Sie sind auf Seite 1von 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan izin-Nya lah kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Deden
Setiawan M.kep selaku pengampu Mata Kuliah Manejement Keperawatan yang telah
memberikan kami kesempatan untuk menyusun makalah yang berjudul Pemberian Asuhan
Keperawatan Menggunakan Metode Kasus dan Primer.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami masih sangat jauh dari sempurna,
oleh karena itu sudilah kiranya untuk memberikan kritik dan saran guna kelengkapan
makalah kami di kemudain hari.
Terimakasih.
Yogyakarta, 23 April 2016

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................
A. Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)................................
B. Tujuan MPKP..........................................................................................................
C. Macam Macam Metode MPKP............................................................................
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................
A.
B.
C.
D.
E.

Pengertian Metode Primer.......................................................................................


Kelebihan.................................................................................................................
Kekurangan..............................................................................................................
Diagram ..................................................................................................................
Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode Kasus .................................

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pelayanan keperawatan adalah bantuan yang diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan
melaksanakan kegiatan sehari-hari. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan
keperawatan profesional menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh
dari berbagai ilmu dasar dan ilmu pengetahuan sebagai landasan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan (Achir Yani, 2007). Keperawatan sebagai profesi dan perawat
sebagai tenaga profesional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan sesuai
kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja sama
dengan anggota tim kesehatan lainnya. Untuk memberikan pelayanan keperawatan
yang baik dan dapat bersaing dengan institusi lain dalam memberikan pelayanan
keperawatan, diperlukan adanya metode pemberian asuhan keperawatan untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan oleh karena pelayanan yang baik salah
satunya diawali oleh motivasi perawat yang tinggi (Nursalam, 2007). Model praktik
keperawatan profesional telah dilaksanakan dibeberapa negara, termasuk rumah sakit
di Indonesia.
Hal ini sebagai salah satu upaya rumah sakit untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui beberapakegiatan yang menunjang kegiatan keperawatan
profesional dan sistematik (Nursalam, 2011). Sistem model asuhan keperawatan
profesional adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan 4 unsur, yakni standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem model asuhan keperawatan
professional (MAKP). Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang
diyakini dan akan menentukan kualitas produk/jasa layanan keperawatan. Jika
perawat tidak memiliki nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien
tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2011). Dalam rangka mendaya gunakan tenaga
keperawatan yang tersedia di rumah sakit, ada lima metode pemberian asuhan
keperawatan profesional yangsudah ada dan akan terus dikembangkan dimasa depan
dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Lima metode asuhan keperawatan
profesional (MAKP) tersebut antara lain: metode fungsional, metode tim, metode
primer,metode kasus, dan metode tim primer (Nursalam, 2011). Pada metode
keperawatan tim primer menggunakan kombinasi dari dua sistem, yaitu keperawatan
tim dan keperawatan primer. Melalui kombinasi kedua model tersebut, diharapkan

komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada


primer, karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagian besar lulusan D-3,
maka mereka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang
asuhan keperawatan (Nursalam. 2007).
Penelitian Kurniadi (2008) yang berjudul : Hubungan antara motivasi dan
kinerja perawat di bangsal MPKP dengan perawat di bangsal Non MPKP di RSJ Prof.
DR. Soeroyo Magelang, mengatakan bahwa motivasi perawat bekerja di bangsal
MPKP dengan persentase 87,5% dan kinerjanya dengan persentase 85,5% sedangkan
di bangsal Non MPKP motivasi perawat bekerja 77,5% dan kinerjanya dengan
persentase 75,5%. Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul adalah salah
satu sarana pelayanan kesehatan yang merupakan rumah sakit tipe C dan sedang
berkembang. Rumah sakit ini telah menggunakan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) berdasarkan surat keputusan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Bantul Nomor : 046/SK.B/06.09 yang dimulai pada tanggal 1 juni 2009. Persentase
untuk motivasi dan pelaksanaan MAKP untuk tiga bangsal MPKP di RS PKU Bantul
Yogyakarta bulan oktober 2011. Dengan 3 persentase masing masing: Ruang rawat
inap Ar-Rahman, Motivasi kerja perawat 80% dan pelaksanaan MAKP 85%, Ruang
rawat inap Al-Insan, Motivasi kerja perawat 77,5% dan pelaksanaan MAKP 83,5%
dan Ruang rawat inap Al-Araf, Motivasi kerja perawat 82,5% dan pelaksanaan
MAKP75%. Dari hasil wawancara dan observasi diketahui penerapan model asuhan
keperawatan profesional (MAKP) metode tim primer sudah berjalan sesuai dengan
konsep karena perawat sudah baik dalam pelaksanaan MAKP, Motivasi kerja sudah
cukup namun dari penerapan metode tim primer belum dilakukan evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana penerapan metode tim primer di ruang perawatan dan sejauh
mana motivasi perawat sehubungan dengan penerapan metode tim primer. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Motivasi Kerja Perawat Dengan
Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Metode Tim Primer.
B. Tujuan
a. Mahasiswa mampu menggunakan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP)
b. Mahasiswa mengetahuhi masing masing metode dari MPKP
c. Mahasiswa mampu mengetahui keunggulan dan kekurangan metode primer
d. Mahasiswa mampu mengetahui peran perawat dalam metode primer

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik
keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori
keperawatan.Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.
Indonesia juga berupaya mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP).
D. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawata
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.
E. Macam Macam Metode MPKP
a. Model Kasus
Model Kasus merupakan model pemberian asuhan yang pertama digunakan.
Sampai Perang Dunia kedua model tersebut merupakan model pemberian asuhan
keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada model ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara total dalam satu
periode dinas. Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat sangat tergantung
kepada kemampuan perawat dan kompleksnya masalah dan pemenuhan
kebutuhan pasien.
Dalam Model Kasus perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang
mencakup seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien. Pada model ini
perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara
menyeluruh, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap pasien
dengan baik, sehingga pasien merasa puas dan merasakan lebih aman karena
mengetahui perawat yang bertanggung jawab atas dirinya. Dengan model ini
menuntut seluruh tenaga keperawatan mempunyai kualitas profesional dan
membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang banyak.
Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus seperti ruang
perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU, Haemodialisa dan
sebagainya.
b. Model Fungsional

Model Fungsional dikembangakan setelah perang dunia kedua, dimana


jumlah pendidikan keperawatan meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah
sakit dari berbagai jenis program pendidikan keperawatan. Agar pemanfaatan
yang bervariasi tenaga keperawatan tersebut dapat dimaksimalisari, maka
memunculkan ide untuk mengembangkan model fungsional dalam pelayanan
asuhan keperawatan.
Pada model fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Setiap perawat diberikan satu atau
beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu
ruangan. Seorang perawat mungkin bertanggung jaawb dalam pemberian obat,
mengganti balutan, monitor infus dan sebagainya.

Prioritas utama yang

dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik sesuai dengan kebutuhan pasien


dan kurang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan pasien secara holistik,
sehingga dalam penerapannya kualitas asuhan keperawatan sering terabaikan,
karena pemberian asuhan yang terfragmentasi. Komunikasi antara perawat sangat
terbatas, sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang satu klien
secara komprehensif, kecuali mungkin Kepala Ruangan.

