Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang
Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui
jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian
hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode
pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya
(UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981
tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib
ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari
kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk
Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur,
Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera
dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan
hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan
umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan
pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan
melaksanakan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin
kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan
kepastian hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan
tera ulang yang berpedoman pada syarat teknis UTTP.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun Syarat Teknis UTTP yang
wajib ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas
dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan
UTTP.
1.2. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera
dan tera ulang Timbangan Bukan Otomatis.
2. Tujuan
Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera
dan tera ulang serta pengawasan Timbangan Bukan Otomatis.
1.3. Pengertian
Dalam syarat teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Timbangan adalah alat ukur yang dipergunakan untuk menentukan
massa suatu benda dengan memanfaatkan gravitasi yang bekerja
pada benda tersebut.
2.
3.
Timbangan
berskala
adalah
timbangan
yang
memberikan
penunjukan
langsung
hasil
penimbangannya,
baik
secara
keseluruhan maupun sebagian.
Timbangan tidak berskala adalah timbangan yang tidak dilengkapi
angka skala, dalam satuan massa.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
mendatarkan
23. Alat penyetel nol adalah bagian pengukur muatan untuk menyetel
penunjukan nol pada timbangan yang tidak bermuatan.
24. Alat penyetel nol bukan otomatis adalah alat penyetel nol yang
bekerjanya dilakukan oleh operator.
25. Alat penyetel nol semi otomatis adalah alat penyetel nol yang
bekerjanya secara otomatis berdasarkan perintah manual.
26. Alat penyetel nol otomatis adalah penyetel nol yang bekerjanya secara
otomatis tanpa dilakukan oleh operator.
27. Alat penyetel nol awal adalah alat penyetel nol otomatis pada saat
timbangan dihidupkan dan sebelum digunakan.
28. Perangkap nol adalah alat untuk mempertahankan penunjukan nol
pada batas tertentu secara otomatis.
29. Tara adalah bagian pengukur muatan yang berfungsi untuk
membuat penunjukan menjadi nol dalam keadaan timbangan
bermuatan, baik yang tidak mengubah kapasitas maupun yang
mengubah kapasitas.
30. Alat pengunci adalah alat untuk menghentikan berfungsinya sistem
timbangan baik sebagian maupun secara keseluruhan.
31. Alat penstabil muatan adalah alat untuk menstabilkan penunjukan
selama penimbangan.
32. Kapasitas maksimum (Max) adalah kekuatan nominal timbangan
tanpa memperhitungkan tara penyetimbangnya.
33. Kapasitas minimum (Min) adalah nilai muatan yang bila menimbang
dibawah nilai muatan itu cenderung menimbulkan kesalahan relatif
yang besar.
34. Rentang ukur penimbangan adalah rentang ukur antara kapasitas
minimum dan maksimum.
35. Perluasan interval penunjukan otomatis adalah nilai yang
memungkinkan memperbesar rentang ukur penunjukan otomatis
yang masih berada dalam rentang ukur penimbangan.
36. Jarak skala pada timbangan dengan penunjukan analog adalah jarak
antara setiap dua tanda skala yang berurutan yang diukur sepanjang
dasar skala.
37. Interval skala terkecil (d) adalah nilai dinyatakan dalam satuan
massa:
a. untuk penunjukan analog, yaitu perbedaan antara dua nilai dari
dua tanda skala yang berurutan; dan
b. untuk penunjukan digital, yaitu perbedaan antara dua nilai yang
ditunjuk berurutan.
38. Interval skala verifikasi (e) adalah nilai yang dinyatakan dalam
satuan massa, digunakan untuk pengklasifikasian timbangan dan
pengujian timbangan.
39. Nilai skala yang memiliki angka adalah nilai perbedaan antara dua
skala yang memiliki angka yang berurutan.
40. Jumlah interval skala verifikasi (n) adalah perbandingan kapasitas
maksimum dengan interval skala verifikasinya.
41. Timbangan interval tunggal adalah timbangan yang daerah
penimbangannya mempunyai interval skala verifikasi yang sama.
7
BAB II
PERSYARATAN ADMINISTRASI
2.1
Ruang Lingkup
Syarat teknis ini mengatur tentang persyaratan administrasi,
persyaratan teknis, dan persyaratan kemetrologian untuk Timbangan
Bukan Otomatis.
