Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. D
Umur
: 14 tahun
Jenis kelamin
Alamat
: laki-laki
: Jl. mawar
Status Pernikahan
Status Pendidikan
: belum menikah
: SMP
Suku
: Jawa
Agama
: islam
No. CM
:-
Tanggal Masuk
: 09 Januari 2016
SUBJEKTIF
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ayah pasien pada hari sabtu
tanggal 16 Januari 2016 di Ruang PICU.
Keluhan Utama
OBJEKTIF
Status Generalis
Keadaan Umum: Tampak Sakit berat
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah
: 101/68 mmHg
Nadi
: 86 kali/menit
Pernapasan
: 19 kali/menit
Suhu
: 36.7oC
Berat Badan
: 30 kg
Tinggi Badan
: 135 cm
Status gizi
Kepala
Leher
: gizi kurang
: Normosefalus, wajah simetris
: Tidak adanya pembesaran kelenjar/nodul, trakea di tengah.
Thorax
: Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada nyeri pada palpasi, sela iga dalam batas
normal
Jantung : BJ I-II, murni, reguler, murmur (-), gallop (-), batas batas jantung normal
Paru
: Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, perkusi sonor
Abdomen
: Datar, nyeri tekan (-), bising usus (+), liver dan limpa tidak teraba
Ekstremitas
Status Neurologis
Glasgow Coma Scale
E: 4M: 6
: negatif/negatif
V: 5
(15)
Nervus I (olfactorius)
KANAN
KIRI
Penghidu
Normosmia
Normosmia
KANAN
KIRI
Visus
20/60
20/60
Pengenalan Warna
Baik
Baik
Lapang Pandang
Baik
Baik
Ukuran pupil
3 mm
3 mm
Bentuk pupil
Bulat
Bulat
Kesamaan pupil
Isokor
Miosis
Miosis
Miosis
Miosis
KANAN
KIRI
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Gerak mata
Sela mata
1-1,2 cm
1-1,2 cm
Strabismus
Tidak ada
Tidak ada
Diplopia
Tidak ada
Tidak ada
Nistagmus
Tidak ada
Tidak ada
Eksoftalmus
Tidak ada
Tidak ada
KANAN
KIRI
I : Baik
I : baik
II : Baik
II : baik
III : Baik
II : baik
Menggigit
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Membuka mulut
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Mengunyah
Tidak diniali
Refleks kornea
Refleks bersin
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Jaw-jerk test
Mengerutkan dahi
KANAN
KIRI
Simetris
Simetris
Kuat
Kuat
Memperlihatkan gigi
Sulit dinilai
Lekukan nasolabialis
Normal
Normal
Mencembungkan pipi
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Menutup mata
Nervus VIII
KANAN
KIRI
Test Rinne
Test Weber
Test Schwabach
KANAN
KIRI
Memalingkan kepala
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Mengangkat bahu
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sistem motorik
Anggota Gerak Atas
KANAN
KIRI
Tremor
Tidak ada
Tidak ada
Fasikulasi
Tidak ada
Tidak ada
Pseudohipertrofi
Pseudohipertrofi
Gerakan involunter
Tidak ada
Tidak ada
Tonus otot
Hipotonus
Hipotonus
00000
00000
Trof
Kekuatan otot
KANAN
KIRI
Tremor
Tidak ada
Tidak ada
Fasikulasi
Tidak ada
Tidak ada
Pseudohipertrofi
Pseudohipertrofi
Tidak ada
Tidak ada
Trof
Gerakan involunter
sensorik
TANGAN
KAKI
SENSIBILITAS
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Taktil
Baik
baik
Baik
Baik
Nyeri
Baik
Baik
Baik
Baik
Suhu
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Vibrasi
Baik
Baik
Baik
Baik
Diskriminasi 2 titik
2 cm
2 cm
3 cm
3 cm
Refleks fisiologis
REFLEK
KANAN
KIRI
Biceps reflex
Hiporefleks
Hiporefleks
Triceps reflex
Hiporefleks
Hiporefleks
Hiporefleks
Hiporefleks
Hiporefleks
Hiporefleks
Hiporefleks
Hiporefleks
Achilles reflex
Refleks fisiologi
REFLEK
KANAN
KIRI
Hoffman reflex
Tidak ada
Tidak ada
Trommer reflex
Tidak ada
Tidak ada
Babinski reflex
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Gordon reflex
Tidak ada
Tidak ada
Schaeffer reflex
Tidak ada
Tidak ada
Gordon reflex
Tidak ada
Tidak ada
Mendel reflex
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Chaddock reflex
Oppenheim reflex
Rossolimo reflex
klonus
Patella
Archilles
KANAN
KIRI
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Fungsi Cerebellum
Cara berjalan
: tidak dapat dinilai
Tes Romberg
: tidak dapat dinilai
Ataksi
: Tidak dapat dinilai
Rebound fenomen : tidak dapat dinilai
Dismetri
Tes telunjuk-hidung : tidak dapat dinilai
Test tumit-lutut : tidak dapat dinilai
Disdiadokhokinesis
Gerakan abnormal
Gerakan-gerakan abnormal
Tremor : Tidak ada
Athetose : Tidak ada
Mioklonik : Tidak ada
Chorea: Tidak ada
Alat vegetative
Miksi : normal
Defekasi : normal
Refleks anal
: tidak dilakukan
Fungsi Luhur
Orientasi : Tempat : baik
Waktu: baik
Orang : baik
Situasi: baik
Afasia : tidak ada
Ringkasan
2 jam SMRS pasien jatuh di masjid dan tidak sadarkan diri,
pingsan 10 menit. sejak 10 tahun SMRS anak kesulitan untuk
berdiri dan berjalan, ketika akan berdiri anak berjongkok terlebih
dahulu, kedua tangan bertumpu pada kedua lutut secara pelan
satu persatu dan anak sering terjatuh sewaktu berjalan.