Hal ini sering

menyebabkan klien kurang puas dengan pelayanan asuhan keperawatan yang


diberikan, karena seringkali klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang halhal yang ditanyakan, dan kurang merasakan adanya hubungan saling percaya
dengan perawat.
Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mensupervisi.
Komunikasi antar staf sangat terbatas dalam membahas masalah pasien. Perawat
terkadang tidak mempunyai waktu untuk berdiskusi dengan pasien atau
mengobservasi reaksi obat yang diberikan maupun mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan yang diberikan.
Pada model ini Kepala Ruangan menentukan apa yang menjadi tugas setiap
perawat dalam suatu ruangan dan perawat akan melaporkan tugas-tugas yang
dikerjakan kepada Kepala Ruangan. Dan Kepala Ruangan lah yang bertanggung
jawab dalam membuat laporan pasien.
Dalam model fungsional ini koordinasi antar perawat sangat kurang sehingga
seringkali pasien harus mengulang berbagai pertanyaan atau permintaan kepada
semua petugas yang datang kepadanya, dan Kepala Ruanganlah yang memikirkan
setiap kebutuhan pasien secara komprehensif. Informasi yang disampaikan

bersifat verbal, yang seringkali terlupakan karena tidak didokumentasikan dan


tidak diketahui oleh staf lain yang memberikan asuhan keperawatan.
Dengan menggungkan model ini Kepala Ruangan kurang mempunyai waktu
untuk membantu stafnya untuk mempelajari cara yang terbaik dalam memenuhi
kebutuhan pasien atau dalam mengevaluasi kondisi pasien dan hasil asuhan
keperawatan, kecuali terjadi perubahan yang sangat mencolok. Dan orientasi
model ini hanya pada penyelesaian tugas, bukan kualitas, sehingga pendekatan
secara holistik sukar dicapai.
Model fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas bila
jumlah staf sedikit, namun pasien selalu tidak mendapat kepuasan dari asuhan
keperawatan yang diberikan.
c. Model Tim
Setelah bertahun-tahun menggunakan Model Fungsional, beberapa pimpinan
keperawatan (nursing leader) mulai mempertanyakan keefektifan model tersebt
dalam pemberian asuhan keperawatan profesional. Oleh karena adanya berbagai
jenis tenaga dalam keperawatan, diperlukan adanya supervisi yang adekuat, maka
pada tahun 1950 dikembangkan Model Tim dalam pelayanan asuhan keperawatan.
Model Tim merupakan suatu model pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif (Douglas, 1984).
Konsep model ini didasarkan kepada falsafah bawah sekelompok tenaga
keperawatan bekerja secara bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif
sehingga dapat berfungsi secara menyeluruh dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada setiap pasien.
Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi, sehingga
setiap anggota tim merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya di dalam
mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang
bermutu. Potensi setiap anggota tim saling komplementer menjadi satu kekuatan
yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta timbul rasa
kebersamaan dalam setiap upaya pemberian asuhan keperawatan, sehingga dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi.
Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987) terkandung
dua konsep utama yang harus ada, yaitu:

1. Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat
profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk
bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien dalam merencanakan
asuhan keperawatan, merencanakan penugasan kepada anggota tim,
melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan.
2. Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya
kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan membantunya dalam
mengatasi masalah. Proses komunikasi harus dilakukan secara terbuka
dan aktif melalui laporan, pre atau post conference atau pembahasan dalam
penugasan, pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan asuhan
keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
Pengajaran dan bimbingan secara insidental perlu dilakukan yang merupakan
bagian dari tanggung jawab Ketua Tim dalam pembinaan anggotanya. Dalam
model ini Ketua Tim menetapkan anggota tim yang terbaik untuk merawat setiap
pasien. Dengan cara ini Ketua Tim membantu semua anggota tim untuk belajar
apa yang terbaik untuk pasien yang dirawatnya berdasarkan kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi pasien.
Dalam pelaksanaan model ini, Ketua Tim dapat memperoleh pengalaman
praktek melakukan kepemimpinan yang demokratik dalam mengarahkan dan
membina anggotanya. Pimpinan juga akan belajar bagaimana mempertahankan
hubungan antar manusia dengan baik dan bagaimana mengkoordinasikan
berbagai kegiatan yang dilakukan dengan beberapa anggota tim secara bersamasama. Untuk mencapai kepemimpinan yang efektif setiap anggota tim harus
mengetahui prinsip dasar administrasi, supervisi, bimbingan dan tehnik mengajar
agar dapat dilakukannya dalam bekerjasama dengan anggota tim. Ketua Tim juga
harus mampu mengimplementasikan prinsip dasar kepemimpinan.
Tanggung Jawab Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Anggota Tim, yaitu :
1. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
Model Tim akan berhasil baik bila didukung oleh Kepala Ruangan,
yang berperan sebagai menejer di ruangan tersebut, yang bertanggung
jawab dalam:

