Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Apga Repindo
0918011104
Perceptor :
dr. Karyanto, Sp.Rad
SOAL
1. Diagnosis banding gambaran semiopaque pada lapangan paru dengan
gambaran radiologisnya
2. Diagnosis banding gambaran luscent pada lapangan paru dengan gambaran
3.
4.
5.
6.
radiologisnya
Klasifikasi TB international
Indikasi, kontraindikasi persiapan dan pelaksanaan IVP dan colon in loop
Sebutkan organ intraperitoneal, retroperitoneal
Macam-macam gambaran udara bebas padad rongga abdomen
1. Gambaran radiologis dan diagnosis banding lesi opaq dan semiopaque pada
lapangan paru dengan gambaran radiologisnya.
No
1
Diagnosis
Pneumonia
Gambaran Radiologi
Abses paru
Atelektasis
Bronkiektasis
Bronkiektasis
silindris
(dilatasi
bronkus
dapat
Efusi Pleura
Lesi
opak
homogen,
umumnya dengan
densitas yang sama dengan bayangan jantung; hilangnya garis
diafragma; batas atas cekung dengan level tertinggi pada
aksila; seiring bertambahnya cairan, terjadi pengurangan
volume paru dan terjadi retraksi ke arah hilus; penumpulan
Tuberculosis
Tuberkulosis
primer
Daerah
konsolidasi
luas
hingga
seluruh
lapangan paru.
Bronkhitis
Tumor paru
Edema pulmo
Karsinoma
bronkus
Tumor Pleura
Metastasis
pulmonal
Asbestosis
kelenjar hilus.
14
Siderosis
Sindrom
Loffler
Empiema
Diagnosis
Pneumotoraks
Gambaran Radiologi
COPD
Kista paru
Bula
emfisematus
Idiopatik
hiperluscent
Stenosis
pulmonary
3. Klasifikasi TB international
Tuberkulosis paru dibagi menjadi Tuberkulosis anak (infeksi primer) dan
tuberkulosis orang dewasa (re-infeksi).
A. Tuberkulosis primer : dapat berlokasi dimana saja dalam paru, namun
sarang dalam parenkim paru sering disertai oleh pembesaran kelenjar
limfe regional (kompleks primer)
B. Tuberkulosis sekunder : sarang biasanya di lapangana atas dan segmen
apikal lobus bawah, walaupun kadang dapat terjadi juga di lapangan
bawah, biasanya disertai pleuritis.
Klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis
Association :
1. Tuberkulosis minimal : yaitu luas sarang-sarang yang terlihat tidak
melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks, dan iga 2
depan; sarang soliter dapat berada di mana saja tidak harus berada di
kavitas atas. Tidak ditemukan adanya lubang.
2. Tuberkulosis lanjut sedang : luas sarang-sarang yang bersifat bercakbercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bila ada lubang,
diameternya tidak melebihi 4 cm. Jika sifat bayangan sarang-sarang
berupa awan yang menjelma menjadi daerah konsolidasi yang
homogen, luasnya tidak boleh melebihi luas satu lobus.
3. Tuberkulosis sangat lanjut : luas daerah yang dihinggapi oleh sarangsarang lebih daripada klasifikasi kedua diatas, atau bila ada lubanglubang, maka diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4 cm.
Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto
Roentgen. Salah satu pembagian adalah menurut bentuk kelainan, yaitu :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan-awan atau bercak, yang batasnya
tidak tegas dengan densitas rendah
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas
dan densitasnya sedang
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis, atau
pita tebal, berbatas tegas dengan densitas tinggi.
4. Kavitas (lubang)
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)
Yang mulai digunakan di Indonesia adalah :
1. Sarang-sarang berbentuk awan atau bercak-bercak dengan densitas
rendah atau sedang dengan batas tidak tegas. Sarang-sarang seperti ini
biasanya menunjukkan bahwa proses aktif.
2. Lubang (kavitas); ini selalu berarti proses aktif kecuali bila lubang
sudah sangat kecil, yang dinamakan lubang sisa (resicual cavity)
3. Sarang seperti garis-garis (fibrotik) atau bintik-bintik kapur
(kalsifikasi) yang biasanya menunjukkan bahwa proses telah tenang.
Kemungkinan penyembuhan :
A. Penyembuhan tanpa bekas
B. Penyembuhan dengan meninggalkan cacat
Sarang baru dapat dinilai sembuh bila setelah jangka waktu sekurangkurangnya 3 bulan bentuknya sama. Sifat bayangan tidak boleh bercakbercak, awan atau lubang, melainkan garis-garis atau bintik-bintik kapur.
