Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi
drastic, digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi dan
menyelamatkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien. Bila tim
kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif, maka pasien akan
lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpartisipasi aktif
dalam rencana rehabilitasi (Suzanne & Brenda,2001).
Kejadian amoutasi biasanya disebabkan oleh beberapa hal yakni
kecelakaan (23%), penyakit (74%) dan kelainan genital (3%). Berdasarkan
data WHO pada tahun 2010 jumlah pasien yang di amputasi. Sementara
International memperkirakan bahwa di tahun 2010, jumlah amputasi di
seluruh dunia mencapai angka 450 juta, sedangkan pada tahun 2011
menunjukan jumlah yang di amputasi di Asia tenggara terdapat 46 juta. Kemudian
timor Leste Jumlah pasien yang di amputasi pada tahun 2010-2012
adalah 2010 total pasien 26 kaus (36.1%), total pasien yang di amputasi
tahun 2011 adalah 30 orang (41.7)% dan total pasien 2012 jumlah kasus
16 orang (22.2 %)( Demografy Healht Surfey (DHS)). Menurut data
statistik Hosbital Nacional Guido Valadares total pasien amputasi pada
tahun 2010 sampai 2012 baik karena penyakit diabetes Milites ,penyakit
kronis lain dan faktor kecelakaan seperti trauma yang terdapat pada di
ruang bedah laki dan bedah wanita adalah total kasus 64 orang.
Dikarenakan dampak yang terjadi setelah dilakukannya tindakan
amputasi. Oleh karena itu, untuk menekan tingkat terjadinya tindakan
amputasi
yang
disebabkan
oleh
penyakit
maupun
faktor
lain,
dengan
masalah amputasi.
e. Melaksanakan evaluasi pada klien dengan masalah amputasi.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat oleh pihak-pihak berikut.
1. Bagi Mahasiswa
a. Teori
Memberikan pengetahuan lebih bagi mahasiswa mengenai
b. Praktek
Memberikan kemampuan lebih bagi mahasiswa
dalam
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Amputasi
Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi
drastic, digunakan untuk menghilangkan gejala,memperbaiki fungsi dan
menyelamatkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien. Bila tim
kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif, maka pasien akan
lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpartisipasi aktif
dalam rencana rehabilitasi (Suzanne & Brenda,2001).
Amputasi adalah sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh
sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Kegiatan amputasi merupakan
tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem
integumen,
sistem
saraf,
sistem
muskuloskeletal
dan
system
sebagian
alat
gerak
akan
menyebabkan
hidup.
Selain
itu
kegiatan
amputasi
biasanya
dilakukan
dikarenakan oleh beberapa hal antara lain seperti penyakit, factor bawaan
lahir ataupun kecelakaan.
2.2 Etiologi
Menurut (Smeltzer, 2002 & Footner, 1992) etiologi/penyebab
dilakukannya amputasi didasari oleh beberapa hal, antara lain:
1. Iskemia karena penyakit reskulasisasi perifer biasanya pada orang tua
seperti klien dengan artherosklerosis, diabetes mellitus.
2. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
3. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
b. Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau
sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin
kemampuannya. Adapun amputasi yang sering terjadi pada
ekstremitas terbagi menjadi dua letak amputasi yaitu:
Amputasi dibawah lutut dan amputasi di atas lutut. Selain itu juga
terdapat Partial Foot amputation yang meliputi:
Chopart (midtarsal amputation)
Lisfranc (tarsometatarsal amputation)
Amputasi metatarsal
Disartikulasi metatarsophalangeal
pada
klien
dengan
infeksi
yang
setelah
g. Tulang
Tonjolan tulang yg tdk dapat tertutup jaringan lunak sekitar harus
direseksi.
h. Penggunaan drain
2.5 Manifestasi Klinis
1. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah).
2. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung
saraf yang dekat dengan permukaan.
3. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia
varikosa dengan keronitis.
4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau
aterom)
5. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses
kehilangan (grieving process).
2.6 Komplikasi Amputasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut (Smeltzer, 2002) antara lain:
1. Masalah Kulit
Perawatan kulit merupakan hal yang penting karena adanya
beberapa lapisan jaringan yang berdekatan di ujung akhir tulang
seperti jaringan parut, termasuk kulit dan lapisan subkutan, yang
mudah melekat pada tulang. Sehingga perlu diperhatikan adanya
mobilisasi jaringan parut.
Sebelum luka insisi sembuh sempurna, sebuah whirlpool sering
membantu pada penyembuhan luka yang lambat atau pada luka yang
sedang didraining. Hidroterapi dapat dilakukan selama 20-30 menit
satu atau dua kali sehari.
Setelah insisi sembuh, lunakkan kulit dengan sebuah krim yang
larut air atau preparat lanolin tiga kali sehari. Massage secara lembut
pada jaringan lunak bagian distal akan membantu mempertahankan
mobilitasnya di atas permukaan atau ujung tulang. Tapping jaringan
parut dan bagian distal jaringan lunak sebanyak 4 kali sehari sering
membantu untuk mendesensitasi area tersebut sebelum penggunaan
prosthesis. Tapping dilakukan dengan ujung jari, dimulai dengan
sentuhan ringan dan kemudian tekanan ditingkatkan sekitar 5 menit
hingga timbul rasa tidak
nyaman yang ringan.
