Sie sind auf Seite 1von 7

PENGAUDITAN I

RINGKASAN MATERI KULIAH

KELOMPOK 13
1. I MADE DEVA HASDWI PUTRA
2. I GUSTI AGUNG SRI MUSTIKA PUTRA
3. I GEDE ADHI ADNYANA

(1406305083)
(1406305084)
(1406305157)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2016

1. Etika Umum dan Etika Profesional


Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti karakter. Nama
lain untuk etika adalah moralitas yang berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata mores yang
berarti kebiasaan. Moralitas berfokus pada perilaku manusia yang benar dan salah.
Jadi etika berhubungan dengan pertanyaan bagaimana seseorang bertindak terhadap orang
lainnya.
1.1 Etika Umum
Etika umum berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam dilema etika
yang berakibat baik bagi satu pihak tetapi tidak baik bagi pihak lainnya, dengan
merumuskan apa yang baik untuk individu atau masyarakat dan menetapkan sifat
kewajiban atau tugas sehingga individu-individu memiliki kewajiban terhadap diri sendiri
maupun pihak lain. Berhubung tidak tercapai kesepakatan dikalangan para ahli filsafat
tentang apa yang baik dan apa yang menjadi kewajiban, maka mereka terbagi menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama disebut ethical absolutists yang berpendapat bahwa ada
prinsip universal yang diterapkan pada setiap orang yang tidak berubah sepanjang masa.
Kelompok lain disebut ethical relativists yang berpendapat bahwa pertimbangan etis
ditentukan oleh perubahan kebiasaan dan tradisi yang berlaku dalam masyarakat di mana
mereka hidup.
Berhubung tidak ada seperangkat prinsip universal yang dapat dengan jelas
menunjukkan perilaku yang benar untuk segala situasi, maka para ahli etika
mengembangkan suatu kerangka pengambilan keputusan etika umum. Kerangka tersebut
meliputi enam langkah berikut:
-

Dapatkan fakta-fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan.


Identifikasi masalah etika yang terkait dari fakta-fakta tersebut.
Tentukan siapa yang terpengaruh oleh keputusan tersebut dan bagaimana

pengaruhnya.
Identifikasi alternatif-alternatif pengambil keputusan.
Identifikasi konsekuensi dari setiap alternatif.
Tetapkan pilihan etika.

1.2 Etika Profesional


Etika profesional lebih luas dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencakup
prinsip perilaku untuk orang-orang professional yang dirancang baik untuk tujuan praktis
maupun untuk tujuan idealistis. Oleh karena kode etik professional antara lain dirancang
untuk mendorong perilaku ideal, maka kode etik seyogyanya lebih tinggi dari undangundang tetapi dibawah ideal. Dalam kaitannya dengan akuntan publik, kepercayaan klien

dan pemakai laporan keuangan atas kualitas audit dan jasa profesional lainnya sangat
penting artinya.
2. Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Organisasi profesi akuntan di indonesia telah memiliki kode etik akuntan indonesia
yang terakhirditetapkan dalam Kongres VIII Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 1998
(berlaku efektif mulai tahun 2000). Kode etik tersebut bersumber dari kode etik AICPA, Edisi
Juni 1998 dan berlaku bagi semua akuntan anggota IAI yang tidak hanya terdiri dari akuntan
publik, tetapi juga meliputi akuntan manajemen, akuntan pendidik, dan akuntan pemerintah.
Sejak terbentuknya Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2007 kode etik tersebut
masih tetap berlaku untuk seluruh anggota IAI, namun khusus bagi para akuntan publik
anggota IAPI diberlakukan kode etik baru yang disebut Kode Etik Profesi Akuntan Publik
yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik)
ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini
menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk
penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai
penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu. Kode Etik ini menetapkan
prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor
akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang
bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi jasa
assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode
etik profesi.

3. Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesi


Setiap Praktisi wajib mematuhi prinsip dasar etika profesi dibawah ini:
a. Prinsip Integritas
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan professional
dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaan nya.
b. Prinsip Objektivitas
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan,
atau pengaruh yang tidak layak ( undue influence ) dari pihak-pihak lain
memengaruhi pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya.