Kemungkinan perburukan :
A. Pleuritis
B. Penyebaran milier, tampak sarang sekecil 1-2mm atau sebesar kepala
jarum, tersebar merata di kedua paru; snow storm appearance.
C. Stenosis bronkus
D. Timbulnya kavitas
4. Indikasi, kontraindikasi persiapan dan pelaksanaan IVP dan colon in
loop
Colon in loop
Indikasi :
Gangguan pola buang air besar
Nyeri daerah kolon
Kecurigaan massa daerah kolon
Melena
Kecurigaan obstruksi kolon
Kontra indikasi :
Absolute
Toxic megakolon
Relatif
Persiapan Pemeriksaan:
48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah
serat
18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak
kapsul per anus selanjutnya dilavement
Seterusnya puasa sampai pemeriksaan
plain
foto
Abdomen
polos/
BNO
Pendahuluan,
Tahap pemotretan
Setelah Pemeriksaan :
Jika X-ray lebih lanjut tidak dimintakan , maka penderita dapat
kembali makan secara normal.
Minum banyak cairan karena pemeriksaan dapat menyebabkan
dehydrasi.
Kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 72 jam ( 1 3
hari ).
Keuntungan:
Sensitivitasnya untuk mendiagnosis karsinoma kolon-rektum: 65 95
%
Aman
Tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi
Tidak memerlukan sedasi
Telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit.
Kelemahan:
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid dengan
divertikulosis dan di sekum
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar
Rendahnya sensitivitas (7095 %) di dalam mendiagnosis polip <1cm
Mendapat paparan radiasi.
IVP
Indikasi pemeriksaan IVP :
- batu ginjal
- batu saluran kemih
- radang ginjal
- radang pada saluran kemih
- batu ureter
- tumor
- hipertrofi prostat
Kontraindikasi pemeriksaan IVP:
- Alergi terhadap media kontras
- Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung
- Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
- Multi myeloma
- Neonatus
- Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
- Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
- Hasil laboratorium ureum <60mg% dan creatinin <2mg%
Persiapan IVP :
- Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
- Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan
kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal
- Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan
untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
- Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok
untuk menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan
- Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk
mendistensikan lambung dan gas
- Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement (klisma)
- Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak alergi terhadap
penggunaan kontras
Pelaksanaan IVP :
- Pasien diminta mengosongkan buli-buli
- Dilakukan foto BNO
- Injeksi kontras IV (setelah cek tensi dan cek alergi), beberapa saat dapat
terjadi kemerahan, rasa asin di lidah, sakit kepala ringan, gatal, mual dan
muntah.
- Diambil foto pada menit ke-5, 15, 30 dan 45
- Menit ke-5 : menilai nefrogram dan mungkin sistem pelviokalises (SPC)
- Menit ke-15 : menilai sistem pelviokalises sampai dengan kedua ureter
- Menit ke-30 : Menilai ureter dengan buli-buli
- Menit ke-45 : menilai buli-buli
Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos
abdomen.Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah
bayangan, besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal.Dapat pula dilihat kalsifikasi
dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal.Harus
diperhatikan batas otot Psoas kanan dan kiri.
paracolica,
mengumpul
di
daerah
subfrenik
dextra,
subhepatika,
Fase Post miksi yakni pemotretan yang dilakukan setelah pasien disuruh
berkemih (kencing).Hal ini dilakukan untuk menilai fungsi pengosongan
VU.Apakah
terdapat
kelainan
dalam
fungsi
pengosongan VU
yang
menunjukkan adanya batu, BPH dll. Pada kasus injury diaphragma UG kontras
akan masuk ke scrotum.
5. Sebutkan organ intraperitoneal, retroperitoneal
Organ Retroperitoneal : Glandula suprarenal, aorta, vena cava inferior, 2/3
duodenum, pankreas, ureter, ginjal, kolon ascenden dan descenden, esofagus,
rektum distal, vesika urinaria,
Organ Intraperitoneal : Gaster, appendix, hepar, kolon transversus, 1/3
duodenum, jejenum, ileum, kauda pankreas, rektum proximal, kolon sigmoid,
lien.
6. Macam-macam gambaran udara bebas pada rongga abdomen
Gambaran pneumoeritoneum :
1) Udara kuadran kanan atas :
Peri hepatik
Sub hepatik
Morrisons pouch
4) Ligament visualization
Falciform
Umbilical inverted
sign
Ligamen