Sie sind auf Seite 1von 22

Muqaddimah

Muqaddimah
Kewajiban pertama sekali yang dipundakkan kepada setiap muslimin adalah mengenal Allah.
Mengenal Allah adalah dengan mengenal sifat-sifat Allah. Sifat-sifat Allah hanya Allah yang
mengetahui jumlahnya, namun Ulama Ahlussunnah wal Jamaah telah merangkum sifat-sifat Allah
yang wajib diketahui oleh setiap muslim sebanyak empat puluh satu sifat yang terbagi kepada tiga
kelompok. Kemudian juga wajib terhadap setiap muslim mengetahui sifat-sifat Rasul. Ulama
Ahlussunnah merangkumnya dengan jumlah sembilan sifat dalam tiga kelompok. Jumlah sifat Allah
dan Rasul yang diwajibkan kepada setiap muslim untuk mengenalnya adalah lima puluh sifat yang
dikenal dengan aqidah lima puluh atau i'tiqad lima puluh.
Kemudian juga diwajibkan kepada setiap muslim mengetahui dalil tiap-tiap i'tiqad lima puluh secara
ijmaly. Maksud dalil ijmali adalah dimana seseorang mengetahui dalil tiap-tiap i'tiqad lima puluh tetapi
ia tidak mampu membantah jika ada yang bertanya sisi apa yang menjadikan dalil tersebut sebagai
dalil. Contohnya dalil wujud Allah adalah ada makhluk, jika ditanyakan dari sudut pandang apa
makhluk menjadi dalil kepada wujud Allah, apakah karena imkannya (sama pada makhluk ada dan
tiada) atau dari sudut pandang bahwa makhluk itu ada setelah didahului terlebih dahulu oleh
tiada.
Jika ia tidak mampu menjawabnya, maka ia dikatakan telah mengetahui dalil ijmaly. Namun jika ia
mampu memberi jawabannya ia dikatakan telah mengetaui dalil tafshily. Dalil ijmaly wajib diketahui
oleh setiap muslim, karena taqlid pada masalah tauhid (mengenal i'tiqad lima puluh tanpa mengetahui
dalil) tidak dibolehkan menurut pendapat yang kuat. Artinya jika seseorang telah mengetahui i'tiqad
lima puluh beserta dalil ijmaly untuk tiap-tiap i'tiqad lima puluh, maka iman seseorang tersebut tidak
diperselisihkan lagi. Akan tetapi jika ia hanya mengenal i'tiqad lima puluh tanpa mengetahui dalilnya,
Ulama Ahsunnah wal Jamaah berbeda pendapat tentang keimanannya, sebagian Ulama
mengatakan bahwa orang tersebut adalah kafir, namun sebagian Ulama lagi mengatakan bahwa ia
tetap muslim.

Kewajiban Mempelajari Sifat Dua Puluh


Mengapa sifat Allah yang wajib diketahui oleh setiap mukallaf hanya dua puluh sifat?
Bukankah sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Asma al-Husna ada Sembilan puluh Sembilan?
Perlu diketahui bahawa Ahlussunnah wal Jama`ah tidak membataskan sifat-sifat Allah kepada dua
puluh kerana sifat dua puluh itu adalah sifat Dzat Allah yang menjadi syarat ketuhanan (syarat alUluhiyyah). Sedangkan sifat-sifat Allah yang lain adalah sifat af`al (sifat yang berkaitan perbuatan)
Allah ta`ala. Dan sifat-sifat af`al Allah itu jumlahnya banyak serta tidak terbatas. Dalam ma`rifatullah,
Ahlussunnah wal Jama`ah telah mengetengahkan pemahaman terhadap konsep sifat 20 yang wajib
bagi Allah. Konsep ini sangat masyhur dan wajib diketahui oleh setiap individu muslim yang mukallaf.
Akhir-akhir ini terdapat satu golongan yang dikenali sebagai Wahhabi telah mempersoalkan sifat 20
tersebut dengan mengemukakan beberapa alasan yang antara lainnya adalah; Tidak terdapat di

dalam al-Quran dan al-Hadits nas yang mewajibkan pengethuan umat Islam terhadap sifat 20.
Bahkan termaktub di dalam hadits sendiri bahawa nama-nama Allah (al-Asma al-Husna) jumlahnya
sembilan puluh sembilan. Dari premis ini, timbul sebuah pertanyaan; mengapa sifat yang wajib bagi
Allah yang harus diketahui itu hanya terbatas kepada dua puluh sifat saja, bukan sembilan puluh
sembilan sebagaimana yang terdapat di dalam al-Asma al-Husna?

