Sie sind auf Seite 1von 20

LAPORAN PENDAHULUAN

NIFAS FISIOLOGIS
A. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa sejak bayi lahir sampai organorgan reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, et al.,,
2005). Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode,
yaitu (Mochtarr, 1998):
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hami atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan,
atau tahun.
B. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a) Involusi Uterus
Involusi uterus yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir kala
tiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 jari di bawah
umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sacralis.
Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama dengan besarnya pada usia
kehamilan 16 minggu dengan berat sekitar 1000 gram.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di
atas umbilicus. Beberapa hari kemudian, involusi berlangsung lebih
cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 post
partum, fundus akan berada pada pertengahan umbilicus dan simfisis
pubis. Uterus tidak dapat dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 post
partum. Pada 1 minggu post partum, berat uterus yaitu sekitar 500
gram, kemudian berkurang menjadi 350 gram pada 2 minggu post
partum, dan menjadi 50-60 gram pada minggu ke-6 post partum (Bobak,
et al., 2005). Perubahan-perubahan normal pada uterus selama masa
post partum dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Lusa, 2009).
Involu
si Uteri

TFU

Berat
Uterus

Diameter
Uterus

Plasen
ta lahir

Setinggi
pusat

Satu
minggu
Dua
minggu
Enam
minggu

1000
gram

Pertengahan
pusat dan simpisis

Tidak teraba
Normal

12,5 cm

500

7,5 cm

350

5 cm

gram

gram
60
gram

2,5 cm

b) Kontraksi Uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir. Hal ini diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauteri. Kontraksi uterus mempunyai peran untuk
keseimbangan oleh penekanan intra mural pembuluh-pembuluh darah
Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus
bisa berkurang dan tidak teratur. Suntikan oksitosin (Pitosin) secara
intravena atau intramuscular biasa diberikan segera setelah plasenta
lahir untuk mempertahankan kontraksi uterus.
c) Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan dapat menimbulkan nyeri yang bertahan selama
masa awal puerperium. Menyusui dan pemberian oksitosin biasanya
meningkatkan nyeri karena keduanya merangsang kontraksi uterus
(Bobak, et al., 2005).
d) Tempat Plasenta
Segera setelah placenta dan membran-membran dikeluarkan,
konstriksi vascular dan thrombosis menurunkan tempat plasenta ke
suatu area yang meninggi dengan nodul yang irregular. Pelepasan
jaringan-jaringan nekrotik diikuti dengan pertumbuhan endrometrium
untuk mencegah pembentukan scar. Proses ini memungkinkan
endrometrium untuk segera memulai siklusnya seperti biasa dan
memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan berikutnya.
Regenerasi endometrium sempurna pada akhir minggu ketiga post
partum kecuali pada tempat pelepasan placenta. Regenerasi tempat
pelepasan placenta sering kali tidak sempurna hingga 6 minggu setelah
persalinan.
e) Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Terdapat beberapa jenis lochea, yaitu (Lusa,
2009):
Loch
ea

Wakt
u

Warna

Ciri
Terdiri

Rubr
a

1-3
hari

San
guilenta

Merah
kehitaman

3-7
hari

desidua,

verniks

rambut

sel

caseosa,

lanugo,

sisa

mekoneum dan sisa darah

Putih
bercampur merah

dari

Sisa

darah

bercampur lendir
Lebih sedikit darah

Sero
sa

7-14
hari

Kekuning
an/ kecoklatan

dan lebih banyak serum, juga


terdiri

dari

leukosit

dan

robekan laserasi plasenta


Mengandung
>14
Alba

hari

Putih

leukosit,

selaput

lendir

serviks dan serabut jaringan


yang mati

Lochea disekresikan dalam jumlah banyak pada awal jam postpartum


yang selanjutnya akan berkurang. Umumnya jumlah lochea lebih sedikit
bila wanita postpartum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri.
Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas ketika
berbaring dan kemudian akan mengalir keluar jika berdiri. Total jumlah
rata-rata pembuangan lochea sekitar 240 ml-270 ml. gangguan pada
pengeluaran lochea disebut dengan lochiastasis. Jika lochea tetap
berwana merah setelah 2 minggu, mungkin terdapat sisa plasenta yang
tertinggal atau karena involsi yang kurang sempurna. Lochea yang
f)

berbau busuk dan seperti nanah disebut lochea purulenta.


Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam post
partum, serviks memendek dan konsistensinya lebih padat dan kembali
ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu
melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina)
terlihat memar dan terdapat sedikit laserasi. Muara serviks, yang
berdilatasi 10 cm pada saat melahirkan, menutup secara bertahap.

Muara serviks eksterna akan terlihat memanjang seperti suatu celah


dan tidak dapat berbentuk lingkaran seperti pada saat sebelum
melahirkan.
g) Vagina dan Perineum
Segera setelah

persalinan,

vagina

masih

dalam

keadaan

meregang disertai oedem dan memar pada area episiotomy (Sari,


2006). Dalam satu atau dua hari oedem vagina akan berkurang. Dinding
vagina akan kembali halus dengan ukuran yang lebih luas dari
biasanya. Ukurannya akan mengecil dengan terbentuknya kembali
ruggae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) pada 3 minggu setelah
persalinan. Vagina akan berukuran sedikit lebih besar dari ukuran
vagina sebelum melahirkan pertama kali. Latihan untuk mengencangkan
otot perineum akan memulihkan tonus vagina. Selaput dara yang robek
akan sembuh dengan terbentuknya parut dan meninggalkan beberapa
jaringan bekas ujung yang dinamakan myrtiform caruncles (carun culae
myrtiform). Abrasi dan lacerasi vulva dan perineum dapat sembuh
dengan mudah termasuk laserasi-laserasi yang memerlukan jahitan
(Sari, 2006).
h) Payudara
Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ
organ pelvis, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa
nifas, kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar,
lebih kencang dan mulamula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap
perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
2. Sistem Gastrointestinal
a) Nafsu makan
Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan karena
banyaknya energi yang telah dikeluarkan oleh ibu selama proses
persalinan. Selain itu, ibu juga akan merasa haus dan ingin minum
banyak, akibat banyaknya cairan yang keluar selama proses persalinan,
baik berupa darah, keringat, maupun kemih dan pernafasan.
b) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot-otot pada traktus
gastrointestinal menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Pemberian analgesic dan anastesi yang berlebih dapat memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c) Defekasi

Defekasi dapat tertunda selama 2 atau 3 hari setelah ibu


melahirkan. Hal ini terjadi karena tonus otot usus menurun selama masa
persalinan dan pada awal masa postpartum, penurunan tekanan intra
abdominal, nyeri akibat luka perineum, serta hemoroid.
3. Sistem Kardiovaskular
a) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, seperti
banyaknya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis). Pada minggu ke-3
dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
volume sebelum hamil.
b) Tanda-tanda vital
Suhu dalam 24 jam pertama mungkin akan meningkat menjadi 380C
disebabkan oleh kelelahan dan dehidrasi. Bila suhu lebih dari 38 0C
setelah 24 jam pertama sampai dengan hari ke-10, kemungkinan terjadi
infeksi.
c) Bradikardi, dengan frekuensi 50 70 kali/menit normal untuk 610 jam
pertama, hal ini mungkin disebabkan Karena penurunan aliran darah
dari jantung.
d) Takhikardi jarang terjadi, hal ini akan timbul karena perdarahan
persalinan lama atau sulit.
4. Sistem Endokrin
Beberapa perubahan terjadi pada sistem endokrin selama masa
puerperium, seperti penurunan hormon estrogen dan progesterone,
peningkatan prolaktin. Hormone prolaktin mengalami peningkatan sehingga
merangsang pengeluaran air susu. Bila ibu tidak menyusui, maka akan
lebih cepat mengalami menstruasi, yaitu kurang lebih 12 minggu post
partum, hormon estrogen akan meningkat dan akan terjadi ovulasi. Bila ibu
menyusui bayinya, menstruasi akan terjadi lebih lama, yaitu kurang lebih 36
minggu post partum dan tidak terjadi ovulasi.
5. Sistem Hematologi
Pada akhir periode post partum, darah harus sudah mulai kembali
pada keadaan semula. Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata
sekitar 12.000/mm3. Selama10 sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir,
nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3. ( Bobak, 2001). Haemoglobin
dan nilai eritrosit bervaraiasi selama masa nifas dini, tetapi harus kembali
normal dalam 2-6 minggu post partum.
6. Sistem Muskuloskeletal
Menurut Lusa (2009), perubahan sistem musculoskeletal pada masa
nifas antara lain :

