Sie sind auf Seite 1von 8

AKUNTANSI MUDHARABAH

BEBERAPA DEFINISI
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik
dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku
pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan
kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana.
Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan
kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut juga
investasi tidak terikat.
Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan
kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi.
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama investasi.

KARAKTERISTIK KERJA SAMA MUDHARABAH


1. Bank Syariah, dalam hubungannya dengan kerja sama Mudharabah, bisa bertindak
sebagai Pemilik Dana (dengan melakukan pembiayaan mudharabah), atau sebagai
Pengelola Dana (dengan melakukan penghimpunan Dana)
2. Ketika bertindak sebagai Pemilik Dana, dana yang diterima Bak Syariah disajikan
sebagai Investasi Mudharabah. Sedangkan ketika bertindak sebagai pengelola
dana, dana yang diterima disajikan sebagai Dana Syirkah Temporer.
3. Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan
apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah
disepakati bersama dalam akad.
4. Pengembalian dana Mudharabah dapat dilakukan secara parsial bersamaan dengan
distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.
5. Jika dari pengelolaan dana Mudharabah menghasilkan keuntungan maka porsi jumlah
bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang
disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad. Jika dari pengelolaan
dana syirkah temporer menimbulkan kerugian maka kerugian finansial menjadi
tanggungan pemilik dana.

Mudharabah pada Produk Bank Syariah


. Dalam aplikasinya pada Bank Syariah, konsep mudharabah diterapkan pada
bentuk produk pendanaan berupa:
1. Rekening Tabungan Mudharabah. Adalah tabungan yang disepakati bisa dimanfaatkan oleh
bank untuk digunakan dalam pembiayaan mudharabah. Dalam tabungan ini, nasabah tidak
dapat sewaktu-waktu menarik dananya seperti dalam tabungan wadiah. Dalam aplikasinya,
bentuk tabungan ini biasanya berbentuk targeted saving, seperti tabungan qurban, tabungan

haji, dan tabungan lain yang dimaksudkan untuk suatu pencapaian target kebutuhan dalam
jumlah dan atau jangka waktu tertentu.
2. Investasi umum, dimana bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari kesempatan
investasi atas dana mereka dalam bentuk mudharabah (mudharabah Muthlaqah). Investasi
dalam bentuk ini disepakati untuk jangka waktu 1, 3, 6, 12, atau 24 bulan.
3. Investasi khusus. Dalam bentk ini, bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah
untuk menginvestasikan dana mereka pada usaha atau proyek yang dikehendaki nasabah.
Nisbah bagi hasil untuk investasi khusus (mudharabah muqayyadah) ini ditentukan dan
dinegosiasikan secara kasus per kasus.
Sedangkan pada produk pembiayaan, konsep mudharabah merupakan salah
satu konsep dasar produk pembiayaan bank selain konsep musyarakah, murabahah, salam,
istishna, ijarah, dan qard. Untuk pembiayaan dengan prinsip dasar mudharabah, bank
bertindak sebagai shahibul Maal dan nasabah bertindak sebagai mudharib. Bagi hasil yang
diterima oleh bank dari usaha mudharabah, merupakan keuntungan bank disamping
keuntungan-keuntungan lain yang nantinya secara keseluruhan akan dialokasikan kepada
para nasabah pendanaan (dengan perhitungan dan proporsi tertentu).
Sumber dana dan penggunaan dana mudharabah pada bank syariah berdasarkan
assets allocation approach bisa digambarkan sebagai berikut (diadopsi dari buku Manajemen
Dana Bank Syariah)

Beberapa sifat aplikasi produk dengan konsep mudharabah dalam perbankan dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara
tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak
pernah mengalami negative spread
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow usaha nasabah
sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent)dalam mencari usaha yang benarbenar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benarbenar terjadi itulah yang akan dibagikan.
Secara umum, aplikasi pembiayaan dengan konsep al mudharabah dalam perbankan dapat
digambarkan dalam skema berikut ini:

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN


Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:
a) investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diberikan pada saat
pembayaran;
Pencatatan jurnalnya adalah sebagai berikut:
Pembiayaan Mudharabah
xxx

Kas
xxx
b) investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas pada
saat penyerahan:
i.
jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya maka selisihnya diakui
sebagai kerugian;
Pencatatan Jurnalnya adalah sebagai berikut:
Pembiayaan Mudharabah
xxx

Kerugian Penurunan Nilai


Aset Mudharabah

xxx
xxx

ii.
jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya maka selisihnya diakui
sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.
Pencatatan Jurnalnya adalah sebagai berikut:
Pembiayaan Mudharabah
xxx

Keuntungan Tanguhan
Aset Mudharabah

xxx
xxx

Sedangkan Jurnal Amortisasinya adalah:

Keuntungan Tangguhan

Keuntungan Mudharabah

xxx

xxx

c) Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau
faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan
nilai tersebut diakui sebagai KERUGIAN dan mengurangi saldo investasi mudharabah.
Pencatatan Jurnalnya adalah sebagai berikut:
Kerugian Pembiayaan Mudharabah xxx
Investasi Mudharabah
xxx
d) Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha bukan karena
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat
penerimaan bagian bagi hasil.
Pencatatan Jurnal pada saat menerimaa bagian bagi hasil adalah sebagai berikut:
Kas
xxx

Kerugian Mudharabah
xxx
Pendapatan Bagi Hasil Mdhrbh
xxx
e) Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh
pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo.
Pencatatan Jurnalnya adalah sebagai berikut:
Piutang Jatuh Tempo
xxx
Investasi Mudharabah
f)

xxx

Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui
sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.
Pencatatan Jurnalnya adalah sebagai berikut:
Kerugian Mudharabah
xxx
Penyisihan Kerugian Mdhrbh

xxx

g) Pada saat akad mudharabah berakhir, harus diperhatikan selisih antara kas/aset nonkas
dengan Investasi Mudharabah yang sudah dikurangi dengan penyisihan kerugian investasi
mudharabah. Apabila selisih tersebut bernilai positif, berarti terdapat keuntungan
mudharabah. Sebaliknya apabila bernilai negatif maka terjadi kerugian mudharabah.
Pencatatan Jurnal sebagai berikut:
Kas/aset nonkas
xxx

Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx


Investasi Mudharabah
xxx
Keuntungan Mudharabah
xxx
Atau
Kas/aset nonkas
xxx

Penyisihan Kerugian Invstasi Mudharabah xxx


Kerugian Mudharabah
xxx
Investasi Mudharabah

xxx

b. Bank Syariah sebagai Pengelola Dana (Mudharib)

1.
2.
3.
4.

5.

Dalam hubungannya dengan Dana Pihak Ketiga (DPK), Bank syariah juga
menerima simpanan/deposito Mudharabah. Dalam bentuk ini, bank bertindak sebagai
pengelola dana (mudharib) yang bertugas memanfaatkan dana masyarakat yang terkumpul
agar produktif dan menghasilkan, untukkemudian memberikan kompensasi kepada nasabah
penabung/investor Mudharabah dalam bentuk bagi hasil.
Beberapa ketentuan yang berlaku dalam hal Bank Syariah sebagai Pengelola Dana
(Mudharib) adalah:
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah
temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatat.
Jika Bank Syariah (nantinya) menyalurkan dana syirkah temporer mutlaqah yang diterima
maka Bank Syariah mencatatnya sebagai aset.
Jika Bank Syariah menyalurkan dana syirkah temporer muqayadah yang diterima, Bank
Syariah tidak boleh mengakui sebagai aset, karena Bank Syariah tidak memiliki hak untuk
menggunakan aset atau melepas aset tersebut kecuali sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan oleh pemilik dana.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diumumkan dan belum
dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi
porsi hak pemilik dana.

6. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian Bank sebagai pengelola dana diakui
sebagai beban pengelola dana.

