Sie sind auf Seite 1von 13

DEPARTEMEN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN FISIOTERAPI
PROGRAM STUDI ORTOTIK PROSTETIK
PETUNJUK PELAKSANAAN
PENGISIAN LAPORAN STATUS KLINIK
MAHASISWA
KETENTUAN UMUM
Urut-urutan pengisian laporan status klinik mahasiswa :
1.

Pada saat mahasiswa ditunjuk oleh Pembimbing praktik untuk menangani pasien,
baik pasien baru maupun pasien lama, serta diberi tugas membuat laporan status
klinik dari pasien tersebut, maka blangko Laporan Status Klinik harus diisi
pada hari itu juga selengkap mungkin sesuai kebutuhan.

2.

Form Laporan Status Klinik ini dibuat dengan maksud agar dapat digunakan
dalam berbagai tempat praktik dan berbagai kondisi klinik. Tetapi bila pada suatu
tempat praktik atau pada kasus-kasus tertentu ternyata mengalami kesulitan
mengaplikasikan blangko Laporan Status Klinik tersebut, maka mahasiswa
hendaknya memodifikasi sendiri cara penulisannya atas bimbingan Pembimbing
praktik klinik.

PETUNJUK TEKNIK PENGISIAN


NOMOR URUT :
Terletak di sudut kanan atas halaman pertama. Tertulis : Nomor Urut :
_____/_____/____. Contoh : 01 / A / 2007. Angka 01 menunjukkan bahwa mahasiswa
baru pertama kali membuat Laporan Status Klinik sejak ia menjalani kepaniteraan
klinik, selanjutnya adalah 02, 03 dan seterusnya. Kode A menunjukkan bahwa Laporan
Status Klinik yang pertama ini dibuat saat mahasiswa praktik di Unit Ortotik Prostetik
RS Ortopedi Prof Dr. Soeharso Surakarta. Sedangkan angka 2007 menunjukkan tahun
pembuatannya.
IDENTIFIKASI MAHASISWA DAN LAIN-LAIN INFORMASI :
Berisi Nama mahasiswa, Nomor induk mahasiswa (N.I.M.), tempat praktik, nama
pembimbing. Diisi dengan jelas dan lengkap !
TANGGAL PEMBUATAN LAPORAN :
Diisi sesuai dengan tanggal saat mahasiswa pertama kali berhadapan dengan
pasien yang bersangkutan.

KONDISI / KASUS / JENIS LAYANAN :


Ada 6 (enam) jenis / kelompok layanan yang ditangani oleh tenaga ahli Ortotik
Prostetik di Rumah Sakit / Institusi layanan Ortotik Prostetok, yaitu :
*
O-AGA
: Layanan Ortosis Anggota Gerak Atas
*
O-AGB
: Layanan Ortosis Anggota Gerak bawah
*
P-AGA
: Layanan Prostesis Anggota Gerak Atas
*
P-AGB
: Layanan Prostesis Anggota Gerak Bawah
*
O-Spinal
: Layanan Ortosis Spinal
*
ABM
: Layanan Alat Bantu Mobilitas
Bila yang dikerjakan saat itu adalah kondisi kelompok Ortosis AGA, maka selain
tulisan O-AGA , sisanya harus dicoret. Dengan demikian kondisi / kasus / jenis
layanan apa yang ditangani oleh mahasiswa saat itu dapat dengan cepat diketahui.
Apabila kondisi yang dikerjakan merupakan kondisi campuran 2 atau lebih layanan,
maka yang bukan merupakan bagian layanan dicoret.
Dalam masa praktik 4 bulan, mahasiswa diwajibkan sudah pernah membuat
laporan kasus dengan blangko Laporan Status Klinik dan atau dengan buku
Kepaniteraan Klinik, untuk masing-masing jenis layanan Ortotik Prostetik tersebut di
atas, minimal 1 (satu) kasus.
I.

