Sie sind auf Seite 1von 18

1.

DefinisiAsettidakBerwujud
Asettidakberwujudadalahasetnonmoneteryangdapatdiidentifikasidantidak
mempunyaiujudfisiksertadimilikiuntukdigunakandalammenghasilkanatau
menyerahkanbarangataujasa,disewakankepadafihaklainnya,atauuntuktujuan
administratif(PSAK19revisi2000).
Asettidakberwujudadalahasetnonmoneteryangdapatdiidentifikasitanpawujudfisik
(PSAK19revisi2009).
KriteriaDefinisiAsettidakBerwujud
(a)Keteridentifikasian
(b)Keterkendaliansumberdaya
(c)Tidakmemilikiwujudfisik
Audit Prosedur atas Aset Takberwujud
1.
2.

Pelajari dan evaluasi internal control atas aset takberwujud.


Minta perician aset btakberwujud per pertanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang antara

lain menunjukan : saldo awal,penambahan,amortisasi dan penghapusan serta saldo akhir.


3. Cocokan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar ,lalu chek footing dan cross footing.
4. Periksa penambahan aset tak berwujud:
a. Apakah diotorisasi pejabat entitas yang berwenang.
b. Periksa notulen rapat direksi/pemegang saham,untuk mengetahui apakah otorisasi tersebut
diberikan melalui rapat tersebut.
c. Periksa keabsahan dan kelengkapan bukti-bukti pendukungnya.
5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada) aset takberwujud.
Periksa apakah amortisasi dilakukan sesuai standar akuntansi keuangan di indonesia
ETAP/PSAK/IFRS dan perhitungannya akurat. Jika asret takberwujud dihapuskan ,misalnya
goodwiil.karena tidak lagi mempunyai kegunaan,maka harus diperiksa otorisasi dari pejabat
6.

entitas yang berwenang.


Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat entitas dengan pihak ketiga yang in gin menggunakan
hak paten,hak cipta,dan franchise yang dimiliki perusahaan. Periksa apakah pendapatan dari

7.

perjanjian tersebut (dalam bentuk royalty fee) sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
Periksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di indonesia ETAP/PSAK/IFRS.
2. TUJUAN PEMERIKSAAN LIABILITAS JANGKA PANJANG
Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka panjang

Liabilitas jangka panjang menjadi kewajiban perusahaan sudah dicatat seluruhnya pertanggal
laporan posisi keuangan neraca n
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang
Liabilitas jangka panjang yang tercantum dilaporan posisi keuangan neraca betul betul
merupakan kewajiban perusahaan
Liabilitas jangka panjang yang berasal dari legal claim atau aset yang dijaminkan sudah di
identifikasi
Liabilitas jangka panjang dalam valuta asing pertanggal laporan posisi keuangan neraca sudah
dikonversikan kedalam rupiah
Biaya bunga n bunga yang terutang serta amortisasi telah dicatat pertanggal posisi keuangan
Biaya bunga liabilitas jangka panjang benar benar dicatat secara akurat dan merupakan beban
perusahaan
Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi
bank default
Liabilitas jangka panjang sudah direklasifikasi sebagai kewajiban lancer

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan audit :


1. Kecendrungan perusahaan untuk mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya.
Hal ini bertujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari yang sebenarnya. Auditor harus
melakukan searching of unreposting liabilities, yakni dengan cara memeriksa
pembayaran setelah tanggal neraca.
2. Perbedaan account payable dan accrual expense. Account payable memiliki angka pasti,
karena dicatat berdasarkan invoice, sedangkan accrual expense dicatat berdasarkan
estimasi.
B.

Tujuan Audit Hutang Jangka Pendek

Ada beberapa tujuan audit current liabilities yang perlu diperhatikan, diantaranya :
1. Untuk meyakini bahwa pengendalian intern current liabilities memadai.