Cara membersihkan kulit yang baik juga harus diajarkan, misalnya
dengan mempergunakan sabun yang bersifat ringan, cuci kulit hingga
berbusa lalu basuh dengan air hangat. Kulit dikeringkan dengan cara
ditekan dengan lembut, tidak digosok. Pembersihan ini dilakukan
setiap hari terutama pada sore hari.
2. Infeksi
Jika terjadi infeksi pada puntung, jika sifatnya terbuka, memerlukan
terapi antibiotik. Jika sifatnya tertutup, harus dilakukan insisi serta
terapi antibiotik.
3. Masalah tulang
a. Osteoporosis.
Bisa disebabkan karena penggunaan prostetik tidak memberikan
pembebanan pada sistem skeletal (by passing weight bearing).
b. Bone spurs (pertumbuhan tulang yang berlebihan yang dapat
menimbulkan tekanan pada kulit).
c. Skoliosis
Timbul biasanya pada pasien dengan panjang kaki yang tidak
sama. Diterapi dengan mengkoreksi panjang prosthesis.
4. Perubahan berat badan
Pasien dengan amputasi sering mengalami penurunan berat badan
sebelum dan atau setelah menjalani amputasi. Karena bentuk socket
prostetik tetap konstan sementara alat gerak yang tersisa dapat
berfluktuasi, maka perubahan berat badan 5 lb saja dapat
menyebabkan perubahan dari fitting yang tepat untuk sebuah prostetik
dan akan menyebabkan timbulnya masalah kulit.
5. Kontraktur sendi/deformitas
Pada alat gerak bawah, adanya kontraktur panggul sangat
mengganggu
karena
membuat
pasien
kesulitan
untuk
8
pasien
dengan
amputasi
di
bawah
lutut
yang
bagian
integral
dari
tubuh,
maka
akan
secara
10
timbul
lebih
lambat
dibandingkan
dengan
phantom
11
dressing
(dibuat
seperti
cast
dengan
mempergunakan
12
paska operasi dan dilanjutkan sampai tidak terdapat dahak dan pasien
dapat berambulasi.
Resiko infeksi
Tindakan operasi/bedah
Amputasi
Amputasi
Kehilangan anggota tubuh
Post operasi
Luka operasi
Nyeri Akut
Keb imobilisasi
13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
1. Biodata
2. Keluhan Utama: Keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri
dan gangguan neurosensori
3. Riwayat kesehatan Masa Lalu: kelainan muskuloskeletal (jatuh,
infeksi, trauma dan fraktur), cara penanggulangan dan penyakit
(diabetes melitus)
4. Riwayat kesehatan sekarang: kapan timbul masalah, riwayat trauma,
penyebab, gejala (tiba tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan
cara penanggulangan.
5. Pemeriksaan Fisik: keadaan
umum
dan
kesadaran,
keadaan
diagnostik:
rontgen
(lokasi/luas),
Ct
scan,
MRI,
semu
11. Seksualitas
Gejala : masalah tentang keintiman hubungan
12. Interaksi Sosial
Gejala : masalah sehubungan dengan kondisi tentang peran fungsi,
reaksi orang lain
1.2 Analisa Data
14
No
.
1.
2.
DATA PENUNJANG
ETIOLOGI
MASALAH
Batasan Karakteristik :
Ds :
- Keluhan tentang
nyeri dengan
menggunakan
standar skala nyeri
- Px melaporkan
adanya perilaku
nyeri (antisipasi)
dan perubahan
aktivitas
Do :
- Px tampak
diaforesis
- Px tampak gelisah
- Wajah px tampak
menyeringai karena
nyeri
- Px tampak
melindungi bagian
yang nyeri
Amputasi
Nyeri Akut
Batasan karakteristik :
Ds :
- Px mengatakan
selalu mengingat
fungsi anggota
tubuh yg diamputasi
pada masa lalu
- Px mengatakan
gangguan fungsi
tubuh
- Px mengatakan
selalu memikirkan
tentang penampilan
px kedepannya
Do :
-
Pasca Bedah
Respon Sistemik
Insisi Bedah
Luka Operasi
Terputusnya Kontinuitas
Jaringan
Amputasi
Tindakan operasi/bedah
Luka operasi
Kecacatan
Kehilangan anggota
ekstremitas
Px tampak menolak
menyentuh bagian
tubuh yang
15
3.
diamputasi
Px tampak
menyembunyikan
bagian tubuh yang
diamputasi
Px tampak terus
memantau bagian
tubuh yang di
amputasi
Batasan Karakteristik :
Ds :
-
Px mengatakan
gangguan saat
bergerak pada
bagian tubuh yang
diamputasi
Px mengatakan
Amputasi
Tindakan Operasi/bedah
Pasca Bedah
Kehilangan salah satu
anggota tubuh/ekstremitas
ketidaknyamanan
saat bergerak
Do :
-
Px tampak
gangguan saat
menggerakkan
bagian tubuh yang
diamputasi
Px tampak memiliki
keterbatasan
rentang gerak
Px tampak lambat
saat menggerakkan
bagian tubuh yang
di amputasi.
