Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
NEUROMA AKUSTIK
Oleh :
IMRON ROSYADI
201420401011117
Pembimbing :
dr. PURNANING W.P, Sp. THT
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, referat Ilmu Telinga, Hidung dan Tenggorok tentang Neuroma
Akustik dapat saya selesaikan. Referat ini disusun sebagai bagian dari proses
belajar selama kepaniteraan klinik di bagian THT dan saya menyadari bahwa referat
ini tidaklah sempurna. Untuk itu saya mohon maaf atas segala kesalahan dalam
pembuatan referat ini.
Saya berterima kasih kepada dokter pembimbing saya, dr. Purnaning Wahyu
Purbarini atas bimbingan dan bantuannya dalam penyusunan referat ini. Saya
sangat menghargai segala kritik dan masukan sehingga referat ini bisa menjadi lebih
baik dan dapat lebih berguna bagi pihak-pihak yang membacanya di kemudian hari.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3
2.1 Definisi ........................................................................................ 3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Telinga..................................................... 3
2.2.1 Anatomi Telinga .................................................................. 3
2.2.2 Fisiologi Pendengaran ......................................................... 8
2.3 Epidemiologi ................................................................................ 8
2.4 Etiologi ......................................................................................... 9
2.5 Patofisiologi ................................................................................. 10
2.6 Gejala klinis .................................................................................. 13
2.7 Diagnosis ...................................................................................... 15
2.8 Diagnosis Banding ........................................................................ 18
2.9 Penatalaksanaan ............................................................................ 19
2.10 Prognosis .................................................................................... 24
BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 27
BAB 1
PEDAHULUAN
Neuroma akustik adalah tumor jinak intrakanial dan ekstraaksial yang
tumbuh dengan lambat, biasanya berasal dari bagian saraf keseimbangan
(vestibular) dari nervus kedelapan (Kondziolka et al., 2012). Neuroma akustik
adalah tumor jinak dari nervus kranialis kedelapan yang ditemukan di
cerebellopontine angle dan di kanalis auditoris interna (Shin, 2000).
Prevalensi penderita neuroma akustik adalah 1:100.000 (Shin, 2000). Akan
tetapi, angka kejadian neuroma akustik semakin bertambah, kemungkinan oleh
karena tumor yang tidak sengaja ditemukan dari penggunaan magnetic resonance
imaging (MRI) dan computed tomography (CT). Analisa retrospective dari 46.000
MRI menemukan setidaknya 8 tumor neuroma akustik (0,02%). Umur rata-rata dari
penderta neuroma akustik adalah 50 tahun (Faraji, 2011). Menurut Tew &
McMahon, neuroma akustik lebih banyak menyerang wanita daripada pria, dan
pasien biasanya terdiganosis pada umur 30-60 tahun. Neuroma akustik pada
umumnya diderita oleh orang dewasa, di Denmark terjadi peningkatan angka
kejadian dari 7,8 menjadi 12,4 kasus per satu juta kasus tumor otak pada tahun 1976
sampai 1995 (Hughes, 2011).
Penyebab dari neuroma akustik tidak diketahui, tidak ada faktor lingkungan
(penggunaan telepon genggam atau diet) yang terbukti secara ilmiah dapat
menyebabkan tumor ini. Neuroma akustik dapat terjadi secara sporadis sebagai
penyakit yang diturunkan yang disebut neurofibromatosis tipe 2 (NF2) (Tew &
McMahon, 2013)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Neuroma akustik adalah tumor jinak dari nervus kranial kedelapan
yang ditemukan di kanalis auditoris interna dan di cerebellopontine angle
(CPA) (Shin, 2000).
Neuroma akustik adalah tumor jinak intrakanial dan ekstraaksial
yang tumbuh dengan lambat, biasanya berasal dari bagian saraf keseimbangan
(vestibular) dari nervus kedelapan (Kondziolka et al., 2012).
Neuroma akustik adalah tumor non-ganas jaringan fibrosa yang
berasal dari saraf keseimbangan (vestibular) atau pendengaran (koklea) yang
tidak menyebar (metastasis) ke bagian lain dari tubuh (Antonelli & OMalley,
2011).