PENCATATAN JURNAL TRANSAKSI MUDHARABAH


Dalam kaitannya dengan mudharabah, terdapat beberapa bentuk transaksi yang bisa terjadi
antara pihak bank sebagai shohibul maal dengan nasabah sebagai mudharib, antara lain:
1. Penyerahan dana (kas) atau Aset Nonkas oleh bank kepada nasabah.
2. Pembayaran hasil usaha oleh nasabah kepada Bank.
3. Membayar cicilan pokok (untuk mudharabah mutanaqishah)
4. Pelunasan Pokok pinjaman oleh nasabah kepada bank (pada akhir periode)

Dari bentuk transaksi-transaksi tesebut, berikut adalah contoh operasionalnya:


Tanggal
2/1/09
5/1/09
10/1/09
20/1/09
31/1/09
31/1/09
31/10/09

Jenis Transaski
Bank Jaya menyerahkan uang sebagai realisasi akad Mudharabah kepada
tuan A sebesar Rp 200 juta.
Bank Jaya menyerahkan aset non kas yang nilai bukuya sebesar Rp 120 juta
sebagai realisasi akad Mudharabah kepada tuan B. Aset ini diakui dengan
nilai pasar sebesar Rp 150 juta.
Bank Jaya menyerahkan aset non kas yang nilai bukuya sebesar Rp 200 juta
sebagai realisasi akad Mudharabah kepada tuan B. Aset ini diakui dengan
nilai pasar sebesar Rp 190 juta.
Diakui terjadinya penurunan nilai aset non kas mudharabah yang ada pada
tuan B karena kerusakan (bukan karena kelalaian tuan B) sebesar Rp 3 juta
Tuan A melakukan pembayaran bagi hasil usaha kepada Bank Jaya sebesar
Rp 2 juta
Tuan A Membayar cicilan pokok pembiayaan mudharabah kepada bank Jaya
sebesar Rp 10 juta
Tuan A melunasi pembiayaan mudharabah kepada bank Jaya sebesar Rp 110
juta

A. Pencatatan oleh Bank Jaya


2/1/09
5/1/09
10/1/09
20/1/09
31/1/09
31/1/09
31/1/09

Investasi Mudharabah
200.000.000,Kas
200.000.000,Investsi Mudharabah
150.000.000,Aset Nonkas
120.000.000,Keuntungan Tangguhan
30.000.000,Investasi Mudharabah
190.000.000,Kerugian penurunan nilai
10.000.000,Aset Nonkas Mudharabah
200.000.000,Kerugian Investasi Mudharabah
3.000.000,Penyisihan Investasi mudharabah
3.000.000,Kas
2.000.000,Pendapatan bagi hasil mudharabah
2.000.000,Kas
10.000.000,Investasi Mudharabah
10.000.000,Kas
110.000.000,Investasi Mudharabah
110.000.000,-

B. Pencatatan oleh Tuan A


2/1/09
31/1/09
31/1/09

Kas
Dana syirkah temporer
Beban bagi hasil mudharabah
Kas
Dana Syirkah Temporer
Kas

200.000.000,200.000.000,10.000.000,10.000.000,110.000.000,110.000.000,-

Beberapa Ketentuan Lain dalam Akad Mudharabah:


1. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan
laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak
diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
2. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola
dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.
3. Bagian hasil usaha yang sudah diakui namun belum dibayar oleh pengelola dana
diakui sebagai piutang jatuh tempo dari pengelola dana.
4. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan :
i.

Dana Syirkah Temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tecatatanya
untuk setiap jenis mudharabah, yaitu sebesar dana syirkah temporer dikurangi
dengan penyisihan kerugian (jika ada)

ii.

Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum
diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum
dibagikan sebagai kewajiban.

5. Pengungkapan dana mengungkpkan ransaksi mudharabah dalam laporan keuangan:


i.

Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain

ii.

Rincian dana syirkah temporer yang duterima berdasarkan jenisnya

iii.

Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayyadah. Pengungkapa


yang dipelukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
REFERENSI:

Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis iqih dan Keuangan, Raja Grafindo, Jakarta, 2004
Antonio, Muhammad SyafiI, Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta, 2001
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta 2009

Das könnte Ihnen auch gefallen