Pelajari dan evaluasi internal control atas hutang jangka pendek. Dengan internal control
yang memadai auditor dapat mempertimbangkan mengurangi substantif tes atau
mengurangi scope.
2. Untuk meyakini bahwa current liabilities didukung bukti yang lengkap dan berasal dari
transaksi yang benar-benar terjadi.
Minta rincian hutang jangka pendek, periksa kebenaran penjumlahan, cocokkan dengan
saldo general ledger. Rincian disiapkan oleh klien, dan auditor melakukan pengujian
terhadap rincian, apabila terdapat kesalahan dibuat koreksi audit dan dikomunikasikan
dengan klien.
3. Untuk meyakini bahwa semua transaksi telah tercatat per tanggal neraca.
Cocokkan saldo masing-masing debitur dengan saldo pada subsidoary ledger.
4. Untuk meyakini bahwa jumlah accrual expense reasonable (layak)
Periksa dasar perhitungan accrual expense yang dibuat perusahaan, apakah konsisten dan
reasonable dengan tahun sebelumnya. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraca.
5. Untuk meyakini bahwa pencatatan transaksi telah sesuai dengan SAK. Periksa apakah
pencatatan transaksi current liabilities sudah sesuai dengan SAK. Dalam hal ini auditor
harus meyakinkan bahwa tidak terdapat unrecorded liabilities. Untuk itu auditor harus
memeriksa notulen rapat direksi dan pemegang saham, dan mengirim konfirmasi ke
penasehat hukum perusahaan.
Hal-hal yang diperiksa : tanggal kejadian, jumlah hutang, syarat hutang, bunga, jatuh
tempo.
Substantif test :

Periksa apakah dokumen dan subledger sesuai atau tidak

Periksa jurnal pada tanggal bersangkutan

Periksa bukti penerimaan kas

Lihat ke mutasi buku besar

Cek pembayaran bunga

6. Untuk meyakini bahwa hutang dalam mata uang asing telah dikonveksikan dengan kurs
BI.

Periksa apakah saldo hutang dalam mata uang asing per tanggal neraca telah
dikonveksikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengan BI. Selisih kurs
dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
7. Untuk meyakini bahwa semua persyaratan dalam akad kredit sudah dipenuhi untuk
menghindarkan bank default (right and obligation).
Periksa penjanjian dan persyaratan yang harus dipatuhi oleh nasabah, seperti penggantian
manager kunci, pengendalian current ratio, dan ketepatan waktu pembayaran hutang.
Bank default (ketetapan persyaratan-persyaratan untuk nasabah) antara lain :

Perusahaan nasabah tidak boleh mengganti manajer kunci tanpa seijin


bank

Current ratio harus dijaga pada tingkat tertentu

Tidak diperkenankan terlambat membayar bunga

Jika terdapat pelanggaran terhadap ketiga syarat tersebut maka dalam audit harus di
disclousure untuk masalah hutang di catatan laporan keuangan.
8. Untuk memeriksa apakah penyajian current liabilities dalam neraca dan catatan laporan
keuangan telah sesuai dengan SAK.
Periksa apakah penyajian hutang jangka pendek di neraca dan catatan laporan keuangan telah
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

TUJUAN PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


Untuk memeriksa :
1. Keberadaan internal control kewajiban jangka panjang (lihat Exhibit 16-1)
2.Pencatatan dan otorisasi kewajiban jangka panjang per tanggal neraca
3.Pencatatan kewajiban jangka panjang di Neraca betul-betul merupakan kewajiban
perusahaan (lihat Exhibit 16-4)
4.Kewajiban jangka panjang yang berasal dari legal claim atau asset yang
dijaminkan sudah diidentifikasi
5.Konversi kewajiban jangka panjang dalam valas per tanggal neraca kedalam ku
rs tengah BI dan selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada Laba Rugi tahun berjalan
6.Pencatatan biaya bunga dan hutang bunga serta amortisasi dari