2.2. Penerapan
Syarat teknis ini berlaku untuk semua:
1. Jenis Timbangan Bukan Otomatis, baik mekanik maupun elektronik.
2. Jenis Timbangan Bukan Otomatis, dengan penunjukan otomatis,
semi otomatis dan bukan otomatis.
3. Bagian utama Timbangan Bukan Otomatis baik yang sudah terakit
menjadi satu unit timbangan maupun yang masih terpisah.
2.3. Identitas
1. Timbangan harus dilengkapi identitas minimal sebagai berikut:
a. Kelas keakurasian (harus sesuai lambang pada tabel 1);
b. Kapasitas maksimum (Max);
c. Kapasitas minimum (Min);
d. Interval skala verifikasi (e);
e. Interval skala (d), jika d<e;
f.
Merek;
Nomor seri.
10
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN
3.1. Persyaratan Teknis
1. Bahan
Timbangan harus dibuat dari bahan yang berkualitas, sehingga dapat
menjamin keserasian, kekuatan, keawetan dan karakteristik serta
sifat-sifat kemetrologiannya.
2. Konstruksi
a. timbangan harus mempunyai penerimaan muatan, sehingga anak
timbangan standar dapat diletakkan dengan mudah dan aman
pada saat pengujian. Jika anak timbangan standar tidak dapat
ditempatkan, maka perlu alat bantu penerima muatan;
b. timbangan
tidak
boleh
mempunyai
karakteristik
memudahkan untuk melakukan kecurangan;
yang
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Posisi penguncian
1) jika timbangan mempunyai alat pengunci satu atau lebih,
maka harus mempunyai dua posisi yaituterkunci dan
menimbang;
2) kedudukan sebelum menimbang diperbolehkan ada pada
timbangan kelas satu dan dua, kecuali yang telah diatur
dalam Sub Bab 3.1. angka 3 huruf h dan huruf j.
17
2) gandar berskala
Interval skala dari alat uji tambahan harus sama dengan atau
lebih kecil dari1 5interval skala verifikasi dari timbangan yang
dimaksud.
21
kapasitas
minimum
harus
tidak
kedua
indeks
tidak
boleh
lebih
dari
d. konstruksi
23
dilas
atau
dipatri
pada
harus
dari
nol
sampai
kapasitas
ukur
25
yang
dx
. 0,05 mm, tetapi ix 2 mm
e
26
suatu
Persyaratan Kemetrologian
1. Dasar klasifikasi
a. kelas keakurasian
Tabel 3.1. Kelas Keakurasian
Kelas
Lambang pada
timbangan
Penulisan
Satu (khusus)
Dua (halus)
II
II
Tiga (sedang)
III
III
Empat (biasa)
IIII
IIII
2. Klasifikasi
a. hubungan kelas keakurasian timbangan dengan interval skala
verifikasi, jumlah interval skala verifikasi dan kapasitas minimum
adalah seperti tercantum, dalam Tabel 3.3;
Tabel 3.3. Klasifikasi Timbangan
Jumlah interval skala
Kelas
I
II
III
Interval skala
verifikasi (e)
Verifikasi ( n
Kapasitas
Max
)
e
minimum
Minimum
Maksimum
0,001 g e *)
50.000
100e
0,001ge0,05 g
100
100.000
20e
0,1ge
5.000
100.000
50e
0,1ge2g
100
10.000
20e
5ge
500
10.000
20e
5ge
100
1.000
10e
IIII
Dacin
Timbangan
Meja
Neraca Obat
Neraca Emas
(kelas II)
(kelas II)
1000
1000
10000
5000
28
h. Untuk timbangan kelas III dan IIII, maka nilai d harus sama
dengan e (d = e), kecuali timbangan dengan penunjukan bukan
otomatis.
3. Persyaratan tambahan untuk timbangan multi-interval*)
a. bagian rentang ukur.
Setiap bagian rentang ukur (indeks i=1,2) ditentukan oleh:
1) Interval skala verifikasi adalah ei, ei+1> ei
a) Kapasitas maksimum adalah Maxi.
b) Kapasitas
mini=min
minimum
adalah
Mini=Maxi-1untuk
i=1
Max i
ei
b. kelas keakurasian
ei dan ni dalam setiap bagian rentang ukur, Mini harus memenuhi
Tabel 3.3.
c. kapasitas maksimum dari bagian rentang ukur harus memenuhi
Tabel 3.4 kecuali bagian rentang ukur yang terakhir.
