Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
NIFAS FISIOLOGIS
A. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa sejak bayi lahir sampai organorgan reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, et al.,,
2005). Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode,
yaitu (Mochtarr, 1998):
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hami atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan,
atau tahun.
B. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a) Involusi Uterus
Involusi uterus yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir kala
tiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 jari di bawah
umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sacralis.
Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama dengan besarnya pada usia
kehamilan 16 minggu dengan berat sekitar 1000 gram.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di
atas umbilicus. Beberapa hari kemudian, involusi berlangsung lebih
cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 post
partum, fundus akan berada pada pertengahan umbilicus dan simfisis
pubis. Uterus tidak dapat dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 post
partum. Pada 1 minggu post partum, berat uterus yaitu sekitar 500
gram, kemudian berkurang menjadi 350 gram pada 2 minggu post
partum, dan menjadi 50-60 gram pada minggu ke-6 post partum (Bobak,
et al., 2005). Perubahan-perubahan normal pada uterus selama masa
post partum dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Lusa, 2009).
Involu
si Uteri
TFU
Berat
Uterus
Diameter
Uterus
Plasen
ta lahir
Setinggi
pusat
Satu
minggu
Dua
minggu
Enam
minggu
1000
gram
Pertengahan
pusat dan simpisis
Tidak teraba
Normal
12,5 cm
500
7,5 cm
350
5 cm
gram
gram
60
gram
2,5 cm
b) Kontraksi Uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir. Hal ini diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauteri. Kontraksi uterus mempunyai peran untuk
keseimbangan oleh penekanan intra mural pembuluh-pembuluh darah
Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus
bisa berkurang dan tidak teratur. Suntikan oksitosin (Pitosin) secara
intravena atau intramuscular biasa diberikan segera setelah plasenta
lahir untuk mempertahankan kontraksi uterus.
c) Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan dapat menimbulkan nyeri yang bertahan selama
masa awal puerperium. Menyusui dan pemberian oksitosin biasanya
meningkatkan nyeri karena keduanya merangsang kontraksi uterus
(Bobak, et al., 2005).
d) Tempat Plasenta
Segera setelah placenta dan membran-membran dikeluarkan,
konstriksi vascular dan thrombosis menurunkan tempat plasenta ke
suatu area yang meninggi dengan nodul yang irregular. Pelepasan
jaringan-jaringan nekrotik diikuti dengan pertumbuhan endrometrium
untuk mencegah pembentukan scar. Proses ini memungkinkan
endrometrium untuk segera memulai siklusnya seperti biasa dan
memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan berikutnya.
Regenerasi endometrium sempurna pada akhir minggu ketiga post
partum kecuali pada tempat pelepasan placenta. Regenerasi tempat
pelepasan placenta sering kali tidak sempurna hingga 6 minggu setelah
persalinan.
e) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Terdapat beberapa jenis lochea, yaitu (Lusa,
2009):
Loch
ea
Wakt
u
Warna
Ciri
Terdiri
Rubr
a
1-3
hari
San
guilenta
Merah
kehitaman
3-7
hari
desidua,
verniks
rambut
sel
caseosa,
lanugo,
sisa
Putih
bercampur merah
dari
Sisa
darah
bercampur lendir
Lebih sedikit darah
Sero
sa
7-14
hari
Kekuning
an/ kecoklatan
dari
leukosit
dan
hari
Putih
leukosit,
selaput
lendir
persalinan,
vagina
masih
dalam
keadaan
dilakukan
sendiri.
Ketergantungan
ini
terjadi
karena
a. Berlangsung mulai hari ketiga sampai minggu keempat atau kelima. Ibu
menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses
dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi
b. Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh
c. Bisa menerima demonstrasi perawatan bayi dan perawatan diri
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi,
misalnya menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa
tidak mahir dalam melakukan hal tersebut sehingga cenderung menerima
nasehat dari bidan karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan
kritikan yang bersifat pribadi.
3. Fase Saling Ketergantungan (Letting go)
a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap
b.
c.
d.
e.
f.
baru
g. Perkembangan parental yang positif
Selama hamil ibu biasanya khawatir tentang kemampuannya menjadi
ibu yang baik dan kekhawatiran ini tidak dengan segera hilang setelah
melahirkan karena parental love hanya sebagian yang merupakan instinct.
