Sie sind auf Seite 1von 4

Tuesday, 3 May 2011

Penyelesaian Penugasan
Diambil Dari Program Pemeriksaan LKPD-Lampiran 6
Penyelesaian penugasan pemeriksaan keuangan merupakan kegiatan yang meliputi yaitu:
1. Reviu kewajiban kontinjensi
Kewajiban kontinjensi merupakan :
a.

Kewajiban potensial dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan
terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa pada masa mendatang yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali pemerintah daerah;

b. Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak diakui karena pemerintah
daerah tidak ada kemungkinan mengeluarkan sumber daya untuk menyelesaikan kewajibannya
dan jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Contoh kewajiban kontinjensi antara lain (1) permasalahan hukum yang masih pending terkait
hak dan kewajiban pemerintah daerah; (2) kemungkian klaim; dan (3) jaminan pemerintah
daerah atas barang/jasa.
Prosedur yang harus ditempuh pemeriksa adalah sebagai berikut :
a. Dapatkan dan reviu putusan hukum yang masih pending terkait hak dan kewajiban pemerintah
daerah serta keputusan-keputusan lainnya, yang kemungkinan menimbulkan kewajiban
kontinjensi.
b. Diskusikan dengan pejabat terkait seperti kepaladaerah/sekretaris daerah atau pejabat lain di
bidang hukum atau yang terkait lainnya mengenai kemungkinan kewajiban kontinjensi tersebut.
c. Teliti apakah kewajiban kontinjensi tersebut telah diungkapkan oleh kepala daerah atau pejabat
terkait lainnya di dalam laporan keuangan. Dalam hal ini perlu juga ditambahkan kondisi-kondisi
yang menyebabkan terjadinya kewajiban bersyarat, antara lain:
1) adanya kemungkinan pembayaran di masa yang akan datang kepada pihak ketiga akibat
kondisi saat ini;
1) terdapat ketidakpastian atas jumlah pembayaran di masa yang akan datang;
2) hasilnya sangat ditentukan oleh peristiwa yang akan datang.

2. Reviu Kontrak/Komitmen Jangka Panjang


Pemeriksa juga perlu mereviu kembali kontrak/komitmen jangka panjang yang dibuat
pemerintah daerah terkait dengan kemungkinan kerugian yang mungkin terjadi dari kontrak/
komitmen

tersebut.

Pada

kenyataannya,

pemeriksaan

kontrak/komitmen

tersebut

dapatdilakukan ketika pemeriksa melakukan pemeriksaan atas pendapatan/penerimaan


pembiayaan atau belanja/pengeluaran pembiayaan. Namun, prosedur reviu kontrak/komitmen
dimaksudkan untuk memastikan kerugian yang mungkin terjadi. Untuk itu, pemeriksa perlu
mereviu kembali kontrak/komitmen lainnya yang bersifat jangka panjang.
Prosedur yang harus ditempuh pemeriksa adalah sebagai berikut:
a.

Dapatkan putusan hukum yang masih pending terkait kontrak/komitmen jangka panjang
pemerintah daerah serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kontrak/komitmen jangka
panjang.

b. Reviu putusan keputusan kepala daerah atau pejabat terkait tersebut yang kemungkinan
menimbulkan kewajiban dalam kontrak/komitmen jangka panjang.
c. Diskusikan dengan pejabat terkait seperti kepala daerah/sekretaris daerah atau pejabat lain di
bidang hukum atau yang terkait lainnya mengenai kemungkinan kewajiban kontrak/komitmen
jangka panjang tersebut.
d. Teliti apakah kontrak/komitmen jangka panjang tersebut telah diungkapkan oleh kepala daerah
atau pejabat terkait lainnya di dalam LKPD.
3. Identifikasi Kejadian Setelah Tanggal Neraca (subsequent events)
Kejadian setelah tanggal neraca harus menjadi perhatian pemeriksa apabila kejadian tersebut
berdampak material pada laporan keuangan. Hal tersebut perlu untuk diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Ada 2 (dua) jenis kejadian setelah tanggal neraca (subsequent events) yaitu:
a. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada
tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan
laporan keuangan.
Contohnya Hutang Pemda yang kasusnya masih menjadi sengketa di pengadilan dimana pada
tanggal neraca per 31 Desember 200X, sengketa tersebut masih berjalan dan belum ada
keputusan pengadilan sehingga pemerintah tidak menyajikan jumlah utang yang masih di
sengketakan tersebut dalam laporan keuangan per 31 Desember 200X, namun diungkapkan
dalam dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Kemudian pada bulan Februari tahun berikutnya
ternyata putusan pengadilan menyatakan bahwa pemerintah kalah dalam gugatan tersebut,
sehingga perlu dilakukan koreksi terhadap jumlah utang pemerintah daerah.

b. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada
pada tanggal neraca yang dilaporkan, namun peristiwa tersebut ada sesudah tanggal neraca.
Sebagai contoh, penjualan obligasi atau penerbitan saham baru, kerugian aktiva tetap akibat
kebakaran. Atas peristiwa jenis ini tidak perlu dilakukan penyesuaian atas laporan keuangan.
Namun demikian, apabila peristiwa bersifat signifikan maka perlu diungkapkan dengan
menambahkan data keuangan proforma terhadap laporan keuangan historis yang menjelaskan
dampak adanya peristiwa tersebut seandainya peristiwa tersebut terjadi pada tanggal neraca.
Untuk itu, pemeriksa perlu mengidentifikasi kejadian setelah tanggal neraca yang berdampak
material terhadap informasi keuangan pada LKPD dan mereviu apakah kejadian tersebut telah
dilaporkan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Penyusunan Ikhtisar Koreksi
Ikhtisar Koreksi merupakan rekapitulasi koreksi atau penyesuaian (adjustments) yang diusulkan
tim pemeriksa kepada pemerintah daerah. Koreksi pemeriksaan yang dimasukkan tersebut
merupakan koreksi terhadap LKPD yang di atas nilai materialitas agregat (AM) dan secara
keseluruhan di atas nilai materialitas (IM). Koreksi pemeriksaan tersebut menggam-barkan
penyajian LKPD yang tidak sesuai dengan SAP dan kecukupan pengungkapan.
Jurnal koreksi hanya pada akun utama pada LKPD, yaitu akun-akun paling rinci yang ada di
laporan keuangan sesuai dengan SAP. Penyesuaian pada buku dan sistem akuntansi dilakukan
kemudian. Selain itu, koreksi terhadap kecukupan pengungkapan merupakan koreksi pada
CaLK LKPD. Apabila ditemukan kesalahan di atas AM untuk masing-masing akun utama atau di
atas IM secara keseluruhan, maka kesalahan tersebut dimasukkan dalam Daftar Jurnal Koreksi
pada Ikhtisar Koreksi.
Tanggapan entitas yang diperiksa terhadap daftar jurnal koreksi didokumentasikan di dalam
Daftar Jurnal Koreksi yang ditandatangani oleh pejabat entitas yang berwenang (BUD/Kepala
SKPKD).
5. Penyusunan dan Pembahasan Konsep Temuan Pemeriksaan
Konsep Temuan Pemeriksaan atas LKPD merupakan permasalahan yang ditemukan oleh
pemeriksa yang perlu dikomunikasikan kepada pemerintah daerah. Permasalah tersebut antara
lain: (1) ketidakefektivan sistem pengendalian intern, (2) kecurangan dan penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan, (3) ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang signifikan, (4) ikhtisar koreksi.
Konsep Temuan Pemeriksa tersebut disampaikan ketua tim pemeriksa kepada pejabat
pemerintah daerah untuk dibahas dan memperoleh tanggapan tertulis dan resmi dari
pemerintah daerah.

6. Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPD


Pemeriksa dalam hal ini Ketua Tim menyampaikan TemuanPemeriksaan atas LKPD kepada
kepala daerah dan/atau sekretaris daerah. Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPD
tersebut merupakan akhir dari pekerjaan lapangan pemeriksaan LKPD. Hal ini merupakan
batas tanggung jawab pemeriksa terhadap kondisi laporan keuangan yang diperiksa.
Pemeriksa tidak dibebani tanggung jawab atas suatu kondisi yang terjadi setelah tanggal
pekerjaan lapangan tersebut. Oleh karena itu, tanggal penyampaian temuan pemeriksaan
tersebut merupakan tanggal laporan hasil pemeriksaan atau tanggal surat representasi
pemerintah daerah.
7. Perolehan Surat Representasi
Sesuai SPAP SA Seksi 333 [PSA No.17] Representasi Manajemen, pemeriksa harus
memperoleh surat representasi yang dilampiri dengan LKPD yang akan disampaikan Kepala
Daerah kepada DPRD. Surat representasi tersebut menggambarkan representasi resmi dan
tertulis dari pemerintah daerah atas berbagai keterangan, data, informasi, dan laporan
keuangan yang disampaikan selama proses pemeriksaan berlangsung.
Surat tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah daerah. Jika terjadi perubahan
substansi isi surat representasi yang dilakukan oleh auditee, maka pemeriksa harus
mempertimbangkan

apakah

perubahan

tersebut

akan

berdampak

material

terhadap

pertanggungjawaban pembuatan laporan keuangan. Hal tersebut akan mempengaruhi opini.


Apabila surat representasi dan lampirannya tidak diperoleh sampai dengan penerbitan laporan
hasil pemeriksaan, ketua tim pemeriksa dan atau pengendali teknis menyampaikan laporan
hasil pemeriksaan dengan opini tidak dapat menyatakan pendapat kepada penanggung jawab
untuk disetujui.
Surat tersebut harus diparaf Bawasda dan ditandatangani kepala daerah dan diberi tanggal
yang sama dengan tanggal LHP yang bertujuan untuk membatasi tanggung jawab pemeriksa
hanya sampai dengan tanggal terakhir pelaksanaan pekerjaan lapangan yang dilakukan.

Posted by sanda aditya at Tuesday, May 03, 2011


Reactions:

Das könnte Ihnen auch gefallen