Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah sebanyak lebih dari 500cc
yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum, selama, atau sesudah kelahiran plasenta.
Menurut waktu kejadiannya, perdarahan postpartum sendiri dapat dibagi atas perdarahan
postpartum primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir, dan perdarahan postpartum
sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran bayi.
Kematian ibu hamil dapat diklasifikasikan menurut penyebab mediknya sebagai obstetric
langsung dan tidak langsung. Menurut laporan WHO (2008) bahwa kematian ibu di
dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%,
aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8% dan penyebab lain 7%.
(Depkes RI, 2008)
Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan. Lebih dari
separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,
sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Walaupun seorang perempuan
dapat bertahan hidup setelah mengalami perdarahan setelah persalinan, namun ia akan
menderita anemia berat.
Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan
pada Negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi masalah utama
dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, sisanya
dikarenakan retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah.(Ambar Dwi, 2010)
Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan. Setiap
tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami perdarahan sampai meninggal.
Perdarahan pasca persalinan terutama perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan
yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan postpartum primer yaitu
perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran.(Darmin Dina,
2013).
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian ibu
melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Anemia dan
kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian ibu. Menurut data WHO, di
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM
berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen.
(Depkes RI, 2010)
Menurut WHO, Negara yang berkembang memiliki angka kematian ibu 25% kematian
ibu itu disebabkan oleh Perdarahan Post Partum. Terhitung lebih dari 100.000 kematian
maternal
pertahun.
Menurut
bulletin American
Collage
of
Obstetrician
and
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFENISI
Hemoragi postpartum biasanya didefenisikan sebagai kehilangan darah lebihdari
500ml selama dan atau setelah kelahiran. Ini adalah salah satu penyebab mortalitas ibu.
Hemoragi dapat terjadi awal, dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat,
sampai 28 hari postpartum (akhir dari puerperium).
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah bersalin didefenisikan
sebagai perdarahan pascapersalinan (Hemoragia Postpartum). (Abdul Bari Saiffudin,
2002)
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal. Kondisi
dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang
terjadi maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang terjadi, maka
batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan lebih dari normal yang telah
menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung,
berkeringat dingin, mengigil, hiperpnea, tekanan darah sistolok <90 mmHg, denyut nadi >
100x/menit, kadar Hb < 8 g/dL. (Taufan Nugroho, 2010)
B. KLASIFIKASI(Taufan Nugroho, 2010)
1. Perdarahan post partum dini/ perdarahan post partum Primer (early postpartum
hemorrhage) : Perdarahan post partum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24
jam pertama setelah kala III
2. Perdarahan pada masa nifas / perdarahan post partum sekunder (late postpartum
hemorrhage) : perdarahan pada masa nifas adalah perdarahan yang terjadi pada masa
nifas (puerperium) tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III.
C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya perdarahan post partum antara lain :
1. Atonia uteri
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM
persalinan
yang
semakin
manipulatif
dan
traumatik
akan
memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan
pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat
episiotomi, robekan spontan perineum, truama forseps atau vakum ekstraksi, atau
karena versi ekstraksi.
3. Retensio plasenta
Retensio placenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 30 menit
setelah bayi lahir.
4. Sisa plasenta
Tertinggalnya sisa-sisa plasenta atau sebagian selaput mengandung pembuluh
darah.
5. Inversio uteri
Suatu keadaan dimana fundus uteri mausk ke dalam kavum uteri, dapat secara
mendadak atau terjadi perlahan, selain dari pada itu pertolongan pesalinan yang
makin banyak dilakukan tenaga terlatih maka kejadian inversio uteripun makin
berkurang.
6. Gangguan pembekuan darah
Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak
yang dapat pecah dengan mudah.
