Sie sind auf Seite 1von 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Tomat
Tanaman tomat termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak
dahulu. Peranannya yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat sudah sejak
lama diketahui orang. Tanaman tomat (Lycopersium escuslentum Mill) adalah
tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan
tanaman berbunga (angiospermai). Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat
termasuk kelas Dicotyledonnae (berkeping dua).
Secara lengkap ahli-ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara
sistemik sebagai berikut (Tugiyono, 2005).
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo

: Tubiflorae

Famili

: Solanaceae (berbunga seperti terompet)

Genus

: Solanum (Lycopersicum)

Species

: Lycopersicum esculentum Mill

Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat.
Warna batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan
batangnya banyak ditumbuhi rambut halus terutama dibagian berwarna hijau.
Diantara rambut-rambut tersebut terdapat rambut kelenjar. Pada bagian bukubukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah terdapat
akar-akar

pendek. Jika dibiarkan (tidak dipangkas) tanaman tomat akan

mempunyai banyak cabang yang menyebar rata. Sebagaimana tanaman dikotil


lainnya, tanaman tomat berakar samping yang menjalar ke tanah.
Daunnya mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu
berbentuk oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip. Daunnya
merupakan Dibagian bawah terdapat 5 buah kelopak bunga yang berwarna hijau.
Buah tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak karena
mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan 2-9 kantong lendir.

Ketika buahnya semakin matang, lycopersicin lambat laun hilang sendiri sehingga
baunya hilang dan rasanyapun jadi enak, asam-asam manis ( Trisnawaty dan
Setiawan, 1993 ).
B. Syarat Tumbuh
Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat,
dari dataran rendah sampai tinggi (pegunungan). Tanaman tomat tomat tidak
menyukai tanah yang tergenang air atau becek. Tanah yang keadaannya demikian
menyebabkan akar tomat mudah busuk dan tidak mampu mengisap zat-zat hara
dari dalam tanah karena sirkulasi udara dalam tanah disekitar akar tomat kurang
baik. Akibatnya tanaman akan mati.
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah yang
gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir, dan
banyak mengandung humus serta pengairan yang teratur dan cukup mulai
tanaman mulai dapat dipanen. Bagi tanaman genjah dan yang dikehendaki cepat
panen, tanah liat berpasir akan lebih baik. Suhu yang terbaik bagi pertumbuhan
tomat adalah 230C pada siang hari dan 170C pada malam hari. Selisihnya adalah
adalah 60C. Suhu yang inggi dapat menyebakan panyakit daun berkembang,
sedangkan kelembapan yang relatif rendah dapat mengganggu pembentukan buah.
Pembentukan buah sangat ditentukan oleh faktor suhu malam hari.
Pengalaman di berbagai negara membuktikkan bahwa suhu yang terlalu tinggi di
waktu malam menyebabkan tanaman tomat tidak dapat membentuk bunga sama
sekali, sedangkan pada suhu kurang dari 100C tepung sari menjadi lemah
tumbuhnya dan banyak tepung sari yang mati, akibat hanya sedikit saja yang
terjadi pembuahan (Tugiyono, 2005).

C. Pertumbuhan Tanaman Tomat


Pada

umumnya,

pertumbuhan

tanaman

dapat

diartikan

dengan

pertambahan ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan


itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya
protoplasma, dan tingkat kerumitan (Elviana, 2008). Pertumbuhan tanaman