KETERANGAN UMUM PASIEN :


Berisi identitas pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis kelamin, Alamat,
Agama, Pekerjaan.
Diisi lengkap dan jelas. Contoh : (1) Nama : harus lengkap, karena banyak
orang mempunyai nama sama. Bila seorang wanita telah menikah, gunakan nama
sendiri dan menghindari menggunakan nama suami. (2) Umur : pada CTEV atau
scoliosis, periode umur sangat penting diketahui. (3) Jenis kelamin : pada pasien
pasca Polio tanpa koreksi dengan Ortosis AGB, dapat mengubah bentuk panggul,
yang akan menyulitkan kehamilan dan persalinan di kemudian hari bila pasien
menikah. (4) Agama : bahan-bahan yang digunakan untuk membuat komponen
Ortosis Prostesis harus bukan merupakan pantangan bagi agama atau kepercayaan
pasien. (5) Pekerjaan : ditanyakan pekerjaan yang sesungguhnya, jangan yang
kabur. Misalnya : penjahit, penjaga toko, tukang batu, mandor bangunan, petani
penggarap tanah, montir radio dan lain-lain. Pekerjaan pasien sangat berpengaruh
pada kenyamanan dan keawetan penggunaan Ortosis maupun Prostesis. Mengisi
kolom pekerjaan dengan wiraswasta, karyawan, buruh tidak bisa
dihubungkan dengan hambatan penggunaan Ortosis Prostesis. (6) Alamat : harus
ditulis lengkap, artinya kalau dikirimi surat bisa sampai ke tangan pasien. Alamat
berhubungan dengan epidemiologi dan geografi tempat tinggal pasien. Alamat
pasien bisa di perkotaan, pedesaan atau mungkin di perkebunan, persawahan,
hutan, pegunungan. Alamat bisa menggambarkan keadaan tempat tinggal pasien,
misalnya banyak hujan, kelembaban udara tinggi, jalan-jalan becek dan tidak rata

II.

DATA MEDIS RUMAH SAKIT / INSTITUSI KESEHATAN :

Diisi dengan cara mengutip data dalam status pasien yang ditulis oleh
dokter / anggota tim rehabilitasi lain yang juga menangani pasien tersebut.
Berguna untuk mengumpulkan data pasien sebanyak-banyaknya sebelum
pemeriksaan & penanganan Ortotik Prostetik dimulai. Dengan demikian dapat
diharapkan bahwa penanganan Ortotik Prostetik akan sinkron dengan terapi
medis atau program rehabilitasi yang diberikan oleh dokter / anggota tim
rehabilitasi yang lain.
A. Diagnosis Medis :
Tulis diagnosis terakhir yang dibuat oleh dokter yang menangani pasien
tersebut, sebelum pasien dirujuk ke Unit Ortotik Prostetik.
B. Catatan Klinis :
Catatlah semua data yang relevan yang dibuat oleh dokter atau
profesi rehabilitasi medik lainnya (fisioterapis, okupasi terapis, psikolog,
perawat dan lain-lain).
Dari segi medis, adanya penyakit penyerta (concomitant diseases) perlu
diketahui, misalnya pasien ternyata pengidap Diabetes Mellitus, Hipertensi,
Asthma bronchiale, Dermatitis kontak terhadap bahan chrom, penyakit
penyerta ini dapat mempengaruhi pemilihan bahan atau jenis Ortotik Prostetik
yang akan dibuat. Juga hasil laboratorium terutama foto Roentgen, misalnya
pada scoliosis.
Dari fisioterapi misalnya data tentang MMT, LGS. Dari Okupasi terapi
misalnya FIM (Functional Independence Measurement). Dari psikolog
misalnya psikotes. Dan lain-lain. Dari Pekerja Sosial Medik tentang keadaan
sosial ekonomi pasien, serta penerimaan / penolakan keluarga / masyarakat
terhadap pasien.
C. Terapi Umum (General Treatment)
Pada zaman sekarang ini, penanganan terhadap pasien sering
bersifat holistik, yang artinya melibatkan berbagai disiplin ilmu atau
keahlaian.
Misalnya pasien Diabetes Mellitus pasca amputasi bawah lutut kiri karena
gangrena diabetika. Apakah pasien mentaati terapi dietetik, menggunakan
obat-obat oral atau suntik insulin secara teratur ? Bila tidak, maka gangrene
akan dapat muncul kembali pada sebelah proximal tempat amputasi. Pasien
mungkin akan menyalahkan prostesis yang ia gunakan yang
mengakibatkan timbulnya gangrene baru tersebut. Pada hal pengendalian
Diabetes Mellitus yang buruklah yang menyebabkannya.
D. Rujukan Dari :
Pasien yang datang ke pusat layanan Ortotik Prostetik dapat atas kehendak
pasien sendiri, namun juga dapat rujukan dari dokter, profesi kesehatan lainnya
atau bahkan orang awam. Rujukan dari dokter atau profesi kesehatan lainnya
dapat berupa permintaan sebagai berikut (1) Mohon pembuatan Milwaukee
Brace kepada Nn. X dengan scoliosis thoracalis tipe C ke kanan. Dari isi