a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar


asuhan keperawatan.
b) Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan keperawatan.
c) Memberikan kesempatan kepada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan.
d) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang fungsi
model tim dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
e) nara sumber bagi ketua tim.
f) staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
g) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
2. Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana keperawatan.
b) Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan medik.
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melaui pre atau post conference.
d) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya.
3. Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun.
b) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon pasien.
c) Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan.
d) Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim
Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang kaku. Model
tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan malam. Apakah terdapat
2 atau 3 tim tergantung pada jumlah dan kebutuhan serta jumlah dan kualitas
tenaga keperawatan.

Umumnya satu tim terdiri dari 3-5 orang tenaga

keperawatan untuk 10-20 pasien.


Berdasarkan hasil penelitian Lambertson seperti dikutip oleh Douglas (1984),
menunjukkan bahwa model tim bila dilakukan dengan benar merupakan model
asuhan kperawatan yang tepat dalam meningkatkan pemanfaatan tenaga
keperawatan yang bervariasi kemampuannya dalam memberikan asuhan
keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim dilaksanakan dengan tepat pada
kondisi dimana kemampuan tenaga keperawatan bervariasi.
Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak dilaksanakan
secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau post conference dalam

sistem pemberian asuhan keperawatan untuk pemecahan masalah yang dihadapi


pasien dalam penentuan strategi pemenuhan kebutuhan pasien.
d. Model Primer
Dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan dn berbagai ilmu dalam bidang
kesehatan, serta meningkatknya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan yang bermutu tinggi, dengan didasarkan bahwa pemberian asuhan
keperawatan model tim masih mempunyai beberapa kekurangan, maka
berdasarkan studi, para pakar keperawatan mengembangkan model pemberian
asuhan keperawatan yang terbaru yaitu Model Primer (Primary Nursing). Dan
perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan disebut sebagai Primary
Nurse.
Tujuan dari Model Primer adalah terdapatnya kontinuitas keperawatan yang
dilakukan secara komprehensif dan dapat dipertanggung jawabkan. Penugasan
yang diberikan kepada Primary Nurse atas pasien yang dirawat dimulai sejak
pasien masuk ke rumah sakit yang didasarkan kepada kebutuhan pasien atau
masalah keperawatan yang disesuaikan dengan kemampuan Primary Nurse.
Setiap primary nurse mempunyai 4-6 pasien dan bertanggung jawab selama 24
jam selama pasien dirawat. Primary Nurse akan melakukan pengkajian secara
komprehensif dan merencanakan asuhan keperawatan. Selama bertugas ia akan
melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien.
Demikian pula pasien, keluarga, staff medik dan staf keperawatan akan
mengetahui bahwa pasien tertentu merupakan tanggung jawab primary nurse
tertentu. Dia bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi
dalam merencanakan asuhan keperawatan dan dia juga akan merencanakan
pemulangan pasien atau rujukan bila diperlukan.
Jika primary nurse tidak bertugas, kelanjutan

asuhan keperawatan

didelegasikan kepada perawat lain yang disebut associate nurse. Primary nurse
bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang diterima pasien dan
menginformasikan tentang keadaan pasien kepada Kepala Ruangan, dokter dan
staf keperawatan lainnya. Kepala Ruangan tidak perlu mengecek satu persatu
pasien, tetapi dapat mengevaluasi secara menyeluruh tentang aktivitas pelayanan
yang diberikan kepada semua pasien.
Seorang primary nurse bukan hanya mempunyai kewenangan untuk
memberikan asuhan keperawatan tetapi juga mempunyai kewenangan untuk

melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial


masyarakat, membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah dan
sebagainya.