dipengaruhi oleh 6 faktor lingkungan, yaitu (1) cahaya, (2) bantuan mekanik, (3)
suhu, (4) udara, (5) air, (6) dan unsur hara (Subhan et.,al, 2009).
Tanaman tomat diperbanyak dengan biji. Salah satu pendukung
keberhasilan produksi tomat adalah awal dari pertumbuhannya, yaitu biji atau
benihnya (Trisnawati dan A. Setiawan, 1993). Budidaya tomat dapat dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu (1) fase persemaian (0-30 hari setelah semai), (2)
fase fase tanam (0-15 hst), (3) fase vegetatif (15-30 hst), (4) fase generatif (30-80
hst), (5) fase panen dan pasca panen (80-130 hst) (Teknis Budidaya, 2010).
Tanaman tomat sangat membutuhkan sinar matahari yang penuh sepanjang
hari untuk produksi yang menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak
disukainya. Daerah dengan kondisi demikian memungkinkan tanaman mudah
terserang penyakit cendawan busuk daun Phytophtora infestans dan sebagainya.
Angin kering dan udara panas kurang baik bagi pertumbuhannya karena sering
menyebabkan kerontokan bunga. Suhu yang paling ideal untuk perkecembahan
benih tomat adalah 25-300C. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan
tanaman tomat 24-280C. Jika suhunya rendah maka pertumbuhannya akan rendah
terhambat. Demikian juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buahnya
yang kurang sempurna (Tugiyono, 2005).
D. Pupuk dan Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisisk,
kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.
Pupuk adalah bahan organik atau anorganik, alami atau sintetis yang menyuplai
tanaman dengan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman.
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman sebab unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak bisa diandalkan untuk
memacu pertumbuhan tanaman tomat secara optimal, terutama pada penanaman
sistem intensif. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman meliputi unsur hara makro
dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan
tanaman dalam jumlah relatif besar dibandingkan dengan unsur hara lainnya.
Contoh unsur hara makro adalah seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Sementara itu, pengertian unsur

hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat
kecil, tetapi fungsinya sangat penting dan tidak tergantikan. Contoh unsur hara
mikro antara lain besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), boron (B),
molybdenum (Mo), dan khlor (Cl).
Tomat merupakan salah satu komoditas sayuran penting dan sangat
potensial untuk dikembangkan. Untuk mencapai hasil yang tinggi, selain dengan
menggunakan varietas tahan terhadap hama dan penyakit juga perlu diperhatikan
teknik budidaya yang tepat dan benar. Tanaman tomat memerlukan unsur hara
makro N, P, K, Ca, dan Mg serta unsur hara mikro Mn, Zn, dan B (Koswara,
2006). Dalam upaya untuk mencapai teknik budidaya yang tepat dapat dilakukan
melalui pemupukan yang baik dan benar, yakni pemberian pupuk disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman tersebut.
a. Pupuk Nitrogen (N)
Dalam sistem pertanian, nitrogen merupakan komponen dasar dalam
sintesis protein. Nitrogen terdapat dalam protoplasma sel tanaman yang
diperlukan untuk semua proses pertumbuhan dan merupakan bagian dari klorofil.
Klorofil bertanggung jawab dalam konversi energi matahari menjadi energi yang
dapat digunakan dalam proses fotosintesis. Nitrogen mempengaruhi warna hijau
pada tanaman dan berperan sangat penting pada pembentukan protoplasma. Oleh
karena itu, nitrogen merupakan komponen yang sangat penting terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman.
Nitrogen di dalam tanaman dikonversi menjadi asam amino, bahan untuk
pembentukan protein. Protein kemudian digunakan untuk pembentukan
protoplasma. Oleh karena itu, nitrogen dikenal sebagai penyusun struktul sel
tanaman dan berperan penting dalam pembelahan sel dan pertumbuhan tanaman.
Selain itu, nitrogen penting untuk reaksi enzimatik pada tanaman, karena semua
enzim tanaman adalah protein. Nitrogen juga penting sebagai komponen beberapa
vitamin, seperti biotin, tiamin, niasin dan riboflavin (Subhan et.al., 2009).
Salah satu pupuk yang mengandung unsur hara N, yakni pupuk urea. Urea
merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2.
Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang

minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Pupuk Urea sangat
mudah larut dalam air, nitrogen dalam bentuk amida pada umumnya terdapat
dalam pupuk Urea mudah larut dalam air. Dalam tanah amida segera berubah
menjadi ammonium karbonat. Karena memiliki konversi (perubahan) tersebut
nitrogen mudah hilang tercuci.
Pupuk Urea juga memiliki sifat higroskopis, sudah mulai menarik uap air
pada kelembaban nisbi udara 73 %. Pengaruhnya terhadap tanah yaitu bila
diberikan pada lahan yang miskin hara akan berubah ke wujud atau bahan
awalnya yaitu ammonia dan karbondioksida yang mudah tercuci oleh air hujan
atau irigasi dan mudah terbakar sinar matahari. Pengaruhnya bagi tanaman yaitu
sangat penting dalam pertumbuhan awal karena pada urea terdapat kandungan N
yang tinggi.
Hasil penelitian Mulyati et.,al, (2007), mengenai pemberian pupuk urea
dan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan serapan N, menunjukkan
bahwa pemberian pupuk N yang berasal dari urea dengan dosis 125 kg ha-1
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman tomat pada umur
7 hst, 14 hst, 21 hst dan kadar N-jaringan tanaman, tetapi peningkatan takaran
menjadi 250 kg ha-1

urea sama sekali tidak memberikan tambahan bobot

berangkasan kering, sedangkan pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi


tanaman pada umur 14 hst dan 21 hst, bobot kering tanaman, serapan N. Urea
merupakan pupuk N yang mudah larut dan tersedia bagi tanaman, sedangkan
pupuk kandang ayam masih mengalami proses perubahan bentuk dari N-organik
menjadi N anorganik melalui proses aminasi, amonifikasi dan nitrifikasi terlebih
dahulu.
Pupuk nitrogen umumnya sangat mobil dalam tanah, sehingga dalam
pemupukan nitrogen perlu memperhatikan berbagai faktor. Bila pupuk nitrogen
diberikan dalam tanah, maka harus dijaga dalam aplikasinya agar tidak mudah
tercuci sebelum diserap oleh tanaman. Kehilangan ini dapat diatasi atau dikurangi
dengan memasukkan pupuk ke dalam tanah sekitar 5 cm dan menutupinya dengan
tanah.

Fungsi nitrogen, yaitu : (1) meningkatkan pertumbuhan tanaman, (2) kadar


protein dalam tanah, (3) meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti
sayuran dan rerumputan ternak, (4) dan meningkatkan perkembangbiakan
mikroorganisme dalam tanah. Sumber-sumber nitrogen antara lain : (1) bersumber
dari pupuk buatan pabrik seperti urea, ZA, dan Amonium sulfat, (2) udara
merupakan sumber nitrogen paling besar yang dalam pemanfaatananya oleh
tanaman melalui perubahan terlebih dahulu, dalam bentuk amonia dan nitrat yang
sampai ke tanah melalui air hujan atau yang di ikat oleh bakteri pengikat nitrogen,
(3) sumber nitrogen lainnya pupuk kandang dan bahan-bahan organik lainnya.
Gejala kekurangan nitrogen: tanaman tumbuh kurus kerempeng, daun tua
berwarna hijau muda, lalu berubah menjadi kekuning-kuningan, jaringan tanaman
mengering dan mati, buah kerdil, kecil dan cepat masak lalu rontok.
Kelebihan nitrogen menghasilkan tunas muda yang lembek/ lemah dan
vegetatif,

kurang

menghasilkan

biji

dan

biji-bijian,

memperlambat

pemasakan/penuaan buah dan biji-bijian, mengasamkan reaksi tanah, menurunkan


pH tanah, dan merugikan tanaman, sebab akan mengikat unsur hara lain, sehingga
akan sulit diserap tanaman, pemupukan jadi kurang efektif dan tidak efisien.

b. Pupuk Kalium (K)


Kalium adalah unsur hara esensial untuk semua makhluk hidup. Tanaman
mengandung kurang lebih sama banyak dengan nitrogen. Pada kebanyakan
tanaman, produktifitas tanaman yang tinggi dijumpai bila kandungan kalium
melebihi kandungan nitrogen. Kalium merupakan salah satu unsur makro yang
penting bagi tanaman, karena unsur ini terlibat langsung dalam proses fisiologis,
antara lain, (1) aspek biofisik, kalium berperan dalam pengendalian osmotik dan
turgor sel serta stabilitas pH, dan (2) aspek biokimia, kalium berperan dalam
aktifitas enzim tanaman pada sintesis karbohidrat dan protein serta meningkatkan
translokasi fotosintat ke luar daun (Amisnaipa et.al., 2009) .
Kalium berperan dalam metabolisme air dalam tanaman, absorpsi hara,
pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja enzim, dan translokasi karbohidrat,
membentuk batang yang lebih kuat, dan sangat berpengaruh terhadap hasil