a) Dinding perut dan peritoneum


Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis
dari otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di
garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
b) Kulit dan abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen
dapat kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca
melahirkan dengan latihan post natal.
c) Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada
dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang
sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat
diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji
melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga
dapat membantu menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi
normal.
d) Perubahan ligament
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut
kembali seperti sediakala.
7. Sistem Neurologis
Perubahan pada sistem neurologi selama masa nifas sebagai akibat dari
adaptasi menjadi seorang ibu setelah hamil dan adanya trauma setelah
proses melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan
akan menghilang setelah wanita melahirkan.
8. Sistem Integumen
Kloasma akibat kehamilan biasanya akan hilang sampai masa kehamilan
berlalu. Terjadinya hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra mungkin
akan hilang setelah melahirkan. Namun pada beberapa wanita ada yang
menetap pada daerah daerah tersebut. Perubahan daerah vaskuler yang
abnormal akan menimbulkan nyeri, kemerahan dan epulis, yang merupakan
respon dari penurunan estrogen setelah selesai melahirkan. Namun tanda
nyeri pada wanita ada yang menetap dan ada yang hilang.
9. Sistem Imun
Ig A merupakan antibodi yang terdapat pada colostrums dan air susu yang
berfungsi imunitas mukosa.
10. Sistem Urinaria

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama


kehamilan akan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah
melahirkan. Segera setelah melahirkan kandung kemih tampak bengkak,
sedikit terbendung dan hipotonik dimana hal ini dapat mengakibatkan
overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa urin yang
berlebihan kecuali bila dilakukan kateterisasi. Efek dari trauma selama
persalinan pada kandung kemih dan ureter akan menghilang dalam 24 jam
pertama setelah melahirkan (Sari, 2006). Setelah proses persalian akan
terasa pedih saat buang air kecil, kemungkinan disebabkan iritasi pada
uretra sebagai akibat dari persalinan, sehingga ibu dapat merasa takut
buang air kecil.
Diuresis yang normal terjadi segera setelah persalinan sampai hari
kelima setelah persalinan. Jumlah urin yang keluar dapat melebihi 3000 ml
per harinya. Hal ini merupakan salah satu cara tubuh untuk menghilangkan
peningkatan cairan ekstraseluler (cairan interstisial) yang merupakan
bagian normal dari kehamilan. Selain itu, juga didapati adanya keringat
yang hanya pada beberapa hari pertama setelah persalinan (Sari, 2006).
C. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas
Menurut Rubin (1997), perubahan psikologis pada masa nifas dibagi
menjadi 3 yaitu :
1. Fase Ketergantungan (Taking in)
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif
dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya
b. Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan
melahirkan
c. Memilih dibantu perawat untuk aktivitas dan membuat keputusan
daripada

dilakukan

sendiri.

Ketergantungan

ini

terjadi

karena

ketidaknyamanan fisik yang dirasakan ibu karena jahitan pada perineum,


afterpain, haemorroid, kelelahan setelah persalinan
d. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur
e. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu
biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses
f.

pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.


Dalam fase ini yang diperlukan oleh ibu adalah informasi tentang bayinya

bukan cara merawat bayi


2. Fase Ketergantungan dan Ketidaktergantungan (Taking hold)

a. Berlangsung mulai hari ketiga sampai minggu keempat atau kelima. Ibu
menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses
dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi
b. Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh
c. Bisa menerima demonstrasi perawatan bayi dan perawatan diri
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi,
misalnya menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa
tidak mahir dalam melakukan hal tersebut sehingga cenderung menerima
nasehat dari bidan karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan
kritikan yang bersifat pribadi.
3. Fase Saling Ketergantungan (Letting go)
a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap
b.
c.
d.
e.
f.

waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.


