Sie sind auf Seite 1von 9

BAB V

HASIL EVALUASI

5.1. Identifikasi Masalah


Suatu masalah ditetapkan jika terdapat kesenjangan antara keluaran dengan
tolok ukurnya, sedangkan penyebab masalah ditentukan bila ada kesenjangan
antara unsur sistem lainnya dengan tolok ukur. Proses identifikasi masalah
dilakukan secara bertahap, dimulai dari keluaran (output) program kerja
Puskesmas, kemudian apabila ditemukan adanya kesenjangan antara tolok
ukur dengan data keluaran tersebut maka harus dicari kemungkinan penyebab
masalah pada unsur masukan (input, proses, atau lingkungan). Identifikasi
masalah dimulai dengan melihat adanya kesenjangan antara pencapaian.

Peserta KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu
cara/alat kontrasepsi. Tingkat pencapaian pelayanan Keluarga Berencana
dapat dilihat dari indikator cakupan peserta KB Baru dan peserta KB Aktif.
Pada tahun 2014, Puskesmas Rawat Inap Gedong Tataan, Pasangan Usia
Subur (PUS) yang termasuk peserta KB tampak pada gambar berikut ini :

Grafik 5.2
Cakupan Peserta KB Baru dan KB Aktif Tahun 2014

Sumber : SP2TP Tahun 2014


Cakupan peserta KB Aktif di Puskesmas Rawat Inap Gedong Tataan tahun
2014 sebesar 5.914 (77,92%) dan cakupan KB Baru ada 1576 (19,20%). Cakupan
peserta KB Aktif di Puskesmas Rawat Inap Gedong Tataan melebihi dari yang
ditargetkan Kabupaten yaitu 74 %.
Grafik 5.3
Persentase Cakupan Peserta KB Aktif Berdasarkan
Metode Kontrasepsi Tahun 2014

Sumber : SP2TP Tahun 2014

Persentase peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang sedang


digunakan pada tahun 2014 suntikan dan pil KB masih banyak diminati
sebagai alat KB oleh pasangan usia subur yaitu 39,29 % dan 21,68 %.
Sedangkan kontrasepsi IUD 1,89 %, kontrasepsi Implant 1,86 %, kondom
13,17 %. Metode Operasi Pria (MOP) dan Metode Operasi Wanita (MOW)
merupakan metode kontrasepsi yang kurang diminati oleh akseptor KB yaitu
masing-masing 0,012 % dan 0,024 %.

Masalah yang ditemukan adalah adanya kesenjangan antara akseptor yang


memanfaatkan pelayanan kontrasepsi IUD terhadap kontrasepsi lainnya
dimana IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif, dan
berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif
namun peminatnya masih rendah. Jika, ditinjau dari laporan angka kehamilan
pada tahun 2013 sebesar 987 dan pada tahun 2014 sebesar 984, tidak terlihat
adanya faktor berarti yang mempengaruhi antara pertumbuhan penduduk
terhadap sikap pemilihan jenis alat kontrasepsi. Namun, mengingat dari
berbagai macam kerugian yang ditimbukan dari penggunaan kontrasepsi
hormonal seperti, pola haid menjadi tidak teratur, mual, muntah, penambahan
berat badan, keterlambatan kesuburan, peningkatan tekanan darah, hingga
merangsang terjadinya kanker menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan perencanaan kehamilan yang baik dan pemilihan alat kontrasepsi
yang tepat (BKKBN dan Kemenkes RI, 2012).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode


1991 s/d 2007 pola penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih didominasi
oleh kontrasepsi hormonal dan bersifat jangka pendek. MKJP seperti IUD
cenderung mengalami penurunan, yakni 13,3 persen (SDKI 1991 10,3 persen
(SDKI 1997), turun menjadi 6,2 persen (SDKI 2002-2003), dan turun lagi
menjadi 4,9 persen (SDKI 2007). Berdasarkan sasaran program KB dalam
RKP tahun 2012 PA MKJP sekitar 25,9% dari seluruh peserta KB, sedangkan
kenyataannya pencapaian MKJ dibawah angka tersebut. Menurut hasil Mini
Survei 2010 pencapaian MKJP baru mencapai sekitar 11,6 persen. Sementara
untuk pencapaian prevalensi IUD 4,7 persen (BKKBN, 2011).

5.2. Identifikasi Faktor Penyebab Masalah


Sesuai dengan pendekatan sistem, ketidakberhasilan Program Kesehatan Ibu
dan Anak subprogram Program Keluarga Berencana merupakan suatu output /
hasil yang tidak sesuai dengan target. Dimana cakupan dari penggunaan KB
sudah mencapai target namun, terjadi kesenjangan dimana kurangnya minat
akseptor KB terhadap KB Jangka Panjang khususnya IUD. Untuk
mengatasinya, dengan pendekatan sistem harus diperhatikan kemungkinan
adanya masalah pada komponen lain pada sistem, mengingat suatu sistem
merupakan keadaan yang berkesinambungan dan saling mempengaruhi.
Setelah mengetahui faktor atau masalah dominan, langkah berikutnya adalah
mencari akar masalah dalam hal ini kami mencari akar masalah dengan
menggunakan diagram fishbone.