Sejak 5 tahun SMRS, kadang anak harus dibantu untuk berdiri
dan berjalan dengan posisi kaki berjinjit. Buang air kecil dan
buang air besar tidak ada keluhan. Pasien juga mengeluh cepat
lelah dan sesak jika berjalan dan bermain.
Sejak 2 tahun SMRS, pasien semakin sulit untuk gerak dan di
rasakan kekuatan tangan kanan lebih menurun dibandingkan
tangan kiri. Pasien perlu dibantu bila akan ke kamar mandi.
Sejak 1 tahun SMRS. kedua bahu dan lengan atas mulai lemah. Sejak
delapan bulan yang lalu kedua siku mulai terasa lemah untuk digerakkan.
Kedua tangan saat itu masih mampu memegang gelas dan jika bangun
harus dibantu. Sebelumnya pasien tidak mengalami demam, kecelakaan
dan minum obat-obatan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 101/68 mmHg,
frekuensi nadi 86 kali/menit, pernapasan 19 kali/menit, dan suhu tubuh
pasien 36.7oC. Pada pemeriksaan kepala, leher tidak didapatkan kelainan.
Pada pemeriksaan thorax, jantung, paru, dan abdomen tidak didapatkan
kelainan.
nilai rujukan
Kreatinin kinase
2478 U/L
<190
Darah Rutin
Hasil
Hemoglobin
nilai rujukan
11.4 g/dL
12.5 16.1
Leukosit
10.13
4.00 10.50
Hematokrit
35.7 %
36.0 47.0
Trombosit
200
163 337
Hasil
nilai rujukan
7.449
7.350 - 7.450
P CO2
31.5 mmHg
P O2
160.6mmHg
HCO3
22.1 mEq/L
32.0 - 45.0
95.0 - 100.0
21.0 28.8
Base excess
- 2.2 mmol/L
O2 saturation
93.0 %
-2.5 - + 2.5
94.00 - 100
Elektrolit
Hasil
Natrium (Na)
nilai rujukan
137mEq/L
135 147
Kalium (K)
2.67 mEq/L
3.5 5.0
Klorida (Cl)
92 mEq/L
96 108
ASSESMENT
Diagnosis 1:
Diagnosis Klinis : tetraparesis
Diagnonsis Topis : lengan pendek (Xp) kromosom X tepatnya pada Xp21
Diagnosis etiologis : duchenne muscular progresif
Miastenia gravis
Guillain barre sindrom
Poliomyelitis
Lesi medulla spinalis
Diagnosis patologis : mutasi pada gen dystropin pada kromosom X
Diagnosis 2:
Diagnosis 3:
Diagnosis 4:
Diagnostik
Darah lengkap (telah dilakukan)
EKG
Pemeriksaan kreatinin kinase (telah dilakukan)
CT-Scan Kepala
Foto lumbal
Foto thoraks
EMG
Biopsi otot
MRI medula spinalis
Pungsi Lumbal
Terapi
Metilprednisolon 2x62,5 mg IV
Mecobalamin 3 x 250 mg IV
Monitoring
Keadaan umum dan kesadaran
Tanda-tanda vital
Edukasi
Menjelaskan kepada keluarga bahwa tidak ada penatalaksanaan khusus, pengobatan hanya
bersifat simtomatik dan suportif untuk mencegah dformitas yang lebih berat.