Bisa mendefinisikan perannya yang baru
Berhenti dari fantasinya tentang anak dan menerima kenyataan
Berhenti dari peran tanpa anak/ibu beberapa anak sebelumnya
Fase ini berlanjut sampai anak berusia beberapa tahun
Ibu yang bisa melewati fase ini akan baik dalam menjalani perannya yang

baru
g. Perkembangan parental yang positif
Selama hamil ibu biasanya khawatir tentang kemampuannya menjadi
ibu yang baik dan kekhawatiran ini tidak dengan segera hilang setelah
melahirkan karena parental love hanya sebagian yang merupakan instinct.
Porsi terbanyak berkembang melalui atau dalam beberapa tahap yaitu :
merencanakan kehamilan, mendengar konfirmasi kehamilan, merasakan
gerakan jannin, melahirkan, melihat bayinya, menyentuh bayi dan merawat
anak.
D. Penatalaksanaan
1. Tujuan Perawatan Masa Nifas
a. Memulihkan kesehatan umum penderita
1) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
2) Mengatasi anemia
3) Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi
4) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk
b.
c.
d.
e.

memperlancar peredaran darah


Mempertahankan kesehatan psikologis
Mencegah infeksi dan komplikasi
Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa
nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal

2. Perawatan Pasca Melahirkan

a. Perawatan Vulva atau Perineum


Perineum ibu yang baru melahirkan umumnya mengalami
peregangan, lebam, dan trauma. Efek fisiologis yang dapat ditimbulkan
dapat terasa ringan, bisa juga tidak. Rasa sakit pada perineum akan
semakin parah jika perineum robek atau disayat dengan pisau bedah.
Seperti semua luka baru, area episiotomy atau luka sayatan
membutuhkan waktu untuk sembuh selama 7-10 hari. Rasa nyeri saja
selama masa ini tidak menunjukkan adanya infeksi, kecuali jika nyeri
sangat parah.
Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga
kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi. Rasa nyeri dan tidak
nyaman di daerah perineum dapat diatasi dengan menggunakan
kompres dingin pada area perineum setiap 2 jam sekali selama 24 jam
pertama sesudah melahirkan. Kompres hangat, duduk di dalam air
hangat, atau menggunakan lampu pemanas selama 20 menit sebanyak
3x sehari juga dapat digunakan untuk meredakan ketidaknyamanan.
Menghindari tekanan di area perineum dengan berbaring miring dan
menghindari posisi duduk atau berdiri yang lama juga membantu
mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering melakukan latihan kegel
sesudah melahirkan akan merangsang peredaran darah di daerah
perineum, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kebugaran
otot.
Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan perawatan perineum
atau vulva yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6
jam. Setelah ibu selesai BAK atau BAB, ibu dapat mengalirkan atau
membilas area perineum dengan air hangat atau cairan antiseptic,
kemudian mengeringkannya dengan kain pembalut atau handuk dengan
cara ditepuk-tepuk tetap dari arah depan ke belakang.
b. Mobilisasi
Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas, atau penyembuhan luka. Jika tidak ada
kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah
persalinan normal. Hal ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah
dan mengeluarkan cairan vagina (lochea). Mobilisasi harus dilakukan
secara bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke
kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu dapat mencoba untuk
duduk di tepi tempat tidur kemudian ibu bisa turun dari ranjang.

c. Diet
Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat
hamil. Pedoman umum yang baik adalah 4 porsi setiap hari dari 4
kelompok makanan dasar yaitu makanan harian, daging dan makanan
yang mengandung protein, buah dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu
yang menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra.
Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam
dietnya

setiap

hari.