Tabel 3.4. Kapasitas Maksimum
Kelas
I (Khusus)
II (halus)
III (sedang)
IIII(biasa)
Maxi
50.000
5.000
500
50
ei+1
d. untuk timbangan dengan alat tara ketentuan tentang rentang ukur
timbangan multi-interval diterapkan pada muatan netto bagi setiap
nilai tara tersebut.
*) Contoh timbangan multi interval
Kapasitas maksimum (Max) = 2/5/15 kg, kelas III (sedang)
Interval skala verifikasi : e
1 / 2 / 10 g
23, 4 5 g
23, 4 8 g
hanya
0,1 g
0,2 g
0,5 g
e=
1g
1g
1g
e=
10d
5d
2d
Hal ini tidak berlaku untuk timbangan kelas satu dengan d<1 mg,
dimana e = 1 mg.
Tabel 3.5.b. Contoh nilai e dimana d<1 mg.
d=
0,01 mg
0,02 mg
0,05 mg
<0,01 mg
e=
1 mg
1 mg
1 mg
1 mg
e=
100d
50d
20d
>100d
yang
Diizinkan
(BKD)
untuk
pengujian
Dacin
Timbangan
Meja
+2
3000
+2
3000
BKD
Neraca Obat
Neraca Emas
(kelas II)
(kelas II)
10000
4000
Kelas
Kelas
Kelas
II
III
IIII
0,5 e
0 m 50.000
0 m 5.000
0 m 500
0 m 50
1,0 e
50 < m 200
1,5 e
200.000 < m
BKD
), kecuali ditentukan
penambah maksimum, atau (
+
lain sebagaimana disebutkan pada poin selanjutnya di bawah
ini;
2) pada timbangan dengan penerima muatan yang memiliki n titik
penyangga, dengan n>4, maka muatan yang harus digunakan
pada setiap titik penyangga adalah( )dari jumlah kapasitas
maksimum
atau
(
(
dan
+
pengaruh
);
tara
penambah
maksimum,
);
Jika kesalahan kemampuan ulang (R) tidak lebih besar dari 0,3e (R
0,3e), maka Anak timbangan standar dapat dikurangi menjadi
1 Max.
3
Jika kesalahan kemampuan ulang (R) tidak lebih besar dari 0,2e (R
0,2e), maka Anak timbangan standar dapat dikurangi
menjadi1 5Max.
32
Jika kesalahan kemampuan ulang (R) tidak lebih besar dari 0,1e (R
0,1e), maka Anak timbangan standar dapat dikurangi
menjadi1.000 kg atau 1 10Max (pilih yang terbesar).
Kesalahan kemampuan ulang (R) harus ditentukan dengan nilai
muatan (Anak timbangan standar atau muatan lainnya) mendekati
nilai substitusi yang dibuat, dengan menempatkan muatan 3 kali
pada lantai muatan.
8. Diskriminasi
a. pada timbangan dengan penunjukan bukan otomatis, imbuh
sebesar 0,4 kali nilai absolut BKD untuk muatan uji sebagaimana
dimaksud pada angka 5 huruf a dan b bila diletakkan pada atau
diturunkan
dari
timbangan
(dengan
hati-hati)
pada
kesetimbangannya, maka harus menghasilkan gerakan yang
terlihat dari elemen penunjukannya.
b. pada timbangan dengan penunjukan otomatis atau semi otomatis,
yang penunjukannya:
1) analog, maka imbuh yang setara dengan nilai absolut BKD
untuk muatan uji sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf
a dan b, bila diletakkan pada atau diturunkan dari timbangan
(dengan hati-hati) pada kesetimbangannya harus menyebabkan
perpindahan tetap dari elemen penunjukan sekurangkurangnya 0,7 kali imbuh tersebut.
2) digital, maka tambahan muatan sebesar 1,4 kali interval skala
terkecil bila diletakkan pada atau diturunkan dari timbangan
(dengan hati-hati) pada kesetimbangannya, harus mengubah
penunjukan awalnya.