c. Prinsip Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional


(Professional Competence dan Due Care )
Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya
pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga
klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa professional yang diberikan secara
kompeten berdasarkan kepentingan terkini dalam praktik, perundang-undangan
dan metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara
professional dan sesuai dengan standar profesi yang berlaku dalam memberikan
jasa profesionalnya.
d. Prinsip Kerahasiaan
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai
hasil dari hubungan professional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari
klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan
sesuai dengan ketentuan hokum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi
rahasia yang diperoleh dari hubungan professional dan hubungan bisnis tidak
boleh digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
e. Prinsip Perilaku Profesional
Setiap Praktisi wajib mematuhi hokum dan peraturan yang berlaku dan harus
menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
4. Aturan Etika Profesi
Bagian B kode etik memuat Aturan Etika Profesi yang terdiri dari 10 seksi yang
tersebar dalam 224 paragraf. Bagian B memberikan ilustrasi tentang penerapan kerangka
konseptual dari contoh-contoh pencegahan yang dipelukan untuk mengatasi ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar. Karena sifarnya contoh-contoh, maka untuk
menghindari agar tidak keliru penafsirannya oleh praktisi, pada paragraf 200.1 dijelaskan
bahwa contoh-contoh yang diberikan pada bagian B bukan merupakan daftar lengkap
mengenai situasi yang dihadapi praktisi yang dapat menimbulkan ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar. Sepuluh seksi dalam bagian B kode etik tersebut meliputi:
-

Seksi 200 Ancaman Pencegahan


Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
Seksi 220 Benturan Kepentingan
Seksi 230 Pendapat Kedua
Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi
Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-tamahan
Seksi 270 Penyimpanan Aset Milik Klien
Seksi 280 Objektifitas Semua Jasa Profesional
4

- Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance

5. Independensi
Seksi 290 menjelaskan dengan sangat rinci persyaratan independensi bagi Tim
Assurance, KAP, dan Jaringan KAP. Mengingat demikian banyak paragraph yang mengatur
persyaratan independensi dalam Seksi 290 Kode Etik, maka tidak semua paragraph di kutip
dalam buku ini. Beberapa paragraph penting pada awal Seksi 290 antara lain berbunyi
sebagai berikut:
- Independensi yang diatur dalam Kode Etik ini mewajibkan setiap Praktisi untuk

bersikap sebagai berikut:


a. Independensi dalam pemikiran.
b. Independensi dalam penampilan.
Penggunaan kata independensi yang berdiri sendiri dapat menimbulkan
kesalahpahaman, yang dapat menyebabkan pengamat beranggapan bahwa seseorang
yang menggunakan pertimbangan profesional harus bebas dari semua pengaruh
hubungan ekonomi, hubungan keuangan, maupun hubungan lainnya.
5.1 Pendekatan Konseptual Atas Independensi
- Anggota tim assurance , KAP, atau Jaringan KAP harus menerapkan kerangka
kerja konseptual yang terdapat dalam Bagian A dari Kode Etik ini sesuai dengan
-

situasi yang dihadapinya.


Sifat setiap ancaman terhadap independensi dan penerapan pencegahan yang tepat
untuk menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang
dapat diterima sangat beragam, tergantung karakteristik perikatan assurance,
seperti perikatan audit laporan keuangan.
Ancaman-Ancaman Terhadap

5.2 Ilustrasi

Independensi

Dalam

Perikatan

Assurance Dan Pencegahannya


Pada paragraf 290.100 s.d 290.214 diberikan ilustrasi ancaman-ancaman
terhadap independensi dalam Perikatan Assurance dan pencegahannya. Ancaman
tersebut diilustrasikan timbul ketika adanya:
a. Kepentingan keuangan,
b. Pinjaman dan penjaminan yang diberikan oleh Klien Assurance,
c. Hubungan bisnis yang dekat dengan Klien Assurance ,
d. Hubungan keluarga dan hubungan pribadi dengan Klien Assurance,
e. Personil KAP yang bergabung dengan Klien Assurance,
5

f. Personil Klien Assurance yang bergabung dengan KAP,


g. Rangkap jabatan personil KAP sebagai Direktur atau Pejabat Klien Assurance,
h. Keterkaitan yang cukup lama antara personil senior KAP dengan Klien Assurance,
i. Imbalan jasa professional.

DAFTAR PUSTAKA
Al Haryono Yusuf. 2014. Auditing Pengauditan Berbasis ISA. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.
Inovarizka. 2009. Etika profesional.
Https://inovarizka.wordpress.com/2009/06/22/etika-profesional/. Diakses pada: 28
Februari 2016.

Pratami, Ari. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.


Http://etikap.blogspot.co.id/2011/08/seorang-akuntan-publik.html. Diakses pada: 28
Februari 2016.
Ryan. 2014. Prinsip dan Standar Akuntansi
Http://ryanrahmadi99.blogspot.co.id/2014/01/normal-0-false-false-false-in-x-nonex.html. Diakses pada: 28 februari 2016

Das könnte Ihnen auch gefallen