Ibu

juga

dianjurkan

untuk

mengkonsumsi

multivitamin dan suplemen zat besi. Saat menyusui kebutuhan nutrisi


meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan
cairan yang meningkat 3x dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu
menyusui yaitu sebanyak 500 kkal tiap hari.
d. Miksi
Kebanyakan wanita mengalami kesulitan BAK selama 24 jam
pertama setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih
mengalami trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh
janin sehingga ketika sudah penuh tidak mampu untuk mengirim sinyal
agar mengosongkan isinya. Nyeri pada perineum bisa menyebabkan
ketegangan pada uretra sehingga BAK menjadi sulit. Edema perineum
juga bisa mengganggu BAK. Memperbanyak minum, bangun dari
tempat tidur, dan berjalan segera setelah melahirkan akan membantu
mengosongkan kandung kemih.
Sebaliknya, setelah seminggu persalinan, umumnya wanita sering
BAK dalam jumlah banyak karena cairan tubuh yang berlebih akibat
kehamilan mulai dikeluarkan. Hal ini dapat diatasi dengan latihan kegel
yang dapat membantu mengembalikan kebugaran otot dan kendali
terhadap aliran air kemih.
e. Defekasi
Menurut Mochtar (1998), pola defekasi atau BAB harus dilakukan
3-4 hari setelah melahirkan. Tetapi hal ini terkadang masih sulit
dilakukan karena kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah
melahirkan. Hal ini terjadi karena sewaktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu
mempengaruhi peristaltik usus. Fungsi defekasi dapat diatasi dengan
makan makanan yang dapat merangsang gerakan usus besar seperti
buah dan sayuran. Gerakan usus juga akan aktif dengan melakukan
f.

mobilisasi dini seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalan-jalan.


Perawatan Payudara

Pada 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan


mengeluarkan kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang
merupakan susu pertama untuk bayi. Air susu yang lebih matang akan
muncul antara hari ke-2 sampai ke-5. Pada saat ini payudara akan
membesar (penuh, keras, panas, dan nyeri) yang dapat menimbulkan
kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan interval waktu yang sering
akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau membantu
meredakannya.
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan puting susu
merupakan hal yang sangat penting. Payudara harus dibersihkan
dengan teliti setiap hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak
menyusui. Hal ini dilakukan untuk membersihkan kolostrum yang kering
atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan masuknya
bakteri baik ke puting susu maupun ke mulut bayi.
3. Penatalaksanaan Medis
a. Analgetik
Digunakan jika klien merasa pusing dan nyeri yang dapat diakibatkan
oleh episitomi.
b. Antipiretik.
Digunakan jika klien mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai awal
dari tanda-tanda infeksi.
c. Antibiotik
Digunakan bila ada inflamasi dan infeksi.
d. Pengobatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita, infus dan
transfusi darah diperlukan sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
Pemeriksaan yang lain dilakukan pada masa nifas atau post partum,
yaitu

hemoglobin

dan

hemotrokit.

Selain

itu,

dilakukan

juga

pemerikasaan urin pada ibu post partum yang mengalami infeksi pada
saluran kemih.
e. Obat uterotonik
Obat ini digunakan pada penanganan aktif stadium ke-3 proses
kelahiran,

atonia

(tidak

adanya

tegangan

atau

kekuatan

otot)/perdarahan rahim, perdarahan dalam masa nifas, subinvolusi


(mengecilnya kembali rahim sesudah persalinan hampir seperti bentuk
asal), lokiometra (pembendungan getah nifas di dalam rongga rahim).