Faktor resiko terjadinya pendarahan post partum:
Penggunaaan obat-obatan (anestesiumum, magnesium sulfat)
Partus presipitatus
Solutio plasenta
Persalinan traumatis
Uterus yang terlalu terenggang gemelia, hidramnion)
Adanya cacat parut, tumor, anomali uterus
Partus lama
Grandemultipara
Plasenta previa
Persalinan dengan pacuan
Riwayat perdarahan pasca persalinan
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala
Uterus tidak berkontraksi dan lembek
Diagnosis
Antonio uteri
akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang
luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar
antenatal.
Perlu dilakukan pemeriksaan faktor kogulasi seperti waktu perdarahan dan waktu
pembekuan.
2. Pemeriksaan Radiologi
Onset pedarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis yang tepat,
resolusi bisa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium atau radiologis
dapat
G. PENATALAKSANAAN
1. Penaganan Umum
Mintahlah bantuan secara mobilisasi seluru tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
penanganan syok.
Pastikan bahwa kondisi uterus baik :
Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang
terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif.
Berikan 10 menit oksitosin LM.
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM
dosis pertama
2. Penanganan Khusus
a. Atonia Uteri
Pada atonia uteri uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.
Teruskan pemijatan uterus
Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
Kenali dan tegakan diagnosis kerja atonia uteri
Antisipasi dini akan ketuban darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan
Jika perdarahan terus berlaangsung :
- Pastikan plasenta lahir lengkap
- Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian
permukaaan materna atau robeknya membran dengan pembuluh
-
koagulopati
Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakan di atas telah
dilakukan, lakukan :
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM
pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah
Usaha
untuk
melepaskan
plasenta
melekat
kuat
dapat
folat
Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina yang berbau),
plasenta
Pada kasus yang lebih jarang, jika perdarahan terus berlanjut, pikirkan
kemungkinan terjadi ligasi arteri uterina dan utera ovarika atau
histerektomi
Lakukan pemeriksaan histologi dan jaringan hasil kuret atau histerektomi,
jika memungkinkan, untuk menyingkirkan penyakit trofoblas ganas.
H. PENCEGAHAN
Bukti dan penelitian menunjukan bahwa penanganan aktif pada persalinan kala III
dapat menurunkan insidensi dan tingkat keparahan perdarahan post partum.
Penanganan aktif merupakan kombinasi dari hal-hal berikut :
Pemberian uterotonik (dianjurkan oksitosin) segera setelah bayi dilahirkan
Penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cepat dan tepat
Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi balik uterus ketika uterus
berkontraksi dengan baik.
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record
dan lain lain
b. Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat diingin, kesulitan bernafas,
pusing, pandangan berkunang-kunang.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre
eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi
plasenta, retensi sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak
(>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit
jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
d. Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya ,
keluhan waktu haid, HPHT
2) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai
hamil
3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
o Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus,
retensi plasenta
o Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat
bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat
badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM
11
o Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup
atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
e. Riwayat Kehamilan sekarang
1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu,
nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan
lain
3) Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,
perawatan serta pengobatannya yang didapat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Keadaan umum lemah, nyeri kepala dan abdomen, gelisah dan cemas, sementara
kesadaran menurun sampai apatis. Tanda-tanda vital terjadi penurunan tekanan darah
(hipoksia), takikardia, peningkatan suhu dan takikardia
b. Kepala
Nyeri kepala, muka pucat, mukosa bibir kering, gangguan penglihatan atau mata
berkunang-kunang, berkeringat dingin.
c. Dada
Takipnea dan takikardi, kesulitan bernafas.
d. Abdomen
Fudus uteri lembek, tidak ada kontraksi uterus
e. Genitalia
Keluar darah dari vagina, lochea dalam jumlah lebih dari 500 cc, dan terdapat robekan
serviks
f. Ekstrimitas
Keluar keringat diingin, lemah, malaise, CRT> 3 detik
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan jumlah darah lengkap ditemukan penuruna Hb (<10 mg%),
penurunan kadar Ht (normal 37%-41%) dan peningkatan jumlah sel darah potuih
(SDP).
b. Pada Urinalisis ditemukan kerusakan kantung kemih
c. Pada Sonografi ditemukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
*Pengkajian 11 fungsional Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan
Menanyakan apakah klien sudah mengetahui tentang perdarahan postpartum dan sudah
pernah mendengar tentang hal itu.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM
12
Perhatikan pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein,
vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola
minum, jumlah.makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup
kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah
buahan.
