merata di Masyarakat
Banyak Masyarakat melihat penegakkan hukum hanya dari sudut pandang yang tinggi
dan besar saja. Maksudnya penegakkan hukum seharusnya tidak hanya terfokus pada kasus
kasus yang sudah sangat rumit saja, tetapi juga harus diawali pada yang lebih sederhana
contoh kecil dari pada penegakan hukum yakni masyarakat yang usil dan tidak
memperhatikan
Kawasan
Bebas
Sampah
atau
Dilarang
Membuang Sampah,
penegakan hukum harusnya diterapkan secara ketat agar tidak ada lagi masyarakat
yang melanggar dan membuang sampah, contoh korupsi kecil lain pula aturan rambu
rambu lalu lintas yang dilanggar, merupakan hal hal yang sangat kecil tetapi memiliki
dampak yang sangat besar, maka dari itu jika korupsi mampu dilakukan mulai pada masalah
masalah yang kecil, maka itupun akan terbawa sampai pada masalah masalah yang ada
dalam lingkup ruang lebih besar / luas. Peneggakan hokum harus merata di semua kalangan
masyarakat, masyakat yang melanggar peraturan harus diberikan sanksi yang mampu
memberikan efek jera.
f. Merusak Moral
Dampak dari penegakan hukum yang tidak dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
hukum akan menjadi kebiasaan masyarakat / warga Negara, merusak moral karena
penegakan hukum yang tidak kuat sehingga mudah dikendalikan oleh hal hal yang
mengarah pada sikap korupsi, penegakan hukum yang bisa dibeli, kerjasama dalam usaha
membenarkan yang salah dalam penegakan hukum, akan membuat moral setiap orang
menjadi rusak karena pemahaman pemahan yang demikian.
Rumus Koruptor : Keuntungan korupsi > kerugian bila tertangkap.
Keterangan : Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi,
saat tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya
diringankan hukumannya.Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga negara seperti
yang terjadi di Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media massa mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang.
Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif akan mengurangi akuntabilitas dan
perwakilan di pembentukan kebijaksanaan
prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau mengangkat posisi bukan
karena prestasi. Salah satu contoh dari dampak pengangkatan pejabat bukan karena prestasi
adalah dalam pembuatan kebijakan, dimana mereka membuat peraturan yang melindungi
perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil. Politisi pro-bisnis ini
hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan kontribusi
besar untuk kampanye pemilu mereka.
Masyarakat juga menjadi kian permisif pada tindak korupsi. Korupsi dianggap sebagai
suatu kelaziman dan bahkan menjadi pelumas bagi proses ekonomi dan politik. Sikap dan
perilaku kolusif dan koruptif itu pada akhirnya akan meniadakan etos kompetisi secara sehat.
Memperkuat anggapan bahwa siapa yang berkuasa dan mempunyai uang bisa mengatur
segalanya, kesenjangan antar kelompok sosial kian melebar sehingga menciptakan
kerawanan social.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pengertianpakar.com/2015/03/dampak-korupsi-menurut-para-pakar.html
http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-dan-dampak-negatif-korupsi/
https://www.academia.edu/7269728/Dampak_Masif_Korupsi_Terhadap_Bangsa
http://dokumen.tips/documents/dampak-korupsi-terhadap-penegakan-hukum.html