tanaman baik kuantitas maupun kualitasnya (Subhan et.al., 2009). Tanaman tomat
menyerap unsur K dalam jumlah yang banyak berkisar antara 1-5% dari bobot
kering tanaman, sementara ketersediaannya dalam larutan tanah umumnya rendah,
sehingga defisiensi K sering menjadi kendala dalam peningkatan produksi
tanaman tomat. Tanah di daerah yang mempunyai curah hujan tinggi seperti
daerah iklim tropis termasuk indonesia umumnya miskin unsur hara K karena dia
mudah teruci sehingga tanaman di daera ini sering menunjukkan defisiensi K.
Oleh sebab iu, unuk mencukupi kebutuhan K pada tanaman perlu pasokan K
melalui pemupukan yang mengandung K seperi pupuk KCl dan K2SO4 dan lainlain (Amisnaipa et.al., 2009).
Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang juga
termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation monovalen yang esensial
bagi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim.
Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan sedikit K2SO4.
Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran,
pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung
K2O sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari
pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau
daun dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit.
Kalium dalam tanah terdapat dalam bentuk mineral dan bentuk ini sukar
diserap oleh tanaman. Kalium dapat diserap oleh tanaman setelah mengalami
reaksi pembebasan kalium tanah dari mineral, yaitu dalam bentuk kalium
karbonat. Kalium diangkut dari akar ke daun melalui batang dan tulang-tulang
daun, di bagian tersebut kadar kalium lebih tinggi daripada bagian helai daun.
Oleh karena itu gejala kekurangan kalium dimulai dari helai daun. Gejala tersebut
mula-mula ditemukan di tepi daun berwarna kekuningan sampai jingga, kemudian
coklat, dan mengering. Setelah tepi daun, gejala tersebut akan ke bagian di antara
tulang-tulang daun yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak yang berwarna
kecoklatan, kemudian tanaman mati. Tanaman yang kekurangan kalium mudah
rebah karena batangnya lemah (Subhan et.al., 2009).

Sumber - sumber K adalah beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman jasad


renik, air irigasi serta larutan dalam tanah, dan pupuk buatan. Unsur hara kalium
di dalam tanah selain mudah tercuci, tingkat ketersediaanya sangat dipengaruhi
oleh pH dan kejenuhan basa. Pada pH rendah dan kejenuhan basa rendah kalium
mudah hilang tercuci, pada pH netral dan kejenuhan basa tinggi kalium diikat oleh
Ca. Kapasitas tukar kation yang makin besar meningkatkan kemampuan tanah
untuk menahan K, dengan demikian larutan tanah lambat melepaskan K dan
menurunkan potensi pencucian.
Unsur K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dapat dijumpai di dalam
tanah dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia
bagi tanaman biasanya kecil. K yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk
garam-garam mudah larut seperti KCl, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4. Persediaan
kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu pengambilan kalium
oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah (Mardotilah, 2012).
Secara umum fungsi Kalium bagi tanaman, antara lain : (1) Membentuk dan
mengangkut karbohidrat, (2) Sebagai katalisator dalam pembentukan protein, (3)
Mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, (4) Menetralkan reaksi dalam sel
terutama dari asam organik, (5) Menaikan pertumbuhan jaringan meristem, (6)
Mengatur pergerakan stomata, (7) Memperkuat tegaknya batang sehingga
tanaman tidak mudah roboh, (8) Mengaktifkan enzim baik langsung maupun tidak
langsung, (9) Meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah, (10)
Membuat biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat, (11) Meningkatkan kualitas
buah karena bentuk, kadar, dan warna yang lebih baik, (12) Membuat tanaman
menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit dan Membantu perkembangan
akar tanaman. Kekurangan kalium pada tanaman menyebabkan turgor tanaman
menjadi berkurang sehingga sel tanaman menjadi lemah.

Das könnte Ihnen auch gefallen