Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Tomat
Tanaman tomat termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak
dahulu. Peranannya yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat sudah sejak
lama diketahui orang. Tanaman tomat (Lycopersium escuslentum Mill) adalah
tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan
tanaman berbunga (angiospermai). Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat
termasuk kelas Dicotyledonnae (berkeping dua).
Secara lengkap ahli-ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara
sistemik sebagai berikut (Tugiyono, 2005).
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
Ordo
: Tubiflorae
Famili
Genus
: Solanum (Lycopersicum)
Species
Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat.
Warna batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan
batangnya banyak ditumbuhi rambut halus terutama dibagian berwarna hijau.
Diantara rambut-rambut tersebut terdapat rambut kelenjar. Pada bagian bukubukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah terdapat
akar-akar
Ketika buahnya semakin matang, lycopersicin lambat laun hilang sendiri sehingga
baunya hilang dan rasanyapun jadi enak, asam-asam manis ( Trisnawaty dan
Setiawan, 1993 ).
B. Syarat Tumbuh
Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat,
dari dataran rendah sampai tinggi (pegunungan). Tanaman tomat tomat tidak
menyukai tanah yang tergenang air atau becek. Tanah yang keadaannya demikian
menyebabkan akar tomat mudah busuk dan tidak mampu mengisap zat-zat hara
dari dalam tanah karena sirkulasi udara dalam tanah disekitar akar tomat kurang
baik. Akibatnya tanaman akan mati.
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah yang
gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir, dan
banyak mengandung humus serta pengairan yang teratur dan cukup mulai
tanaman mulai dapat dipanen. Bagi tanaman genjah dan yang dikehendaki cepat
panen, tanah liat berpasir akan lebih baik. Suhu yang terbaik bagi pertumbuhan
tomat adalah 230C pada siang hari dan 170C pada malam hari. Selisihnya adalah
adalah 60C. Suhu yang inggi dapat menyebakan panyakit daun berkembang,
sedangkan kelembapan yang relatif rendah dapat mengganggu pembentukan buah.
Pembentukan buah sangat ditentukan oleh faktor suhu malam hari.
Pengalaman di berbagai negara membuktikkan bahwa suhu yang terlalu tinggi di
waktu malam menyebabkan tanaman tomat tidak dapat membentuk bunga sama
sekali, sedangkan pada suhu kurang dari 100C tepung sari menjadi lemah
tumbuhnya dan banyak tepung sari yang mati, akibat hanya sedikit saja yang
terjadi pembuahan (Tugiyono, 2005).
umumnya,
pertumbuhan
tanaman
dapat
diartikan
dengan
dipengaruhi oleh 6 faktor lingkungan, yaitu (1) cahaya, (2) bantuan mekanik, (3)
suhu, (4) udara, (5) air, (6) dan unsur hara (Subhan et.,al, 2009).
Tanaman tomat diperbanyak dengan biji. Salah satu pendukung
keberhasilan produksi tomat adalah awal dari pertumbuhannya, yaitu biji atau
benihnya (Trisnawati dan A. Setiawan, 1993). Budidaya tomat dapat dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu (1) fase persemaian (0-30 hari setelah semai), (2)
fase fase tanam (0-15 hst), (3) fase vegetatif (15-30 hst), (4) fase generatif (30-80
hst), (5) fase panen dan pasca panen (80-130 hst) (Teknis Budidaya, 2010).
Tanaman tomat sangat membutuhkan sinar matahari yang penuh sepanjang
hari untuk produksi yang menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak
disukainya. Daerah dengan kondisi demikian memungkinkan tanaman mudah
terserang penyakit cendawan busuk daun Phytophtora infestans dan sebagainya.
Angin kering dan udara panas kurang baik bagi pertumbuhannya karena sering
menyebabkan kerontokan bunga. Suhu yang paling ideal untuk perkecembahan
benih tomat adalah 25-300C. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan
tanaman tomat 24-280C. Jika suhunya rendah maka pertumbuhannya akan rendah
terhambat. Demikian juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buahnya
yang kurang sempurna (Tugiyono, 2005).
D. Pupuk dan Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisisk,
kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.
Pupuk adalah bahan organik atau anorganik, alami atau sintetis yang menyuplai
tanaman dengan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman.
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman sebab unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak bisa diandalkan untuk
memacu pertumbuhan tanaman tomat secara optimal, terutama pada penanaman
sistem intensif. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman meliputi unsur hara makro
dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan
tanaman dalam jumlah relatif besar dibandingkan dengan unsur hara lainnya.
Contoh unsur hara makro adalah seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Sementara itu, pengertian unsur
hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat
kecil, tetapi fungsinya sangat penting dan tidak tergantikan. Contoh unsur hara
mikro antara lain besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), boron (B),
molybdenum (Mo), dan khlor (Cl).