premium/discount per tanggal neraca


7.Keterjadian biaya bunga hutang jangka panjang pada tanggal neraca dicatat dan
dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan
8.Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga
tidak terjadi Bank Default
9.Bagian dari kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun
sebagai kewajiban lancar
10.Kesesuaian penyajian kewajiban jangka panjang dalam laporan keuangan
dengan PABU/PSAK
PROSEDUR PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
1.pelajari dan evaluasi internal control kewajiban jangka panjang (lihat Exhibit 16-1)
2.Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan kewajiban jangka panjang berikut
discount, premium dan bunga selama periode yang diperiksa
3.Kirim konfirmasi kepada Bank (lihat Exhibit 16-2)
4.Minta copy perjanjian kredit permanent file (Exhibit 16-3)
5.Periksa otorisasi perolehan/penambahan kewajiban jangka panjang
6.Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan amortisasi discount/premium
dari obligasi
7.Tie-up jumlah beban bunga dan amortisasi discount/ premium obligasi dengan
jumlah yang tercantum pada laporan laba rugi
8.Discount/premium yang belum diamortisasi dilaporkan sebagai
pengurang/penambah dan nilai nominal obligasi
9.Periksa keberadaan kewajiban jangka panjang dan wesel bayar yang direnewed
(diperpanjang) setelah tanggal neraca, untuk mengetahui penyajian kewajiban
sebagai kewajiban jangka panjang atau kewajiban lancar.
10.Periksa keberadaan kewajiban jangka panjang atau wesel bayar yang (telah)
dilunasi setelah tanggal neraca (walaupun belum jatuh tempo), untuk mengetahui
perlu tidaknya reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek
11.Kewajiban dari pemegang saham atau direksi dari perusahaan afiliasi, harus
dikirim konfirmasi dan periksa pembebanan bunga atas pinjaman tsb.
12.Sesuaikan pencatatan dan penyajian di Neraca tentang hutang leasing dengan
PSAK No. 30 (sewa guna usaha).
13.Periksa kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun y.a.d,
sehingga harus di reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek

14.Konversi kewajiban jangka panjang dalam valas per tanggal neraca kedalam kurs
tengah BI dan selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada Laba Rugi tahun berjalan
15.Lakukan penelaahan analitis (Analytical Review Procedure) kewajiban jangka
panjang dan biaya bunga, untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
pencatatan biaya bunga
16.Sesuaikan penyajian kewajiban jangka panjang dalam laporan keuangan dengan
PABU/PSAK

Beberapa hal yang harus diperhentikan mangenai pemeriksaan ekuitas:


1.

Jika akte pendirian suatu PT belum mendapat pengesahan dari menteri kehakiman dan HAM
menurut undang-undang perseroan terbatas no.1 tahun 1995, yang mulai berlaku tanggal 7 maret
1996, transaksi hukum perusahaan (perjanjian- perjanjian yang dibuat perusahaan) belum

dianggap sah.
2. Modal Disetor dan Modal Ditempatkan tidak dapat melebihi Modal Dasar. Jika modal disetor
melebihi modal dasar maka harus dilakukan perubahan akte pendirian yang harus disahkan oleh
menteri kehakiman dan HAM. Akte pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman dan
HAM akan diumumkan dalam berita negara (lembaran negara). Selama perubahan akte belum
disahkan Menteri kehakiman dan HAM, kelebihan modal disetor atas modal dasar dilaporkan
3.

4.
a.
b.

sebagai hutang pemegang saham.


Modal yang tercantum di neraca adalah Modal Disetor.
Contohnya :
Modal Dasar 100.000 lembar saham biasa = Rp. 1.000.000.000,(nilai nominal Rp. 10.000,- per lembar saham)
Modal ditempatkan 50.000 lembar saham biasa = Rp. 500.000.000,Modal Disetor 50% dari modal ditempatkan = Rp. 250.000.000,Jumlah yang tercantum dineraca adalah sebesar Rp.250.000.000,Tujuan pembelian kembali saham (treasury stock) adalah :
Untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan
Untuk dibagikan sebagai saham bonus kepada para manajer dan pegawai perusahaan.
Perlu diperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian dividen. Karena itu jika
suatu perusahaan yang memiliki treasury stock membagikan cash dividend. Maka maka dividen
per saham akan menjadi lebih besar.

Misalkan suatu perusahaan yang modal disetornya terdiri dari 100.000 lembar saham dan
treasury stocknya 20.000 lembar saham, membagikan cash dividend sebesar Rp. 20.000.000,karena ada treasury stock, maka dividen per sahamnya adalah :
Rp. 20.000.000
-----------------------= Rp.250,100.000 20.000
Jika treasury stock tidak ada, maka dividen per saham adalah :
Rp.20.000.000
--------------------= Rp.200,100.000
Dengan lebih tingginya dividen per saham, diharapkan harga pasar saham bisa mengikat.
5. Jika akumulasi kerugian suatu perusahaan mencapai 50% dari modal disetor, perusahaan harus
melaporkan hal tersebut ke pengadilan negeri untuk diumumkan dalam berita negara.
Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 75% dari modal disetor, maka menurut kitab
undang-undang Hukum Dagang (KUHD) di Indonesia, secara hukum perusahaan harus bubar
dan kalau masih diteruskan beroperasi maka para manajer harus bertanggungjawab atas
kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga jika suatu saat perusahaan dibubarkan.
Karena hal ini menyangkut kelangsungan hidup perusahaan ( going concern)

