Sie sind auf Seite 1von 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah sebanyak lebih dari 500cc
yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum, selama, atau sesudah kelahiran plasenta.
Menurut waktu kejadiannya, perdarahan postpartum sendiri dapat dibagi atas perdarahan
postpartum primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir, dan perdarahan postpartum
sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran bayi.
Kematian ibu hamil dapat diklasifikasikan menurut penyebab mediknya sebagai obstetric
langsung dan tidak langsung. Menurut laporan WHO (2008) bahwa kematian ibu di
dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%,
aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8% dan penyebab lain 7%.
(Depkes RI, 2008)
Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan. Lebih dari
separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,
sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Walaupun seorang perempuan
dapat bertahan hidup setelah mengalami perdarahan setelah persalinan, namun ia akan
menderita anemia berat.
Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan
pada Negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi masalah utama
dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, sisanya
dikarenakan retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah.(Ambar Dwi, 2010)
Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan. Setiap
tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami perdarahan sampai meninggal.
Perdarahan pasca persalinan terutama perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan
yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan postpartum primer yaitu
perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran.(Darmin Dina,
2013).
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian ibu
melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Anemia dan
kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian ibu. Menurut data WHO, di
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen.
(Depkes RI, 2010)
Menurut WHO, Negara yang berkembang memiliki angka kematian ibu 25% kematian
ibu itu disebabkan oleh Perdarahan Post Partum. Terhitung lebih dari 100.000 kematian
maternal

pertahun.

Menurut

bulletin American

Collage

of

Obstetrician

and

Gynecologists menempatkan perkiraan 140.000 kematian ibu pertahun. (Darmin Dina,


2013)
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Setelah pelaksanaan seminar diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui
asuhan keperawatan pada ibu postpartum dengan perdarahan pasca partum.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui tentang definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pemeriksan penunjang, penatalaksannan dan pencegahan perdarahan
pasca partum
Mahasiswa mengetahui bagaimana pengkajian dan temuan-temuan pada perdarahan
pasca partum
Mahasiswa mengetahui menganalisis dan menentukan dignosa keperawatan pada
perdarahan pasca partum
Mahasiswa mengetahui bagaimana merumuskan perencanaan keperawatan pada
perdarahan pasca partum

Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFENISI
Hemoragi postpartum biasanya didefenisikan sebagai kehilangan darah lebihdari
500ml selama dan atau setelah kelahiran. Ini adalah salah satu penyebab mortalitas ibu.
Hemoragi dapat terjadi awal, dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat,
sampai 28 hari postpartum (akhir dari puerperium).
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah bersalin didefenisikan
sebagai perdarahan pascapersalinan (Hemoragia Postpartum). (Abdul Bari Saiffudin,
2002)
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal. Kondisi
dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang
terjadi maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang terjadi, maka
batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan lebih dari normal yang telah
menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung,
berkeringat dingin, mengigil, hiperpnea, tekanan darah sistolok <90 mmHg, denyut nadi >
100x/menit, kadar Hb < 8 g/dL. (Taufan Nugroho, 2010)
B. KLASIFIKASI(Taufan Nugroho, 2010)
1. Perdarahan post partum dini/ perdarahan post partum Primer (early postpartum
hemorrhage) : Perdarahan post partum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24
jam pertama setelah kala III
2. Perdarahan pada masa nifas / perdarahan post partum sekunder (late postpartum
hemorrhage) : perdarahan pada masa nifas adalah perdarahan yang terjadi pada masa
nifas (puerperium) tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III.

C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya perdarahan post partum antara lain :
1. Atonia uteri
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

Keadaan lemahnya otnuys/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak


mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
dan plasenta lahir .
2. Luka jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.
Pertolongan

