Sie sind auf Seite 1von 30

TUGAS FILM TEACHING

Apga Repindo
0918011104

Perceptor :
dr. Karyanto, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK SMFRADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

SOAL
1. Diagnosis banding gambaran semiopaque pada lapangan paru dengan
gambaran radiologisnya
2. Diagnosis banding gambaran luscent pada lapangan paru dengan gambaran
3.
4.
5.
6.

radiologisnya
Klasifikasi TB international
Indikasi, kontraindikasi persiapan dan pelaksanaan IVP dan colon in loop
Sebutkan organ intraperitoneal, retroperitoneal
Macam-macam gambaran udara bebas padad rongga abdomen

1. Gambaran radiologis dan diagnosis banding lesi opaq dan semiopaque pada
lapangan paru dengan gambaran radiologisnya.
No
1

Diagnosis
Pneumonia

Gambaran Radiologi

Adanya peningkatan densitas dengan eksudat dan cairan


inflamasi yang menempati ruangan alveolus. Udara yang tetap
mengisi bronkus yang terlibat tampak sebagai lusensi
berbentuk garis (air broncogram)

Abses paru

Pada foto PA dan lateral biasanya ditemukan satu kavitas,


tetapi dapat juga multi-kavitas berdinding tebal, dapat pula
ditemukan permukaan udara dan cairan di dalamnya
3

Atelektasis

Pengurangan volume bagian paru baik lobaris, segmental, atau


seluruh paru, dengan kurangnya aerasi sehingga densitas tinggi
dengan penarikan mediastinum ke arah atelektasis; diafragma
tertarik ke atas dan sela iga menyempit; bagian paru sekitarnya
mengalami emfisema kompensasi.

Bronkiektasis

Bronkiektasis
silindris

(dilatasi

bronkus

dapat

terlihat sebagai garis paralel (menggambarkan dinding


bronkus) yang menyebar dari hilus menuju diafragma);
bronkiektasis kistik (dilatasi terminal dapat divisualisasi
sebagai bayangan kistik atau cincin, kadang disertai batas
cairan); konsolidasi pneumonik; dan perubahan fibrotik; honey
comb appearance
5

Efusi Pleura

Lesi

opak

homogen,
umumnya dengan
densitas yang sama dengan bayangan jantung; hilangnya garis
diafragma; batas atas cekung dengan level tertinggi pada
aksila; seiring bertambahnya cairan, terjadi pengurangan
volume paru dan terjadi retraksi ke arah hilus; penumpulan

sudut kostofrenikus; dan pergeseran mediastinum ke arah yang


berlawanan.
6

Tuberculosis

Tuberkulosis

primer

Daerah

konsolidasi

penumonik perifer ( fokus


Gohn) dengan pembesaran kelenjar hilus mediastinum
(kompleks primer). Keadaan ini sembuh dengan gambaran
kalsifikasi; Daerah konsolidasi dapat berukuran kecil, lobaris,
atau

luas

hingga

seluruh

lapangan paru.

Tuberkulosis reaktif : konsolidasi bercak, terutama pada


lobus/segmen apikal pada lobus bawah, sering disertai
kavitasi; Efusi pleura, empiema, atau penebalan pleura;
Tuberkulosis milier

Bronkhitis

Bronkitis kronis ringan : corakan paru yang ramai pada bagian


basal paru
Bronkitis kronis sedang : corakan paru yang ramai pada bagian
basal paru disertai emfisema dan kadang bronkiektasis di
parakardial kanan dan kiri
Bronkitis kronis berat : ditemukan hal diatas disertai cor
pulmonale
8

Tumor paru

Densitas massa dengan gambaran inhomogen (ganas) atau


homogen (jinak), pinggir massa lebih jelas, tidak teratur atau
spikula pada massa ganas, batas rata pada jinak