Tomat merupakan salah satu komoditas sayuran penting dan sangat
potensial untuk dikembangkan. Untuk mencapai hasil yang tinggi, selain dengan
menggunakan varietas tahan terhadap hama dan penyakit juga perlu diperhatikan
teknik budidaya yang tepat dan benar. Tanaman tomat memerlukan unsur hara
makro N, P, K, Ca, dan Mg serta unsur hara mikro Mn, Zn, dan B (Koswara,
2006). Dalam upaya untuk mencapai teknik budidaya yang tepat dapat dilakukan
melalui pemupukan yang baik dan benar, yakni pemberian pupuk disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman tersebut.
a. Pupuk Nitrogen (N)
Dalam sistem pertanian, nitrogen merupakan komponen dasar dalam
sintesis protein. Nitrogen terdapat dalam protoplasma sel tanaman yang
diperlukan untuk semua proses pertumbuhan dan merupakan bagian dari klorofil.
Klorofil bertanggung jawab dalam konversi energi matahari menjadi energi yang
dapat digunakan dalam proses fotosintesis. Nitrogen mempengaruhi warna hijau
pada tanaman dan berperan sangat penting pada pembentukan protoplasma. Oleh
karena itu, nitrogen merupakan komponen yang sangat penting terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman.
Nitrogen di dalam tanaman dikonversi menjadi asam amino, bahan untuk
pembentukan protein. Protein kemudian digunakan untuk pembentukan
protoplasma. Oleh karena itu, nitrogen dikenal sebagai penyusun struktul sel
tanaman dan berperan penting dalam pembelahan sel dan pertumbuhan tanaman.
Selain itu, nitrogen penting untuk reaksi enzimatik pada tanaman, karena semua
enzim tanaman adalah protein. Nitrogen juga penting sebagai komponen beberapa
vitamin, seperti biotin, tiamin, niasin dan riboflavin (Subhan et.al., 2009).
Salah satu pupuk yang mengandung unsur hara N, yakni pupuk urea. Urea
merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2.
Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang
minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Pupuk Urea sangat
mudah larut dalam air, nitrogen dalam bentuk amida pada umumnya terdapat
dalam pupuk Urea mudah larut dalam air. Dalam tanah amida segera berubah
menjadi ammonium karbonat. Karena memiliki konversi (perubahan) tersebut
nitrogen mudah hilang tercuci.
Pupuk Urea juga memiliki sifat higroskopis, sudah mulai menarik uap air
pada kelembaban nisbi udara 73 %. Pengaruhnya terhadap tanah yaitu bila
diberikan pada lahan yang miskin hara akan berubah ke wujud atau bahan
awalnya yaitu ammonia dan karbondioksida yang mudah tercuci oleh air hujan
atau irigasi dan mudah terbakar sinar matahari. Pengaruhnya bagi tanaman yaitu
sangat penting dalam pertumbuhan awal karena pada urea terdapat kandungan N
yang tinggi.
Hasil penelitian Mulyati et.,al, (2007), mengenai pemberian pupuk urea
dan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan serapan N, menunjukkan
bahwa pemberian pupuk N yang berasal dari urea dengan dosis 125 kg ha-1
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman tomat pada umur
7 hst, 14 hst, 21 hst dan kadar N-jaringan tanaman, tetapi peningkatan takaran
menjadi 250 kg ha-1
kurang
menghasilkan
biji
dan
biji-bijian,
memperlambat
tanaman baik kuantitas maupun kualitasnya (Subhan et.al., 2009). Tanaman tomat
menyerap unsur K dalam jumlah yang banyak berkisar antara 1-5% dari bobot
kering tanaman, sementara ketersediaannya dalam larutan tanah umumnya rendah,
sehingga defisiensi K sering menjadi kendala dalam peningkatan produksi
tanaman tomat. Tanah di daerah yang mempunyai curah hujan tinggi seperti
daerah iklim tropis termasuk indonesia umumnya miskin unsur hara K karena dia
mudah teruci sehingga tanaman di daera ini sering menunjukkan defisiensi K.
Oleh sebab iu, unuk mencukupi kebutuhan K pada tanaman perlu pasokan K
melalui pemupukan yang mengandung K seperi pupuk KCl dan K2SO4 dan lainlain (Amisnaipa et.al., 2009).
Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang juga
termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation monovalen yang esensial
bagi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim.
Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan sedikit K2SO4.
Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran,
pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung
K2O sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari
pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau
daun dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit.
Kalium dalam tanah terdapat dalam bentuk mineral dan bentuk ini sukar
diserap oleh tanaman. Kalium dapat diserap oleh tanaman setelah mengalami
reaksi pembebasan kalium tanah dari mineral, yaitu dalam bentuk kalium
karbonat. Kalium diangkut dari akar ke daun melalui batang dan tulang-tulang
daun, di bagian tersebut kadar kalium lebih tinggi daripada bagian helai daun.
Oleh karena itu gejala kekurangan kalium dimulai dari helai daun. Gejala tersebut
mula-mula ditemukan di tepi daun berwarna kekuningan sampai jingga, kemudian
coklat, dan mengering. Setelah tepi daun, gejala tersebut akan ke bagian di antara
tulang-tulang daun yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak yang berwarna
kecoklatan, kemudian tanaman mati. Tanaman yang kekurangan kalium mudah
rebah karena batangnya lemah (Subhan et.al., 2009).