PR

Yang harus diperhatikan saat dokter gigi menerima model dari tekniker adalah kontak
proksimal antara GTC dengan gigi sebelahnya, pemeriksaan pada tepi GTC tidak boleh menekan
gingiva, dan pemeriksaan kontak oklusal. Dilihat retensi dan stabilisasinya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan meliputi :
1. Retensi
Kemampuan GTC untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan gigi tiruan
kearah oklusal. Cara mengecek retensi gigi tiruan adalah dengan cara memasang gigi tiruan
tersebut ke dalam mulut pasien. Jika tidak mempunyai retensi maka gigi tiruan tersebut akan
terlepas setelah dipasang, namun jika tidak terlepas berarti gigi tiruan tersebut sudah
mempunyai retensi.
2. Stabilisasi
Merupakan perlawanan atau ketahanan GTC terhadap gaya yang menyebabkan perpindahan
tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi, missal pada
mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara menekan bagian gigi tiruan secara
bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergerakan pada saat tes ini.
3. Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior. Caranya dengan
memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien
diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan
pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata
pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka terjadi
traumatik oklusi oleh karena itu dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan
metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatic
oklusi.

LO

Apa saja penyebab kegagalan perawatan gigi tiruan pada skenario?

Macam dan penyebab kegagalan perawatan gtt

a. Kegagalan penyemenan
Hal ini bisa menyebabkan gigi tiruan lepas dari gigi penyangga. Kegagalan
penyemenan bisa disebabkan karena konsentrasi antara bubuk dan cairan untuk
membuat semen yang dimana perbandingannya tidak benar, sehingga saat diaduk,
hasil semen yang didapat berkonsistensi lebih encer dan tidak sesuai dengan
prosedur konsentrasi pengadukan bahan semen tersebut. Hal ini menyebabkan
terlarutnya semen dan tidak retentif untuk menempelkan gigi tiruan pada gigi
penyangga.
Kegagalan penyemenan ini adalah salah satu faktor kegagalan perawatan gigi
tiruan yang banyak dijumpai sehingga dapat terjdi infeksi sekunder atau gigi
tiruan dapat terlepas. Insidensi kejadian ini sebanyak 44,82 % dari keseluruhan
kegagalan gigi tiruan cekat. (Pawar, 2011)
b. Pemilihan bahan yang kurang tepat seperti:
Bahan yang digunakan untuk gigi tiruan posterior haruslah bahan yang kuat
agar beban kunyah tidak membuat gigi tiruannya pecah sedangkan bahan untuk
gigi tiruan anterior harus memiliki nilai estetis yang baik.
Bahan yang digunakan untuk penyemenan gigi tiruan harus baik dan dapat
melekat dengan sempurna pada permukaan gigi. Bahan yang digunakan untuk
penyemenan gigi tiruan porcelain berlapis metal tidak boleh mengiritasi pulpa
karena preparasinya sangat tipis dan dekat dengan pulpa. Bahan yang
mengandung eugenol sebaiknya tidak digunakan pada preparasi yang dalam
karena sifat asam dan encernya dapat masuk melalui tubuli dentin dan
menyebabkan nyeri. Insidensi kejadian ini adalah 24,13% dari keseluruhan
kegagalan gigi tiruan cekat. (Pawar, 2011)
c. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
Perasaan tidak nyaman yang dirasakan oleh pasien bisa disebabkan karena adanya
kontak premature atau oklusi yang tidak tepat. Rasa tidak nyaman yang biasa
dirasakan adalah pada daerah servikal yang terasa sakit dan adanya shock thermis
karena pasien yang belum terbiasa.
d. Terjadi perubahan pada pulpa
Perubahan pada pulpa dapat disebabkan oleh cara preparasi yang tidak
melindungi gigi yang dipreparasi dengan mahkota sementara, adanya karies yang
tersembunyi, adanya rangsangan dari semen, serta terjadinya perforasi.

Pawar, Sudhir. 2011. Failures of Crown and Fixed Partial Dentures - A Clinical Survey.
Chattisgad: Int. Journal of Contemporary Dentistry