Pathway

Post partum

Perubahan Psikologis

Perubahan Fisiologis

Sistem
Reproduksi

v Involusi dan
kontraksi uterus

Sistem
Kardiovaskular

Sistem Endokrin

Sistem
Integumen

Penurunan
volume darah

Estrogen

Peregangan kulit
akibat kehamilan

Produksi prolaktin
Pelepasan
jaringan
endometrium
Pelepasan
lochea

Striae
gravidarum

Perubahan
perfusi jaringan

Sistem GI

Taking in

Tonus otot
usus

Ibu pasif &


tergantung

Sistem
muskuloskeletal

Produksi ASI
Kurang
pengetahuan ttg
manajemen laktasi

Volume cairan
menurun

Perubahan
body image

Isapan bayi
adekuat

Isapan bayi
tidak adekuat

ASI tidak
keluar

Oksitosin

Pembendungan ASI

Risiko ketidakadekuat
an proses
laktasi

Taking
hold

Adaptasi
perubahan
peran

Ansietas

Nyeri

Sistem urinaria
Afterpain

Nyeri

Kontraksi
duktus&
alveoli

Luka laserasi

Port de entry
bakteri

Risiko
infeksi

ASI keluar

Payudara
bengkak

Gangguan rasa
nyaman, Nyeri

Penekanan uretra oleh


bag terbawah janin
saat persalinan

Edema uretra

Retensi urine

Mampu
menjadi
orang tua
Perubahan
menjadi
orang tua

Kurang pengetahuan tentang


perawatan bayi

Ketegangan
postural akibat
posisi persalinan

Letting go

E. Asuhan Keperawatan Nifas


1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian data dasar pasien
Setelah menyelesaikan periode pemulihan awal sekitar satu sampai dua
jam setelah bayi dilahirkan, ibu biasanya ditransfer ke unit nifas. Hal
penting yang harus diperoleh saat ibu diterima di unit post partum
adalah laporan yang komprehensif tentang peristiwa yang terjadi selama
periode intrapartum.
Identitas:
- Identitas klien

meliputi:

Nama,

usia,

status

perkawinan,

pekerjaan, agama, pendidikan, suku, bahasa yang digunakan,


sumber biaya, tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal
-

pengkajian, alamat rumah.


Identitas suami meliputi : Nama suami, usia, pekerjaan, agama,

pendidikan, suku.
b. Riwayat Kesehatan
Data yang perlu dikaji antara lain: Keluhan utama saat masuk rumah
sakit, faktor faktor yang mungkin mempengaruhi. Sedangkan data
yang berkaitan dengan diagnosa yang perlu dikaji adalah peningkatan
tekanan darah, eliminasi, mual dan muntah, penambahan berat badan,
edema, pusing, sakit kepala, diplopia, nyeri episgastrik.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
Untuk mengetahui riwayat kehamilan, informasi yang dibutuhkan adalah
para dan gravida, kehamilan yang direncanakan, masalah saat hamil
atau antenatal care (ANC) dan imunisasi yang diberikan selama ibu
hamil.
Sedangkan untuk mengetahui riwayat persalinan, data yang harus dikaji
adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan, posisi fetus, tipe
melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan jahitan perineum dan
perdarahan.
d. Pengalaman menyusui
e. Riwayat ginekologi (masalah ginekologi, riwayat KB)

f.

Pemeriksaan Fisik
Rambut.
Kaji kekuatan rambut klien klien dengan diet yang baik selama

masa hamil mempunyai rambut yang kuat dan segar.


Wajah

Kaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan


kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah

menonjol.
Mata
Kaji warna konjungtiva bila berwarana merah dan basah berarati
normal, sedangkan bila berwarna pucat berarti ibu mengalami

anemia, dan jika konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi.


Payudara
Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan

kaji kondisi putting, kebersihan putting, adanya Asi.


Uterus
Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut.

Palpasi juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.


Lochea
Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah

yang keluar dari baunya.


Sistem perkemihan
Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan
adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada

abdomen bagian bawah.


Perineum
Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada
posisi sinus inspeksi adanya tanda-tanda REEDA (Rednes atau
kemerahan, echymosis atau perdarahan bawah kulit, edeme atau
bengkak, discharge atau perubahan lochea, approximation atau

pertautan jaringan).
Ektremitas bawah
Ektremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang
ditemukan oedema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya

tromboflebitis karena penurunan aktivitas dan reflek patella baik.


Tanda-tanda vital
Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan

darah selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.


g. Pemeriksaan Penunjang
Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hemotrokit (Hb/Ht):
mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan evaluasi efek dari

kehilangan darah pada pembedahan.


Urinalis : Kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan
tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.