maka akan

mempengaruhi opini yang diberikan KAP terhadap kewajaran laporan keuangan perusahaan
secara keseluruhan. Kedua hal tersebut diatas (kerugian mencapai 50% atau 75% dari modal
disetor) harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Namun sejak berlakukannya
Undang-undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, ketentuan tersebut tidak berlaku
6.

lagi.
Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK) aktiva tetap harus
dicatat/disajikan dalam neraca berdasarkan harga perolehannya (acquisition cost).
Namun demikian jika ada peraturan pemerintah yang memperbolehkannya, perusahaan dapat
melakukan evaluasi aktiva tetap. Pengaruh dari dilakukannya revaluasi aktiva tetap adalah nilai
aktiva tetap meningkat dan kenaikan nilai tersebut dicatat disisi kredit sebagai selisih penilaian
kembali aktiva tetap yang nantinya, dengan persetujuan kantor pelayanan pajak dapat

dikonversikan sebagai modal. Atas selisih penilaian kembali aktiva tetap dikenakan PPh 10%.
7. Adjustment ke Retained earnings (deficit) hanya diperbolehkan jika menyangkut laba rugi tahun
lalu yang jumlahnya material (besar) atau menyangkut pembayaran pajak yang berasal dari STP

(Surat Tagihan Pajak). Atau SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) walaupun jumlahnya
kecil.
8. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), harus menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas
yang diserahkan (disetor), yaitu nilai appraisal yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang
sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai yang disepakati oleh dewan komisaris dan penyetor
bentuk barang.
9. Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ekuitas biasanya tidak banyak, kecuali jika :
a. Perusahaan banyak membuat koreksi retained earnings (deficit) sehingga auditor harus
memeriksa koreksi tersebut secara rinci (detailed).
b. Perusahaan dalam proses go public.

2.2 Tujuan Pemeriksaan Ekuitas


Untuk memeriksa :
1.

Keberadaan internal control permodalan/ekuitas, termasuk transaksi jual beli saham,


pembayaran dividen dan sertifikat saham.

2. Kesesuaian struktur ekuitas yang tercantum di neraca dengan akte pendirian perusahaan.
3.

Kepemilikan izin yang diperlukan dari pemerintah (dari Departemen Kehakimandan HAM,
BKPM, BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK Presiden).

4. Otorisasi perubahan permodalan dari pejabat yang berwenang (direksi, dewankomisaris), RUPS
maupun instansi pemerintah.
5. Bukti yang sah setiap perubahan Retained Earnings atau Accumulated Losses.
6.

Penyajian permodalan/ekuitas di Neraca sudah sesuai dengan PSAK/PABU dan hal penting
diungkapkan dalam catatan laporan keuangan.
2.2.1 Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan Ekuitas

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas ekuitas.
Beberapa ciri dari internal control yang baik atas ekuitas :
a. Setiap perubahan modal (penambahan atau pengurangan) harus diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah. Untuk perusahaan yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), setiap perubahan harus melalui perubahan akta pendirian dan
pengesaan dari Menteri Kehakiman dan HAM. Untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka
penanaman modal dalam negeri (PMDN) harus diotorisasi oleh Badan Koordinasi Penanaman

Modal dalam Negeri, untuk PMA harus diotorisasi oleh BKPM dan disetujui oleh Presiden
Republik Indonesia melalui SK Presiden.Untuk perusahaan yang (akan) go public harus
mendapat persetujuan dari Ketua Bapepam.
b. Pembagian dan pembayaran dividen harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
Besarnya dividen yang akan dibagikan, diusulkan oleh Direksi Perusahaan dan disahkan dalam
RUPS.Untuk perusahaan go public selama tiga tahun berturut-turut tidak membagikan deviden,
akan dikenakan sangsi oleh Bapepam, yaitu harus delisting (Dikeluarkan dari bursa saham).
Dividen yang dibagikan perusahaan bisa dalam bentuk : cash dividen, stock dividen, property
c.

dividend dan liquidating dividend.