1.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan otot
16
selidiki
karakteristik
nyeri.
dalam
kebutuhan
intervensi
dan
evaluasi
keefektifan
perubahan
mengindikasikan
2. Tinggikan bagian yang sakit
dengan
tempat
meninggikan
tidur/
kaki
mengunakan
dapat
terjadinya
komplikasi.
2. Mengurangi terbentuknya odem
dengan peningkatan aliran balik
vena menurunkan kelelahan otot
otot tekanan kulit / jaringan.
tungkai atas.
3. Mengetahui
3. Berikan
informasi
tentang
alat
untuk
menghilangkan nyeri.
sensasi
memungkinkan
nyeri
pemahaman
4. Berikan
kenyamanan
tindakan
(mis:
ubah
tradisional.
4. Meningkatkan
relaksasi,
meningkatkan
kemampuan
koping
menurunkan
dan
17
posisi)
dan
aktifitas
terapeutik.
Dorong
penggunaan
teknik
sirkulasi,
manajemen stress.
5. Berikan pijatan lembut pada
puntung sesuai toleransi bila
dilepas
kolaborasi.
6. Berikan obat jenis analgetik,
balutan
telah
relaksan otot.
7. Pertahankan
Tens
bila
sesasi nyeri.
8. Meningkatkan
relaksasi
oto,
menggunakan.
odem.
8. Berikan
pemanasan
lokal
sesuai indikasi.
2. Dx 2 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, kulit
yang terluka
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien terkontrol/ terkurangi sampai hilang tanda tanda infeksi
dan infeksi tidak terjadi
b. Kriteria Standart :
- Mencapai penyembuhan tepat waktu
- Bebas drainase purulen atau eritema
- Tidak demam atau tidak muncul tanda tanda infeksi
INTERVENSI
1. Pertahankan
bila
teknik
mengganti
RASIONAL
aseptik
1. Meminimalkan
balutan
merawat luka.
2. Inspeksi balutan dan luka,
perhatikan
karakteristik
drainase.
kesempatan
introduksi bakteri.
2. Deteksi dini terjadinya infesi
memberikan kesempatan untuk
intervensi
mencegah
tepat
waktu
komplikasi
dan
lebih
serius.
3. Meningkatkan
3. Pertahankan
potensi
dan
penyembuhan
18
dengan
sabun
ringan.
infeksi.
4. Mencegah
kontaminasi
pada
meminimalkan
kontaminasi.
6. Peningkatan
suhu
dapat
menunjukkan sepsis.
Kolaborasi
7. Ambil kultur luka / drainase
dengan tepat.
8. Berikan
antibiotik
terapi
sesuai
indikasi.
antibiotik
mungkin
INTERVENSI
1. Kaji
RASIONAL
ketidakmampuan
1. Dengan
bergerak
klien
diakibatkan
oleh
pengobatan
persepsi
dan
klien
immobilisasi.
yang
prosedur
catat
terhadap
mengetahui
derajat
persepsi
immobilisasi
klien
terhadap
akan
dapat
19
2. Latih
klien
menggerakkan
untuk
anggota
kontraktur, atropi.
3. Dengan ambulasi demikian klien
dapat
mengenal
menggunakan
3. Tingkatkan
ambulasi
klien
seperti
mengajarkan
menggunakan
tongkat
dan
kursi roda.
4. Ganti posisi klien setiap 3 4
jam secara periodic.
5. Bantu klien mengganti posisi
dari tidur ke duduk dan turun
alat-alat
dan
yang
klien
untuk
kemampuan
20
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian
tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Selain ketidakmampuan
fisik, perawat perlu juga mengetahui aspek psikososial yang ditimbulkan
karena aspek tersebut lebih sering dijumpai. Amputasi akan mengubah
gambaran tubuh dan harga diri. Proses selanjutnya dapat diikuti melalui
proses kehilangan.
Indikasi utama bedah amputasi, yaitu:
1.
diabetes melitus)
2. Trauma berat akibat perang, kecelakaan kendaraan bermotor
(cedera remuk), cedera termal, luka bakar, tumor, infeksi (gangren,
osteomieliis kronis) dan kelainan kongenital.
3. Tindakan amputasi dilakukan pada bagian kecil sampai bagian
besar
tubuh.
Metodenya
terbuka
dan
tertutup. Teknik
21
bagaimana
menyesuaikan
aktivitas
dan
lingkungan
untuk
22
DAFTAR PUSTAKA
Saputra.
2013. Asuhan
Keperawatan
pasien
Dengan
2011. Askep
Amputasi. http://sebastianamegarezky-
23