Edema pulmo

Gambaran radioopak dengan densitas cairan pada interstitium


atau acini atau keduanya dengan batas tidak tegas. Batwing
appearance : gambaran distribusi edema alveolar dimana
terdapat konsolidasi uniform di hilus dan medula paru dan 2-3
cm ke perifer (2/3 medial) parenkim paru, daerah korteks
relatif bersih.
10

Karsinoma
bronkus

Karsinoma bronkus perifer : Masa berlobulasi namun kadang


dengan tepi rata; Pembesaran kelenjar hilus, efusi pleura,

daerah yang kolaps/konsolidasi; Kavitas ditemukan 15% kasus


dengan lusensi udara di bagian sentral, adanya batas
udara/cairan, dan suatu dinding dengan ketebalan bervariasi.

Karsinoma bronkus sentral : Massa sentral menyebabkan


bayangan hilus membesar, akibat peningkatan desnitas atau
batas luat yang tidak teratur. Adanya penyempitan bronkus
dapat menyebabkan kolaps paru bagian distal sehingga
menyebabkan lesi opak seluruh hemitoraks.
11

Tumor Pleura

Tumor primer yang jinak jarang, dapat berupa lipoma,


fibroma, hemangioma, neurofibroma, memberikan bayangan
massa dinding thoraks.

Tumor primer ganas, mesotelioma, cepat membesar sering


disertai dengan pembentukan cairan rongga pleura
12

Metastasis
pulmonal

Paru : Lesi opak bulat, berbatas jelas, multipel dengan


berbagai ukuran pada lapangan paru. Kavitas kadang terlihat.
Pleura : tampak sebagai lesi massaKelenjar limfe
13

Asbestosis

Penebalan pleura disertai fibrosis paru, biasanya di lapangan


paru bawah, terutama paru kiri sekitar parakardial yang
menutupi batas jantung kiri; kadang ditemukan pembesaran

kelenjar hilus.
14

Siderosis

Bayangan noduler dengan densitas yang lebih tinggi daripada


jaringan fibrotik dan mempunyai batas tegas; tidak ada
pembesaran kelenjar hilus.
15

Sindrom
Loffler

Menunjukkan bayangan kurang opak, dapat satu atau ganda,


unilateral atau bilateral. Bayangan tersebut menempel,
biasanya kurang berbatas tegas.
16

Empiema

Tampak pemisahan pelura parietal dan viseral


(pleura split) dan kompresi paru
2. Gambaran radiologis dan diagnosis banding lesi luscent pada lapangan paru.
No
1

Diagnosis
Pneumotoraks

Gambaran Radiologi

Bayangan radiolusen tanpa struktur jaringan paru dengan


batas paru berupa garis radioopak tipis yang berasal dari

pleura viseral; dapat menekan jaringan paru ke arah hilus;


mendorong mediastinum ke arah kontralateral; sela iga
menjadi lebih lebar
2

COPD

Thoraks berbentuk silindrik, diafragma letak rendah dengan


bentuk datar, bayangan lebih radiolusen, sela iga melebar,
gambaran fibrosis dan vaskular paru relatif jarang; corakan
jaringan paru tampak lebih jelas.
3

Kista paru

Terbentuknya kista paru merupakan hiperinflasi udara ke


dalam parenkim paru melalui suatu celah berupa klep akibat
peradangan kronis. Bayangan bulat berdinding tipis dengan
ukuran bervariasi, bila kista paru lebih dari satu dan tersebar
di kedua paru dikenal sebagai paru polikistik
4

Bula
emfisematus

CXR terdapat area fokal dengan gambaran radioluscent


yang dapat dilihat dengan jelas karena dilapisi oleh sebuah
dinding tipis. Fluid level memungkinkan adanya infeksi di
dalam bula.
Karakteristik dalam foto thoraks lain ialah paru yang
hiperekspansi dengan pendataran kedua hemidiafragma.
5