permintaan ini sudah jelas pemohon sudah menentukan jenis Ortotik Prostetik
yang diinginkan. (2) Mohon dibuatkan Cervical collar kepada pasien Tn. Y
dengan Cervical syndrome. Dari isi permintaan ini juga sudah jelas jenis
Ortotik Prostetik yang diminta. (3) Mohon pembuatan Ortotik Prostetik
kepada Tn Z dengan amputasi atas lutut kiri pasca trauma. Permintaan ini
tidak menunjuk Ortotik Prostetik apa yang dimaksud.
Bagaimanapun permintaannya, Ortotis Prostetis selaku tenaga ahli
profesional harus selalu melaksanakan pemeriksaan terlebih dahulu,
kemudian menetapkan masalah & diagnosis Ortotik Prostetik, selanjutnya
menetapkan intervensi Ortotik Prostetik yang sesuai dengan kebutuhan pasien
tersebut. Andaikata dari sudut pandang Ortotik Prostetik permintaan dokter
atau profesi kesehatan lainnya tidak sesuai dengan kebutuhan pasien, maka
Ortotis Prostetis dapat merujuk kembali pasien tersebut ke pengirim disertai
rekomendasi.
III.

SEGI ORTOTIK PROSTETIK :


Harus diisi oleh mahasiswa sendiri setelah melakukan pemeriksaan klinis
secara teliti dan saksama.
A. Assesment:
Prinsip penanganan kepada pasien adalah menegakkan diagnosis terlebih
dahulu, baru diikuiti terapi (intervensi, treatment)..
Guna menegakkan diagnosis perlu melakukan assesment (pemeriksaan),
dari hasil assesment ini diagnosis yang pasti baru dapat ditegakkan. Ciri
ilmiah adalah keteraturan yang direncanakan, sehingga urut-urutan asessment
disusun sebagai berikut :
1. Anamnesis (Auto / Hetero Anamnesis)
Adalah wawancara yang dilakukan kepada pasien sendiri (autoanamnesis) atau kepada keluarga pasien / orang lain yang dianggap
mengetahui riwayat penyakit pasien (hetero-anamnesis). Karena hampir
selalu yang diwawancarai merupakan orang awan yang tidak mengerti
istilah medis, maka ditulis sesuai dengan bahasa mereka sendiri. Sering
kali pasien tidak mampu mengutarakan keluhannya, sehingga mahasiswa
sering harus membimbing dan mengarahkan mereka, namun tidak boleh
memaksakan kehendak, Bila terpaksa menggunakan istilah medis atau
bahasa asing, harus diberi tanda kutip ..
a. Keluhan Utama :
Merupakan keluhan yang mendorong pasien mencari pertolongan
kepada Ortotis Prostetis. Di sini berupa keluhan singkat. Keluhan akan
berbeda bagi pasien yang baru pertama kali akan menggunakan ortosis
prostesis dan pasien yang sebelumnya pernah menggunakan ortosis
prostesis.

b. RPS (Riwayat Penyakit Sekarang) :