Digunakannya biro administrasi efek (stock transfer agent) untuk mengurus pengadministrasian
saham dan pembayaran deviden, terutama untuk perusahaan yang sudah go public. Dengan
adanya biro tersebut, perusahaan tidak direpotkan dalam pencatatan mutasi saham yang sudah

dijual ke masyarakat.
d. Setiap perubahan (adjustment) retained earnings/deficit diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
2.

berwenang dan didukung oleh bukti-bukti yang lengkap.


Untuk memeriksa apakah struktur ekuitas yang tercantum di neraca sudah sesuai dengan apa
yang tercantum di akta pendirian perusahaan. Maksudnya bahwa jumlah modal dasar, modal
ditempatkan dan modal disetor, baik dalam jumlah lembar saham maupun nilai nominal yang
tercantum di akta pendirian harus sesuai dengan jumlah yang tercantum di neraca. Selain itu
auditor harus memeriksa dan yakin bahwa modal disetor betul-betul sudah disetor oleh

pemegang saham.
3. Untuk memeriksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas laporan keuangan sudah
sesuai dengan SAK.

2.3 Prosedur Pemeriksaan Ekuitas


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas dan transaksi jual beli saham, pembagian dan
pembayaran dividen dan sertifikat saham.

2.

Minta copy dari akta pendirian, SK Pengesahan Menteri Kehakiman dan HAM, SK

BKPM/BKPMD, SK Bapepam, SK Presiden, untuk disimpan dalam permanent file.


3. Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan modal yang tercantum di neraca
dan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang mempunyai tambahan setoran
modal dalam periode yang diperiksa, periksalah bukti setoran dan bukti pembukuan lainnya serta
otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan :
Beberapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan discount dari
-

penjualan saham.
Jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah common stock dan preferred stock baik

dalam jumlah lembar maupun nilai nominalnya.


- Rincian pemegang saham.
6. Periksa dokumenk pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained earnings/deficit,
untuk mengetahui apakah perubahan tersebut sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang dan apakah adjustment ke retained earnings/deficit memang reasonable dan
jumlahnya cukup materil.
7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa apakah :
- Dividen dibagika dala betuk cash dividend, stock dividend, atau property dividend.
Pencatatannya sudah benar (baik pada waktu deklarasi dividen maupun pada saat pembayaran
-

dividen)
Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang (melalui notulen rapat direksi dan

rapat umum pemegang saham).


- Aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/deficit) sda melebihi modal
9.

disetor, kalau ini terjadi pertimbangan going concern perusahaan.


Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau biro administrasi efek

(stock transfer agent).


10. Seandainya ada treasury stock;
- Periksa bukti pembelian dan otorisasinya.
- Periksa bukti penjualannya dan otorisasinya (jika treasur stock dijual kembali)
Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock (apakah untuk memperbaiki
harga pasar saham perusahaan atau untuk dibagikan sebagai saham bonus)
- Perhatikan bahwa treasury stock tidak berak atas pembagian deviden.
11. Periksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas laporan keuangan sudah sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK).
12. Buat kesimpulan mengenai kewaaran ekuitas.

2.3.1 Penjelasan Prosedur Audit


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas.
Untuk mempelajari dan mengevaluasi internal control atas ekuitas biasanya diguakan internal
control questionnares (ICQ) atau penjelasan narrative.
2. Periksa bukti setoran dan otorisasi untuk penambahan setoran modal.
3. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan besarnya modal, jenis saham dan rincian pemegang
saham.
4. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained earnings/deficit.
5. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah melebihi modal disetor.
6. Pertimbangkan konfirmasi ke pemegang saham atau Biro Administrasi Efek.
7. Periksa treasury stock.
Auditor perlu mengingat bahwa pembelian treasury stock biasanya dicatat dengan menggunakan
cost method. Pada saat treasury stock dijual kembali akan timbul paid in capital trom sale of
treasury stock, sebesar selisih antara harga jual dan harga beli dari treasury stock tersebut.
8. Periksa apakah penyajian ekuitas sudah sesuai dengan SAK.
9. Buat kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.