persalinan

yang

semakin

manipulatif

dan

traumatik

akan

memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan
pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat
episiotomi, robekan spontan perineum, truama forseps atau vakum ekstraksi, atau
karena versi ekstraksi.
3. Retensio plasenta
Retensio placenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 30 menit
setelah bayi lahir.
4. Sisa plasenta
Tertinggalnya sisa-sisa plasenta atau sebagian selaput mengandung pembuluh
darah.
5. Inversio uteri
Suatu keadaan dimana fundus uteri mausk ke dalam kavum uteri, dapat secara
mendadak atau terjadi perlahan, selain dari pada itu pertolongan pesalinan yang
makin banyak dilakukan tenaga terlatih maka kejadian inversio uteripun makin
berkurang.
6. Gangguan pembekuan darah
Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak
yang dapat pecah dengan mudah.
Faktor resiko terjadinya pendarahan post partum:
Penggunaaan obat-obatan (anestesiumum, magnesium sulfat)
Partus presipitatus
Solutio plasenta
Persalinan traumatis
Uterus yang terlalu terenggang gemelia, hidramnion)
Adanya cacat parut, tumor, anomali uterus
Partus lama
Grandemultipara
Plasenta previa
Persalinan dengan pacuan
Riwayat perdarahan pasca persalinan
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala
Uterus tidak berkontraksi dan lembek

Diagnosis
Antonio uteri

Perdarahan segera setelah anak lahir


(Perdarahan pasca persalinan primer
atau P3)
Perdarahan segera
Luka jalan lahir
Darah segar yang mengalir segera
setelah bayi lahir
Uterus kontraksi baik
Plasenta lengkap
Plasenta belum lahir setelah 30 menit
Retensiso plasenta
Perdarahan segera
Uterus kontraksi baik
Plasenta
atau
sebagian
selaput Sisa plasenta
(mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap
Perdarahan segera
Uterus tidak teraba
Inversio uteri
Lumeri vagina terisisi massa
Tampak tali pusat (jika plaseta belum
lahir)
Perdarahan segera
Nyeri sedikit atau berat
Sub-Involusiuterus
Perdarahan terlambat (Endometritis)
Nyeri tekan perut bawah
Perdarahan > 24 jam setelah persalinan.
perdarahan bervariasi (ringan atau berat,
terus menerus atau tidak teratur) dan
berbau (jika disertai infeksi)
E. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang
luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar

hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk .


Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode

antenatal.
Perlu dilakukan pemeriksaan faktor kogulasi seperti waktu perdarahan dan waktu

pembekuan.
2. Pemeriksaan Radiologi
Onset pedarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis yang tepat,
resolusi bisa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium atau radiologis

dapat

dilakukan. Berdasarkan pengalaman, pemeriksaan USG dapat membantu untuk

melihat adanya jendelan darah dan retensi sisa plasenta.


USG pada periode antental dapat dilakukan untuk mendekati pasien dengan resiko
tinggi yang memiliki faktor prediposisi terjadinya perdarahan post partum seperti
plasenta previa.

G. PENATALAKSANAAN
1. Penaganan Umum
Mintahlah bantuan secara mobilisasi seluru tenaga yang ada dan siapkan fasilitas

tindakan gawat darurat.


Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (nadi,

tekanan darah, pernapsan, dan suhu tubuh).


Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan (hal M-1). jika tanda-tanda
syok tidak terlihat, ingatlah saat anda melakukan evaluasi lanjut karena stutus
wanita tersebut dapat memburuk sangat cepat. Jika terjadi syok. Segera mulai

penanganan syok.
Pastikan bahwa kondisi uterus baik :
Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang
terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif.
Berikan 10 menit oksitosin LM.
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

Pasang infus cairan I.V.


Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar masuk
Periksa kelengkapan plasenta
Jika perdarahan terus berlangsung lakukan uji beku darah
Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar
hemoglobin :
Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia
berat) : berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg
ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan
Jika Hb 7-11 g/dl beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60%
ditambah asam folat 600 mcg sekali sehari selama 6 bulan
Pada daerah endemik cacing gelang (prevalensi sama atau lebih dari
20%) : berikan terapi :
- Albendasol 400 mg per oral sekali
- Atau mebendasol 500 mg per oral sekali atau 100 mg dua kali
-

sehari selama 3 hari.