Idiopatik
hiperluscent

Emfisema dengan hipoplasi arteri pulmonalis dan gambaran


bronkiektasis; tanpa penambahan ukuran paru.
6

Stenosis
pulmonary

3. Klasifikasi TB international
Tuberkulosis paru dibagi menjadi Tuberkulosis anak (infeksi primer) dan
tuberkulosis orang dewasa (re-infeksi).
A. Tuberkulosis primer : dapat berlokasi dimana saja dalam paru, namun
sarang dalam parenkim paru sering disertai oleh pembesaran kelenjar
limfe regional (kompleks primer)
B. Tuberkulosis sekunder : sarang biasanya di lapangana atas dan segmen
apikal lobus bawah, walaupun kadang dapat terjadi juga di lapangan
bawah, biasanya disertai pleuritis.
Klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis
Association :
1. Tuberkulosis minimal : yaitu luas sarang-sarang yang terlihat tidak
melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks, dan iga 2
depan; sarang soliter dapat berada di mana saja tidak harus berada di
kavitas atas. Tidak ditemukan adanya lubang.
2. Tuberkulosis lanjut sedang : luas sarang-sarang yang bersifat bercakbercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bila ada lubang,
diameternya tidak melebihi 4 cm. Jika sifat bayangan sarang-sarang
berupa awan yang menjelma menjadi daerah konsolidasi yang
homogen, luasnya tidak boleh melebihi luas satu lobus.

3. Tuberkulosis sangat lanjut : luas daerah yang dihinggapi oleh sarangsarang lebih daripada klasifikasi kedua diatas, atau bila ada lubanglubang, maka diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4 cm.
Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto
Roentgen. Salah satu pembagian adalah menurut bentuk kelainan, yaitu :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan-awan atau bercak, yang batasnya
tidak tegas dengan densitas rendah
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas
dan densitasnya sedang
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis, atau
pita tebal, berbatas tegas dengan densitas tinggi.
4. Kavitas (lubang)
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)
Yang mulai digunakan di Indonesia adalah :
1. Sarang-sarang berbentuk awan atau bercak-bercak dengan densitas
rendah atau sedang dengan batas tidak tegas. Sarang-sarang seperti ini
biasanya menunjukkan bahwa proses aktif.
2. Lubang (kavitas); ini selalu berarti proses aktif kecuali bila lubang
sudah sangat kecil, yang dinamakan lubang sisa (resicual cavity)
3. Sarang seperti garis-garis (fibrotik) atau bintik-bintik kapur
(kalsifikasi) yang biasanya menunjukkan bahwa proses telah tenang.
Kemungkinan penyembuhan :
A. Penyembuhan tanpa bekas
B. Penyembuhan dengan meninggalkan cacat
Sarang baru dapat dinilai sembuh bila setelah jangka waktu sekurangkurangnya 3 bulan bentuknya sama. Sifat bayangan tidak boleh bercakbercak, awan atau lubang, melainkan garis-garis atau bintik-bintik kapur.
Kemungkinan perburukan :
A. Pleuritis
B. Penyebaran milier, tampak sarang sekecil 1-2mm atau sebesar kepala
jarum, tersebar merata di kedua paru; snow storm appearance.

C. Stenosis bronkus
D. Timbulnya kavitas
4. Indikasi, kontraindikasi persiapan dan pelaksanaan IVP dan colon in
loop
Colon in loop
Indikasi :
Gangguan pola buang air besar
Nyeri daerah kolon
Kecurigaan massa daerah kolon
Melena
Kecurigaan obstruksi kolon
Kontra indikasi :
Absolute

Toxic megakolon

Pseudo membranous colitis

Post biopsy kolon (sebaiknya menunggu setelah 7 hari)

Relatif

Persiapan kolon kurang baik

Baru saja mengalami pemeriksaan GI tract bagian atas dengan


kontras

Persiapan Pemeriksaan:
48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah
serat
18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak
kapsul per anus selanjutnya dilavement
Seterusnya puasa sampai pemeriksaan

