Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Judul
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan terhadap
Pelayanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung
B. Latar Belakang
Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten termuda di Bali.
Kabupaten ini memiliki segudang tempat wisata menarik antara lain Pantai Kuta,
Nusa Dua, GWK, Uluwatu, dan masih banyak lagi. Bandara Internasional Ngurah
Rai juga termasuk dalam administrative Kabupaten Badung.
Jumlah Penduduk Kabupaten Badung Tahun 2010 sebanyak 543.332 jiwa
dengan kepadatan penduduk 1.293,37 jiwa/km2 (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Badung).Kondisi tersebut memberikan dampak perkembangan yang cukup pesat,
baik ekonomi maupun pariwisata, yang pada akhirnya mengakibatkan
pertumbuhan penduduk semakin meningkat. Tingkat pertumbuhan penduduk yang
tinggi dan meningkatnya kegiatan masyarakat akan berdampak pada penyediaan
kebutuhan masyarakat seperti air bersih. Namun meningkatnya kebutuhan air
dihadapkan pada kendala terbatasnya sumber air yang ada. Disisi lain hal ini dapat
mengganggu pemenuhan kualitas pelayanan akan kebutuhan air bersih.
Keberadaan system penyediaan air minum di Kabupaten Badung telah ada
sejak jaman Belanda, tepatnya pada sekitar tahun 1932. Sistem penyediaan air
minum pada jaman itu dikenal dengan nama Perusahaan Air Minum Negara
dengan menggunakan sumber air baku dari mata air Riang Gede yang terletak di
Kabupaten Tabanan. Kemudian pada tahun 1945 atau era kemerdekaan
Perusahaan Air Minum Negara berubah menjadi Perusahaan air Minum yang
kemudian dikelola langsung oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik Propinsi Daerah Tingkat I Bali.
Dalam rangka Colombo Plan pada tahun 1971, Pemerintah Australia
memberikan bantuan dana yang kemudian digunakan untuk membuat Pipa
Transmisi, Reservoir, Pipa Distribusi, dan Sambungan Rumah serta 10 buah
sumur bor dengan kapasitas keseluruhannya mencapai 425 L/dt. Selanjutnya pada
tahun 1975, Perusahaan Air Minum berubah nama menjadi Perusahaan Air
Minum Daerah Tingkat II Badung sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat
Teknik Penyehatan Nomor 93/KPTS/1975 tertanggal 21 Oktober 1975.
Penggunaan nama Perusahaan Air Minum Daerah Tingkat II Badung
kemudian diubah secara resmi pada tahun 1976 menjadi PDAM Kabupaten
Daerah Tingkat II Badung berdasarkan Peraturan Daerah No.5/Perda/1976. Pada
saat ini sesuai dengan Otonomi Daerah, PDAM Kabupaten Daerah Tingkat II
Badung diubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Badung. Dan
pada Tahun 2011 Perda No. 9 Tahun 2011 berubah nama menjadi Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung.
Pelanggan PDAM Kabupaten Badung dari tahun ke tahun cenderung
meningkat. Pada tahun 2006 jumlah pelanggan PDAM Kabupaten Badung
sebanyak 41.779 rumah tangga, jumlah ini terus meningkat, sampai dengan tahun
2010 jumlah pelanggan PDAM Kabupaten Badung berjumlah 55.012 rumah
tangga.
peningkatan
jumlah
pelanggan
sebagai
akibat
dari
Badung Selatan, PDAM Badung menggunakan sumber estuary dam, Kuta. Untuk
estuary dam, air yang digunakan merupakan air buangan sebagai muara dari hulu.
Kapasitas yang mampu dihasilkan di estuary dam saat ini mencapai 300 liter per
detik. Melalui upaya optimalisasi, ditargetkan kapasitas bisa meningkat menjadi
500 liter per detik. Penambahan 200 liter per detik itu diprediksi mampu
mencakup 20 ribu lagi sambungan rumah tangga.
Berbeda dengan Badung Selatan, untuk Badung Utara dan Badung Tengah,
PDAM Badung menggunakan sumber dari mata air dan sumur dalam. Sumber air
itu diantaranya tersebar di wilayah Petang, Abiansemal dan Mengwi. PDAM
Badung tidak menggunakan sumber air permukaan misalnya sungai. Artinya,
PDAM Badung tidak perlu berebut dengan irigasi pertanian. Berbeda halnya jika
PDAM menggunakan air permukaan.
BLU PAL yang baru saja diluncurkan pihak provinsi merupakan suatu hal
positif bagi wilayah Badung Selatan untuk mengantisipasi krisis air bersih. BLU
PAL itu diprediksi bisa mengantisipasi krisis air lima hingga sepuluh tahun (Bali
Pos, 11 Agustus 2011). Dengan demikian, kualitas pelayanan PDAM Kota
Denpasar yang menyangkut berwujud (tangible), keandalan
ketanggapan (responsiveness), keyakinan
(reliability),
keandalan
(reliability),
ketanggapan
(responsiveness),
keyakinan
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh signifikan secara bersama-sama bukti langsung
(tangible), keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), keyakinan
(assurance), dan empati (empathy) terhadap kepuasan pelanggan PDAM
Kabupaten Badung.