Pada daerah endemik cacing gelang (prevalensi sama atau lebih
dari 50 %), berikan terapi dosis tersebut selama 12 minggu setelah

dosis pertama
2. Penanganan Khusus
a. Atonia Uteri
Pada atonia uteri uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.
Teruskan pemijatan uterus
Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
Kenali dan tegakan diagnosis kerja atonia uteri
Antisipasi dini akan ketuban darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan
Jika perdarahan terus berlaangsung :
- Pastikan plasenta lahir lengkap
- Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian
permukaaan materna atau robeknya membran dengan pembuluh
-

darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut


Lakukan uji pembekuan darah sederhana/ kegagalan terbentuknya
pembekuan setelah 7 menit atau adanya pembekuan lunak yang
dapat pecah dengan mudah menunjukan dengan mudah adanya

koagulopati
Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakan di atas telah
dilakukan, lakukan :
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

- Lakukan kompresi bimanual internal, atau


- Kompresi aorta abdominalis
Jika perdarahn terus berlangsung setelah dilakukan kompresi :
- Lakukan ligasi arteri uterina atau ovarika
- Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam

jiwa setelah ligasi


b. Robekan serviks, vagina dan perineum
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
pascapersalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
pascaperslinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebebkan oleh
robekan serviks atau vagina.
Periksalah dengtan seksama dan perbaiki robekan pada serviks atau vagina
dan perineum
Lakukan uji pembekuan darah sederhana jika perdarahan terus berlangsung. Kegagalan
terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah
dengan mudah menunjukan adanya koagulopati
c. Retensio plasenta
Plasenta atau bagian-bagiannya dapat tetap berada dalam uterus setelah bayi lahir,
Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan. Jika

anda dapat merasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.


Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan, lakukan

kateterisasi kandung kemih


Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit I.M. jika belum

dilakukan pada penanganan aktif kala tiga.


Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin daan
uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali.
Catatan : hindari penarikan tali pusat dan penekanan fundus yang terlalu

kuat karena dapat menyebabkan inversi uterus


Jika traksi tali pusat terkendali belum berhadil, cobalah untuk melakukan
pengeluaran plasenta secara manual. Catatan : plasenta yang melekata
dengan kuat mungkin merupakan plasenta akreta usaha untuk melepaskan
plasenta yang melekata kuat dapat menyebabkan perdarahan berat atau

perforasi uterus, yang biasanya membutuhkan tindakan histerektomi


Lakukan uji pembekuan darah sederhana jika perdarahan terus berlangsung
lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah

dengan mudah menunjukan adanya koagulopati.


Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina yang berbau)

berikan antibiotika untuk metritis.


d. Sisa Plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta satu atau lebih lobus tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi dengan efektif.
Raba bagian daalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi manual
uterus menggunakan teknik yang serupa dengan teknik yang digunakan

untuk mengeluarkan plasenta yang tidak keluar


Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau kuret besar.
Catatan : jaringan yang melekat dengan kuat, mungkin merupakan plasenta
akreta.

Usaha

untuk

melepaskan

plasenta

melekat

kuat

dapat

mengakibatkan perdarahan berat atau perforasi uterus, ysng biasanya

membutuhkan tindakan histerektomo.


Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah dengan
menggunakan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya
pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah

dengan mudah menunjukan adanya koagulopati.


e. Inversi uterus
Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi diluar saat
melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya dilakukan segera. Dengan berjalan
waktu, lingkari konstriksi sekitar uterus yang terinveksi akan mengecil dan uterus
akan terisi darah
Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan lebih
dari 100 mg) I.M. atau I.V secara perlahan dan berikan morfin 0,1 mg/kg

BB I.M. catatan : jangan berikan oksitosin sampai inversi telah direposis


Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah dengan
menggunakan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya
pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah

dengan mudah menunjukan adanya koagulopati.


Berikan antibiotika prifilaksis dosis tunggalsetelah mereposisi uterus
- Ampisilin 2g I.V ditambah metrodinazol 500 mg I.V.
- Atau sefazolin 1 g I.V ditambah metrodinazol 500 mg I.V.
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina yang berbau),

berikan antibiotika untuk metritits


Jika dicurigai terdapat nekrosis, lakukan histerektomi vagina. Hal ini

mungkin membutuhkan rujukan ke pusat pelayanan kesehatan tersier


f. Perdarahan pascapersalinan tertunda (sekunder)
Jika terjadi anemia berat ( hemoglobin kurang dari 8 g/dl atau hematokrit
kurang dari 20 %), siapkan transfursi dan berikan tablet besi oral dan asam

folat
Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina yang berbau),

berikan antibiotika untuk metritits


Berikan oksitosin
Jika serviks masih berdilatasi, lakukan ekaplorasi dengan tangan untuik
mengeluarkan bekuan-bekuan besar dan sisa plasenta. Eksplorasi manual
menggunakan teknik yang serupa dengan teknik yang digunakan untuk

menggunakan plasenta yang tidak keluar


Jika serviks tidak berdilatasi, evakuasi uterus untuk mengeluarkan sisa

plasenta
Pada kasus yang lebih jarang, jika perdarahan terus berlanjut, pikirkan
kemungkinan terjadi ligasi arteri uterina dan utera ovarika atau

histerektomi
Lakukan pemeriksaan histologi dan jaringan hasil kuret atau histerektomi,
jika memungkinkan, untuk menyingkirkan penyakit trofoblas ganas.

