KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
[GEOUNG OJUANDA |, JALAN OR. WAHIDIN NOMOR |, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21
‘TELEPON (021) 2449200 (20 saluran) PAKSINILE (021) 3800842: SITUS waew kemenkeu. go.
KETERANGAN PERS
POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL DAN POSTUR APBN 2015
Jakarta, 29 September 2014. Sejak disampaikan secara resmi oleh Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 15 Agustus 2014 lalu, Rancangan UU tentang APBN Tahun 2015,
beserta Nota Keuangannya di bahas bersama Pemerintah dan DPR secara intensif, untuk
kemudian disahkan dalam Rapat Paripuma DPR RI. Proses ini lebih cepat dibandingkan
pembahasan dan pengesahan RUU APBN tahun-tahun sebelumnya yang biasanya selesai
pada akhir bulan Oktober. Hal ini disebabkan karena APBN tahun 2015 disusun pada masa
transisi antara Pemerintah dan DPR saat ini kepada Pemerintah dan DPR baru hasil
Pemilihan Umum tahun 2014.
Berdasarkan hasil pembahasan antara Pemerintah dengan DPR, asumsi dasar ekonomi
makro dalam APBN tahun 2015 ditetapkan dan disepakati sebagai berikut:
Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 persen;
Tingkat Inflasi sebesar 4,4 persen;
Nilai tukar rupiah rata-rata Rp11.900/USD;
Tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 6,0 persen;
Harga minyak mentah Indonesia rata-rata USD105/barel.
Lifting minyak rata-rata 900 ribu barel/hari; dan
Lifting gas rata-rata 1.248 ribu barel setara minyak.
Asumsi dasar ekonomi makro tersebut ditetapkan dengan memperhatikan perkembangan
ekonomi global dan perekonomian domestik. Perkembangan ekonomi terkini menunjukkan
bahwa perbaikan perekonomian global masih terus berlangsung. Potensi risiko masih tetap
ada dan perlu diwaspadai, khususnya terkait dengan peningkatan risiko geopolitik yang dapat
menyebabkan kenaikan harga minyak, periambatan ekonomi Tiongkok, dan normalisasi
kebijakan the Fed. Sementara itu, perkembangan perekonomian domestik tahun 2015
diperkirakan masih mendapat tantangan dari kondisi pasar Keuangan di dalam negeri yang
fluktuatif dan ketidakseimbangan neraca pembayaran. Dengan demikian, APBN tahun 2015
perlu dikonstruksi dengan kebijakan yang tepat dalam mendukung pencapaian berbagai
sasaran pembangunan di tahun 2015 di tengah-tengah berbagal tantangan kedepan
Berdasarkan asumsi dasar ekonomi makro tesebut dan beberapa kebijakan fiskal yang akan
diambil pemerintah, target defisit anggaran dalam APBN tahun 2015 ditetapkan menjadi
Rp245,9 trliun, atau setara 2,21 persen tethadap PDB. Target Defisit tersebut berarti
mengalami penurunan Rp11,7 trliun dari yang diusulkan dalam RUU APBN Tahun Anggaran
2015 sebesar Rp257,6 triliun, atau setara 2,32 persen terhadap PDB. Penurunan defisit
anggaran tersebut diharapkan memberikan signal positit bagi masyarakat, para pemangku
kepentingan, dan pelaku usaha, baik di dalam maupun di luar negeri untuk penetapan APEN
tahun 2015 yang lebih sustainable dan menegaskan bahwa APBN tahun 2015 disusun dengan
sungguh-sungguh dan penuh kehati-hatian, serta antisipatif terhadap kebijakan fiskal ke
depan.
Beberapa substansi pokok dalam APBN tahun 2015, seperti anggaran yang bersifat baseline,
tingkat defisit yang lebih rendah, dan persiapan antisipasi fiskal untuk kebijakan baru juga
NOokona
vadimaksudkan untuk memberikan ruang fiskal yang cukup dan memfasilitasi proses transisi
kepada pemerintahan baru dengan lebin baik. Dengan demikian, pemerintahan baru dapat
mewujudkan visi misinya dan menjalankan berbagai program pembangunan yang telah
direncanakan dalam perubahan APBN tahun 2015 serta penyusunan RAPBN di tahun-tahun
berikutnya, Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah bahwa APBN tahun 2015 disusun
sebagai baseline budget, dalam arti hanya memperhitungkan kebutuhan pokok
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, Sehingga memberi ruang
gerak bagi pemerintanan baru untuk melaksanakan program/kegiatan sesual dengan platform,
visi, dan misi yang telah direncanakan. APBN 2015 juga menjadi bagian awal pelaksanaan
RPJMN ketiga periode 2015-2019 dari empat tahapan pelaksanaan RPUPN 2005-2025.
Berdasarkan target defisit anggaran sebesar 2,21 persen dari PDB tersebut, maka target
Pendapatan Negara ditetapkan sebesar Rp1.793,6 triiun, atau Rp31,3 triliun lebih tinggi dari
yang diusulkan dalam RUU APBN Tahun Anggaran 2015. Target Pendapatan Negara tersebut
bersumber dari Penerimaan Perpajakan sebesar Rp1.380.0 triliun (rasio penerimaan negara
terhadap PDB atau fax ratio dalam tahun 2015 sebesar 12,38 persen).