3) Pola eliminasi
Perhatikan apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak
atau retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola
BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah
secepatnya dilakukan sendiri
4) Pola Aktivitas Latihan
Lihat kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri
dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
5) Pola Istirahat dan tidur
Seberapa lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat,
penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu
dengan suarasuara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
6) Pola Kognitif dan perceptual
Biasanya pada pola ini klien tidak mengalami gangguan, karena klien masih dapat
berkomunikasi.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang
tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila
mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
8) Pola Peran dan hubungan
Peran klien sebagai ibu biasanya akan terganggu .Karen penyakit yang dideritanya. Begitu
juga hubungan nya dengan orang lain disekitarnya.
9) Pola sexsual reproduksi
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus atau
hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan
seks, continuitas hubungan seksual.Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan
intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia
terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
10) Pola koping dan toleransi stress
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM
13
Perubahan peran, respon keluarga, yang bervariasi dapat menjadi pendukung berkurang
rasasakit atau nyeri yang dialami pasien.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Tanyakan pada klien tentang nilai dan kepercayaan yang diyakininya. Ini sering kali
berpengaruh terhadap intervensi yang akan kita erikan nantinya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif (00027)
2. Nyeri akut b/d agens cedera biologis (00132)
3. Resiko infeksi. Faktor risiko pendarahan (00004)
4. Resiko shock. Factor risiko: hipotensi, hipovolemia (00205)
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM
14
C. RENCANA KEPERAWATAN
D.
E.
F.
G. DIAGNOS
No
A
H. NANDA
R. Kekurangan
Q.
1.
I.
J. TUJUAN
K. (NOC)
U.
L.
M. INTERVENSI
N. (NIC)
O.
P. RASIONAL
Setelah
Frekuensi
nafas
dalam
ditemukan
Demam tidak ditemukan
TD dbn
Hematokrit DBN
Z.
AA.
AU.
AV.
Pertahankan catatan intake dan
Hitung haluaran
Pertahankan
akurat
BD.
untuk
menyeimbangkan
BA.
BB.
BC.
hilang
BY.
BZ. intake dan output yang akurat
keseimbangan ciaran
CA.
AX.
3. Manajemen cairan
AY.
Aktivitas:
AZ.
AS.
AT.Berikan cairan secara tepat
AW.
CC.
intake
BE.
BF.Monitor status hidrasi (seperti :
CE.
BI.
BJ.
4. Manajemen hipovolemia
Monitor nilai hemoglobin dan
CL. CM.
2.
Nyeri
akut
agens
cedera
biologis
(00132)
CN.
CO.
b/d
tindakan
keperawatan
Factor
diketahui
Tindakan
resiko
dapat
pencegahan
durasi,
frekuensi,
CW.
CX. pengkajian
nyeri
subjektif
keributan
dapat
menimbulkan
ketidaknyamanan
ketidaknyamanan
pada
(suhu
pencahayaan,
Tingkat kenyamanan
Criteria hasil:
dapat dilakukan
CR.
CS.
efektif
untuk
menyeimbangkan
CH.
hematokrit
Monitor adanya kehilangan cairan CI. Manajemen dilakukan untuk
mengembangkan volume cairan
(contoh, perdarahan, muntah)
intravaskuler pada pasien yang
Monitor TTV
mengalami penurunan volume
Pertahankan
aliran
infuse
cairan
intravena
Atur persediaan produk darah CJ.
BK.
dilakukan CV. Manajemen nyeri
Setelah
penatalaksaan
memenuhi
cairan
ruangan,
keributan)
Mengurangi
factor-faktor
pasien
yang
dapat
memperburuk
CT.Tingkat nyeri
CU. Criteria hasil:
DB. DC.
3.