2. Diagnosa Keperawatan

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Nyeri akut.
Gangguan rasa nyaman
Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot usus
Perubahan menjadi orang tua.
Risiko infeksi
Perubahan eliminasi urine
Kurang pengetahuan tentang manajemen laktasi

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Nyeri akut
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam nyeri
yang dirasakan pasien berkurang
Kriteria hasil :
tanda-tanda vital dalam batas normal TD: 120 / 80 mmHg, Nadi : 80

88x/mnt, RR 20 x/mnt, Suhu 360C.


klien melaporkan nyeri berkurang
klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
klien mampu mengenali nyeri

INTERVENSI
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi nyeri,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Kontrol tekanan darah klien

Kontrol lingkungan yang dapat


mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan,
dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Bantu klien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
Ajarkan
tentang
teknik
non
farmakologi: napas dada, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/dingin
Tingkatkan istirahat

Kolaborasi:
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri, seperti

RASIONAL
Memudahkan menentukan intervensi
selanjutnya

Mengidentifikasi adanya nyeri pada


klien
Perubahan tekanan darah dapat
mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan
Mengurangi faktor pencetus nyeri

Apabila faktor pencetus berkurang


maka intensitas nyeri akan berkurang
Dukungan dari keluarga dapat
membantu klien mengatasi nyeri
Teknik non farmakologi yang benar
akan membuat klien rileks dan
nyaman sehingga dapat mengurangi
nyeri
Istirahat akan membuat klien merasa
nyaman, sehingga nyeri dapat
berkurang
Penggunaan
agens-agens
farmakologi untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri

Diagnosa 2: Perubahan menjadi orang tua


Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan
klien menunjukkan perilaku ketahanan keterikatan perasaan antara orangtua
dan bayi
Kriteria Hasil :

Secara verbal mengungkapkan perasaan positif terhadap bayi


Sentuhan, usapan, tepukan, ciumanm dan senyuman pada bayi
Berbicara pada bayi
Posisi berhadapan dan melakukan kontak mata

INTERVENSI
Pantau
reaksi
orangtua
baru
terhadap bayi, observasi untuk
perasaan jijik, takut atau kecewa
dalam masalah jenis kelamin
Tentukan
pengetahuan
orangtua
terhadap kebutuhan perawatan dasar
bayi/anak dan berikan informasi
perawatan anak yang tepat, sesuai
indikasi
Menunjukkan cara menyentuh bayi
yang dilahirkan dan diisolasi
Letakkan bayi pada tubuh ibu segera
setelah kelahiran
Berikan kesempatan kepada ayah
untuk memegang anak di area
pelahiran
Berikan penghilang nyeri untuk ibu

Berikan privasi keluarga selama


melakukan interaksi dengan bayi baru
lahir
Dukung orangtua untuk menyentuh
dan bicara kepada bayi baru lahir

Diagnosa 3: Risiko infeksi

RASIONAL
Kekecewaan yang muncul dapat
mengurangi rasa tanggung jawab
orangtua dalam memelohara bayi
Pengetahuan yang dimiliki orangtua
kan menentukan perawatan yang
diberikan orangtua kepada anak

Orangtua baru biasanya masih


memiliki rasa takut dan khawatir
ketika akan menyentuh bayinya
Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat
meningkatkan kelekatan antara ibu
dan bayi
Meningkatkan pelekatan antara ayah
dan bayi
Nyeri yang dirasakan ibu dapat
mengganggu proses pelekatan antara
ibu dan bayi
Privasi
yang
diberikan
dapat
membuat keluarga merasa nyaman
berinteraksi dengan BBL
Pemberian
stimulasi
berupa
rangsangan dan sentuhan akan
membuat
bayi
tumbuh
dan
berkembang dengan baik

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam resiko


infeksi tidak menjadi actual
Kriteria hasil

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Klien menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

INTERVENSI
Pantau
tanda/gejala
infeksi
(missal.suhu tubuh, denyut jantung,
pembuangan,
penampilan
luka,
sekresi, penampilan urin, suhu kulit,
lesi kulit, keletihan, malaise)
Kaji faktor yg meningkatkan serangan
infeksi (missal.usia lanjut, tanggap
imun rendah, dan malnutrisi)
Pantau hasil laboratorium (DPL,
hitung granulosit absolut, hasil-hasil
yg berbeda, protein serum, dan
albumin)
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan
yg benar
Ajarkan
kepada
pasien
dan
keluarganya tanda/gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya ke pusat
kesehatan
Berikan
terapi
antibiotic
bila
diperlukan

RASIONAL
Mengetahui tanda infeksi secara dini
memungkinkan pencegahan terhadap
infeksi dan mengurangi keparahan
infeksi yg mungkin sudah terjadi
Faktor
pemberat
dapat
mengakibatkan infeksi berkembang
leboh cepat
Perubahan
hasil
laboratorium
mengidentifikasikan adanya infeksi

