Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu teknik pengolahan panas kering adalah teknik menggoreng. Ada
3 teknik menggoreng, yaitu deep frying (minyak banyak), shallow frying (minyak
sedang), dan stir frying (minyak sedikit atau tumis).
1. Deep frying adalah teknik menggoreng dengan minyak banyak dan
terendam. Umumnya cara ini menggunakan jenis minyak padat
(shortening). Cara ini biasanya digunakan di restoraan cepat saji untuk
menggoreng produk pangan beku yang bersifat renyah (crispy). Cara
menggoreng ini berdampak negatif bagi kesehatan.
2. Shallow frying adalah teknik menggoreng dengan minyak sedang.
3. Stir frying atau menumis menggunakan sedikit minyak. Cara ini relatif
aman untuk kesehatan (Sugani, 2010).
2.1.3 Makanan yang Digoreng
Teknik menggoreng merupakan teknik dasar dalam memasak yang sering
digunakan selain teknik kukus, rebus, panggang, dan bakar. Gorengan merupakan
aneka makanan ringan dalam bentuk potongan kecil yang diolah menggunakan
teknik menggoreng dengan minyak. Jenis gorengan yang paling umum adalah
tahu isi, tempe, bakwan/ote-ote, singkong, ubi rambat, pisang goreng, risoles, dan
uli goreng.
Gorengan merupakan jajanan yang identik dengan harga murah. Meskipun
sempat adanya isu yang beredar di masyarakat mengenai pedagang gorengan
yang curang seperti penggunaan kapur yang berlebihan, boraks, pemakaian
minyak bekas, pencampuran plastik, serta penggunaan bungkus dari koran yang
tidak higienis, gorengan tetap saja diminati masyarakat (Yuyun A., 2010).
Selain proses pembuatan serta pengemasan dan penyajian gorengan yang
tidak layak, terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pada tubuh. Makanan gorengan yang digoreng dengan minyak yang mengandung
asam lemak jenuh apabila dikonsumsi akan dimetabolisme dan akhirnya akan
meningkatkan profil lipid dalam darah. Makin tinggi asupan asam lemak jenuh,
makin tinggi kolesterol. Hal ini akan memicu penyakit degeneratif seperti
penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, dan stroke (Canahar, 2006).
2.2 Tinjauan Mengenai Pencemaran Makanan
2.2.1 Pencemaran Makanan
Pencemaran
makanan
merupakan
suatu
keadaan/kondisi
dimana
Streptokoki
fecal,
Salmonella),
bakteri (Clostridium
fungi
(Aspergillius,
2. Kontaminan kimiawi
Kontaminasi kimiawi adalah berbagai macam bahan atau unsur kimia
yang menimbulkan pencemaran atau kontaminan pada bahan makanan.
Beberapa mekanisme proses kontaminasi, seperti dengan cara terlarut
pada saat digunakan untuk proses pemasakan. Kontaminan kimia
dibedakan berdasarkan jenis kontaminan yang masuk, kontaminankontaminan tersebut antara lain :
1. Kontaminan yang sengaja ditambahkan: BTM
2. Kontaminan yang tidak sengaja ditambahkan: residu pupuk, pestisida.
3. Kontaminan berupa logam berat : Cd, Pb, As, Hg
4. Kontaminan berupa pestisida : aldrin, dieldrin, baygon, dll.
5. Senyawa lain : siklamat, akarin, nitrat, nitrit, antibiotika, hormon,
pewarna, dll.
3. Kontaminan fisik
Kontaminan fisik adalah benda-benda asing yang bukan bagian dari
bahan makanan, yang terdapat dalam makanan. Seperti debu, tanah,
kerikil, rambut, kotoran hewan, bulu, binatang kecil (cicak, serangga)
(Arifin, 2010).
2.2.3 Pencemaran Logam-Logam Berat dalam Makanan
10
105
bpj/jam (Widowati,
11
Makanan yang telah diasamkan dapat melarutkan Pb dari wadah atau alatalat pengolahannya. Beberapa studi terbatas juga telah menemukan Pb pada daun
tumbuhan (Pallar, 1994).
Kontaminasi Pb dalam makanan dapat juga disebabkan oleh penggunaan
glaze keramik yang mengandung Pb yang berbahaya jika digunakan untuk
melapisi wadah wadah makanan yang terbuat dari keramik (Fardiaz, 2006).