Porsi terbanyak berkembang melalui atau dalam beberapa tahap yaitu :
merencanakan kehamilan, mendengar konfirmasi kehamilan, merasakan
gerakan jannin, melahirkan, melihat bayinya, menyentuh bayi dan merawat
anak.
D. Penatalaksanaan
1. Tujuan Perawatan Masa Nifas
a. Memulihkan kesehatan umum penderita
1) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
2) Mengatasi anemia
3) Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi
4) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk
b.
c.
d.
e.
c. Diet
Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat
hamil. Pedoman umum yang baik adalah 4 porsi setiap hari dari 4
kelompok makanan dasar yaitu makanan harian, daging dan makanan
yang mengandung protein, buah dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu
yang menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra.
Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam
dietnya
setiap
hari.
Ibu
juga
dianjurkan
untuk
mengkonsumsi
hemoglobin
dan
hemotrokit.
Selain
itu,
dilakukan
juga
pemerikasaan urin pada ibu post partum yang mengalami infeksi pada
saluran kemih.
e. Obat uterotonik
Obat ini digunakan pada penanganan aktif stadium ke-3 proses
kelahiran,
atonia
(tidak
adanya
tegangan
atau
kekuatan
Pathway
Post partum
Perubahan Psikologis
Perubahan Fisiologis
Sistem
Reproduksi
v Involusi dan
kontraksi uterus
Sistem
Kardiovaskular
Sistem Endokrin
Sistem
Integumen
Penurunan
volume darah
Estrogen
Peregangan kulit
akibat kehamilan
Produksi prolaktin
Pelepasan
jaringan
endometrium
Pelepasan
lochea
Striae
gravidarum
Perubahan
perfusi jaringan
Sistem GI
Taking in
Tonus otot
usus
Sistem
muskuloskeletal
Produksi ASI
Kurang
pengetahuan ttg
manajemen laktasi
Volume cairan
menurun
Perubahan
body image
Isapan bayi
adekuat
Isapan bayi
tidak adekuat
ASI tidak
keluar
Oksitosin
Pembendungan ASI
Risiko ketidakadekuat
an proses
laktasi
Taking
hold
Adaptasi
perubahan
peran
Ansietas
Nyeri
Sistem urinaria
Afterpain
Nyeri
Kontraksi
duktus&
alveoli
Luka laserasi
Port de entry
bakteri
Risiko
infeksi
ASI keluar
Payudara
bengkak
Gangguan rasa
nyaman, Nyeri
Edema uretra
Retensi urine
Mampu
menjadi
orang tua
Perubahan
menjadi
orang tua
Ketegangan
postural akibat
posisi persalinan
Letting go
meliputi:
Nama,
usia,
status
perkawinan,
pendidikan, suku.
b. Riwayat Kesehatan
Data yang perlu dikaji antara lain: Keluhan utama saat masuk rumah
sakit, faktor faktor yang mungkin mempengaruhi. Sedangkan data
yang berkaitan dengan diagnosa yang perlu dikaji adalah peningkatan
tekanan darah, eliminasi, mual dan muntah, penambahan berat badan,
edema, pusing, sakit kepala, diplopia, nyeri episgastrik.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
Untuk mengetahui riwayat kehamilan, informasi yang dibutuhkan adalah
para dan gravida, kehamilan yang direncanakan, masalah saat hamil
atau antenatal care (ANC) dan imunisasi yang diberikan selama ibu
hamil.
Sedangkan untuk mengetahui riwayat persalinan, data yang harus dikaji
adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan, posisi fetus, tipe
melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan jahitan perineum dan
perdarahan.
d. Pengalaman menyusui
e. Riwayat ginekologi (masalah ginekologi, riwayat KB)
f.
Pemeriksaan Fisik
Rambut.
Kaji kekuatan rambut klien klien dengan diet yang baik selama
menonjol.
Mata
Kaji warna konjungtiva bila berwarana merah dan basah berarati
normal, sedangkan bila berwarna pucat berarti ibu mengalami
pertautan jaringan).