Dengan

diberikannya

kewenangan

tersebut,

maka

dituntut

akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Primary Nurse
berperan sebagai advokat pasien terhadap birokrasi rumah sakit.
Kepuasan yang dirasakan pasien dalam model primer adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena pasien terpenuhi kebutuhannya secara individual dengan
asuhan keperawatan yang bermutu dan tercapainya pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Kepuasan
yang dirasakan oleh Primary Nurse adalah tercapainya hasil berupa kemampuan
yang tinggi terletak pada kemampuan supervisi. Staf medis juga merasakan
kepuasannya dengan model primer ini, karena senantiasa informasi tentang
kondisi pasien selalu mutakhir dan laporan pasien komprehensif, sedangkan pada
model Fungsional dan Tim informasi diperoleh dari beberapa perawat. Untuk
pihak rumah sakit keuntungan yang dapat diperoleh adalah rumah sakit tidak perlu
mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi tenaga yang ada harus
berkualitas tinggi.
Dalam menetapkan seorang menjadi Primary Nurse perlu berhati-hati karena
memerlukan beberapa kriteria, diantaranya dalam menetapkan kemampuan asertif,
self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar
berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk
sebagai primary nurse adalah seorang Clinical Specialist yang mempunyai
kualifikasi Master.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Model Primer dapat meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan bila dibandingkan dengan Model Tim, karena:
1. Hanya satu perawat yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat dalam
perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan.
2. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 pasien bila dibandingkan
dengan 10-20 orang pada setiap tim.
3. Primer bertanggung jawab selama 24 jam.
4. Rencana pulang pasien dapat diberikan lebih awal.
5. Rencana keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.
e. Model Modular

Pengembangan model modular merupakan pengembangan dari primary


nursing yang digunakan dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga
professional dan non professional.
Model modular mirip dengan model keperawatan tim, karena tenaga
profesional dan non profesional bekerjasama dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada beberapa pasien dengan arahan kepemimpinan perawat
profesional.
Model modular mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3 perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai dengan beban kasus,
sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang serta asuhan lanjutan kembali ke
rumah sakit. Agar model ini efektif maka Kepala Ruangan secara seksama
menyusun tenaga profesional dan non profesionaln serta bertanggung jawab
supaya kedua tenaga tersebut saling mengisi dalam kemampuan, kepribadian,
terutama kepemimpinan.

Dalam menerapkan model modular, 2-3 tenaga

keperawatan bisa bekerjasama dalam tim, serta diberi tanggung jawab penuh
untuk mengelola 8-12 kasus. Seperti pada model primer, tugas tim keperawatan
ini harus tersedia juga selama tugas gilir (shift) sore-malam dan pada hari-hari
libur, namun tanggung jawab terbesar dipegang oleh perawat profesional.
Perawat profesional bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik perawat
non profesional dalam memberikan asuhan keperawatan. Konsekuensinya peran
perawat profesional dalam model modular ini lebih sulit dibandingkan dengan
perawat primer. Model modular merupakan gabungan dari model tim dan primary
model.
f. Model Manajemen Kasus
Model manajemen kasus merupakan generasi kedua dari model primary
nursing.

Dalam model ini asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan

pandangan, bahwa untuk penyelesaian kasus keperawatan secara tuntas


berdasarkan berbagai sumber daya yang ada. Tujuan dari manajemen kasus
adalah:
1.

Menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan

2.
3.
4.

sesuai dengan standar.


Memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin.
Menggunakan sumber daya seefisien mungkin.
Memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan melalui

5.

kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.


Pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja.

6.

Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan

Kerangka kerja dari model Manajemen Kasus adalah:


1. masuk melalui agency kesehatan, manager mempunyai kewenangan
dan tanggung jawab dalam perencanaan sampai dengan evaluasi pada
episode tertentu tanpa membedakan pasien itu berasal dari unit mana.
2. Dalam manajemen kasus menggunakan dua cara, yaitu:
a) Case Management Plan (CMP). Merupakan perencanaan bersama dari
masing-masing profesi kesehatan.
b) Critical Path Diagram (CPD). Merupakan penjabaran dari CMP dan
ada target waktunya.
3. Manager mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari, yang mengacu
pada tujuan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Bentuk spesifik
dari manajemen kasus ini tergantung dari karakteristik tatanan asuhan
keperawatan.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Primer
Keperawatan primer ialah metode penugasan di mana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien. Hal ini
dilakukan mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Keperawatan primer
mendorong praktik kemandirian perawat, karena

ada kejelasan antara pembuat

rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan mengkoordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.
B. Kelebihan
a. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan
motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
b. kontinuitas perawatan sesuai perawat primer memberikan atau mengarahkan
perawatan sepanjang hospitalisasi.
c. Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial pasien dan
kebutuhan fisik, karena perawat primer melakukan pengkajian riwayat dan fisik,
mengembangkan rencana perawatan, dan melaksanakannya sebagai kesatuan
antara pasien dan pekerja kesehatan lain.
d. Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan pasien yang akan
memungkinkan pembentukan hubungan terapeutik.
e. Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter.
f. Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan pasien langsung.
g. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional: untuk menghadapi masalah staf dan penugasan dan memotivasi serta
mendukung staf.

C. Kekurangan
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
b. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode

lain

karena

lebih

banyak menggunakan perawat profesional.


c. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/kedokteran.
d. Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
D. Diagram

Kepala ruangan

Kepala ruangan

Kepala ruangan

Perawat Primer

Pasien

Perawat
Pelaksana

Perawat
Pelaksana

Perawat
Pelaksana

(Evening)

(Night)

Jika diperlukan
(Days)

E. Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode Kasus


a. Perawat Primer ( Ketua Tim )
1. Menerima overan klien setiap pengantian dinas pagi atau pada saat bertugas.
2. Melaksanakan pembagian klien pada perawat asosiet
3. Mengadakan pre atau post konferens dengan perawat asosiet

4. pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium.


5. Menerima klien baru dan memberi informasi tentang tata tertib RS dan
ruangan, tenaga perawat dan dokter yang merawat dan adminisrasi.
6. Membuat rencana keperawatan, catatan perkembangan dan resume
keperawatan.
7. Melakukan

diskusi

keperawatan

kepada

perawat

asosiet.
8. Melakukan evakuasi asuhan keperawatan dan membuat laporan.
9. Melakukan tindakan keperawatan tertentu yang membutuhkan kompetensi
kompleks.
10. Membuat perencanaan pulang
11. Memeriksa atau mengevaluasi laporan keadaan klien yang telah dibuat PA.
12. Melakukan penyuluhan kepada klien dan keluarga.
13. pelaksanaan asuhan keperawatan.
14. Menilai hasil pekerjaan kelompok dan mendiskusikan permasalahan yang
ada.
15. Menciptakan kerja sama yang harmonis.
16. Melakukakolaborasi dengan tim kesehatan lain dan mengikuti visit atau
ronde medik.
17. Mengikuti ronde keperawatan.
18. Mengikuti kegiatan ilmiah.
19. Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
b. Perawat Asosiet
1. Mengikuti serah terima klien dinas pagi bersama perawat primer, sore dan
malam.
2. Mengikuti pre atau post comference dengan perawat primer.
3. Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer tidak ada di
tempat.
4. Melaksanakan rencana keperawatan.
5. Membuat rencana keperawatan pada klien baru jika perawat primer tidak ada
ditempat.
6. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan berdasarkan format dokumentasi
keperawatan yang ada diruangan
8. Menyiapkan klien untuk memeriksa

diagnostic

atau

laboratorium,

pengobatan dan tindakan.