Resiko
infeksi.
Faktor
risiko
pendarahan
(00004)
DD.
nyeri
Menyediakan
analgesic
untuk
berkurang
Pasien tidak resah
DE. Setelah
dilakukan 1. Manajemen penyakit menular : 1. Pemantauan infeksi virus
DG.
Untu
Pantau tanda dan gejala infeksi
tindakan
keperawatan
Kaji faktor yang dapat
k mengetahui adanya tanda-tanda
factor risiko infeksi akan
meningkatkan
kerentanan
infeksi sebagai langkah awal
hilang
DH.
terhadap infeksi
DI.
Pantau hasil laboratori-um
DF.Criteria hasil:
DJ.
Amati penampilan praktik
DK.
DL.
Pengendalian
risiko
personal hygiene personal
DM.
untuk perlindungan terhadap
penyakit menular
2. Pengeandalian
penyebaran
Pengendalian status imun
infeksi
kepada pasien lain, keluarga, atau
Pengendalian
keparahan 2. Pengendalian infeksi
pengunjung
Instruksikan menjaga higiene
infeksi
personal
dengan
mencuci
dan
meninggalkan
ruangan pasien.
Pertahankan teknik isolasi
perlu
Berikan terapi antibiotic, bila
diperlukan
Bersihkan lingkungan dengan
benar setelah digpergunakan
DN. DO.
4.
Resiko
shock.
Factor
risiko:
hipotensi,
hipovolemia
(00205)
DP.
DQ.
Setelah
tindakan
masing-masing pasien
dilakukan 1. Manajemen cairan
keperawatan
DW. Aktivitas:
dehidrasi
yang
akan
DT.
DU.
b. Hidrasi
criteria hasil:
plasma)
DX.
EO.
tepat
keadekuatan
ditemukan
Demam tidak ditemukan
TD dbn
Hematokrit DBN
3. Pencegahan syok
DY.
Aktivitas:
Monitor status sirkulasi:
DV.
oksigenasi jaringan.
Monitor input dan output
Pantau nilai labor : khususnya Hb,
Ht, factor pembekuan, ABG dan
elektrolit
Monitor kompensasi awal respon
kehilangan cairan : peningkatan
HR,
penurunan
ortostatik,
BP, hipotensi
penurunan
haluaran
kapiler
refill,
perfusi
jaringan
ET.
EU.
BAB III
PENUTUP
EV.
A. KESIMPULAN
EW. Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal. Kondisi dalam
persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi maka
batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan lebih dari normal yang telah menyebabkan
perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin,
mengigil, hiperpnea, tekanan darah sistolok <90 mmHg, denyut nadi > 100x/menit, kadar Hb
< 8 g/dL. (Taufan Nugroho, 2010).
EX. Pendarahan post partum terdiri atas Perdarahan post partum dini/ perdarahan post
partum Primer dan perdarahan pada masa nifas / perdarahan post partum sekunder.
EY. Penyebab terjadinya perdarahan yaitu luka jalan lahir, retensio plasenta, sisa
plasenta tertinggalnya sisa-sisa plasenta atau sebagian selaput mengandung pembuluh,
inversio uteri, gangguan pembekuan darah.
EZ. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium yang
meliputi pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar
hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk, pemeriksaan
golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode antenatal, perlu dilakukan
pemeriksaan faktor kogulasi seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan. Juga dilakukan
pemeriksaan Radiologi dimana onset pedarahan post partum biasanya sangat cepat.
FA. Penatalaksanaan untuk pendarahan yaitu dilakukan dengan Penaganan umum dan
penanganan khusus. Bukti dan penelitian menunjukan bahwa penanganan aktif pada
persalinan kala III dapat menurunkan insidensi dan tingkat keparahan perdarahan post
partum.
FB.
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan hemoragi post
partum yaitu kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko infeksi, dan resiko shock.
FD.
B. SARAN
FE.
Ibu hamil ataupun yang akan melahirkan sebaiknya menyiapkan kondisi fisik