2.2. Anatomi dan Fisiologi Telinga
2.2.1. Anatomi Telinga
Telinga Luar
Bagian pertama yang tampak pada telinga luar adalah daun
telinga atau aurikula. Aurikula adalah tulang rawan elastis yang ditutupi
oleh kulit kecuali pada bagian lobulus yang merupakan jaringan lemak
areolar murni. Bagian kedua pada telinga luar adalah meatus akustikus
eksterna (MAE). MAE pada orang dewasa memiliki panjang 2,5 cm,
sepertiga luar dari MAE terdiri dari tulang rawan sedangkan duapertiga
dalam terdiri dari tulang, hanya bagian sepertiga luar yang memiliki
kelenjar dan folikel rambut. Bagian ketiga dari telinga luar adalah
Gambar 2.1 Irisan koronal vertikal bagian telinga kanan. (Brdel.) 1, meatus akustikus eksterus,
bagian tulang rawan; 2, fossa media; 3, attic; 4, maleus; 5, inkus; 6, kanalis semisirkularis
lateralis; 7, posisi kanalis semisirkularis posterior; 8, kanalis semisirkularis superior; 9,
vestibulum; 10, nervus fasialis; 11, nervus vestibular; 12, nervus koklea; 13, koklea; 14, tuba
eustachius; 15, stapes; 16, arteri karotis internal; 17, meatus akustikus eksterna bagian tulang; 18,
tulang rawan. (Flood, 2016)
Telinga Tengah
Telinga telinga adalah ruang yang berbentuk bikonkav tidak
teratur yang berkembang sejak lahir sampai dewasa. Isi dari telinga
telinga tengah adalah udara, osikula, tendon stapedius dan tensor timpani.
Telinga tengah berhubungan dengan nasofaring melalui tuba eustachius
dengan pembukaan auditus. Telinga tengah atau juga bisa disebut sebagai
Osikula terdiri dari tulang kecil yaitu malleus, inkus dan stapes.
Ketiga tulang ini terhubung satu sama lain oleh sendi sinovial. Tuba
eustachius berukuran kira-kira 17 mm saat lahir dan 36 mm saat dewasa.
Dalam keadaan isitirahat, hubungan antara tuba dan nasofaring
menutup, dan membuka saat menguap dan menelan (Tuli et al., 2013).
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari vestibulum, kanalis semisirkularis,
dan koklea. Vestibulum berbentuk oval berukuran 5 mm x 3 mm
membentuk bagian tengah labirin tulang. Di dalam vestibulum terdapat
sakula, duktus koklearis, dan utrikula. Bagian bawah dari vestibulum
memiliki 5 lubang yang berhubungan dengan kanalis semisirkularis.
Pada dinding bagian lateral, terdapat oval window, dan dinding bagian
tengah berhubungan dengan meatus akustikus internus (Tuli et al., 2013).
Gambar 2. 3 (A) Left bony labyrinth. (B) Left membranous labyrinth. (C) Cut section of bony
labyrinth (Dhingra et al et al., 2014)
Gambar 2.4 Skala media dengan organ cortii. 1, tulang spiral lamina; 2, ganglion spiral; 3, spiral
limbus; 4, bibir vestibular dari limbus spiral; 5, sulkus bagian dalam; 6, membran tectorial; 7,
membran Reissners; 8, stria vaskularis; 9, ruang Nuel; 10, sel-sel Hensen; 11, sulkus bagian luar;
12, sel-sel Claudius; 13, ligamen spiral; 14, membran basilar; 15, sel-sel rambut luar; 16, pilar luar
terowongan Corti; 17, serabut saraf; 18, terowongan Corti; 19, sel-sel rambut bagian dalam; 20, lip
timpani dari limbus spiral (Flood, 2015)
mensarafi
makula,
utrikula
dan
ampula
kanalis
Gambar 2.5 Nervus vestibulokoklearis didalam meatus akustikus internus (Dhingra et al., 2014)
melewati
meatus
akustikus
eksterna
(MAE)
dan
perubahan
tekanan
dalam
cairan
labirin,
yang
sel somatis. Orang dengan NF-2 biasanya mengalami neuroma akustik pada
kedua sisi (bilateral). Akan tetapi, seseorang dengan neuroma akustik unilateral
tanpa sebab yang jelas mengalami gangguan pada fungsi kromosom 22 dan
hanya ada pada sel schwann nervus kedelapan saja (Lunsford et al., 2006;
Faraji, 2011).
Beberapa faktor resiko disebutkan dalam beberapa jurnal tentang
neuroma akustik seperti terpajan suara bising dari tempat kerja ataupun dari
suara musik yang keras, dan riwayat terpajan radiasi dosis rendah saat anakanak (Faraji, 2011).