30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 1 mg


/ oral untuk mengurangi pembentukan lendir
15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk
mengurangi peristaltic usus.
Prosedur :
Catattanda-tanda vital pasien, tekanan darah, denyut nadi dan hasil
laboratorium bila ada.
Dilakukan

plain

foto

Abdomen

polos/

BNO

Pendahuluan,

menggunakan kaset ukuran 30 x 40 cm, bila pasien berukuran besar


menggunakan kaset ukuran 43 x 35 cm. Teknik Foto Plain Abdomen
polos/ BNO Pendahuluan
Posisi Pasien Supine diatas meja pemeriksaan, kedua lengan
disamping tubuh, kaki lurus dengan lutul sedikit fleksi untuk
mobilisasi.
Posisi objek Mid Sagital Plane pada pertengahan meja, batas atas
processus xyphoideus dan batas bawah sympisis pubis. 6.2.3. Central
Ray: Vertical, Center point : umbilikus, FFD : 90 cm Kv : 70 , MAS.
6.2.4. Eksposi: sekspirasi dan tahan nafas supaya abdomen lebih tipis,
diafragma keatas sehingga abdomen terlihat jelas.
Siapkan media kontras barium sulfat yang dicampur dengan air
dengan perbandingan 1:8.
Masukkan ke tabung irigator yang telah tersambung dengan selang
irigator. Letakkan pada ketinggian 1 meter dari tempat tidur pasien.
Masukkan kanula yang telah diolesi vaselin ke anus pasien, diklem
dengan gunting klem. 6.6. Buka gunting klem sehingga barium masuk
ke kolon sigmoid (5 menit). Tutup gunting klem pada selang irigator.
Lakukan pemotretan dengan kaset 24 x 30 cm.
Buka kembali klem alirkan barium kira-kira sampai mengisi rectum (
10 menit). Lakukan pemotretan AP dengan menggunakan kaset 30 x

40 cm. Kemudian dilanjutkan dengan pemotretan posisi obliq kanan


dan kiri dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm.
Pasien dipersilahkan BAB.
Setelah itu dimasukkan media kontras negatif melalui anus pasien
dengan spuit (double kontras). Kemudian dilakukan pemotretan
dengan posisi AP.
Pemeriksaan Kolon in loop selesai. Pasien diantar keluar ruang
pemeriksaan.
Kelebihan dalam menegakan diagnosa pemeriksaan usus besar / kolon in
loop bahwa radiolog dapat memonitor secara real time. Pergerakan
peristaltic pada saat dilakukan pemeriksaan kolon in loop, dengan catatan
bahwa dalam pemeriksaan ini menggunakan flouroscopi.
Teknik Pemasukan Media Kontras:
Metode Kontras Tunggal

Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras.

Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum,


ascenden sampai daerah sekum.

Dilakukan pemotretan full fillng

Evakuasi, dibuat foto post evakuasi

Metode Kontras GandaSatu Tingkat

Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk


mendorong barium melapisi kolon

Selanjutnya dibuat foto full filling

Kontras Ganda Dua Tingkat

Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau pertengahan


kolon transversum

Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh


kolon

Menunggu 1 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon

Pasien disuruh BAB

Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 2000 ml, tidak boleh


berlebihan karena akan timbul komplikasi : reflex fagal (wajah
pucat, bradikardi, keringat dingin dan pusing )

Tahap pemotretan

Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon mengembang


semua

Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan serta


lokasinya.
o Proyeksi PA, PA oblig & lateral ( rectum )
o Proyeksi AP, AP oblig ( kolon transversum termasuk fleksura)
o Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri ( fleksura lienalis dan
hepatica)

Setelah Pemeriksaan :
Jika X-ray lebih lanjut tidak dimintakan , maka penderita dapat
kembali makan secara normal.
Minum banyak cairan karena pemeriksaan dapat menyebabkan
dehydrasi.
Kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 72 jam ( 1 3
hari ).
Keuntungan:
Sensitivitasnya untuk mendiagnosis karsinoma kolon-rektum: 65 95
%
Aman
Tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi
Tidak memerlukan sedasi
Telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit.