2.2.5 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kandungan Pb dalam
Makanan
Kandungan Pb dalam makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain :
1. Waktu / Lama Paparan
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak
dihasilkan oleh bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya
dapat mencapai tempat yang sesuai didalam tubuh pada konsentrasi yang
sesuai dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi
toksik. Terjadi tidaknya respon toksik tergantung pada sifat kimia dan
fisik dari bahan tersebut, situasi pemaparan dan kerentanan sistem
biologis dari subyek. Pemaparan bahan kimia dibagi dalam empat
kategori yaitu akut, sub akut, sub kronik, dan kronik. Pemaparan akut
diberi batasan sebagai pemaparan terhadap suatu bahan kimia selama
kurang dari 24 jam. Lama pemaparan dapat menimbulkan efek yang
berat dan bisa berbahaya. Dosis ditentukan oleh konsentrasi dan lamanya
pemaparan.
2. Penyajian Makanan
12
13
14
15
berfungsi sebagai pemberi warna. Pigmen berbeda dengan zat warna terutama
pembentukan lapisan tipis (film), warna dan ketahanan kilatnya.
Jenis pigmen dapat dibedakan dari warna pigmen yaitu :
1. Putih : pigmen putih yang terkenal yaitu pigmen timbal putih, ZnO,
litopon.
2. Hitam : pigmen hitam biasa dibuat dari grafit, jelaga, atau karboh hitam
(carbon black).
Pb3 O 4
atau
FeBO3
nitroanalines,
dinitroanaline orange).
naphtol
reds,
hansa,
bendizine
dan
16
17
Pada jaman dahulu hingga kini, sering terdengar kabar mengenai adanya
logam berat hasil residu dari tinta. Pada studi analisis mengenai pencetaan kertas
koran, Tucker at al. menegaskan bahwa cadmium, timbal, dan merkuri dapat
terdeteksi dibawah batas normal, dan konsentrasi kromium sangat rendah (< 3
ppm). Keberadaan tembaga sekitar 20-30 ppm pada setiap halaman pencetak
(Dhir, 2001).
2.3 Tinjauan Mengenai Timbal (Pb)
2.3.1 Pengertian Timbal
Timbal (Pb) adalah logam berat yang secara alami terdapat di dalam kerak
bumi dan tersebar melalui proses alami dan berasal dari berbagai kegiatan
manusia (Filaelli, 2010). Timbal merupakan logam lunak berwarna abu-abu
kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Timbal meleleh
pada suhu 328C/662F; titik didih 1740C/3164F dan memiliki gravitasi 11,34
dengan berat atom 207,20 (Widowati, 2008).
2.3.2 Sifat- Sifat Timbal
Logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus antara lain :
1. Merupakan logam lunak sehingga dapat dipotong dengan menggunakan
pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat,
sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logamlogam biasa, kecuali emas dan merkuri.
4. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik (Pallar,1994).
2.3.3 Penggunaan Timbal dalam Bidang Industri
18
Timbal merupakan salah satu logam yang populer dan banyak dikenal oleh
orang awam. Hal ini dikarenakan timbal banyak digunakan di pabrik-pabrik baik
dalam bentuk murni maupun dalam bentuk campurannya dengan logam lain
(Darmono, 1995).
Kemampuan timbal (Pb) membentuk alloy dengan berbagai jenis logam
lain dapat meningkatkan sifat metalurgi dari timbal (Pb). Adapun kegunaannya
antara lain:
1. Pb + Sb sebagai kabel telepon
2. Pb + As + Sn + Bi sebagai kabel listrik
3. Pb + Ni senyawa azida sebagai bahan peledak
4. Pb + Cr + Mo + Cl sebagai pewarnaan cat
5. Pb + asetat untuk mengkilapkan keramik dan bahan anti api
6. Pb + Te sebagai pembangkit tenaga panas
7. Tetrametil-Pb dan Tetraetil Pb sebagai bahan aditif pada bahan bakar
kendaraan bermotor.
Timbal sebagai salah satu zat yang dicampurkan ke dalam bahan bakar
(C 2 H 5)4
19
senyawa yang memiliki kemampuan ledak dengan pencaran energi yang besar
karena itu, senyawa azida banyak digunakan sebagai denator/bahan peledak.
Kegunaan lain dari persenyawaan timbal lain adalah sebagai insektisida
yang terbentuk dari persenyawaan Pb dengan arsenat. Penggunaan yang relatif
baru dari logam timbal ini adalah dalam peningkatan sifat magnetik dari keramik
barium-ferrit. Kombinasi Pb dengan Te (telurium) digunakan sebagai komponen
aktif pada pembangkit listrik tenaga panas (Pallar, 1994).
2.3.4 Tingkat Pencemaran Timbal
Sumber utama pencemaran timbal (Pb) berasal dari emisi gas buang
kendaraan bermotor yang menempati 90% dari total emisi Pb di atmosfer. Sekitar
10% Pb mengendap langsung di tanah dalam jarak 100 meter dari jalan; 45%
mengendap dalam jarak 20 km; 10% mengendap dalam jarak 20-200 km; dan
35% terbawa ke atmosfer.