2. Untuk mengetahui pengaruh bukti langsung (tangible), keandalan
(reliability), ketanggapan (responsiveness), keyakinan (assurance), empati
(empathy) secara parsial terhadap kepuasan pelanggan PDAM Kabupaten
Badung.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoretis hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam pengembangan
teori, khususnya tingkat kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang
diberikan oleh PDAM Kabupaten Badung, yaitu untuk melihat tingkat
pelayanan sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhiberwujud
(tangible), keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), keyakinan
(assurance), dan empati (empathy).
2. Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi atau
gambaran yang lebih riil, khususnya tentang kondisi pelayanan PDAM
Kabupaten Badung dengan kepuasaan yang diterima oleh pelanggan
sehingga dapat menemukan faktor-faktor yang menyebabkan belum
optimalnya tingkat pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu, dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan oleh pemerintah
dan pihak terkait dalam upaya memberikan pelayanan publik secara
maksimal.
F. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
1. Kajian Pustaka
1.1 Pengertian Sumber Daya Air
Sumber daya air merupakan potensi yang terdapat di dalam air dimana sumber
air tersebut dapat memberikan manfaat ataupun kerugian terhadap kehidupan dan
penghidupan manusia berikut lingkungannya. Air dapat digolongkan menjadi
sumber daya yang dapat diperbarukan maupun tidak terbarukan, tergantung pada
sumber dan pemanfaatannya. Air yang bersumber dari bawah tanah atau
groundwater, misalnya, diperoleh melalui proses geologi selama ratusan bahkan
ribuan tahun, sehingga meskipun memiliki kemampuan untuk memulihkan
kembali (recharge rate) lewat hujan, jika jumlah yang dimanfaatkan melebihi
kemampuan recharge, groundwater sering dikatakan sebagai sumber daya yang
tidak terbarukan. Sebaliknya, air permukaan atau surface water seperti air yang
diperoleh dari sungai maupun danau dapat dikategorikan sebagai sumber daya
terbarukan karena adanya proses siklus hidrologi dari bumi (Fauzi,2004).
Pasal 40 Undang-undang No 7 Tahun 2004 memaparkan pengembangan
sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan juga
pemerintah daerah. Badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah,
koperasi, badan usaha swasta dan masyarakat dapat berperan serta dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Pengaturan
terhadap pengembangan sistem penyediaan air minum bertujuan untuk:
a. Terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan
harga yang terjangkau
b. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa
layanan, dan
c. Meningkatnya efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.
Mengacu pada hal tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa air merupakan
kebutuhan primer bagi masyarakat, sehingga perlu dikaji lebih lanjut tentang
penggunaan air dan harapan serta preferensi masyarakat dalam penggunaan air
bersih.
10
Management) kualitas dipandang secara lebih luas, yaitu tidak hanya aspek hasil
yang ditekankan, tetapi juga meliputi proses, lingkungan dan manusia. Hal ini
jelas tampak dalam definisi yang dirumuskan oleh Goeth dan Davis yang dikutip
Tjiptono (2000:51) bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan.
Menurut Juran Kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use),
ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang
diperlukan atau diharapkan oleh pengguna, lebih jauh Juran mengemukakan lima
dimensi kualitas yaitu :
a. Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk
b. Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan
penyampaian produk actual
c. Ketersediaan (availability), mencakup aspek kedapatdipercayaan, serta
ketahanan. Dan produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan
d. Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen
e. Guna praktis (field use), kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada
penggunaannya oleh konsumen.
Kulaitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan pelanggan,
yaitu kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalani
ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan
seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan saksama harapan
pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan, yang pada gilirannya kepuasan pelanggan
dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang
11
12
pelayanan. Oleh karena itu, tuntutan terhadap pelayanan umum melahirkan suatu
studi, yaitu servis bagaimana cara memberikan pelayanan sebaik-baiknya dan
meningkatkan kualitas pelayanan umum. Aparat sebagai pelayan hendaknya
memahami variabel-variabel pelayanan seperti yang terdapat dalam agenda
perilaku pelayanan prima sektor publik Sespanas LAN yang dikutip Lukman
(1999 :140). Variabel yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
13
14
Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis di atas , birokrasi
publik dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam
memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah
menjadi suka melayanai, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan,
berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan
dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik
pragmatis (Thoha dalam Widodo, 2001). Dengan revitalitas birokrasi publik
(terutama aparatur pemerintah daerah) ini, pelayanan publik yang lebih baik dan
profesional dalam menjalankan apa yang menjadi tugas dan kewenagan yang
diberikan kepadanya dapat terwujud.