Ektremitas bawah
Ektremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang
ditemukan oedema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya
2. Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Nyeri akut.
Gangguan rasa nyaman
Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot usus
Perubahan menjadi orang tua.
Risiko infeksi
Perubahan eliminasi urine
Kurang pengetahuan tentang manajemen laktasi
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Nyeri akut
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam nyeri
yang dirasakan pasien berkurang
Kriteria hasil :
tanda-tanda vital dalam batas normal TD: 120 / 80 mmHg, Nadi : 80
INTERVENSI
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi nyeri,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Kontrol tekanan darah klien
Kolaborasi:
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri, seperti
RASIONAL
Memudahkan menentukan intervensi
selanjutnya
INTERVENSI
Pantau
reaksi
orangtua
baru
terhadap bayi, observasi untuk
perasaan jijik, takut atau kecewa
dalam masalah jenis kelamin
Tentukan
pengetahuan
orangtua
terhadap kebutuhan perawatan dasar
bayi/anak dan berikan informasi
perawatan anak yang tepat, sesuai
indikasi
Menunjukkan cara menyentuh bayi
yang dilahirkan dan diisolasi
Letakkan bayi pada tubuh ibu segera
setelah kelahiran
Berikan kesempatan kepada ayah
untuk memegang anak di area
pelahiran
Berikan penghilang nyeri untuk ibu
RASIONAL
Kekecewaan yang muncul dapat
mengurangi rasa tanggung jawab
orangtua dalam memelohara bayi
Pengetahuan yang dimiliki orangtua
kan menentukan perawatan yang
diberikan orangtua kepada anak
INTERVENSI
Pantau
tanda/gejala
infeksi
(missal.suhu tubuh, denyut jantung,
pembuangan,
penampilan
luka,
sekresi, penampilan urin, suhu kulit,
lesi kulit, keletihan, malaise)
Kaji faktor yg meningkatkan serangan
infeksi (missal.usia lanjut, tanggap
imun rendah, dan malnutrisi)
Pantau hasil laboratorium (DPL,
hitung granulosit absolut, hasil-hasil
yg berbeda, protein serum, dan
albumin)
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan
yg benar
Ajarkan
kepada
pasien
dan
keluarganya tanda/gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya ke pusat
kesehatan
Berikan
terapi
antibiotic
bila
diperlukan
RASIONAL
Mengetahui tanda infeksi secara dini
memungkinkan pencegahan terhadap
infeksi dan mengurangi keparahan
infeksi yg mungkin sudah terjadi
Faktor
pemberat
dapat
mengakibatkan infeksi berkembang
leboh cepat
Perubahan
hasil
laboratorium
mengidentifikasikan adanya infeksi
Mencegah infeksi
Diagnosa 4: Konstipasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan konstipasi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Klien defekasi biasa atau optimal satu hari sekali. Keluhan
saat BAB tidak ada.
Rencana tindakan:
1) Auskultasi bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan normal.
2) Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar,
peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan
normal.
3) Anjurkan peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi sesuai toleransi.
4) Kaji episiotomi, perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan
jaringan
pengkajian
ualang
kondisi
klien.
Memvalidasi
rencana
bantuan,
melaksanankan
strategikeperawatan
dan
asuhan
keperawatan
yang
diberikan
dapat
optimal
dan
komprehensif.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan
yang tela dilakukan. Evaluasi pada ibu post partum meliputi : Dimulainya
ikatan keluarga, berkurangnya nyeri, terpenuhinya kebutuhan psikologi,
mengekspresikan harapan diri yang positif, komplikasi tercegah / teratasi,
bebas dari infeksi, pola eliminasi optimal, mengungkapkan pemahaman
tentang perubahan fisiologi, dipahamin kebutuhan pasca partum (Doenges,
2005).
Daftar Pustaka
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.
Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran, EGC.
Doenges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and
Documentating Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,
EGC.
Lusa. 2009. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal.
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistemmuskuloskeletal/
Lusa. 2009. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi (Part 1).
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistemreproduksi-part-1/
NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014.
Jakarta. EGC.
Sari, Puspita Sari. 2006. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Malang: Universitas Tribuana
Tunggadewi