9. Perubahan-perubahan akibat besaran pengaruh
a. timbangan harus memenuhi ketentuan-ketentuan angka 5, 6, dan
8 dalam kondisi seperti yang diterangkan dalam huruf b sampai
dengan huruf k.
b. untuk timbangan kelas II, kelas III atau kelas IIII yang dapat
dimiringkan, maka pengaruh kemiringan harus ditentukan dalam
arah panjangnya atau arah melintang sebesar50 1000 atau sesuai
nilai batas kemiringan yang tertera pada timbangannya atau
ditunjukkan oleh alat pendatar, dipilih yang terbesar dan nilai
absolut perbedaan antara penunjukan timbangan dalam posisi
tidak dimiringkan dan penunjukan dalam posisi dimiringkan tidak
boleh melebihi:
1) 2e untuk timbangan tanpa muatan (timbangan pertama-tama
telah disetel nol pada waktu tanpa muatan dalam posisi yang
tidak dimiringkan) kecuali kelas II;
2) BKD untuk muatan maksimum (timbangan tanpa muatan telah
disetel nol terlebih dahulu pada posisi tidak dimiringkan dan
pada posisi dimiringkan);
Timbangan harus dilengkapi dengan alat penyetel kedataran
dan alat penunjuk kedataran yang dipasang dengan kuat pada
timbangan, pada tempat yang terlihat dengan jelas oleh
pemakai, kecuali kalau timbangan tersebut:
a) bergantung dengan bebas; atau
b) dipasang dalam posisi yang tetap.
33
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
4.1. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan Timbangan Bukan
Otomatis sebelum ditera atau ditera ulang dilakukan berdasarkan
petunjuk Bab II Sub Bab 2.4;
2. Pemeriksaan kesesuaian penandaan seperti pada Bab II Sub Bab 2.3;
dan
3. Timbanganharus diperiksa untuk memastikan kesesuaian dengan
tipe yang telah mendapatkan Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.
4.2. Pengujian tera dan tera ulang
1. Tera
a. Pengujian tidak boleh dilakukan apabila tidak sesuai dengan tipe
yang telah disetujui atau diizinkan.
b. Pengujian harus dilakukan untuk
pemenuhan ketentuan berikut:
memeriksa
kesesuaian
1) kesalahan penunjukan
2) kesalahan alat penyetel nol dan alat tara
3) kemampuan ulang
4) eksentrisitas
5) kemiringan
6) Kepekaan
c. Untuk pengujian di tempat pakai maka pemilik atau pengguna
timbangan menyediakan anak timbangan standar atau muatan
lainnya, perlengkapan, ruangan uji dan petugas yang membantu
melakukan pengujian sesuai dengan peraturan perundangundangan.
d. sesuai dengan ketentuan yang berlaku, timbangan yang telah
memenuhi persyaratan tersebut diatas disahkan dengan
membubuhkan tanda tera.
2. Tera Ulang
Pada tera ulang, pemeriksaan dan pengujian sesuai dengan tera
dengan nilai BKD untuk tera ulang.
34
BAB V
PEMBUBUHAN TANDA TERA
5.1. Pembubuhan
1. Tanda daerah, Tanda Pegawai Berhak, dan Tanda sah dibubuhkan
pada lemping tanda tera, sumbat cap, atau bagian dari timbangan.
2. Tanda jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian
tertentu dari Timbangan yang sudah disahkan pada waktu ditera dan
ditera ulang pada tempat yang dapat mengubah kebenaran
timbangan.
3. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
5.2. Tempat Pembubuhan
1. Penempatan
a. Tempat pembubuhan tanda tera dapat berupa:
1) bagian dari timbangan;
2) plat berupa lemping alumunium atau logam dengan kualitas
sejenis yang tahan karatyang dipasang pada timbangan; atau
3) lubang yang dibor pada timbangan yang selanjutnya diisikan
timah atau logam dengan kualitas sejenis yang tahan karat.
b. area tempat pembubuhan tanda tera sekurang-kurangnya 150
mm2.