Riwayat Penyakit Sekarang berisi :
b.1 Rincian / Jabaran Keluhan Utama:
Ditanyakan sudah berapa lama keluhan dirasakan.Bagaimana
awitan / proses terjadinya ? Bagaimana perkembangannya ?
Aktivitas / kegiatan apa saja yang bisa dilakukan atau yang tidak
bisa dilakukan ?
b.2 Rincian Ortosis Prostesis Lama Yang Pernah Digunakan (bila ada)
Bagi pasien yang pernah menggunakan ortosis prostesis
sebelumnya, ditanyakan ortosis prostesis jenis apa yang
sebelumnya pernah digunakan ! Bagaimana komentar pasien
tentang ortosis prostesis tersebut, enak dipakai atau tidak ? Bila
tidak enak dipakai, rasanya bagaimana ? Sekarang ini masih
dipakai atau tidak ? Terbuat dari bahan apa dan dibuat di mana,
Misalnya di RSO Prof Dr. Soeharso Surakarta, RS Dr Karyadi
Semarang. ? Di sini boleh menyebutkan nama instansi, namun
secara etik tidak dibenarkan menuliskan nama pribadi seseorang.
b.3 Penyakit Penyerta
Penyakit-penyakit penyerta yang diidap oleh pasien saat ini,
misalnya. diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner,
schizophrenia dan lain-lain. Contoh pasien diabetes mellitus
yang telah diamputasi karena gangrena diabetika (diabetic
gangrene), ternyata mengidap juga komplikasi neuropati
diabetika berupa allodynia (kulit pasien terasa nyeri sekalipun
hanya disentuh), maka penggunaan ortosis prostesis akan
mengalami kesulitan.
c. RPD (Riwayat Penyakit Dahulu) :
Ditanyakan penyakit-penyakit serius yang pernah diderita pada masa
lalu, riwayat operasi atau riwayat hospitalisasi. Karena kemungkinan
ada hubungan dengan keluhan atau penyakit sekarang. Misalnya
pasien Cerebral Palsy ketika masih anak-anak pernah terjatuh dari
tempat tidur yang diikuti kejang-kejang.
d. Riwayat Pribadi : misalnya status perkawinan, hobby , alkoholisme,
merokok, kegiatan sosial / olahraga.
e. Riwayat Keluarga : misalnya pada scoliosis, CTEV perlu ditanyakan
apakah di dalam keluarga pasien ada yang berpenyakit serupa..
f. Hambatan Arsitektur :
f.1 Hambatan Arsitektur Eksternal (Lingkungan Fisik) :
Yang dimaksud di sini adalah (1) Lingkungan rumah : di
pedesaan, lantai rumah sering kali masih berupa tanah yang tidak
rata, kalau hujan deras atap yang tidak kokoh sering diikuti bocor;
sebaliknya di perkotaan, tanah yang dirasakan semakin sempit,

memaksa orang kota membuat rumah dengan luas tanah sempit,


untuk mencukupi kebutuhan keluarga, terpaksa menjulang ke atas,
alias membuat rumah susun, untuk naik turun loteng membutuhkan
tangga, bila di kiri kanan tangga tidak dilengkapi pegangan, akan
menyulitkan orang dengan ortosis atau prostesis naik turun
loteng.(2) Lingkungan sekitar rumah : dapat berupa daerah
pertanian, perkebunan, pegunungan dengan jalan tidak rata dan
naik turun, dataran rendah langganan banjir bila musim hujan tiba.
(3) Lingkungan tempat kerja : pasar yang becek, perkantoran
dengan lantai marmer yang licin, banyak trap-trapan..
f.2 Hambatan Arsitektur Internal :
Ditanyakan keadaan / kondisi bagian tubuh yang memerlukan
penanganan Ortotlk Prostetik, yang dapat membuat tidak nyaman
saat / bila nanti memakai Ortosis Prostesis. Misalnya ada tonjolan
tulang, benjolan neuroma, ulkus atau peradangan jaringan pada
stump. Kelemahan otot-otot penggerak stump akibat stroke atau
kekakuan sendi akibat penyakit reumatik yang berhubungan
dengan stump.
g. Hambatan Psikologis / Ekonomi :
Berguna untuk mengetahui motivasi pasien sekaligus komitmen
diri untuk mematuhi anjuran / nasehat dari tim rehabilitasi medik
sesuai dengan program yang akan diberikan kepada pasien yang
bersangkutan. Bila ada hambatan psikologis, konsultasikan
kepada Psikolog. Sedangkan hambatan ekonomi perlu ditanyakan
berkaitan dengan kemampuan bayar pasien sesuai dengan jenis
layanan Ortotik Prostetik yang akan diberikan dan solusi yang bisa
ditempuh apabila kemampuan bayar pasien sangat rendah, bila perlu
konsultasikan kepada PSM (Pekerja Sosial Medik / Medical Social
Worker).
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik :
1). Status Generalis :
Ditujukan kepada bagian tubuh lain yang bukan lokasi pemberian
Ortosis Prostesis. Misalnya (1) Seorang wanita bertubuh kecil
sudah 2 kali ganti Prostesis dalam setahun terakhir ini kerana
merasa Prostesis yang digunakannya terlalu berat, untuk ini perlu
ditanyakan tinggi badan dan berat bedannya sebelum dilakukan
amputasi, kemudian dihitung IMT (Indeks massa Tubuh) atau BMI
(Body Mass Index). Rumus IMT adalah sebagai berikut :