Kelemahan:
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid dengan
divertikulosis dan di sekum
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar
Rendahnya sensitivitas (7095 %) di dalam mendiagnosis polip <1cm
Mendapat paparan radiasi.

IVP
Indikasi pemeriksaan IVP :
- batu ginjal
- batu saluran kemih
- radang ginjal
- radang pada saluran kemih
- batu ureter
- tumor
- hipertrofi prostat
Kontraindikasi pemeriksaan IVP:
- Alergi terhadap media kontras
- Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung
- Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
- Multi myeloma
- Neonatus
- Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
- Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
- Hasil laboratorium ureum <60mg% dan creatinin <2mg%
Persiapan IVP :
- Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
- Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan
kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal
- Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan
untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
- Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok
untuk menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan

- Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk
mendistensikan lambung dan gas
- Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement (klisma)
- Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak alergi terhadap
penggunaan kontras
Pelaksanaan IVP :
- Pasien diminta mengosongkan buli-buli
- Dilakukan foto BNO
- Injeksi kontras IV (setelah cek tensi dan cek alergi), beberapa saat dapat
terjadi kemerahan, rasa asin di lidah, sakit kepala ringan, gatal, mual dan
muntah.
- Diambil foto pada menit ke-5, 15, 30 dan 45
- Menit ke-5 : menilai nefrogram dan mungkin sistem pelviokalises (SPC)
- Menit ke-15 : menilai sistem pelviokalises sampai dengan kedua ureter
- Menit ke-30 : Menilai ureter dengan buli-buli
- Menit ke-45 : menilai buli-buli
Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos
abdomen.Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah
bayangan, besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal.Dapat pula dilihat kalsifikasi
dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal.Harus
diperhatikan batas otot Psoas kanan dan kiri.

Gambar 3. Foto BNO-IVP polos


Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
Menurut Meschan, digunakan film bucky antero-posterior abdomen setelah
penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-posterior abdomen dengan jarak
waktu setelah disuntik kontras intravena,masing-masing adalah :
1. Empat sampai 5 menit :
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan
proccecus xyphoideus dan pusat.Foto ini untuk melihat perjalanan kontras
mengisi sistem kalises pada ginjal. Memakai ukuran kaset 24 x 30 cm dengan
posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen. Penekanan ureter dilakukan
dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap berada pada sistem
pelvikalises dan bagian ureter proksimal.Penekanan ureter diketatkan setelah
dilakukan pengambilan foto menit kelima.

Gambar 4. Foto menit ke-5


Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
2. Delapan sampai 15 menit
Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke lima kurang baik, maka
foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan tomografiuntuk memperjelas
bayangan. Menggunakan kaset 24 x 30 cm mencakup gambaran pelviokaliseal,
ureter dan buli-buli mulai terisi media kontras dengan posisi antero-posterior
sama seperti foto abdomen, pertengahan di antara proccesus xyphoideus dengan
umbilicus.

Gambar 5. Foto menit ke-15


Sumber : radiologi Diagnostik FK UI

3. Duapuluh lima sampai 30 menit


Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan
menggunakkan kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit setelah
menit ke -30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan ginjal mensekresikan bahan kontras, tapi di beberapa
Rumah Sakit tidak dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen.

Gambar 6. Foto menit ke-30


Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm.
Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan dinyatakan
normal maka pasien diharuskkan berkemih kemudian di foto kembali. Jika
dokter ahli radiologi menyatakan ada gangguan biasanya dilakukan foto 2 jam.
Dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen.

