Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Analisis PESTEL
Analisis eksternal dilakukan untuk mengetahui gambaran umum industri
pariwisata dan industri biro perjalanan yang ada di Yogyakarta. Menurut Ismayanti (2010),
pariwisata merupakan kegiatan yang secara langsung menyentu dan melibatkan
masyarakat, sehingga membawa berbagai manfaat terhadap masyarakat setempat dan
sekitarnya. Bahkan pariwisata dikatakanmemiliki energi dobrak yang luar biasa yang luar
biasa yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami perubahan dalam berbagai
aspeknya. Dalam analisis ini terdapat enam komponen utama yang mempengaruhi
perusahaan dalam dunia industri. Enam komponen tersebut adalah:
1.1.1.1 Faktor Politik
Dalam rangka mendukung perkembangan dan pertumbuhan industri
pariwisata Indonesia serta untuk menambah pendapatan devisa negara, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2015
Tentang Bebas Visa Kunjungan bagi orang asing warga negara dari negara tertentu
dibebaskan dari kewajiban memiliki visa kunjungan untuk masuk wilayah Indonesia
dalam rangka kunjungan wisata. Dengan bertambahnya jumlah negara yang
mendapatkan fasilitas bebas visa tersebut menjadi 174 negara, diharapkan kunjungan
wisatawan ke Indonesia pun akan meningkat. Jika tahun 2015 ini kunjungan Wisman
baru mencapai 4,12 juta orang, maka pada tahun 2018 diharapkan menjadi 8,06
hingga 10,8 juta orang (Wijaya, 2015).
Banyak faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah untuk
meningkatkan pertumbuhan wisata selain aspek kebijakan bebas visa kunjungan
tersebut. Seseorang yang berkunjung ke suatu negara atau daerah memiliki alasan
tertentu dan bukan hanya karena bebas visa, tetapi karena wisatawan memiliki
keinginan untuk melihat dan merasakan sesuatu di negara atau daerah tersebut,
seperti keindahan alam, keunikan budaya, kenyamanan, keamanan, dan hal lainnya.
Namun, pemberlakuan kebijakan tersebut juga pasti berdampak terhadap dunia
usaha biro perjalanan wisata baik level nasional maupun daerah. Dengan kebijakan
tersebut yang membebaskan visa kunjungan wisatawan asing dapat menguntungkan
biro perjalanan karena banyak wisatawan asing yang berkunjung serta menggunakan
jasa biro perjalanan wisata.
1.1.1.2 Kondisi Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan perubahan yang positif
sejak tahun 2000 serta memunculkan masyarakat kelas menengah. Pada 3003 jumlah
penduduk dengan pendapatan kelas menengah di Indonesia hanya 37,7 persen dari
populasi. Namun pada 2010 kelas menengah di Indonesia mencapai 134 juta jiwa
atau 56,5 persen dari populasi. Setiap tahun kelas menengah di Indonesia tumbuh
sebanyak tujuh juta. Peningkatan kelas menengah yang terjadi di Indonesia juga
dialami negara berkembang lainnya. Pertumbuhann ini menyebabkan melonjaknya
konsumsi yang mendorong pertumbuhan ekonomi (Widiatmanti, 2015).
Masyarakat Indonesia telah menjadikan berwisata menjadi bagian dari
kebutuhan. Tidak hanya bagi kelompok ekonomi kelas atas, tetapi masyarakat kelas
menengah dan bawah mulai memandang pentingnya wisata sebagai rekreasi
bersama keluarga. Kecenderungan meningkatnya kebutuhan berwisata masyarakat
Indonesia tergambar dari meningkatnya tren wisatawan Nusantara satu dekade
terakhir. Menurut Erianto (2015), jumlah wisatawan domestik pada tahun 2014
mencapai 251 juta orang, yang artinya jumlah orang Indonesia yang melakukan
perjalanan ke tempat wisata jumlahnya mendekati jumlah penduduk Indonesia.
wisatawan. Tetapi dampak negatif terdebut akan berpengaruh jika tidak adanya
penyaringan terhadap kedatangan wisatawan, dan cara dan pola pikir masyarakat itu
sendiri.
Untuk memecahkan dampak dari pariwisata terhadap sosial budaya yaitu
dengan mengedepankan pembangunan pariwisata secara holistik yang meliputi
agama, adat, budaya, sosial, ideologi, politik, ekonomi dan teknologi. Selain itu
perlu dikembangkan juga pembangunan pariwisata berkelanjutan dimana usaha ini
menjamin sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan sebagai sumber
pembangunan pariwisata dewasa ini yang dilestarikan untuk generasi mendatang.
Menghormati keaslian sosial budaya masyarakat setempat, melestarikan nilai-nilai
warisan budaya dan adat yang mereka bangun, dan berkontribusi untuk
meningkatkan rasa toleransi serta pemahaman antar-budaya.
Hubungan
lingkungan
alam
dengan
pariwisata
harus
saling
kesadaran untuk pelestarian dari masyarakat luas, baik dari masyarakat lokal
maupun para wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata tersebut. Selain itu,
peran pemerintah sangat penting dalam pelestarian lingkungan alam. Jika
pemerintah lemah dalam mengatur perilaku investor yang mengedepankan ekonomi
tanpa melihat aspek lingkungan jangka panjang. Seperti pendirian hotel, restoran,
fasilitas wisata, toko cinderamata, dan bangunan lainnya. Seiring dengan
pembangunan tersebut jumlah wisatawan akan meningkat beserta jumlah kendaraan.
Hal ini akan menyebabkan pembebasan lahan yang sangat luas. Selain dari