2. Tera
a. Tanda Sah Logam ukuran 4 mm (SL4), Tanda Daerah ukuran 4
mm dan Tanda Pegawai Yang Berhak (H) dibubuhkan pada
bagian dari timbangan sebagaimana pada angka 1 huruf a angka
1) atau tempat lainnya sebagaimana angka 3).
b. Tanda Sah Logam ukuran 6 mm (SL6), Tanda Daerah ukuran 8
mm dan Tanda Pegawai Yang Berhak (H) dibubuhkan pada
lemping alumunium atau logam dengan kualitas sejenis yang
tahan karat. Lemping tersebut hendaknya dipasang dengan cara
disekrup pada plat pengenal/identitas atau tempat tertentu pada
Timbangan. Sekrup tersebut dililit dengan kawat segel dan
dibubuhi Tanda Jaminan Plombir 8 mm (JP8).
c. Tanda jaminan dibubuhkan pada tempat-tempat/bagian-bagian
dari timbangan yang dianggap berdasarkan konstruksi dan
teknologi dapat dengan mudah dilakukan tindakan yang
mempengaruhi karakteristik kemetrologiannya.
3. Tera Ulang
a. Bagi timbangan yang pembubuhan tanda tera pertamanya seperti
pada angka 2 huruf a, maka tanda tera ulangnya dibubuhkan
pada bagian yang kosong dari timbangan atau tempat lainnya
dengan tanda sah logam ukuran 4 mm (SL4) atau ukuran 6 mm
(SL6).
b. Bagi timbangan yang pembubuhan tanda tera pertamanya seperti
pada angka 2 huruf b, maka tanda teranya dibubuhkan dengan
mengganti Tanda Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8) dengan
Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6).
c. Tanda Jaminan dibubuhkan sesuai dengan angka 2 huruf c.
35
BAB VI
PENUTUP
36
Lampiran 1
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN MEJA
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat.
2. Periksa bahan dan konstruksi timbangan (hanya untuk kegiatan tera).
3. Posisikan timbangan dalam keadaan datar.
B. Pengujian Kebenaran
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan Max.
3. Amati penunjukan indeks atau tolok.
4. Jika penunjukan indeks atau tolok tidak setimbang, beri imbuh sebesar
BKD pada penerima muatan yang menjungkit ke atas.
5. Apabila penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke posisi
setimbang, maka timbangan dinyatakan SAH. Jika tidak bergerak
maka timbangan dinyatakan BATAL.
C. Pengujian Kepekaan
1. Pengujian ini dapat menjadi satu kesatuan dengan pengujian
kebenaran dengan nilai muatan yang sama (muatan Max).
2. Tambahkan imbuh sebesar BKD.
3. Jikapenunjukan indeks atau tolok bergerak minimal 2 mm, maka
timbangan dinyatakan SAH. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang
dari 2 mm, maka timbangan dinyatakan BATAL.
D. Pengujian Eksentrisitas
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan minimal1 3Max
pada posisi yang diuji.
3. Amati titik kesetimbangannya.
Lampiran 2
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG DACIN
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat
2. Periksa bahan dan konstruksi timbangan (hanya untuk kegiatan tera).
3. Gantung dacin pada tempat yang telah disediakan.
B. Pengujian Kebenaran
1. Setel nol timbangan.
2. Gantungkan anak timbangan standar pada kait gantungan dengan
muatan Max atau boleh kurang sampai 5e dari Max (Max - 5e).
3. Amati penunjukannya. Jika
timbangan dinyatakan SAH.
penunjukannya
setimbang,
maka
38
Lampiran 3
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN SENTISIMAL
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat;
2. Periksa bahan dan konstruksi timbangan (hanya untuk kegiatan tera).
3. Posisikan timbangan dalam keadaan datar.
B. Pengujian Kebenaran
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan Max.
3. Amati penunjukan indeks atau tolok.
4. Jika penunjukan indeks atau tolokmenjungkit ke atas, maka beri
imbuh ke piring gantung anak timbangan sebesar BKD.
5. Jika penunjukan indeks atau tolokmenjungkit ke bawah, maka beri
imbuh ke lantai penerima muatansebesar BKD.
6. BKD pada piring gantung 1:100 dengan BKD pada lantai penerima
muatan
7. Apabila penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke posisi
setimbang, maka timbangan dinyatakan SAH. Jika tidak bergerak
maka timbangan dinyatakan BATAL.
C. Pengujian Kepekaan
1. Pengujian ini dapat menjadi satu kesatuan dengan
kebenaran dengan nilai muatan yang sama (muatan Max).
pengujian
E. Pengujian Eksentrisitas
1. Pengujian eksentrisitas dilakukan pada muatan sesuai dengan skala
maksimum gandar utama.