15
dalam
teknik
ini
dengan
cara
Kemudian
Ghost
sopper
menyampaikan
temuan-temuan
analysis,
artinya
perusahaan
menghubungi
para
16
Tingkat kepuasan pelanggan sangat tergantung pada mutu suatu produk. Suatu
produk dikatakan bermutu bagi seseorang kalau produk tersebut dapat memenuhi
kebutuhannya. Aspek mutu suatu produk dapat diukur. Pengukuran tingkat
kepuasan erat hubungannya dengan mutu produk (barang atau jasa). Di samping
itu, pengukuran aspek mutu bermanfaat bagi pimpinan bisnis, yaitu (i) untuk
mengetahui dengan baik bagaimana jalannya proses bisnis; (ii) mengetahui di
mana harus melakukan perubahan dalam upaya melakukan perbaikan secara terusmenerus untuk memuaskan pelanggan; (iii) menentukan apakah perubahan yang
dilakukan mengarah ke perbaikan.
Salah satu cara untuk mengukur sikap pelanggan ialah dengan menggunakan
kuesioner. Perusahaan harus mendesain kuesioner kepuasan pelanggan yang
secara akurat dapat memperkirakan persepsi pelanggan tentang mutu barang atau
jasa. Penggunaan kuesioner kepuasan pelanggan harus benar-benar dapat
mengukur dengan tepat persepsi dan sikap pelanggan.
1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
Dalam kaitannya dengan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan
pelanggan, Tjiptono (1996:159) mengatakan bahwa ketidakpuasan pelanggan
disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang relatif
dapat dikendalikan perusahaan, misalnya karyawan yang kasar, jam karet,
kesalahan pencatatan transaksi. Sebaliknya, faktor eksternal yang di luar kendali
perusahaan, seperti cuaca, gangguan pada infrastruktur umum, aktivitas kriminal,
dan masalah pribadi pelanggan. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam hal terjadi
ketidakpuasan, ada beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan pelanggan, yaitu :
17
18
19
Berry
mengidentifikasikan
A Parasuraman,
Lima
dan
kesenjangan
Valerie
yang
A Zeithaml
menyebabkan
(1995),
kegagalan
20
21
2. Hipotesis Penelitian
Dari pokok permasalahan serta kajian teori dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
22
(reliability),
ketanggapan
(responsivenes),
keyakinan
G. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam
perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan untuk membangun strategi
yang menghasilkan model penelitian. Desain penelitian memberikan prosedur
untuk
mendapatkan
informasi
yang
diperlukan
untuk
menyusun
atau
23
4. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini variabel dikelompokkan menjadi dua, yaitu variabel
24
25
26
b. Data sekunder adalah data yang berasal dari beberapa instansi yang
berkedudukan sebagai penyebar informasi, yaitu data jumlah penduduk
Kabupaten Badung, jumlah pelanggan, dan perkembangan pelanggan
PDAM Kabupaten Badung.
7.2 Sampel
Menurut Sugiono, sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini sampel diambil secara acak
dari pelanggan PDAM Kabupaten Badung.
N
1+ N . e2
27
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Tingkat kesalahan yang ditoleransi, yaitu (10%)
Penentuan sampel menggunakan nonprobability sampling,yaitu dengan cara
aksidental sampling,artinya penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan ditemui yang tergolong dalam desa/kelurahan terpilih
akan dijadikan responden.
[ ]
n
Xi
X=
i=1
28
Keterangan :
= Skor rata-rata
S=
( X i X )2
i=1
n1
Keterangan :
S = Standar deviasi
n = Jumlah sampel
X
+ SD
I<
= dikategorikan tinggi
+ SD
X SD I <
I<
X SD
= dikategorikan sedang
= dikategorikan rendah
Keterangan :
I = Nilai indikator
X
= Rata-rata
SD = Standar Deviasi
29
(reliability),
ketanggapan(responsivenes),
keyakinan
30
Daftar Rujukan
Consuelo G. Sevilla, Iesus A. Ochave, Twila G.Punsalan, Bella P Regala, Gabriel
G.Uriarte. 1993. Pengantar MetodePenelitian. Terjemahan Alimuddin
Tuwu.Jakarta : Universitas Indonesia.
Fauzi, A., Ph.D., 2004, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan : Teori dan
Aplikasi, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
31
Parasuraman, A., V. A. Zeithaml, dan L.L. Berry, 1998, SERVQUAL: A MultipleItem Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality, Journal
of Retailing, Vol. 64, No. 1.
http://perpamsi.or.id/pdam-members/read/73/pdam-kabbadung.html, diakses
tanggal 12 Desember 2014
http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?
module=detailberita&kid=10&id=54912, diakses tanggal 13 Desember
2014
32
33