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m2)
Interpretasi IMT :
Underweight
Normal
Overweight
Obesitas

:
:
:
:

< 20
20 25
25 30
> 30

Orang dengan IMT rendah (underweight), dengan bahan Prostesis


yang lazim digunakan mungkin akan terasa berat, sehingga perlu
dipikirkan bahan alternatif.
(2) Pada amputee anggota gerak bawah yang sudah lama
menggunakan satu kruk axillar untuk mobilisasi, mutlak perlu
diperiksa tulang belakangnya yang pada umumnya telah timbul
scoliosis, bila scoliosis berat, maka paru pada sisi konkaf akan
mengalami kompresi / gangguan kembang kempisnya.
(3).Sebelum membuat prostesis anggota gerak bawah, maka
anggota gerak bawah yang normal perlu diperiksa kekuatannya
dengan menyuruh pasien berdiri tegak untuk menopang berat
badan, bila perlu disuruh berjalan dengan cara meloncat, bila
ternyata lemah, maka perlu dikuatkan terlebih dahulu sebelum
Ortosis Prostesis dibuat.
2) Status Lokalis :
Ditujukan kepada lokasi tubuh yang memerlukan layanan Ortotik
Prostetik. Misalnya stump pada amputee, kaki pada CTEV,
punggung pada scoliosis, AGB yang mengalami paralisis pada
pasien pasca poliomyelitis.
a) Inspeksi :
Memeriksa dengan cara melihat. Misalnya pada amputee, dilihat
keadaan stump antara lain : jenis stump (short, medium, long),
bentuk stump (seperti kerucut, ujungnya membulat), warna kulit
(erythema / kemerah-merahan mungkin karena ada alergi,
radang atau infeksi), ada cicatrix (jaringan parut, scar tissue),
lecet-lecet, ukcus (tukak), benjolan, dan lain-lain.
b) Palpasi :
Diperiksa dengan cara meraba atau menekan). Temperatur kulit
pada stump (bila teraba panas kemungkinan ada radang /
infeksi), adanya nyeri tekan, teraba benjolan yang nyeri tekan
(neuroma), keadaan tulang pada ujung stump.
c) Pemeriksaan Fungsi Sensorik