Laporan Laba Rugi merupakan bagian dari suatu laporan keuangan perusahaan yang dihasilkan
dalam suatu periode buku atau periode akutansi yang menyajikan seluruh unsur pendapatan serta
beban perusahaan yang pada akhirnya akan menghasilkan kondisi laba bersih atau rugi bersih.
Laporan laba rugi (profit and lost statement) yang disusun oleh perusahaan memiliki struktur
yang terdiri atas pendapatan pada periode berjalan dan seluruh beban perusahaan, baik itu beban
usaha ataupun beban diluar usaha perusahaan pada periode berjalan.
Umumnya, laporan laba rugi memiliki unsur seperti dibawah ini:
Pendapatan atas penjualan
Dikurangi oleh Beban Pokok Penjualan
Laba - Rugi Kotor
Dikurangi oleh Beban Usaha
Laba - Rugi Usaha
Dikurangi atau Ditambah Penghasilan / beban lain
Laba - Rugi Sebelum Pajak
Dikurangi oleh Beban Pajak

Laba - Rugi Bersih (Net Profit or Loss)

Langkah - langkah penyusunan Laporan laba rugi perusahaan


Laporan laba/rugi didalam rangkaian suatu siklus akuntansi disusun setelah tersusunnya neraca
saldo dan adjustment entry (jurnal penyusuaian) atau setelah neraca lajur disusun.
pertanyaan: mengapa laporan laba rugi harus disusun setelah neraca saldo?
Ini dikarenakan sumber didalam penyusunan laporan laba/rugi berasal dari kolom laba/rugi yang
ada pada neraca saldo (kertas kerja). dalam penyusunan laporan laba/rugi perusahaan kita
membutuhkan mengutip seluruh saldo rekening pendapatan dan beban didalam kolom laba/rugi
yang ada pada neraca saldo.

C.

Tujuan pemeriksaan perkiraan laba rugi

Untuk memeriksa :
1.

Keberadaan internal control pendapatan dan beban, termasuk pencatatan

secara accrual basis terhadap pendapatan dan beban


2.

Pencatatan pendapatan dan biaya yang menjadi hak perusahaan dengan

menggunakan cut-off tepat


3.

Adanya fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, bulan per bulan atau dengan anggaran
pendapatan dan beban
4.

Penyajian permodalan/ekuitas di Neraca sudah sesuai dengan PSAK/PABU dan

hal penting diungkapkan dalam catatan laporan keuangan

D.

PROSEDUR PEMERIKSAAN perkiraan laba rugi

Prosedur Pemeriksaan perkiraan laba rugi adalah :


1.

Pelajari dan evaluasi internal control pendapatan dan biaya, termasuk transaksi

jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham (lihat Exhibit )
2.

Minta rincian Laporan Laba Rugi untuk periode yang diperiksa dengan angka

perbandingan untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review procedure


(analisa rasio, ROI dan ROE) dengan membandingkan rasio tahun lalu dan rasio
industri
3.

Minta rincian Laporan Laba Rugi untuk periode yang diperiksa, bandingkan

dengan budget untuk periode yang sama. Hitung variance (dalam Rp. maupun %)
4.

Minta rincian penjualan per jenis barang/area yang mencantumkan quantity

barang yang dijual dan nilai uangnya selama setahun (dibuat per bulan).
Bandingkan quantity yang dijual (secara test basis) dengan pengeluaran barang
pada kartu persediaan
5.

Periksa cut-off penjualan (ada tidaknya pergesaran waktu pencatatan

penjualan) dan cut off pembelian (ada tidaknya pergesaran waktu pencatatan
pembelian)
6.

Periksa subsequent payment (ada tidaknya unrecorded liabilities) dan

subsequent collection (ada tidaknya unrecorded receivables)


7.

Buat analisa perkiraan biaya/pendapatan yang kemungkinan ditanyakan pihak

pajak atau untuk keperluan pengisian SPT, koreksi fiskal dan kemungkinan
timbulnya contingent liability.
8.

Periksa kepatuhan peraturan perpajakan tentang biaya dan pendapatan

9.

Periksa daftar gaji, test kesesuaian perhitungan PPh 21 dengan peraturan pajak

10.

Bandingkan total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan Laba Rugi

dengan SPT PPh 21


11.

Bandingkan data yang ada dalam daftar gaji, secara test basis, dengan

personnel file
12.

Lakukan observasi saat pembayaran gaji

13.