H. PENCEGAHAN
Bukti dan penelitian menunjukan bahwa penanganan aktif pada persalinan kala III
dapat menurunkan insidensi dan tingkat keparahan perdarahan post partum.
Penanganan aktif merupakan kombinasi dari hal-hal berikut :
Pemberian uterotonik (dianjurkan oksitosin) segera setelah bayi dilahirkan
Penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cepat dan tepat
Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi balik uterus ketika uterus
berkontraksi dengan baik.

Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record
dan lain lain
b. Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat diingin, kesulitan bernafas,
pusing, pandangan berkunang-kunang.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre
eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi
plasenta, retensi sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak
(>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit
jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
d. Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya ,
keluhan waktu haid, HPHT
2) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai
hamil
3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
o Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus,
retensi plasenta
o Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat
bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat
badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

11

o Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup
atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
e. Riwayat Kehamilan sekarang
1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu,
nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan
lain
3) Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,
perawatan serta pengobatannya yang didapat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Keadaan umum lemah, nyeri kepala dan abdomen, gelisah dan cemas, sementara
kesadaran menurun sampai apatis. Tanda-tanda vital terjadi penurunan tekanan darah
(hipoksia), takikardia, peningkatan suhu dan takikardia
b. Kepala
Nyeri kepala, muka pucat, mukosa bibir kering, gangguan penglihatan atau mata
berkunang-kunang, berkeringat dingin.
c. Dada
Takipnea dan takikardi, kesulitan bernafas.
d. Abdomen
Fudus uteri lembek, tidak ada kontraksi uterus
e. Genitalia
Keluar darah dari vagina, lochea dalam jumlah lebih dari 500 cc, dan terdapat robekan
serviks
f. Ekstrimitas
Keluar keringat diingin, lemah, malaise, CRT> 3 detik
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan jumlah darah lengkap ditemukan penuruna Hb (<10 mg%),
penurunan kadar Ht (normal 37%-41%) dan peningkatan jumlah sel darah potuih
(SDP).
b. Pada Urinalisis ditemukan kerusakan kantung kemih
c. Pada Sonografi ditemukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
*Pengkajian 11 fungsional Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan
Menanyakan apakah klien sudah mengetahui tentang perdarahan postpartum dan sudah
pernah mendengar tentang hal itu.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

12

Perhatikan pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein,
vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola
minum, jumlah.makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup
kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah
buahan.
3) Pola eliminasi
Perhatikan apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak
atau retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola
BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah
secepatnya dilakukan sendiri
4) Pola Aktivitas Latihan
Lihat kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri
dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
5) Pola Istirahat dan tidur
Seberapa lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat,
penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu
dengan suarasuara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
6) Pola Kognitif dan perceptual
Biasanya pada pola ini klien tidak mengalami gangguan, karena klien masih dapat
berkomunikasi.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang
tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila
mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
8) Pola Peran dan hubungan
Peran klien sebagai ibu biasanya akan terganggu .Karen penyakit yang dideritanya. Begitu
juga hubungan nya dengan orang lain disekitarnya.
9) Pola sexsual reproduksi
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus atau
hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan
seks, continuitas hubungan seksual.Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan
intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia
terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
10) Pola koping dan toleransi stress
Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

13

Perubahan peran, respon keluarga, yang bervariasi dapat menjadi pendukung berkurang
rasasakit atau nyeri yang dialami pasien.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Tanyakan pada klien tentang nilai dan kepercayaan yang diyakininya. Ini sering kali
berpengaruh terhadap intervensi yang akan kita erikan nantinya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif (00027)
2. Nyeri akut b/d agens cedera biologis (00132)
3. Resiko infeksi. Faktor risiko pendarahan (00004)
4. Resiko shock. Factor risiko: hipotensi, hipovolemia (00205)