2. Setel nol timbangan.
3. Muati dengan anak timbangan standar pada posisi yang diuji.
4. Amati penunjukan indeks atau tolok.
5. Jika penunjukan indeks atau tolokmenjungkit ke atas, maka beri
imbuh ke piring gantung anak timbangan sebesar BKD.
6. Jika penunjukan indeks atau tolokmenjungkit ke bawah, maka beri
imbuh ke lantai penerima muatansebesar BKD.
7. BKD pada piring gantung 1:100 dengan BKD pada lantai penerima
muatan
8. Apabila penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke posisi
setimbang, maka timbangan dinyatakan SAH. Jika tidak bergerak
maka timbangan dinyatakan BATAL.
F. Pengujian Kemiringan (untuk Tera)
1. Posisikan timbangan dalam keadaan datar dengan memperhatikan
penyipat datar.
2. Muati dengan anak timbangan standar minimal 50% Max.
3. Posisikan timbangan dalam keadaan miring sebesar50 1000atau sesuai
nilai batas kemiringan yang ditunjukkan oleh penyipat datar dengan
cara memberikan ganjal dalam arah panjang atau melintang.
4. Amati posisi kesetimbangannya.
5. Tambahkanimbuh sebesar BKD.
6. Amati penunjukan kesetimbangannya.
7. Jika penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke posisi
setimbang, maka timbangan dinyatakan SAH. Jika tidak bergerak
maka timbangan dinyatakan BATAL.
8. Turunkan Anak timbangan standar dan ambil ganjalnya sehingga
timbangan dalam posisi datar.
G. Pengujian Kebenaran Gandar Utama
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada lantai muatan sebesar
skala maksimum pada gandar utama.
3. Amati titik kesetimbangannya dan kesalahan penunjukannya tidak
boleh melebihi BKD.
4. Turunkan anak timbangan standar
5. Setel nol timbangan.
40
Lampiran 4
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN BOBOT INGSUT
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat;
2. Periksa bahan dan konstruksi timbangan (hanya untuk kegiatan tera).
3. Posisikan timbangan dalam keadaan datar.
B. Pengujian Kebenaran
1. Setel nol timbangan.
2. Gantungkan anak timbangan standar pada kait gantungan dengan
muatan Max atau boleh kurang sampai 5e dari Max (Max - 5e), dimana
e adalah nilai e pada gandar kecil.
3. Amati penunjukannya. Jika
timbangan dinyatakan SAH.
penunjukannya
setimbang,
maka
42
Lampiran 5
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN PEGASDAN
TIMBANGAN CEPAT
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat
2. Posisikan timbangan dalam keadaan datar
B. Pengujian Kebenaran
1. Titik uji penimbangan dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur
penimbangannya harus mencakup :
- Min;
- Perubahan BKD; dan
- Max atau boleh kurang sampai 5e dari Max (Max - 5e).
2. Setel nol timbangan.
3. Muati dengan anak timbangan standar pada titik uji yang diperiksa.
4. Amati posisi jarum penunjukan.
5. Apabila kesalahan penunjukkannya tidak melebihi BKD, maka
timbangan dinyatakan SAH. Jika melebihi BKD maka timbangan
dinyatakan BATAL.
6. Lakukan angka 2 sampai dengan 5 untuk titik uji lainnya.
C. Pengujian Kepekaan
1. Pengujian ini
dapat menjadi satu kesatuan dengan pengujian
kebenaran meliputi3 titik uji pada muatan Min, 50% Max dan Max atau
boleh kurang sampai 5e dari Max (Max - 5e).
2. Setel nol timbangan.
3. Tambahkan imbuh sebesar BKD.
4. Amati penunjukannya.
5. Apabila perubahan penunjukan minimal 0,7 BKD, maka timbangan
dinyatakan SAH. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang dari 0,7
BKD, maka timbangan dinyatakan BATAL.
6. Lakukan angka 2 sampai dengan 5 untuk titik uji lainnya.
D. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan 0,8 Max.
3. Lakukan perubahan/gangguan pada muatan.
4. Amati posisi jarum penunjukan.
5. Untuk mengetahui kesalahannya lakukan minimum 3 (tiga) kali.
6. Selisih penunjukan yang terbesar tidak boleh melebihi BKD untuk
muatan uji.
43
E. Pengujian Eksentrisitas
Hanya diperuntukan untuk timbangan pegas bukan gantung.
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan minimal1 3Max
pada posisi yang diuji.