Pemeriksaan rasa raba dengan kapas, rasa nyeri dengan jarum


yang disentuhkan ke kulit pasien, akan didapatkan informasi
tentang fungsi sensorik pasien, yang dapat berupa anestesi
(anaesthesia, sama sekali tidak dapat merasakan apa-apa),
hipoestesi (hypoaesthesia, sendikit dapat merasakan), normal,
hiperestesi (hyperaesthesia, sangat sensitif terhadap rangsangan
rabaan atau nyeri).
d) Pemeriksaan Fungsi Motorik :
Terutama pada amputee merupakan pemeriksaan penting,
karena otot-otot penggerak stump harus mampu menggerakkan
prostesis yang akan digunakannya.kelak. Bila hasilnya dinilai
belum memadai, perlu dirujuk ke Fisioterapi guna menjalani
program strengthening.
(1) Tes Gerak Aktif :
Pasien diminta menggerakkan secara aktif ke arah fleksi
ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi,
sikumduksi. Apakah pasien mampu melakukannya ?
(2) Tes Gerak Pasif :
Bila ada persangkaan gangguan LGS (Lingkup Gerak
Sendi), maka perlu dilakukan tes gerak pasif, untuk
mengetahui endfil dari tes gerak pasif ini.
(3) Tes Gerak Isometrik Melawan Tahanan :
Tes ini untuk mengetahui apakah selama tes timbul rasa
nyeri. Bila timbul rasa nyeri saat tes, harus dicatat ke arah
mana ? Adanya rasa nyeri kemungkinan besar membuat
stump pasien tidak akan mampu menggerakkan prostesis
yang akan dipakainya di kemudian hari..
b. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional :
1) Kemampuan Fungsional Dasar :
Dari posisi tiduran ke bangun, dari duduk ke berdiri, kemudian
berjalan dengan atau tanpa alat bantu. Kemampuan mobilitas
(trnasfer & ambulasi).
2) Kemampuan Fungsional Aktivitas :
Makan & minum, mandi, memakai dan melepas pakaian, ke toilet
dan kebersihan diri, menyisir rambut, mencukur kumis.
Kemampuan berkomunikasi (menulis dan menelepon), Aktivitas
produksi dan rekreasi.
c. Pemeriksaan Spesifik / Khusus :
Dilakukan atas indikasi. Bertujuan untuk memeriksa lebih cermat

guna mendukung, memastikan atau bahkan mungkin


mengesampingkan sesuatu.
1) Manual Muscle Testing (MMT) : menilai kekuatan otot secara
lebih rinci. Untuk dapat menggunakan prostesis ada nilai otot
minimal yang harus dipenuhi.
2) Lingkup Gerak Sendi / Range Of Motion (LGS/ROM) :
diperiksa dengan menggunakan goniometer.
3) Anthropometri (panjang / lingkar anggota tubuh) : antara lain
untuk menilai trofi otot dengan cara mengukur circumferentia
anggota gerak yang abnormal dan dibandingkan dengan
anggota gerak yang sehat.
4) Analisis Jalan : untuk mengetahui adanya gangguan pola
berjalan, bukan hanya menganalisis gait cycle normal, namun
lebih penting untuk menemukan gait yang abnormal, misalnya
scissor gait pada CP (Cerebral Palsy), hemiplegic gait,
weddling gait, dan lain-lain.
5) Tes Nyeri (phantom pain) dengan VAS atau VDS : dilakukan
pada tempat yang akan diberi layanan Ortotik Prostetik.
6) Tes Spastisitas dengan Skala Aswort : mula-mula harus
diperiksa apakah ada spastisitas ? Caranya dengan menemukan
adanya hipertoni otot-otot yang diperiksa dengan cara palpasi,
menggerak-gerakkan secara pasif anggota gerak ke arah fleksiekstensi, adanya clonus lutut atau clonus pergelangan kaki.
Bila ada spastisitas, selanjutnya baru diperiksa derajad
beratnya dengan Skala Aswort
d. Pemeriksaan Fungsi Kognitif, Intra Personal; & Inter Personal :
Mengingat begitu ragamnya batasan fungsi kognitif serta luasnya
cakupan fungsi kognitif, maka pemeriksaan yang dilakukan
ditekankan pada hal-hal yang mempunyai keterkaitan dengan
program layanan Ortotik Prostetik. Diantaranya adalah pemeriksaan
memori. Intrapersonal misalnya suasana hati. Interpersonal misalnya
hubungan antar manusia. Bila perlu konsultasikan ke Okupasi terapis.
e. Pemeriksaan Terhadap Ortosis Prostesis Lama :
Mutlak perlu diperiksa bila pasien merupakan pengguna lama.
Pemeriksaan ini berhubungan dengan keluhan pasien, misalnya
tidak enak digunakan, adanya kerusakan pada bagian tetentu
dari
Ortosis Prostesis. Karakteristik pasien berbeda-beda dalam hal
berat
badan, postur tubuh, gaya berjalan, bentuk kaki (pes cavus, pes
valgus, flat foot), bentuk lutut (genu valgum, genu varum, genu
recurvatum) dan lain-lainnya. Oleh karena itu kerusakan pada Ortosis
Prostesis dapat berbeda-beda tempatnya antar pasien. Misalnya sol