Cuci tangan dengan benar dapat


mencegah transmisi organism
Perubahan hasil laboratorium dapat
mengindikasikan adanya infeksi

Mencegah infeksi

Diagnosa 4: Konstipasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan konstipasi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Klien defekasi biasa atau optimal satu hari sekali. Keluhan
saat BAB tidak ada.
Rencana tindakan:
1) Auskultasi bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan normal.
2) Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar,
peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan
normal.
3) Anjurkan peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi sesuai toleransi.
4) Kaji episiotomi, perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan
jaringan

5) kolaborasi pemberian laktasif, pelunak feses, suppositoria atau enema.

Diagnosa 5: Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek efek


hormonal, trauma mekanik dan edema jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi perubahan
eliminasi urine
Kriteria hasil: Berkemih tidak dibantu dalam waktu 68 jam setelah
melahirkan. Mengosongkan kandung kemih setiap berkemih.
Rencana tindakan:
1) Kaji masukan cairan dan keluar urine terakhir.
2) Palpasi kandung kemih, pantau fundus dan likasi serta julah aliran
lochea.
3) Perhatikan adanya edema atau laserasi episiotomy dan jenis anastesi
yang digunakan.
4) Anjurkan berkemih dalam 6 8 jam pasca persalinan dan setiap 4 jam
setelahnya, bila kondisi memungkinkan biarkan klien berjalan kekamar
mandi.
5) Anjurkan klien untuk minum 6 sampai 8 gelas cairan setiap hari.
6) Kateterisasi sesuai indikasi.
Diagnosa 6: Kurang pengetahuan tentang manajemen laktasi dan perawatan
bayi berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan: Pasien mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan
mengenai manajemen laktasi dan perawatan bayi setelah dilakukan tindakan
perawatan dengan kriteria hasil pasien mampu menjelaskan kembali
mengenai informasi yang telah diberikan.
Intervensi keperawatan :
1) Kaji pengetahuan dan pengalaman menyusui, koreksi mitos dan
kesalahan informasi.
2) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan bayi yaitu perawatan
tali pusat dan perawatan payudara.
3) Jelaskan mengenai gizi waktu menyusui.
4) Kaji respon klien dalam menerima pendidikan kesehatan.
5) Minta klien untuk menjelaskan kembali informasi yang telah diberikan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksannaan strategia dan kegiatan sesuai
dengan rencana keperwatan. Dalam melaksanankan implementasi seorang

perawat harus mempunyai kemampuan kognitif. Proses implementasi


mencakup

pengkajian

ualang

kondisi

klien.

Memvalidasi

rencana

keperawatan yang telah disusun, menentukan kebutuhan yang tepat untuk


memberikan

bantuan,

melaksanankan

strategikeperawatan

dan

mengkomunikasikan kegiatan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Di


dalam melakukan asuhan keperawatan, khususnya pada klien post partum
dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mampu berkerja
sama dengan klien, keluarga serta anggota tim kesehatan yang terkait,
sehingga

asuhan

keperawatan

yang

diberikan

dapat

optimal

dan

komprehensif.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan
yang tela dilakukan. Evaluasi pada ibu post partum meliputi : Dimulainya
ikatan keluarga, berkurangnya nyeri, terpenuhinya kebutuhan psikologi,
mengekspresikan harapan diri yang positif, komplikasi tercegah / teratasi,
bebas dari infeksi, pola eliminasi optimal, mengungkapkan pemahaman
tentang perubahan fisiologi, dipahamin kebutuhan pasca partum (Doenges,
2005).

Daftar Pustaka
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.
Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran, EGC.
Doenges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and
Documentating Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,
EGC.
Lusa. 2009. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal.
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistemmuskuloskeletal/
Lusa. 2009. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi (Part 1).
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistemreproduksi-part-1/
NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014.
Jakarta. EGC.
Sari, Puspita Sari. 2006. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Malang: Universitas Tribuana
Tunggadewi

Das könnte Ihnen auch gefallen