3. Amati penunjukannya.
44
Lampiran 6
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG NERACA
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa neraca dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat.
2. Periksa bahan dan konstruksi timbangan (hanya untuk kegiatan tera).
3. Posisikan neraca dalam keadaan datar.
B. Pengujian Kebenaran.
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada piring muatan sebesar
Max.
3. Amati kesetimbangan dan kesalahan penunjukannya.
4. Apabila kesalahan penunjukan maksimal sebesar BKD, maka
timbangan dinyatakan SAH. Jika melebihi BKD maka timbangan
dinyatakan BATAL.
C. Pengujian Kepekaan
1. Pengujian ini
dapat menjadi satu kesatuan dengan pengujian
kebenaran dengan nilai muatan yang sama (muatan Max).
2. Setimbangkan timbangan.
3. Tambahkan imbuh sebesar BKD.
4. Jikapenunjukan indeks bergerak minimal 3skala, maka timbangan
dinyatakan SAH. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang dari 3
skala, maka timbangan dinyatakan BATAL.
D. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan Max.
3. Kemudian tekan piring muatan dan lepas.
4. Amati penunjukan kesetimbangannya.
5. Jika tidak setimbang tambahkan imbuh sebesar BKD.
6. Untuk mengetahui kesalahannya lakukan minimum 3 (tiga) kali.
7. Selisih penunjukan yang terbesar tidak boleh melebihi BKD untuk
muatan uji.
45
Lampiran 7
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN ELEKTRONIK
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat
2. Posisikan timbangan dalam keadaan datar
3. Lakukan pemanasan pada timbangan
B. Pengujian Kebenaran untuk Tera
Titik uji penimbangan dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur
penimbangannya harus mencakup:
-
Min;
Max.
1. Muati dengan anak timbangan standar sesuai dengan titik uji yang
diperiksa.
2. Jika penunjukan sama dengan anak timbangan standar yang diletakkan,
maka timbangan dinyatakan SAH.
3. Jika penunjukan tidak sama :
a. BKD 0,5 e, maka timbangan dinyatakan BATAL.
b. BKD 1 e:
1) Untuk penunjukan stabil di 1e maka tambahkan imbuh 0,5 e
a) Jika tetap, maka timbangan dinyatakan SAH.
b) jika berubah
BATAL.
menjadi
+2e,
maka
timbangan
dinyatakan
Min;
Max.
1. muati dengan anak timbangan standar sesuai dengan titik uji yang
diperiksa.
46
menjadi
+3e,
maka
timbangan
dinyatakan
4. Lakukan pemeriksaan kesalahan penunjukannya sesuai langkahlangkah pada pengujian kebenaran untuk Tera atau Tera Ulang.
5. Lakukan angka 2 sampai dengan 4 untuk posisi lain yang diuji.
E. Pengujian penyetelan nol
Setelah penyetelan nol, pengaruh penyimpangan
penimbangan tidak boleh melebihi 0,25e.
nol
pada
hasil
48
tambahan
0,1e
49
Lampiran 7
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN JEMBATAN
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat
2. Posisikan timbangan dalam keadaan datar
3. Siapkan beban konstan lain (balast) yang bukan anak timbangan
standar minimal1 2Max.
7. Jika penunjukan berbeda, periksa apakah nilai R tidak lebih besar dari
BKD untuk muatan uji.
C. Pengujian Kebenaran
1. Metode pengujian yang digunakan adalah metode substitusi, sehingga
harus dilakukan setelah pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability).
2. Tentukan massa anak timbangan standar
digunakan dengan kriteria sebagai berikut:
Kemampuan Ulang (R)
R 0,1e
R 0,2e
5Max
2Max
R 0,3e
R > 0,3e
3Max
4. Titik uji penimbangan dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur
penimbangannya harus mencakup:
- Min;
- pada perubahan BKD;
- Max.
5. Langkah Pengujian
a. Setel nol Timbangan
b. Titik-titik uji yang berada
timbangan standar.
dalam
rentang
penggunaan
anak
51
D. Pengujian Eksentrisitas
1. Pengujian dengan Anak Timbangan Standar
a. Muatan uji yang digunakan adalah anak timbangan standar dengan
massa minimal 1.000 kg atau 1 10Max (pilih yang terbesar).
b. Tentukan jumlah titik penyangganya.
52
nol
pada
hasil