Periksa keseusian penyajian pos laba rugi dengan PSAK

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

KESIMPULAN

Perkiraan Laba Rugi (Profit and Loss Accounts) terdiri dari :

Perkiraan pendapatan operasi

Harga pokok penjualan

Beban operasi

Pendapatan dan beban diluar operasi

Pos luar biasa.

Disamping itu, perusahaan tetap harus melakukan pemeriksaan terhadap perkiraan


laba rugi sesuai dengan prosedur pemeriksaan perkiraan laba rugi yang berlaku.
Dimana tujuan dari pemeriksaan perkiraan laba rugi adalah sebagai berikut :
1.

Keberadaan internal control pendapatan dan beban, termasuk pencatatan

secara accrual basis terhadap pendapatan dan beban


2.

Pencatatan pendapatan dan biaya yang menjadi hak perusahaan dengan

menggunakan cut-off tepat


3.

Adanya fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, bulan per bulan atau dengan anggaran
pendapatan dan beban
4.

Penyajian permodalan/ekuitas di Neraca sudah sesuai dengan PSAK/PABU dan

hal penting diungkapkan dalam catatan laporan keuangan


B.

SARAN

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas
partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang
sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar

bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena
itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri
dan menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat
memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.

SISTEM PEMROSESAN DATA ELEKTRONIK

Sistem Input

Sistem input tebagi dua, yaitu sistem input berbasis kertas dan sistem input tanpa
kertas.
.1 Sistem Input/Masukan.

Sistem - sistem masukan dengan kertas.


Dalam beberapa sistem akuntansi yang terkomputerisasi, masukan-masukan ke
sistem akuntansi berupa dokumen sumber yang di tulis tangan atau di ketik.
Setiap tahap pemrosesan masukan sebagai berikut:
1. Penyiapan dan pelengkapan dokumen sumber.
2. Pengiriman dokumen-dokumen sumber ke pemrosesan data.
3. Masukan data.
4. Pengeditan data program.

1. Persiapan dan pengisian dokumen sumber


Dokumen sumber seperti order penjualan disiapkan secara manual. Kesalahan yang
mungkin terjadi pada tahap ini diminimalkan dengan merancang dokumen sumber yang
baik dan mudah dipahami.
2. Pengiriman dokumen sumber ke bagian pengolahan data
Batch control total dan register data yang dikirimkan merupakan pengendalian dasar
atas transfer data antara departmen pengguna dengan departemen pengolahan data.
Tidak adanya atau tidak memadainya pengendalian atas data yang dipindahkan dari
departemen pengguna ke departemen pengolahan data mengindikasikan adanya
kelemahan yang cukup signifikan.
3.

Data Entry

Setelah dokumen sumber (seperti faktur) diterima oleh departemen pengolahan data
dokumen tersebut secara manual diketikkan menggunakan terminal PC dan kemudian
di simpan kedalam disk. Key verification merupakan satu prosedur pengendalian yang
berguna untuk mendeketeksi kesalahan pengetikan. Dalam pengecekan ini, setiap
dokumen sumber merupakan data file data.
4.

Tehnik Program Editing Data

Pengendalian data bisa jadi diterapkan untuk setiap struktur data (karakter, field, record,
dan file). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengedit kewajaran adalah
dengan membuat file tabel yang berisi nilai yang legal untuk setiap field di dalam tabel.

Sistem - sistem pemasukan tanpa ketas. Dalam sistem-sistem masukan tanpa


kertas (paperless input system ) , kadang-kadang di sebut juga sistem masukan
online, transaksi-transaksi di masukan secara langsung ke dalam jaringan
komputer, dan kebutuhan pengetikan dalam dokumen sumber di kurangi. Sistem
masukan tanpa kertas membutuhkan intervensi manusia umumnya memlalui dua
tahapan yaitu entry data dan edit data, dan transfer ke sistem aplikasi komputer
pusat. Sistem tanpa kertas yang tidak membutuhkan keterlibatan manusia,
Transaksi-transaksi di proses dari awal sampai akhir tanpa keterlibatan
manusia : pemrosesan transaksi otomatis secara penuh. Salah satu aplikasi
tekhnologi ini adalah networked vending machine (NVM) .