Menjelaskan kepa keluarga mengenai progresivitas penyakit serta perkiraan mengenai umur
harapan hidup pasien yang seringkali hanya sampai pada dekade kedua.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad malam
TETRAPARESE
Definisi
Parese adalah kelemahan/kelumpuhan parsial
yang ringan/tidak lengkap atau suatu kondisi
yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan
atau gerakan terganggu. Kelemahan adalah
hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau
lebih kelompok otot yang dapat menyebabkan
gangguan mobilitas bagian yang terkena
Cont
Parese pada anggota gerak dibagi mejadi 4 macam, yaitu:
Monoparese adalah kelemahan pada satu ekstremitas atas atau
ekstremitas bawah.
Paraparese adalah kelemahan pada kedua ekstremitas bawah.
Hemiparese adalah kelemahan pada satu sisi tubuh yaitu satu
ekstremitas atas dan satu ekstremitas bawah pada sisi yang
sama.
Tetraparese adalah kelemahan pada keempat ekstremitas.
Cont
Tetraparese/Quadriparese adalah kelumpuhan/kelemahan yang disebabkan oleh
penyakit atau trauma pada manusia yang menyebabkan hilangnya sebagian
fungsi motorik pada keempat anggota gerak.
Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan otak, kerusakan tulang belakang pada
tingkat tertinggi (khususnya pada vertebra cervikalis), kerusakan sistem saraf
perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakit otot.
Cont
Pada tetraparese kadang terjadi kerusakan atau kehilangan kemampuan
dalam mengontrol sistem pencernaan, fungsi seksual, pengosongan saluran
kemih dan rektum, sistem pernafasan atau fungsi otonom.
Dapat terjadi penurunan/kehilangan fungsi sensorik penurunan sensorik
dan nyeri neuropatik
Epidemiologi
(1) tetraparese inkomplet (29,5%),
(2) paraparese komplet (27,3%)
(3) paraparese inkomplet (21,3%)
(4) tetraparese komplet (18,5%).
Etiologi
-
Poliomyelitis
Patofisiologi
Tetraparese dapat disebabkan karena kerusakan Upper Motor Neuron
(UMN) atau kerusakan Lower Motor Neuron (LMN).
Kelumpuhan/kelemahan yang terjadi pada kerusakan Upper Motor Neuron
(UMN) disebabkan karena adanya lesi di medula spinalis.
Hal ini berbeda dengan lesi pada LMN yang berpengaruh pada serabut saraf
yang berjalan dari kornu anterior medula spinalis sampai ke otot.
Cont
Pada columna vertebralis terdapat nervus spinalis, yaitu nervus
servikal, thorakal, lumbal, dan sakral.
Kelumpuhan berpengaruh pada nervus spinalis dari servikal dan
lumbosakral dapat menyebabkan kelemahan/kelumpuhan pada
keempat anggota gerak.
Cont
Ada dua tipe lesi, yaitu lesi komplit dan inkomplit :
- Lesi komplit dapat menyebabkan kehilangan kontrol otot dan
sensorik secara total dari bagian dibawah lesi
- lesi inkomplit mungkin hanya terjadi kelumpuhan otot ringan
(parese) dan atau mungkin kerusakan sensorik
Lesi pada UMN dapat menyebabkan parese spastic sedangkan
lesi pada LMN menyebabkan parese flaccid.
Cont
Lesi di Mid- or upper cervical cord
Tiap lesi di medula spinalis yang merusak daerah jaras kortikospinal lateral
menimbulkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada otot-otot
bagian tubuh yang terletak di bawah tingkat lesi.
Lesi transversal medula spinalis pada tingkat servikal, misalnya C5
mengakibatkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada otot-otot
tubuh yang berada dibawah C5
Lesi yang terletak di medula spinalis tersebut maka akan menyebabkan
kelemahan/kelumpuhan keempat anggota gerak yang disebut tetraparese
spastic.
Cont
Lesi di Low cervical cord
Lesi transversal yang merusak segmen C5 ke bawah itu tidak saja memutuskan jaras
kortikospinal lateral, melainkan ikut memotong segenap lintasan asendens dan
desendens lain. Disamping itu kelompok motoneuron yang berada didalam segmen
C5 kebawah ikut rusak. Ini berarti bahwa pada tingkat lesi kelumpuhan itu bersifat
Lower Motor Neuron (LMN) dan dibawah tingkat lesi bersifat Upper Motor Neuron
(UMN).
Cont
sindrom lesi di kornu anterius, sindrom lesi yang selektif merusak
motoneuron dan jaras kortikospinal, sindrom lesi yang merusak
motoneuron dan funikulus anterolateralis dan sindrom lesi di
substantia grisea sentralis . Lesi ini biasanya disebabkan karena
adanya infeksi, misalnya poliomielitis. Pada umumnya motoneuronmotoneuron yang rusak didaerah intumesensia servikal dan lumbalis
sehingga kelumpuhan LMN adalah anggota gerak.