Air minum bisa tercemari oleh Pb karena penggunaan pipa berlapis Pb,
peralatan makanan keramik berglasur, dan solder yang mengandung Pb. Banyak
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang masih menggunakan pipa
mengandung Pb sehingga sangat besar kemungkinan tercemarnya air minum oleh
Pb.
2.3.5 Toksikokinetik Timbal
Tabel 2.1. Proses Toksikokinetik Timbal (Pb) dalam Tubuh
Absorpsi
Distribusi
t
Eliminasi
20
Pb hingga 95%
Sangat
lama (dari
tulang
bertahuntahun)
Terutama
ginjal (
75%),
sisanya
melalui
usus besar
dan
minuman
tercemar
Pb
dikonsumsi,
maka
tubuh
akan
21
timbal (Pb) dalam eritrosit adalah selama 35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati
selama 40 hari, sedangkan waktu paruh dalam tulang adalah selama 30-40 tahun.
Tingkat ekskresi Pb melalui urinaria adalah sebesar 76%, gastrointestinal 16%,
dan rambut, kuku, serta keringat sebesar 8%.
Timbal (Pb) bersifat kumulatif. Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan
organ yang dipengaruhinya adalah :
1. Sistem haemopoietik; dimana Pb menghambat sistem pembentukan
hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia.
2. Sistem saraf; dimana Pb bisa menimbulkan kerusakan otak dengan gejala
epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium.
3. Sistem urinaria; dimana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis,
loop of Henle, serta menyebabkan aminodisuria.
4. Sistem gastro-intestinal; dimana Pb menyebabkan kolik dan konstipasi.
5. Sistem kardiovaskuler; dimana Pb bisa menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.
6. Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotksisitas atau
janin belum lahir menjadi peka terhadap Pb. Ibu hamil yang
terkontaminasi Pb bisa mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel
otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia dan
teratospermia pada pria.
7. Sistem endokrin; dimana Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan
fungsi adrenal.
8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.
Toksisitas Pb bersifat kronis dan akut. Paparan Pb secara kronis dapat
menyebabkan
kelelahan,
kelesuan,
gangguan
iritabilitas,
gangguan
22
membuat anak-anak bersifat hiperaktif. Selain itu, Pb juga mempengaruhi organorgan tubuh, antara lain sistem saraf, ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin
dan jantung, serta gangguan pada otak sehingga anak mengalami gangguan
kecerdasan dan mental.
Kandungan Pb dalam darah berkorelasi dengan tingkat kecerdasan
manusia. Semakin tinggi kadar Pb dalam darah, semakin rendah poin IQ. Apabila
dalam darah ditemukan kadar Pb sebanyak tiga kali batas normal (intake normal
sekitar 0,3 mg/hari), maka akan terjadi penurunan intelektual (IQ) di bawah 80.
Kelainan fungsi otak terjadi karena Pb secara kompetitif menggantikan peranan
Zn, Cu, dan Fe dalam mengatur fungsi sistem saraf pusat. Timbal (Pb) merupakan
neurotoksin yang bersifat akumulatif. Setiap kenaikan kadar Pb dalam darah
sebesar 10g/dl menyebabkan penurunan IQ sebanyak 2,5 poin. Sementara itu,
setiap paparan 1g/dl Pb di udara mampu menyumbang 2,5-5,3 g/dl Pb dalam
darah (Widowati, 2008).
Anak yang terpapar Pb cenderung menunjukkan gangguan tingkah laku
dan sistem saraf itu terbawa hingga masa depan. Adapun yang menyebutkan
bahwa toksisitas timbal umumnya terjadi 4 tahun kemudian bila intake atau
asupan timbal sebanyak 2,5 mg/hari. Dampaknya cukup membuat kerja saraf
motorik melemah serta menimbulkan gangguan elektromiografik di tubuh
(Yuyun, 2011).
Pada wanita hamil, logam Pb mampu melewati plasenta dan kemudian
akan ikut masuk ke dalam sistem peredaran darah janin. Setelah bayi lahir, Pb
akan dikeluarkan bersama air susu (Widowati, 2008). Toksisitas akut bisa terjadi
jika Pb masuk ke dalam tubuh seseorang melalui makanan atau menghirup gas Pb
23
dalam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang relatif tinggi.
Gejala dan tanda-tanda klinis akibat paparan Pb secara akut bisa menimbulkan
beberapa gejala, antara lain :
1. Gangguan gastrointestinal, seperti kram perut, kolik, dan biasanya diawali
dengan sembelit, mual, muntah-muntah, dan sakit perut yang hebat.