sepatu / sandal yang telah lama dipakai, menipisnya sol akan


berbeda-beda tempat, ada yang di bagian medial, ada yang di lateral,
ada pula yang di posterior.
1) Sebelum dipakai : dilihat dan bila perlu diraba bagian-bagian
mana yang terkelupas, terlepas sambungannya, menipis, retak,
robek, putus, kendur, kocak dan lain-lain.
2) Ketika Digunakan : dapat diketahui perubahan static dan
dynamic alignment.
B.. Menetapkan Kebutuhan Layanan Ortotik Prostetik (Problematika /
Diagnosis Ortotik Prostetik) :
Setelah mahasiswa mempelajari data sekunder dari Data Medis Rumah Sakit /
Institusi kesehatan dan mempelajari data primer yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan sendiri secara cermat, maka mahasiswa akan dapat membuat
kesimpulan /diagnosis yang berupa tujuan pemberian Ortosis Prostesis, serta
permasalahan / problematika di bidang Ortotik Prostetik dari pasien tersebut,
yang kemudian dijadikan landasan untuk melakukan intervensi yang tepat..
1,

Tujuan Layanan Ortotik Prostetik :


Antara lain restoration of function, prevention of disability, correction of
deformity dan estetika.

2. Problematika Ortotik Prostetik :


a. Problematika pasien :
Contoh : kondisi post amputasi bawah lutut kiri akibat gangrena
diabetika (diabetic gangrene), dapat berupa :
1) Hilangnya fungsi berjalan pada posisi tubuh tegak akibat hilangnya
tungkai bawah pasca amputasi.
2) Potensial terjadi gangguan atau deformitas sekunder akibat dari
hilangnya tungkai bawah pasca amputasi.
3) Terganggunya estetika akibat hilangnya tungkai bawah kiri pasca
amputasi.
Pasca amputasi anggota gerak bawah akibat apapun akan membuat
pasien mengalami gangguan ambulasi, karena dengan cara
meloncat-loncat tidak akan efektif dan melelahkan, sehingga
mereka memerlukan alat bantu agar dapat berjalan dengan efektif,
misalnya axillar crutch, Canadian crutch, walker, prostesis. Namun
di antara alat-alat bantu tersebut hanya prostesislah satu-satunya
yang mempunyai keunggulan dapat berjalan dengan aman, efektif,
sambil memfungsikan kedua tangannya untuk kegiatan lainnya,
misalnya membawa piring, buku dan lain-lain.
b. Problematika rancang bangun :
1) Problem tentang jenis Ortosis Prostesis yang paling cocok untuk

pasien yang bersangkutan. Contoh : dari hasil pemeriksaan


disimpulkan pasien lebih tepat menggunakan PTS, bukan PTB. Atau
pada kondisi scoliosis, pasien ternyata lebih tepat menggunakan
Milwaukee brace daripada Spinal corset.
2) Problem tentang beratnya Ortosis Prostesis yang akan atau pernah
dipakai, problem tentang alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Pada
pasien underweight atau pernah menggunakan Ortosis Prostesis
namun merasa berat, nantinya harus dicari alternatif bahan pembuat
komponen yang relatif ringan. Atau pasien yang menderita alergi,
misalnya dermatitis kontak terhadap bahan tertentu, harus dihindari
bahan tersebut dan diganti dengan bahan yang hypoallergenic (jarang
menimbulkan alergi), walaupun mungkin lebih mahal.
C. Perencanaan Program Ortotik Prostetik :
Menetapkan Kebutuhan Bahan & Alat Untuk Proses Ortotik Prostetik :
1. Jenis & Jumlah bahan yang harus disiapkan untuk casting, fabrikasi &
finishing:
Tuliskan jenis, jumlah dan kwalitas bahan yang diperlukan.
2. Peralatan yang harus disiapkan untuk casting & fabrikasi :
Tuliskan jenis dan jumlah peralatan yang diperlukan.
3. Peralatan yang harus disiapkan untuk finishing
Tuliskan semua alat yang diperlukan untuk proses finishing.
D. Pelaksanaan Program Ortotik Prostetik :
1. Pengukuran / Pengegipan (Casting) :
a. Pengukuran terhadap karakteristik bagian tubuh pasien
Diisi dengan pengukuran-pengukuran yang diperlukan pada bagian
tubuh pasien
b, Lama waktu modifikasi terhadap gip positif
2. Pembuatan Ortosis Prostesis (Fabrikasi) :
. Menetapkan langkah dan lama waktu pembuatan komponen dari Ortosis /
Prostesis atau bentuk jadi dalam satuan jam/hari/minggu/bulan :
a. Komponen :
Catatlah proses dan lama waktu pembuatan masing-masing komponen.
b. Bentuk Jadi :
Catatlah proses dan lama waktu ketika merangkai komponen menjadi
bentuk jadi
3. Pengepasan dan Latihan Penggunaan Ortosis atau Prostesis (Fitting &
Training) :