Kelompok 1 |
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HEMORAGI POST PARTUM

14

C. RENCANA KEPERAWATAN
D.
E.

F.
G. DIAGNOS

No

A
H. NANDA
R. Kekurangan

Q.
1.

I.
J. TUJUAN
K. (NOC)
U.

L.
M. INTERVENSI
N. (NIC)

O.
P. RASIONAL

dilakukan 1. Manajemen hipovolemia


BL. Mengembangkan
volume
AB.
Aktivitas:
volume
tindakan keperawatan pasien
cairan intravaskuler pada pasien
AC. Catat kadar HB dan Ht setelah
cairan b/d akan menunjukan
yang
mengalami
penurunan
V.
Keseimbangan
pasien mengalami kehilangan
kehilangan
volume cairan
Elektrolit dan Asam Basa
banyak darah
cairan aktif
BM.
W.
Kriteria Hasil:
AD.
(00027)
BN.
Nadi dalam batas yang AE. Pantau
S.
tanda-tanda
vital, BO. Perubahan tanda vital terjadi
T.
diharapkan
osmotic,termasuk TD.
bila perdarahan semakin hebat
Irama jantung dalam batas AF.
BP.
AG. Atur posisi pasien dengan BQ. Dengan kaki lebih tinggi akan
yang diharapkan

Setelah

Frekuensi

nafas

dalam

posisi kaki lebih tinggi sedangkan


meningkatkan venous return dan
badannya tetap terlentang
batas yang diharapkan
memungkinkan darah keotak dan
AH.
Irama pernapasan dalam
organ lain.
AI.
BR.
batas yang diharapkan
AJ.
alat
yag
Natrium serum dbn
AK. Atur
kepatenan/
kualitas BS.Ketidakpatenan
Kalium serum dbn
berhubungan dengan pendarahan
produk/ alat yang berhubungan
Klorida serum dbn
akan memperburuk pendarahan
dengan perdarahan
Kalsium serum dbn
AL.
jika alat tidak terpasang dengan
Magnesium serum dbn
AM.
PH darah serum dbn
baik
2. Manajemen elektrolit
BT. Meningkatkan keseimbangan
X.
b. Hidrasi
AN. Aktivitas :
Y.
criteria hasil:
elektrolit
dan
mencegah
AO. Monitor ketidak abnormalan
Mata cekung tidak tidak
kmplikasi akibat kadar elektrolit

ditemukan
Demam tidak ditemukan
TD dbn
Hematokrit DBN

Z.
AA.

elektrolit serum, yang terpakai


AP.
AQ. Pertahankan akses IV secara
paten
AR.

memenuhi kebutuhan cairan yang

AU.
AV.
Pertahankan catatan intake dan

output yang akurat

Hitung haluaran

Pertahankan

akurat
BD.

untuk

menyeimbangkan

CB. Perubahan output merupakan


tanda adanya gangguan fungsi
ginjal

BA.
BB.
BC.

hilang
BY.
BZ. intake dan output yang akurat
keseimbangan ciaran
CA.

AX.
3. Manajemen cairan
AY.
Aktivitas:
AZ.

yang tidak diharapkan


BU.
BV. Akses Iv yasng paten akan
memaksimalkan input cairan
BW.
BX. Input cairan yang tepat akan

AS.
AT.Berikan cairan secara tepat

AW.

serum yang tidak normal atau

CC.
intake

yang CD. Intake


yang
adekuat
dilakukan untuk mengganti cairan
output
sebagai
pencegahan
dehidrasi berat

BE.
BF.Monitor status hidrasi (seperti :

CE.

kelembapan mukosa membrane, CF.mukosa yang kering, nadi cepat


dan dangkal merupakan tandanadi)
tanda dehidrasi
BG. Berikan terapi IV
BH.
CG. terapi
IV
sebagai

BI.
BJ.
4. Manajemen hipovolemia
Monitor nilai hemoglobin dan

CL. CM.
2.

Nyeri

akut
agens
cedera
biologis
(00132)
CN.