2. Gangguan neurologi berupa enselopati seperti sakit kepala, bingung atau
pikiran kacau, sering pingsan dan koma.
3. Gangguan fungsi ginjal, oligouria, dan gagal ginjal yang akut bisa
berkembang dengan cepat (Widowati, 2008).
2.3.7 Tingkat Pb Normal dalam Tubuh
Untuk dapat melakukan evaluasi terhadap keterpaparan oleh logam Pb,
perlu diketahui batas normal dari konsentrasi kandungan Pb dalam jaringanjaringan dan cairan tubuh. Bila manusia terpapar oleh Pb dalam batasan normal
atau dalam batasan toleransi, maka daya racun yang dimiliki oleh Pb tidak akan
bekerja dan tidak menimbulkan pengaruh apa-apa. Tetapi bila jumlah yang diserap
telah mencapai batas ambang dan atau bahkan melebihi batas ambang, maka
individu yang terpapar akan memperlihatkan gejala keracunan Pb. Peranan umur
dan jenis kelamin dapat mempengaruhi kandungan Pb dalam jaringan tubuh
seseorang. Semakin tua umur seseorang, semakin tinggi pula konsentrasi Pb yang
terakumulasi pada jaringan tubuhnya. Jenis jaringan juga turut mempengaruhi
kadar Pb yang terkandung didalamnya.
24
25
26
27
Metode SSA ini sangat penting dalam analisis farmasi, karena unsur
seperti arsen, antimon, timbal, dan raksa dapat ditentukan dengan sangat peka dan
selektif dengan batas kepekaan di bawah 1g/ml.
Prosedur didasarkan pada absorpsi cahaya oleh atom dalam fase uap. Atom
ini dapat dibangkitkan melalui disosiasi termik garam dalam nyala seperti nyala
seperti halnya fotometri nyala.
Nyala sebagai ruang sampel disinari dengan spektrum garis unsur yang
hendak ditentukan yang dibangkitkan oleh lampu hollow cathode spektrum
garis melalui absorpsi resonansi. Dari cahaya datang dipilih garis cahaya melalui
kisi dan intesitasnya diukur seperti pada spektrofotometri absorban proporsional
terhadap konsentrasi unsur. Untuk penyelesaiannya seperti pada fotometri nyala
juga digunakan kurva kalibrasi atu dengan mengukur absorban setelah
penambahan sejumlah diketahui unsur yang akan ditentukan (J. Roth, 1988).
2.4.2 Prinsip SSA
Prinsip kerja SSA adalah penguapan larutan sampel, kemudian logam yang
terkandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengarbsorbsi
radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (hollow cathode
lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyak penyerapan radiasi
kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu tergantung pada jenis logam
(Darmono, 1995).
Lazimnya suatu larutan berair yang mengandung logam yang harus
ditetapkan (misalnya
2+
28
aerosol, yakni suatu kabut yang terdiri dari tetesan yang sangat halus. Ketika
butiran ini maju melewati nyala, pelarutnya menguap, dan dihasilkan bintik-bintik
halus dari materi berupa partikel.
Zat padat itu kemudian berdiasosiasi, sekurangnya sebagian, untuk
menghasilkan atom-atom logam. Semua tahap ini harus berlangsung dengan jarak
beberapa sentimeter ketika partikel-partikel sampel itu diangkat dengan kecepatan
tinggi oleh gas-gas nyala. Bila disinari dengan benar, kadang-kadang dapat terlihat
tetes-tetes sampel yang belum menguap ke luar dari puncak nyala, dan gas-gas
nyala itu terencerkan oleh udara yang menyerobot masuk sebagai akibat tekanan
rendah yang diciptakan oleh kecepatan tinggi karena sistem optis tersebut tidak
memeriksa seluruh nyala melainkan hanya mengurusi suatu daerah dengan jarak
tertentu di atas titik puncak pembakar (Day R.A, 1998).
2.4.3 Instrumentasi SSA
Suatu spektrofotometer serapan atom terdiri atas komponen-komponen
berikut ini:
1. Sumber cahaya
Lampu katoda berongga yang dilapisi dengan unsur yang sedang
dianalisis.
2. Nyala
Nyala biasanya berupa udara/asetilen, menghasilkan suhu 2500C.
Dinitrogen oksida/asetilen dapat digunakan untuk menghasilkan suhu
sampai 3000C, yang diperlukan untuk menguapkan garam-garam dari
unsur-unsur seperti aluminium atau kalsium.
3. Monokromator
Monokromator digunakan untuk menyempitkan lebar pita radiasi yang
sedang diperiksa sehingga diatur untuk memantau panjang gelombang
29
30
efek yang besar terhadap jauhnya dan laju disosiasi yang menghasilkan uap atom
yang diinginkan (Day R.A., 1998).