Cont
Kerusakan pada radiks ventralis (dan dorsalis)
Pada umumnya bermula dibagian distal tungkai kemudian
bergerak ke bagian proksimalnya. Kelumpuhannya meluas ke
bagian tubuh atas, terutama otot-otot kedua lengan.
Salah satu penyakit dengan lesi utama pada neuron saraf
perifer adalah polineuropati.
Klasifikasi
Pembagian tetraparese berdasarkan kerusakan topisnya:
Tetraparese spastik
Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor
neuron (UMN), sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau hipertoni.
Tetraparese flaksid
Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor
neuron (LMN), sehingga menyebabkan penurunan tonus atot atau hipotoni.
Diagnosis Banding
- Mielitis Transversa
Menyebabkan 1-2 segmen medula spinalis rusak sekaligus, infeksi
dapat langsung terjadi melalui emboli septik, luka terbuka ditulang
belakang, penjalaran osteomielitis atau perluasan proses meningitis
piogenik.
Serabut-serabut asenden dan desenden panjang dapat terputus
oleh salah satu lesi yang tersebar luas, sehingga dapat menimbulkan
kelumpuhan parsial dan defisit sensorik yang tidak masif di seluruh
tubuh atau yang dikenal dengan istilah tetraparese.
- Poliomielitis
Poliomielitis adalah peradangan pada daerah medula spinalis yang mengenai
substantia grisea. Jika lesi mengenai medula spinalis setinggi servikal atas
maka dapat menyebabkan kelemahan pada anggota gerak atas dan bawah .
- Polineuropati
Polineuropati adalah kelainan fungsi yang berkesinambungan pada beberapa
saraf perifer di seluruh tubuh. Penyebab karena infeksi bisa menyebabkan
polineuropati, kadang karena racun yang dihasilkan oleh beberapa bakteri
(misalnya pada difteri) atau karena reaksi autoimun, bahan racun bisa melukai
saraf perifer dan menyebabkan polineuropati atau mononeuropati (lebih jarang)
Kekurangan vitamin B bisa mengenai saraf perifer di seluruh tubuh, penyakit
yang bisa menyebabkan polineuropati kronik (menahun) adalah diabetes, gagal
ginjal dan kekurangan gizi (malnutrisi) yang berat.
- Miastenia Gravis
Miastenia grafis adalah penyakit neuromuskular yang menyebabkan otot
skelet menjadi lemah dan lekas lelah. Kelelahan/kelemahan ini
disebabkan karena sirkulasi antibodi yang memblok acetylcholine
receptorspada post sinaptik neuromuscular junction, stimulasi
penghambatan ini berpengaruh pada neurotransmiter asetilkolin.
Manifestasi klinisnya dapat berupa kelemahan pada otot yang
mengatur pergerakan mata, kelemahan otot pada lengan dan tungkai,
perubahan ekspresi wajah, disfagia, dan disartria.
DUCHENNE
MUSCULAR
DYSTROPY
definisi
Distrofi muskular Duchenne adalah suatu penyakit otot herediter yang disebabkan oleh
mutasi genetik pada gen dystropin yang diturunkan secara x-linked resesif
mengakibatkan kemerosotan dan hilangnya kekuatan otot secara progresif.
Etiologi
mutasi pada gen dystropin pada kromosom X berupa delesi,
duplikasi dan mutasi titik (point mutations), sehingga tidak
dihasilkannya protein dystropin atau terjadi defisiensi dan
kelainan struktur dystropin
Epidemiologi
Insiden distrofi muskular Duchenne hampir 1 kasus dari 3300
kelahiran hidup bayi laki-laki. Bentuk paling sering dari penyakit
ini adalah x-linked resesif (ibu carrier), 70% dari kasus pria
dengan kelainan ini mewarisi mutasinya dari ibu yang
membawa satu salinan gen DMD tetapi hampir 30% kasus
terjadi mutasi spontan. Oleh karena itu hampir sepertiga lakilaki dengan distropfi muskular Duchenne tidak memiliki riwayat
keluarga dengan distrofi muskular.
patofisiologi
Gejala
diagnosis
- Pemeriksaan laboratorium Kadar creatine kinase serum berkisar 10-20
kali normal atau lebih (normal: <160 IU/L).
- Elektromiogram (EMG)
- Biopsi Degenerasi melebihi regenerasi dan terjadi penurunan jumlah
serat otot, digantikan dengan lemak dan jaringan konektif (fibrosis).
- Pemeriksaan genetik untuk mengetahui adanya delesi pada kedua titik
penting gen dengan PCR (Polymerase Chain Reaction) multipleks dapat
mengidentifikasi adanya delesi
penatalaksanaan
Metilprednisolon 2x62,5 mg IV
Mecobalamin 3 x 250 mg IV
Fisioterapi
prognosis
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad sanationam
Ad functionam
: dubia ad malam
: dubia ad malam