9. Memberikan penjelasan atas pertanyaan klien atau keluarga dengan kalimat
yang mudah dimengerti, bersifat sopan dan ramah
10. Berperan serta melakukan penyuluhan kesehatan kepada klien dan keluarga.
11. Memelihara kebersihan klien, ruangan dan lingkungan ruang rawat.
12. Menyimpan, memerihara peralatan yang diperlukan sehingga siap dipakai.

13. Melakukan mdinas rotasi sesuai jadual yang sudah dibuat oleh kepala
ruangan.
14. Mengikuti visit dokter atau ronde keperawatan jika tidak ada PP
15. Mengantikan peran atau tugas PP yang lain jika PP tidak ada.
16. Mengidentifikasi dan mencataa tingkat ketergantungan lien setiap shif
17. Melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh kepala ruangan.
c. Pembantu Perawat
1. Membersihkan meja.
2. Menyediakan alat.
3. Membersihkan alat alat yang digunakan
4. Mengantar klien konsul
5. Membawa urinal atau pispot ke dan dari klien
6. Menyiapkan makan dan minum
7. Membantu klien kekamar mandi
8. Membantu klien BAK atau BAB
9. Membantu menganti alat tenun
d. Perawat Pelaksana
1. Pengkajian

a)
b)

d)
a)

Mengkaji

kesiapan

klien

dan

diri

sendiri untuk melaksanakan asuhan keperawatan.


2. Perencanaan
Bersama keru mengadakan serah terima tugas
Menerima pembagian tugas dari katim
c) Bekerjasama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
Mengikuti ronde keperawatan
Menerima klien baru
3. Implementasi
a) Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
b) Menerima pembagian tugas
c) Melaksanakan tugas yang diberikan katim
d) Melaksanakan
program
kolaborasi
kesehatan lain
e) Menyesuaikan

waktu

istirahat

lainnya
f) Melaksanakan asuhan keperawatan
g) Menunjang
pelaporan,

dengan

dengan
anggota

mencatat

keperawatan yang dilaksanakan


h) Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim
i) Menerima
informasi
yang
berkaitan
dan melaksanakan askep dengan etik dan legal
j) Memaham hasil yang telah di capai
k) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
4. Evaluasi

tim
tim

tindakan

dengan

askep

a) Menyiapkan

menunjukkan

bahan

yang

diperlukan

untuk proses evaluasi serta ikut mengevaluasi kondisi klien.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi keperawatan,
perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan dari hasil
pengkajian kondisi pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan. Dalam aplikasi
metode keperawatan primer, perawat primer bertanggung jawab kepada setiap pasen
untuk mengkaji kondisi kesehatan, keadaan kehidupannya, dan kebutuhan
keperawatan. Selain itu, perawat primer memberikan perawatan sesuai rencana yang
dibuatdan mengoordinasi perawatan yang diberikan oleh anggaota tim kesehatan
lainya, misalnya memberikan rujukan atau konsultasi dengan dokter atau lainnya
untuk memberikan asuhan keperawatan individual, mengevaluasi keberhasilan asuhan
keperawatan yang dicapai, serta menyiapkan pasien pulang (discharge planning).
Keunggulan dari metode ini adalah asuhan keperawatan lebih konprehensif dengan
memperlakukan pasien secara holistic. Kelemahan dari metode ini adalah biaya relatif
lebih tinggi dibandingkan metode lain karena hanya membutuhkan tenaga profesional.

Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model


pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit
adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan
berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &
Huston, 1998; 143) yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.

B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dan perawat dapat memahami Model Asuhan Keperawatan Primer serta
dapat menerapkannya pada praktik manajemen keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/101993558/MAKALAH-METODE-KASUS

https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi9vbq0i6TM
AhVScY4KHXY-CWQQFghRMAg&url=http%3A%2F%2Fthesis.umy.ac.id%2Fdatapublik
%2Ft24595.pdf&usg=AFQjCNG3_agJqQfhhvL4c-wjFWvsCfX7g&sig2=Y1zFCEy8POAC3dWyX_aJiQ&bvm=bv.119745492,d.c2E

Das könnte Ihnen auch gefallen