Kenaikan target perpajakan didasarkan beberapa kebijakan, antara lain melalui
penyempuraan peraturan perundang-undangan, ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan,
penyesuaian kebijakan di bidang bea masuk, bea keluar, dan PPh dalam rangka menjaga
stabilitas perekonomian nasional, peningkatan daya saing dan nilai tambah melalui pemberian
insentif fiskal dan penerapan kebijakan hilirsasi pada komoditas tertentu dan pengendalian
konsumsi barang kena cukai melalui penyesuaian tarif cukai hasil tembakau.
Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan sebesar Rp410,3 trliun, serta Penerimaan Hibah
sebesar Rp3,3 triliun. Kenaikan target PNBP utamanya bersumber dari kenalkan PNBP SDA
Migas sebesar Rp17.5 T, karena meningkatnya target lifting minyak bumi sebesar 900 rph
dari yang diusulkan dalam RAPBN 2015 sebesar 645 rbph, serta penurunan cost recovery
menjadi US$ 16,0 miliar (lebih rendah dari RAPBN 2015 sebesar US$18,5 miliar). Dalam
rangka meningkatkan penerimaan SDA Migas disepakati beberapa kebljakan, antara lain
peningkatan produksi migas yang bersumber dari peningkatan produksi lapangan Banyu Urip
Senoro, Husky-Madura, Matindok, dan Kepodang.
Disamping itu, Kebijakan lain guna mengoptimalkan PNBP adalah penyesuaian tarif PNBP
dan ekstensifikasi, peningkatan kinerja BUMN, peningkatan pengawasan dan pelaporan
PNBP, perbaikan administrasi dan sistem PNBP, dan perbaikan regulasi PNBP-
Sedangkan, Belanja Negara pada tahun 2015 ditetapkan sebesar Rp2.039,5 triliun, atau
sekitar Rp19,6 triiun lebih tinggi dari yang diusulkan dalam RUU APBN Tahun 2016.
Alokasi Belanja Negara tersebut diarahkan sejalan dengan misi dan arah pembangunan yang
diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Beberapa kebijakan penting di belanja Negara pada
tahun 2015, antara lain:
Pertama, mendukung pencapaian sasaran pembangunan yang berkelanjutan, antara lain
melalui dukungan pembangunan konektivitas nasional, percepatan penanggulangan
kemiskinan, serta peningkatan daya saing ketenagakerjaan.
Kedua, efisiensi anggaran subsidi energi dengan didukung kebijakan alokasi subsidi yang
lebih tepat sasaran, mengurangi penggunaan konsumsi BBM bersubsidi secara bertahap,
serta mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan.
Ketiga, meningkatkan dan memperluas akses pendidikan yang berkualitas, serta
meningkatkan kualitas pelaksanaan SJSN, termasuk peningkatan xualitas dan efisiensi
belanja.
2BKeempat, pengalokasian dana desa ditahun 2015 untuk menjadi stimulus dalam mendorong
percepatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa secara efisien dan efektif,
serta sejalan dengan prinsip-prinsip good governance.
‘Sementara itu, pembiayaan anggaran untuk menutup defisit tahun 2015 disepakati sebesar
Rp245,9 triliun, yang terdiri dari pembiayaan utang sebesar Rp254,9 triliun dan pembiayaan
non utang sebesar negatif Rp9,0 triliun. Beberapa kebijakan yang disepakati terkait
pembiayaan utang antara lain adalah mengendalikan rasio utang terhadap PDB,
mengutamakan pembiayaan utang yang bersumber dari dalam negeri dan mengarahkan
pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif, seperti penerbitan sukuk yang berbasis proyek.
Sedangkan beberapa kebijakan non utang tahun 2015 adalah antara lain mengalokasikan
PMN kepada BUMN untuk percepatan pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas
usaha BUMN, serta mengalokasikan dana bergulir untuk penyediaan fasilitas pembiayaan
dalam rangka memenuhi ketersediaan rumah murah bagi MBR dan untuk memberikan
stimulus bagi KUMKM berupa penguatan modal.
Dengan diselesaikannya pembahasan dan penetapan RUU APBN Tahun Anggaran 2015
pada Sidang Paripurna Pengesahan RUU APBN Tahun Anggaran 2015 pada tanggal 29
September 2014, maka Pemerintah akan segera menyelesaikan proses administrasi anggaran
selanjutnya, yakni dengan penerbitan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA) selambatnya di
bulan Desember 2014, sehingga pada awal Januari 2015, seluruh program-program
Pemerintah sudah siap untuk dilaksanakan.
Rincian APBN tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
URAIAN 2015
(tritiun rupiah) RAPBN APBN
‘A. PENDAPATAN NEGARA 1.7623 | 318
|. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1.7589 | 345
1, PENERIMAAN PERPAJAKAN 1.3708 | 92
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAI 388.0 22.3
I. PENERIMAAN HIBAH 34 0.2) |
B. BELANJA NEGARA 2.0198 196 |
1 Belanja Pemerintah Pusat 1.373,9 126 |
1. Belanja W/L 600.6 46.7
2. Belanja Non K/L 773.3, (642)
Il TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 640,0 7.0
C. KESEIMBANGAN PRIMER (103,5) (93,9) 96
| D. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN | @as7.6) | (25,9) 417
% Defisit terhadap PDB | (2,32) | (2,21) ott
E. PEMBIAYAAN (I+ I!) 257.6 245.9 (14.7)
|. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 2814 269,7 (14,7)
ll, PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (23,8) (23,8) | 0,0
Informasi lebih lanjut hubungi:
Direktorat Penyusunan APBN
Gedung Sutikno Slamet
Gedung “D" (Gedung Sutikno Slamet) Lantai 18
Jl. Dr. Wahidin Raya No.1
Telp. (021) 3505663
Fax. (021) 3505659
3/3