2.5. Patofisiologi
Mayoritas neuroma akustik berkembang dari sel schwann yang
menyelubungi sel nervus vestibulokoklearis (VIII) cabang vestibular. Sangat
jarang tumor ini (kurang dari 5%) muncul dari sel nervus vestibulkoklearis
(VIII) cabang koklea. Karena neuroma akustik berasal dari sel schwann, tumor
pada umumnya akan semakin membesar dan menekan saraf vestibular. Secara
lambat dan bertahap saraf vestibular akan mengalami destruksi, sehingga
terjadi penurunan fungsi. (Lunsford et al., 2006). Karena perkembangan tumor
yang lambat maka kemungkinan terjadi kompensasi sentral, sehingga sebagian
besar pasien tidak merasa mengalami gangguan keseimbangan (Skillbeck &
Saeed, 2016)
Gambar 2.6 Neuroma akustik dalam kanalis auditoris interna (Faraji, 2011)
Gambar 2.8 Neuroma akustik keluar ke CPA tetapi belum menekan otak & batang otak (Faraji,
2011)
telah mencapai ukuran yang sangat besar. Di sisi lain, nervus vestibularis dan
koklearis (VIII) sangat sensitif terhadap tekanan. Sehingga meskipun tumor
masih berukuran kecil dan terbatas pada kanalis auditoris interna, gejala awal
berupa gangguan pendengaran dan keseimbangan dapat terjadi (Lunsford et al.,
2006).
Gambar 2.9 Neuroma akustik keluar ke CPA sudah menekan otak & batang otak (Faraji, 2011)
Saat ukuran tumor mendekati 1,5 cm maka batang otak akan mulai
terganggu, semakin lama batang otak akan tertekan dan terdorong kearah
kontralateral dari tumor. Nervus fasialis (VII) akan terganggu jika ukuran
tumor sudah mencapai 2 cm, maka akan terjadi manifestasi hipoestesi pada
wajah (penurunan sensitifitas). Ukuran tumor lebih dari 4 cm akan
menyebabkan penekanan pada akuaduktus otak dan ventrikel ke empat
sehingga meyebabkan hidrosefalus (Lunsford et al., 2006)
2.6. Gejala Klinis
dan
ukuran
hipoaestesia
Sign),
pada
hilangnya
meatus
indra
dinding
perasa
posterior
(diuji
oleh
Gambar 2.10 Neuroma akustik dan ekspansinya. (A) Intrakanalikular. (B) Tumor meluas ke
cerebellopontine angle. (C) Tumor menekan nervus V. (D) Tumor yang sangat besar menekan
bervus V, IX, X, XI, batang otak dan otak kecil (Dhingra et al., 2014).
Tes audiometri adalah tes screening awal yang paling bagus untuk
mendiagnosis neuroma akustik, oleh karena hanya 5% pasien yang akan
mendapatkan hasil yang normal. Hasil tes biasanya menunjukkan gangguan
pendengaran sensorineural asimetris, biasanya lebih menonjol di frekuensi
yang lebih tinggi. Gangguan pendengaran tidak selalu berkorelasi dengan
ukuran tumor (Faraji, 2011). Recruitment test positif, SISI (short increment
sensitivity index) score rendah (020% score), dan tone decay positif. (Tuli
et al,. 2013) Pemeriksaan speech audiometry menunjukkan adanya kelainan
pada speech discrimination, hal ini akan bertambah jika suara ditingkatkan
melampaui batas tertentu (Roll-over phenomenon) (Dhingra et al., 2014).
Evoked Response Audiometry (BERA) sangat berguna dalam
mendiagnosis lesi retrocochlear. Tumor pada nervus
VIII, akan
Gambar 2.12 Contrast enhanced axial T1-weighted MRI scan of acoustic neuroma (Tuli et al.,
2013)
2.9. Penatalaksanaan
Pengobatan pada neuroma akustik rinitis sangat bervariasi, tujuan
terapi pada neuroma aksutik adalah memperpanjang harapan hidup dan
menjaga fungsi organ tubuh. Secara garis besar dibagi dalam:
1. Observasi (Wait and Scan)
Beberapa studi menunjukkan bahwa 50% dari neuroma akustik
berhenti tumbuh pada saat diagnosis. Oleh karena itu, pada pasien tertentu
observasi pertumbuhan tumor dengan scan (MRI) berulang dapat menjadi
pilihan, terutama jika tumor tersebut tidak menekan otak, dan jika belum
ditetapkan bahwa tumor tersebut dapat tumbuh bertambah besar. Pasien
dievaluasi secara periodik untuk mengetahui perkembangan gejala, dan
diikuti dengan MRI untuk memantau tanda-tanda pertumbuhan (Antonelli
& OMalley, 2011; Kondziolka et al., 2012)
3. Radiotherapy
Tumor berukuran sedang (1-3 cm) atau tumor yang timbul berulang
dapat diobati dengan radiasi jenis khusus seperti radiosurgery stereotactic
dan gamma knife surgery. Pengobatan menggunakan radiasi ini melibatkan
penggunaan bimbingan komputer untuk memberikan dosis kecil radiasi
yang difokuskan pada tumor di dalam otak. Perawatan ini tidak menghapus
atau sepenuhnya menghilangkan tumor akustik, tetapi hal ini melukai
tumor sehingga tidak lagi tumbuh (Antonelli & OMalley, 2011).