Gambar 7. Foto menit ke 60 atau lebih


Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

Pada pemotretan menit ke 30 atau 45 IVP telah memasuki fase sistogram.Pada


saat ini kontras telah mengisi Vesica Urinaria sehingga VU Nampak putih. VU
kita nilai dindingnya apakah permukaannya rata (Normal) atau bergelombang
(Sistitis/ Radang VU), adakah filling defect yang Nampak sebagai area
radioluscent saat VU terisi kontras (menunjukkan adanya batu radioluscent jika
filling defect permukaan nya licin dan ikut bergerak saat berpindah posisi, atau
adanya tumor atau massa pada dinding VU jika filling defect permukaannya
tidak rata dan tidak ikut bergerak jika berpindah posisi), indentasi, additional
shadow (menunjukkan adanya batu/ massa), dan ekstravasasi kontras yang
menunjukkan adanya ruptur VU (ruptur VU intraperitoneal : kontras masuk ke
cavum peritoneum dan mengalir mengikuti kontur usus, menyebar ke sulcus

paracolica,

mengumpul

di

daerah

subfrenik

dextra,

subhepatika,

inframesokolika dextra-sinistra. Karena urin mengikuti kontur usus maka akan


nampak gambaran berbentuk seperti lengkung2 usus halus, sedangkan pada
ruptur VU ekstraperitoneal akan terjadi ekstravasasi kontras ke jaringan lunak
sekitar shg nampak seperti bulu di daerah retropubicum kemudian menyebar ke
dinding anterior abdomen dan mengalir ke arah paha, dapat juga mengumpul di
jaringan lemak anterior m.psoas dan naik secara retrograd ke sampai setinggi
ginjal.
5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk
melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi
erect dapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang
tidak normal) pada kasus posthematuri.

Gambar 8. Foto Post Void


Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

Fase Post miksi yakni pemotretan yang dilakukan setelah pasien disuruh
berkemih (kencing).Hal ini dilakukan untuk menilai fungsi pengosongan
VU.Apakah

terdapat

kelainan

dalam

fungsi

pengosongan VU

yang

menunjukkan adanya batu, BPH dll. Pada kasus injury diaphragma UG kontras
akan masuk ke scrotum.
5. Sebutkan organ intraperitoneal, retroperitoneal
Organ Retroperitoneal : Glandula suprarenal, aorta, vena cava inferior, 2/3
duodenum, pankreas, ureter, ginjal, kolon ascenden dan descenden, esofagus,
rektum distal, vesika urinaria,
Organ Intraperitoneal : Gaster, appendix, hepar, kolon transversus, 1/3
duodenum, jejenum, ileum, kauda pankreas, rektum proximal, kolon sigmoid,
lien.
6. Macam-macam gambaran udara bebas pada rongga abdomen
Gambaran pneumoeritoneum :
1) Udara kuadran kanan atas :
Peri hepatik
Sub hepatik

Morrisons pouch

Doges cap menunjukkan adanya udara bebas pada kantung


Morrison. Normalnya kantung Morrison berada diantara ginjal
kanan dan hepar
2) Fissure for ligament teres
3) Riglers (double wall sign) : yang memvisualisasikan dinding terluar
lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan
udara normal intralumen.

4) Ligament visualization
Falciform
Umbilical inverted
sign

Ligamen

umbilical lateral yang


mengandung pembuluh

darah epigastrik inferior dapat terlihat sebagai huruf V


terbalik di daerah pelvis sebagai akibat pneumoperitoneum
dalam jumlah banyak.
5) Triangular air : menggambarkan daerah segitiga udara diantara
2 lingkaran usus dengan dinding abdomen.

6) The cupola sign

7) Football or air dome: yang biasanya menggambarkan pengumpulan


udara didalam kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak
membungkus seluruh kavum abdomen, mengelilingi ligament
falsiformis sehingga member jejak seperti bola sepak.

8) Scrotal air in children


9) Lucent liver sign
10) Double bubble sign

Das könnte Ihnen auch gefallen