Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
sehingga pada penelitian ini digunakan etanol sebagai pelarut untuk ekstraksi
temulawak. Penggunaan ekstrak temulawak dengan pelarut etanol 50% sebagai
hipolipidemik yang dilihat dari kadar HDL belum dibuktikan secara ilmiah. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak etanol rimpang
temulawak terhadap peningkatkan kadar HDL pada tikus putih hiperlipidemia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat dirumuskan
suatu permasalahan sebagai berikut: apakah ekstrak etanol Rimpang Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dapat meningkatkan kadar HDL (High Density
Lipoprotein) pada tikus putih hiperlipidemia?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh ekstrak etanol
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap peningkatan kadar
HDL (High Density Lipoprotein) pada tikus putih hiperlipidemia.
D.
Tinjauan Pustaka
1. Lipid
Lemak di dalam darah terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid
(Sudoyo et al., 2007). Lipid di dalam tubuh manusia terdiri dari lemak netral yang
juga dikenal sebagai trigliserida, fosfolipid, kolesterol dan asam lemak bebas
(Guyton & Hall, 1997). Kolesterol, trigliserida dan fosfolipid berkaitan dengan
protein khusus yang bernama apoprotein menjadi kelompok lemak protein atau
lipoprotein. Ikatan itulah menyebabkan lemak bisa larut, menyatu dan mengalir di
peredaran darah. Sifat lipid yang tidak larut air membawa permasalahan tersendiri
mengenai pengangkutannya. Untuk mengatasinya tubuh membentuk suatu
kompleks antara lipid yang bersifat non polar (trigliserid dan ester kolesterol)
yang terletak di bagian inti dengan lipid yang bersifat ampifatik (fosfolipid dan
kolesterol) dan molekul protein yang terletak di bagian permukaannya. Kompleks
ini dapat larut dalam air yang dikenal dengan lipoprotein (Mayes, 2003).
Lipoprotein bertugas untuk mengangkut lipid dari tempat sintesisnya
menuju ke tempat penggunaannya, sedangkan apolipoprotein bertugas untuk
mempertahankan struktur lipoprotein (Suyatna, 2005). Menurut Adam (2007) ada
5 karakteristik dari jenis-jenis lipoprotein yang ditunjukkan pada tabel 1.
Lipoprotein
Densitas
HDL
LDL
IDL
12,1-1,063
1,063-1,019
1,019-1,006
VLDL
Kilomikron
Lp (a)
<1,006
<1,006
1,04-1,08
130 mg%. Kalau kandungan LDL 130 155 mg% berarti seseorang dianggap
beresiko sedang sedangkan kalau lebih dari 160 mg% berarti berisiko tinggi
(Mursito, 2002).
Lipoprotein berat jenis rendah mengalami katabolisme melalui reseptor
dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi
kolesterol endogen. Pasien hiperkolesterolemia family heterozigot mempunyai
kira-kira 50% reseptor LDL yang fungsional. Pada pasien ini katabolisme LDL
hati dan jaringan perifer berkurang sehingga kadar kolesterol plasmanya
meningkat. LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol-kolesterol terbesar
pada manusia (70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10%
dan kolesterol 50%. Jalur utama katabolisme LDL berlangsung lewat receptormediated endocytosis
dan
hiperlipidemia
sekunder.
Hiperlipidemia
primer
merupakan
hiperlipidemia yang terjadi akibat predisposisi genetika atau keturuan (Sylvia &
Wilson, 2005). Hiperlipidemia sekunder merupakan akibat penyakit lain misalnya
diabetes mellitus, hipotiroidisme. Hiperkolesterolemia adalah gangguan yang
paling terjadi. Sekitar 5% kasus bersifat familial, tetapi sebagian besar kasus tidak
diketahui penyebabnya (Neal, 2005)
Sejarah
lengkap
dan
pemeriksaan
fisik
hiperlipidemia
harus
Normal
Cukup Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Semua nilai dalam miligram per desiliter. HDL (High density lipoprotein):
LDL (Low density lipoprotein) (Dipiro et al., 2008). Data uji klinis mendukung
perluasan manfaat terapi penurunan lipid untuk pasien beresiko tinggi yang
memiliki faktor resiko lipid utama berupa penurunan kadar kolesterol HDL
(Robert & Thomas, 2001). Prinsip utama pengobatan hiperlipidemia ialah
mengatur diet yang mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar
lipid plasma (Suyatna, 2008).
3. Obat-obat Hiperlipidemia
Obat-obat antihiperlipidemia dapat digolongan menjadi lima macam yaitu
obat golongan inhibitor HMG KoA reduktase (statin), obat golongan resin
pertukaran anion, asam nikotinat, fibrat, dan inhibitor pada absorpsi kolesterol
usus (Neal, 2005).
a.
: Spermatophyta
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
:Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
b. Kandungan Kimia
Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat.
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging
buahnya berwarna kekuning-kuningan. Di dalamnya terkandung protein, pati, zat
warna kuning kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan kimia minyak atsirinya
antara
lain
feladren,
kamfer,
turmerol,
tolilmetilkarbinol,
arkurkurmen,
10
E. Landasan Teori
Penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo (2010) menunjukkan bahwa
temulawak memiliki efek hipolipidemik dengan cara menurunkan serum
kolesterol total dan kolesterol LDL serta menaikkan HDL kolesterol. Tanaman
temulawak mengandung kurkumin 1-2% dan minyak atsiri sebanyak 5%
(Mursito, 2002). Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa kandungan
temulawak salah satunya adalah kurkumin (Agoes, 2010) dan menurut Goel et al
(2007) bahwa kurkumin merupakan salah satu jenis flavonoid yang terkandung
dalam rimpang temulawak. Penelitian Goel et al (2007) menunjukkan bahwa
kurkumin memiliki efek hipokolesterolemik dengan cara menurunkan serum
kolesterol total dan kolesterol LDL serta menaikkan HDL kolesterol. Kurkumin
merupakan
serbuk
berwarna
kuning-orange yang
larut
dengan
etanol,
11
F. Hipotesis
Ekstrak etanol rimpang temulawak (Curcuma xanthorhizza Roxb.) dapat
meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein) pada tikus putih
hiperlipidemia.