CO.
b/d

tindakan

keperawatan

pasien akan menunjukan


CP.Kontrol nyeri
CQ. Criteria hasil:

Factor

diketahui
Tindakan

resiko

dapat

pencegahan

untuk transfuse jika dibutuhkan


CK. Cairan intravena mencegah
Adakan autotransfusi kehilangan
terjadinya shock
darah dengan tepat

durasi,

frekuensi,

CW.
CX. pengkajian

nyeri

subjektif

sebagai dasar untuk melaakukan

tindakan mengurangi nyeri.


kualitas, intensitas, dan penyebab. CY.
Kaji ketidak nyamanan secara CZ.
DA. Lingkungan yang panas, dan
nonverbal

Kontrol factor lingkungan yang

keributan

dapat

menimbulkan

ketidaknyamanan

ketidaknyamanan

pada

(suhu

pencahayaan,

Tingkat kenyamanan
Criteria hasil:

Keadaan fisik membaik

Nilai nyeri dimulai dari lokasi,


karakteristik,

dapat dilakukan
CR.
CS.

efektif
untuk
menyeimbangkan

CH.
hematokrit
Monitor adanya kehilangan cairan CI. Manajemen dilakukan untuk
mengembangkan volume cairan
(contoh, perdarahan, muntah)
intravaskuler pada pasien yang
Monitor TTV
mengalami penurunan volume
Pertahankan
aliran
infuse
cairan
intravena
Atur persediaan produk darah CJ.

BK.
dilakukan CV. Manajemen nyeri

Setelah

penatalaksaan
memenuhi
cairan

ruangan,

keributan)
Mengurangi

factor-faktor

pasien

yang

dapat

memperburuk

Pasien dapat melakukan


control nyeri

CT.Tingkat nyeri
CU. Criteria hasil:

DB. DC.
3.

Resiko

infeksi.
Faktor
risiko
pendarahan
(00004)
DD.

Frekuensi nyeri berkurang


Lama
waktu
nyeri

nyeri
Menyediakan

analgesic

untuk

mengatasi nyeri / istirahat yang

adekuat untuk mengurangi nyeri


Anjurkan untuk tidur / istirahat
untuk mengurangi nyeri

berkurang
Pasien tidak resah
DE. Setelah
dilakukan 1. Manajemen penyakit menular : 1. Pemantauan infeksi virus
DG.
Untu
Pantau tanda dan gejala infeksi
tindakan
keperawatan
Kaji faktor yang dapat
k mengetahui adanya tanda-tanda
factor risiko infeksi akan
meningkatkan
kerentanan
infeksi sebagai langkah awal
hilang
DH.
terhadap infeksi
DI.
Pantau hasil laboratori-um
DF.Criteria hasil:
DJ.
Amati penampilan praktik
DK.
DL.
Pengendalian
risiko
personal hygiene personal
DM.
untuk perlindungan terhadap
penyakit menular
2. Pengeandalian
penyebaran
Pengendalian status imun
infeksi
kepada pasien lain, keluarga, atau
Pengendalian
keparahan 2. Pengendalian infeksi
pengunjung
Instruksikan menjaga higiene
infeksi
personal

dengan

mencuci

tangan yang benar


Ajarkan kepada pengunjung
untk mencuci tangan sewaktu
masuk

dan

meninggalkan

ruangan pasien.
Pertahankan teknik isolasi

Batasi jumlah pengunjung, bila

perlu
Berikan terapi antibiotic, bila

diperlukan
Bersihkan lingkungan dengan
benar setelah digpergunakan

DN. DO.
4.

Resiko

shock.
Factor
risiko:
hipotensi,
hipovolemia
(00205)
DP.

DQ.

Setelah

tindakan

masing-masing pasien
dilakukan 1. Manajemen cairan
keperawatan

pasien akan menunjukan


DR. Keseimbangan

DW. Aktivitas:

1. Cairan yang tidak adekuat akan


memicu

dehidrasi

yang

akan

menyebabkan dehidrasi sel


Hitung haluaran
Pertahankan intake yang akurat
DZ.
Monitor status hidrasi (seperti : EA.
Elektrolit dan Asam Basa
DS. Kriteria hasil:
kelembapan mukosa membrane, EB.
EC.
Nadi dalam batas yang
nadi)Monitor status hemodinamik ED.
EE.
diharapkan
termasuk CVP, MAP, PAP
EF.
Irama jantung dalam batas Monitor TTV
2. Mengembangkan volume cairan
Berikan terapi IV
yang diharapkan
Frekuensi nafas dalam 2. Manajemen hipovolemia
intravaskuler pada pasien yang
Monitor nilai hemoglobin dan
batas yang diharapkan
mengalami penurunan volume
hematokrit
Irama pernapasan dalam
cairan
Monitor adanya kehilangan cairan
batas yang diharapkan
EG.
(contoh, perdarahan, muntah)
Natrium serum dbn
EH.
Atur persediaan produk darah
Kalium serum dbn
EI.
Klorida serum dbn
EJ.
untuk transfuse jika dibutuhkan
Kalsium serum dbn
Adakan autotransfusi kehilangan EK.
EL.
Magnesium serum dbn
darah dengan tepat
EM.
PH darah serum dbn
Berikan produk darah (platelet dan EN.

DT.
DU.

b. Hidrasi
criteria hasil:

plasma)
DX.

EO.

Monitor reaksi darah dengan 3. Dilakukan untuk meningkatkan

Mata cekung tidak tidak

tepat

keadekuatan

ditemukan
Demam tidak ditemukan
TD dbn
Hematokrit DBN

3. Pencegahan syok
DY.
Aktivitas:
Monitor status sirkulasi:

untuk pasien yang mengalami


BP,

warna kulit, suhu kulit, denyut

DV.

jantung, HR, dan ritme, nadi

perifer dan kapiler refill.


Monitor
tanda
inadekuat

oksigenasi jaringan.
Monitor input dan output
Pantau nilai labor : khususnya Hb,
Ht, factor pembekuan, ABG dan

elektrolit
Monitor kompensasi awal respon
kehilangan cairan : peningkatan
HR,

penurunan

ortostatik,

BP, hipotensi

penurunan

haluaran

urin, penyempitan tekanan nadi,


penurunan

kapiler

refill,

ketakutan, kulit, kulit dingin dan


pucat, deforesis.
ER.
ES.

perfusi

jaringan

gangguan volume intravaskuler


yang berat
EP.
EQ.

ET.
EU.

BAB III
PENUTUP

EV.
A. KESIMPULAN
EW. Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal. Kondisi dalam
persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi maka
batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan lebih dari normal yang telah menyebabkan
perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin,
mengigil, hiperpnea, tekanan darah sistolok <90 mmHg, denyut nadi > 100x/menit, kadar Hb
< 8 g/dL. (Taufan Nugroho, 2010).
EX. Pendarahan post partum terdiri atas Perdarahan post partum dini/ perdarahan post
partum Primer dan perdarahan pada masa nifas / perdarahan post partum sekunder.
EY. Penyebab terjadinya perdarahan yaitu luka jalan lahir, retensio plasenta, sisa
plasenta tertinggalnya sisa-sisa plasenta atau sebagian selaput mengandung pembuluh,
inversio uteri, gangguan pembekuan darah.
EZ. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium yang
meliputi pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar
hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk, pemeriksaan
golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode antenatal, perlu dilakukan
pemeriksaan faktor kogulasi seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan. Juga dilakukan
pemeriksaan Radiologi dimana onset pedarahan post partum biasanya sangat cepat.
FA. Penatalaksanaan untuk pendarahan yaitu dilakukan dengan Penaganan umum dan
penanganan khusus. Bukti dan penelitian menunjukan bahwa penanganan aktif pada
persalinan kala III dapat menurunkan insidensi dan tingkat keparahan perdarahan post
partum.
FB.

Pada asuhan keperawatan dilakukan pengkajian yang mencakup anamnesa,

riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan pengkajian 11 fungsional


Gordon.
FC.

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan hemoragi post

partum yaitu kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko infeksi, dan resiko shock.
FD.

B. SARAN
FE.

Ibu hamil ataupun yang akan melahirkan sebaiknya menyiapkan kondisi fisik

maupun psikologinya sehingga saat melahirkan kemungkinan untuk mengalami perdarahan


post partum berpersentasi kecil, dapat dilakukan seperti pola atau hidup yang baik hingga
asupan makanan yang adekuat untuk proses persalinan sehingga kalaupun terjadi perdarahan
si ibu masin banyak mempunyai cadangan fe yang cukup untuk meregenarasi sel darah merah
maupun hemoglobin yang di dalam tubuhnya
FF.
FG.
FH.
FI.
FJ.
FK.
FL.

Das könnte Ihnen auch gefallen