Man

Method

Tenaga
kesehatan
cukup

Material
Jumlah alat
kontrasepsi IUD
cukup

Pemahaman
mengenai
kontrasepsi

Sarana
pemasangan
IUD cukup

Promosi Kesehatan cukup

PSP akseptor mengenai


pemilihan kontrasepsi
terkait metode,
keuntungan serta

Program KB
Kurangnya
minat
penggunaan IUD

Dukungan tokoh

Dana yang
tersedia cukup

masyarakat
mengenai KB IUD

kerugiannya

Money

Machines
Gambar 5.1. Diagram fishbone

Dari diagram fishbone di atas, masih perlu mencari masalah-masalah yang


paling memiliki peranan dalam mencapai keberhasilan program. Dengan
menggunakan model teknik kriteria matriks pemilihan prioritas dapat dipilih
masalah yang paling dominan.
Permasalahan Internal
Tabel 5.1. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah
internal
No

JUM

Daftar Masalah
IxTxR
P
1.

RI

DU

SB

PB

PC

SDM

Kurangnya
pemahaman mengenai
kontrasepsi

400

Permasalahan eksternal
5

Tabel 5.2. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah


eksternal
No

JUM
IxTxR

Daftar Masalah
1

P
Lingkungan
2
PSP akseptor
mengenai pemilihan
kontrasepsi
Dukungan tokoh
masyarakat
2
mengenai
penggunaan KB
IUD

RI

DU

SB

PB

PC

400

375

= Prevalence

PB

= Public concern

= Severity

RI

= Rate of increase

DU

= Degree of unmeet need

SB

= Social benefit

PC

=Political climate

= Technical feasiability

= Resources availability

Setelah dilakukan pemilihan prioritas masalah, didapatkan masalah yang ada


yakni kurangnya pemahaman tenaga kesehatan mengenai masing-masing
kontrasepsi dan PSP (pengetahuan, sikap dan perilaku) akseptor yang kurang
mengenai pemilihan kontrasepsi, yang merupakan penyebab kurangnya minat
akseptor KB untuk menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi pilihan di
puskesmas Rawat Inap Gedong Tataan.

5.3. Alternatif Pemecahan Masalah


Terjadinya kesenjangan pada cakupan akseptor penggunaan KB dimana
kurangnya minat penggunaan KB Metode Jangka Panjang, IUD, dimana

hanya sebesar 1,89% disebabkan oleh beberapa faktor internal dan faktor
eksternal. Setelah dilakukan pencarian masalah utama pada bab sebelumnya,
diperoleh satu masalah internal dan dua masalah eksternal. Masalah internal
terdapat pada kemampuan SDM terkait materi alat kontrasepsi terkait metode,
keuntungan dan kerugian . Sedangkan masalah eksternal yaitu pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat mengenai pemilihan kontrasepsi dan peran
tokoh masyarakat terkait penggunaan KB IUD. Penyuluhan kepada
masyarakat yang lebih baik dan jelas dengan bantuan alat peraga/ media dapat
dilakukan lebih sering oleh petugas kesehatan sehingga masyarakat memiliki
pengetahuan, sikap dan perilaku yang lebih baik mengenai pemilihan
kontrasepsi.
Berdasarkan faktor penyebab masalah yang dapat diidentifikasi, maka
alternatif pemecahan masalah dilakukan pada masalah yang menjadi prioritas
masalah. Agar masyarakat memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang
lebih baik mengenai pemilihan kontrasepsi, dapat dilakukan penyuluhan oleh
petugas sehingga para akseptor memilih dan menggunakan alat kontrasepsi
yang baik dan aman sesuai kebutuhannya. Alternatif pemecahan masalahnya
adalah sebagai berikut:

1. MENYUSUN ALTERNATIF JALAN KELUAR


Tabel 5.3. Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah (Jalan Keluar)
Masalah
Program Keluarga
mengenai

Berencana

kurangnya

minat

Penyebab
Masalah Internal

Alternatif

Kurangnya pemahaman

akseptor KB dalam pemililhan

tenaga kesehatan mengenai

KB IUD sebagai alat kontrasepsi

alat-alat kontrasepsi terkait

training tenaga kesehatan

metode, keuntungan dan

tentang alat kontrasepsi,

kerugian masing-masing

mengenai metode,

Mengadakan on the job

keuntungan, dan kerugiannya


setiap 6 bulan sekali oleh
dokter.

Meningkatkan kinerja
petugas dengan memberi
penghargaan

Masalah Eksternal
Kurangnya pengetahuan,
sikap dan perilaku
masyarakat mengenai alat

Mengadakan penyuluhan
dengan demonstrasi media/

kontrasepsi

alat peraga mengenai alatalat kontrasepsi baik metode,


keutnungan dan kerugian
pada setiap jenisnya

2. MEMILIH PRIORITAS JALAN KELUAR


Tabel 5.4. Memilih Prioritas Pemecahan Masalah (Jalan Keluar)
No

Daftar Alternatif Jalan Keluar


M

Efektivitas
I

Efisiensi
C

Jumlah
(MIV/C)

1.

Mengadakan On the job training

tenaga kesehatan tentang alat


kontrasepsi, mengenai metode,
keuntungan, dan kerugiannya setiap
6 bulan sekali oleh dokter
2.

Meningkatkan kinerja petugas


dengan memberi penghargaan

3.

Mengadakan penyuluhan dengan


demonstrasi media/ alat peraga
mengenai alat-alat kontrasepsi baik
metode, keutnungan dan kerugian
pada setiap jenisnya

Dari tabel di atas, didapatkan bahwa alternatif pemecahan masalah yang


dipilih adalah mengadakan penyuluhan dengan demonstrasi media/ alat peraga
mengenai alat-alat kontrasepsi baik metode, keutnungan dan kerugian pada
setiap jenisnya.

Das könnte Ihnen auch gefallen