4. Microsurgery
Di era microsurgery ini, terdapat tiga pendekatan bedah yang
berbeda untuk neuroma akustik, yaitu retrosigmoid (RS), translabyrinthine
(TL) dan middle cranial fossa (MCF) yang umum digunakan. Tujuan dari
operasi adalah pengangkatan tumor total untuk meminimalkan dampak
neurologis untuk pasien (Antonelli & OMalley, 2011; Skilbeeck & Saeed,
2015).
Gambar 2.13 Tiga pendekatan microsurgery (Faraji, 2011; Tuli et al., 2013)
Tumor akustik yang berukuran kecil (<1 cm) masih terbatas dalam
kanalis auditori interna yang memanjang dari telinga bagian dalam ke
otak. Operasi untuk menghilangkan tumor ini dilakukan di bawah anestesi
umum dan menggunakan mikroskop operasi. Pendekatan bedah bisa
menggunakan sayatan di depan dan di atas telinga (pendekatan middle
cranial
fossa)
atau
di
belakang
telinga
(retrosigmoid,
atau
2.10. Prognosis
Prognosis dari neuroma akustik bervariasi tergantung dari besarnya
tumor. Tingkat kematian hampir 10-15% dan kematian terbanyak ketika tumor
sedang dipotong (Tuli et al., 2013).
BAB 3
KESIMPULAN
Neuroma akustik adalah tumor non-ganas jaringan fibrosa yang berasal dari
saraf keseimbangan (vestibular) atau pendengaran (koklea) yang tidak menyebar
(metastasis) ke bagian lain dari tubuh.
Menurut Iranian Journal of Otorhinolaringology prevalensi penderita
neuroma akustik adalah 1:100.000 orang pertahun. Umur rata-rata dari penderita
adalah 50 tahun (Faraji, 2011). Di Denmark terjadi peningkatan angka kejadian dari
7,8 menjadi 12,4 kasus per satu juta kasus tumor otak pada tahun 1976 sampai 1995.
Etiologi dari neuroma akustik sebagian besar tidak dapat diketahui
(idiopatik). Tidak ada faktor lingkungan (seperti penggunaan telepon genggam atau
diet) yang telah dibuktikan secara ilmiah dapat menyebabkan tumor ini. Tumor ini
bisa timbul secara sporadis atau bisa disebabkan oleh kelainan yang diturunkan
yang disebut neurofibromatosis tipe 2 (NF-2).
sporadis/idiopatik timbul sebanyak 95% dan yang disebabkan oleh NF-2 sebanyak
5%.
Pada neuroma akustik gejala dicetuskan karena penekanan sekitar oleh
ukuran tumor yang semakin membesar. Gejala awal yang timbul adalah gejala
nervus kokleovestibular (VIII), gejala ini timbul ketika tumor masih berada di
kanalis auditoris interna yang menyebabkan penekanan pada nervus koklearis atau
vestibularis dan arteri auditus internus.
Saat ukuran tumor mendekati 1,5 cm maka batang otak akan mulai
terganggu, semakin lama batang otak akan tertekan dan terdorong kearah
kontralateral dari tumor. Nervus fasialis (VII) akan terganggu jika ukuran tumor
sudah mencapai 2 cm, maka akan terjadi manifestasi hipoestesi pada wajah
(penurunan sensitifitas). Ukuran tumor lebih dari 4 cm akan menyebabkan
penekanan pada akuaduktus otak dan ventrikel ke empat sehingga meyebabkan
hidrocefalus.
Pengobatan pada neuroma akustik sangat bervariasi, tujuan terapi pada
neuroma aksutik adalah memperpanjang harapan hidup dan menjaga fungsi organ
tubuh. Secara garis besar dibagi dalam: 1, Observasi (Wait and Scan), 2,
Medikamentosa, 3, Radiotherapy dan 4, Microsurgery.
DAFTAR PUSTAKA