a Menetapkan waktu pengepasan : pasien dimohon datang ke Unit Ortotik


Prostetik pada hari & tanggal : ..
b. Pengepasan
1) Pengepasan untuk pertama kali : dilakukan saat pasien dalam keadaan
duduk, berdiri.
2) Evaluasi hasil pengepasan : bila ada hal-hal yang perlu dikoreksi
dicatat.
3) Pengepasan ulang : tentukan lagi hari & tanggal pengepasan kembali.
c. Latihan penggunaan : mula-mula belajar memasang dan melepas. Bila
Ortosis atau Prostesis untuk AGB, belajar berdiri & berjalan pertama kali
di paralel bar dengan menghadap cermin, selanjutnya di luar paralel bar
dengan dibantu, terakhir berjalan sendiri dengan atau alat bantu lain,
misalnya stick..
4. Penyelesaian (Finishing) :
Diisi dengan proses finishing dan hal-hal yang dapat memperindah estetika
Ortosis & Prostesis.
5.. Evaluasi akhir dan Edukasi
Diisi dengan pemeriksaan dan penilaian terakhir sebelum Ortosis atau
Prostesis diserahkan kepada pasien. Saat penyerahan, pasien diberi edukasi
tidak hanya agar Ortosis atau Prostesis tersebut awet, namun juga kesehatan
bagian tubuh yang menggunakan Ortosis atau Prostesis dan tubuh pada
umumnya tetap sehat. Edukasi antara lain :
a. Cara penyimpanan yang benar bila tidak sedang digunakan.
b. Cara membersihkan dan merawat yang benar.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat sedang menggunakannya.
d. Keuntungan & kerugian bila tidak menggunakannya.
D. Prognosis :
Adalah ramalan ilmiah mengenai berbagai aspek penyakit. Kategori
penilaiannya dapat dinyatakan dengan : baik, dubia ad bonam (ragu-ragu
ke arah baik), dubia ad malam (ragu-ragu ke arah jelek) dan jelak.
1. Quo ad sanam : meramal mengenai sembuhnya suatu kondisi setelah
menggunakan ortosis yang berfungsi korektif, misalnya ortosis untuk
scliosis atau CTEV.
2. Quo ad fungsionam : meramal mengenai perbaikan atau peningkatan
fungsi setalah menggunakan Ortosis atau Prostesis.
3. Quo ad cosmeticum : meramal tentang segi kosmetik. Dengan perbaikan
kosmetik, apakah rasa percaya diri pasien meningkat. ?
IV.

CATATAN TAMBAHAN / LAMPIRAN-LAMPIRAN : :


Baris ini disediakan untuk mahasiswa, guna menuliskan apa saja yang
belum tercantum dalam baris-baris terdahulu. Atau bila baris terdahulu tidak
cukup tempatnya.

Apabila pada baris dengan judul Pemeriksaan spesifik khusus ditulis


terlampir, maka dalam baris Catatan tambahan / lampiran-lampiran ini dapat
diisikan secara lengkap baik proses pemeriksaan maupun hasil-hasilnya.
V.

CATATAN / RESPONSI PEMBIMBING :


Diisi oleh pembimbing praktik klinik. Dapat berupa pengarahan dan atau
penilaian terhadap sistematika, kelengkapan dan kebenaran data yang tertulis di
Laporan Status Klinik yang dibuat oleh mahasiswa praktikan.
__Nama kota_ ,_____Tanggal______
Pembimbing
Ttd
(____Nama pembimbing_____)
NIP / NRP :

Das könnte Ihnen auch gefallen