Contoh Sistem tersebut :

Sistem input tanpa kertas yang memerlukan intervensi manusia

Ada berbagai jenis sistem input tanpa kertas dimana pengguna memasukkan transaksi
langsung ke dalam komputer. Sistem ini mencakup sistem entry data manual online
data sistem identifikasi otomatis seperi sistem point of sales(POS). Sistem entry data
manual online : pengguna secara manual mengetikan transaksi kedalam sistem
komputer. Sistem identifikasi otomatis : barang dagangan dan item lain diberi kode yang
dapat dibaca oleh mesin. Transaksi sistem input tanpa kertas yang melibatkan
intervensi manusia biasanya diproses melalaui dua fase :
Input (entri) data dan editing data : program pengeditan data secara utuh pada
sistem input tanpa kertas sering dijalankan pada saat transaksi direkam ke dalam
sistem.
Pengiriman data ke sistem aplikasi host : dalam sistem tanpa kertas yang terpusat,
transaksi biasanya diinput langsung ke dalam komputer pusat melalui terminal data.

Sistem input tanpa kertas yang tidak memerlukan intervensi manusia.

Transaksi yang sepenuhnya otomatis, pemrosesan transaksi dari awal sampai akhir
tidak melibatkan intervensi manusia. Salah satu aplikasi yang menggunakan teknologi
ini adalah network vending machine (NVM), contoh teknologi NVM adalah pompa
bahan bakar POS. Aplikasi pengolahan transaksi yang sepenuhnya otomatis yang juga
penting adalah electronic data interchange (EDI) dan electronic fund transfer (EFT).
2 Sistem Pemrosesan.

Sistem pemrosesan berdasarkan kertas.


Transaksi-transaksi di masukkan kedalam komputer dalam batch yang di proses
secara periodik. Contoh pemrosesan secara batch adalah laporan jam kerja
mingguan untuk membuat cek pembayaran gaji. Pemrosesan secara batch
dengan pemutahiran file secara berurutan, pemrosesan dalam sistem semacam
ini mencakup tahap-tahap berikut:
1. Penyiapan file transaksi.
2. Pemutahiran file induk.
3. Pemutahiran buku besar.
4. Penyiapan laporan buku besar.

Pemrosesan batch dengan pemutahiran file akses random, tahap-tahapnya sebagai


berikut :
5. Catatan di baca dari file transaksi
6. Nilai kunci catatan transaksi digunakan untuk mengakses secara random
7. Catatan dalam file induk di mutahirkan dalam memori dan kemudian
ditulis ulang ke file data

Sistem Pemrosesan tanpa kertas.


Dalam sistem pemrosesan tanpa kertas , baik pemrosesan batch maupun tepat
waktu dapat di lakukan dengan pemrosesan tepat waktu, kadang-kadang disebut
online realtime processing. Pemrosesan batch dalam sistem pemrosesan tanpa
kertas mirip dengan pemrosesan batch dalam sistem berdasar kertas.
Perbedaannya adalah voucher jurnal diganti dengan fungsi yang serupa tetapi
secara elektronik dan buku besar di mutahirkan secara otomatis secara periodik.
Pemrosesan tepat waktu dalam sistem pemrosesan tanpa kertas, keuntungan
utama dalam pemrosesan tanpa kertas adalah memungkinkan untuk melakukan
pemrosesan tepat waktu.

3 Sistem Keluaran.
Sistem keluaran dapat berupa sistem dengan kertas, tanpa kertas atau antara
keduanya. Sebagian besar sistem dengan kertas dan berorientasi batch dengan
pemrosesan file sekuensial mengahislkan volume jeluaran yang besar. Sebagai contoh
hasil cetak keluaran file piutang dagang dapat digunakan untuk melihat saldo
pelanggan individual. Pengendalian ekeluaran di rancang untuk mengecek bahwa hasil
pemrosesan telah berupa keluaranb yang sah dan keluaran tersebut telah
didistribysikan secara memadai. Kelompok pengendalian PDE terpisah seriungkali
dibentuk untuk memonitor operasi PDE. Kelompok pengendalian PDE menrupakan
bagian dari fungsi audit intern perusahaan. Distribusi keluaran harus dikendalikan untuk
meminimalkan akses tidak sah terhadaop data-data penting. Distribusi keluaran di
kendalikan melalui dokumentasi dan penyeliaan. Umumnya, register distribusi keluaran
dibuat untuk mengendalikan disposisi laporan.

Das könnte Ihnen auch gefallen