Para ulama Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah dalam menetapkan sifat dua puluh tersebut sebenarnya
bersumberkan daripada kajian dan penelitian yang cermat dan mendalam. Terdapat beberapa alasan
ilmiah yang logik serta relevan dengan fakta nas yang sedia ada yang telah dikemukakan oleh para
ulama berhubung latar belakang wajibnya mengetahui sifat dua puluh yang wajib bagi Allah
subhanahu wata`ala, antaranya ialah:
Pertama,

Setiap orang yang beriman harus meyakini bahawa Allah ta`ala wajib memiliki semua sifat
kesempurnaan yang layak bagi keagungan-Nya. Mereka harus meyakini bahawa mustahil Allah ta`ala
memiliki sifat kekurangan yang tidak layak bagi keagungan-Nya. Mereka juga harus meyakini pula
bahawa Allah berkuasa melakukan atau meninggalkan penciptaan segala sesuatu yang bersifat
mumkin yaitu seperti menciptakan, mematikan, menghidupkan, memberi rezki, mengurniakan
kebahagiaan , menimpakan kecelakaan dan lain-lain lagi. Kesemua ini adalah sekian bentuk
keyakinan yang paling dasar yang perlu wujud di dalam hati setiap orang Islam.
Kedua,
Para ulama Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah sebenarnya tidak membataskan sifat-sifat kesempurnaan
Allah hanya kepada 20 sifat saja. Bahkan setiap sifat kesempurnaan yang layak bagi keagungan
Allah, sudah pasti Allah wajib memiliki sekian s...ifat tersebut, sehingga sifat-sifat kamalat
(kesempurnaan dan keagungan) Allah itu sebenarnya tidak terbatas pada sembilan puluh sembilan
saja sebagaimana yang telah dikatakan oleh al-Imam al-Hafiz al-Bayhaqi:

, ) ( :


Artinya : Sabda Nabi sallallahu`alaihi wasallam : Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh
sembilan nama, tanpa menafikan nama-nama selainnya. Nabi sallallahu`alaihi wasallam hanya
bermaksud -wallahu a`lam-, bahawa barangsiapa yang menghitung sembilan puluh sembilan nama
tersebut akan dijamin masuk syurga.
Pernyataan al-Hafiz al-Bayhaqi di atas bahawa nama-nama Allah ta`ala sebenarnya tidak terbatas
dalam jumlah sembilan puluh sembilan dengan didasarkan pada hadith shahih:
... :


.
Artinya : "Ibn Masud berkata, Rasulallah sallallahu`alaihi wasallam bersabda: Ya Allah,
sesungguhnya aku Hamba-Mu.. Aku memohon dengan perantara setiap Nama yang Engkau miliki,
baik yang Engkau namakan Zat-Mu dengan-Nya, atau yang Engkau turunkan nama itu dalam kitabMu, atau yang Engkau ajarkannya kepada sesiapa di kalangan makhluk-Mu, atau yang hanya
Engkau saja yang Mengetahui-Nya dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, jadikanlah al-Quran sebagai
taman/pengubat hatiku, cahaya mataku, penghilang kesedihanku dan penghapus rasa gundahku".
Hadits di atas menjelaskan bahawa di antara nama-nama Allah ta`ala yang telah dijelaskan di dalam
al-Quran, ada di antaranya yang diketahui oleh sebahagian hamba-Nya dan ada yang hanya
diketahui oleh Allah ta`ala saja. Sehingga berdasarkan kepada Hadits tersebut, nama-nama Allah itu

sebenarnya tidak terbatas pada 99, begitu juga dengan 20 sifat yang telah dirumuskan oleh para
ulama yang melaut ilmu mereka itu.
Ketiga,
Para ulama telah membahagikan sifat-sifat khabariyyah, yaitu sifat-sifat Allah yang terdapat di dalam
Al-Quran dan Hadits seperti yang terdapat di dalam al-Asma al-Husna, kepada dua bahagian.
Pertama, Sifat Zat yaitu sifat-sifat yang ada pada Zat Allah ta`ala, yang antara lain adalah sifat 20.
Kedua, Sifat Af`al, yaitu sifat-sifat yang sebenarnya adalah perbuatan Allah ta`ala, seperti sifat alRazzaq, al-Mu`thi, al-Mani`, al-Muhyi, al-Mumit, al-Khaliq dan lain-lain.
Perbedaan antara keduanya adalah, sifat al-Zat merupakan sifat-sifat yang menjadi Syart alUluhiyyah, yaitu syarat mutlak ketuhanan Allah ta`ala. Kesemua sifat tersebut telah menyucikan zat
Allah ta`ala daripada sebarang sifat yang tidak layak bahkan mustahil untuk disandarkan kepada zat
Allah yang Maha Agung. Dari sini para ulama telah mentapkan bahawa Sifat Zat ini adalah azali
(tidak ada permulaan) dan Baqa (tidak ada pengakhiran bagi Allah).

Sifat Afal juga Baqa, namun berbeda dengan Sifat Zat yaitu : ketika Allah ta`ala memiliki salah satu
daripada Sifat al-Af`al, maka lawan kepada sifat tersebut adalah tidak mustahil bagi zat Allah ta`ala,
bahkan ia menunjukkan lagi perihal kehebatan dan keagungan Allah kerana mampu menciptakan dua
perkara yang berlawanan berdasarkan fungsi yang terkandung di dalam nama-nama dan sifat-sifat
yang telah ditetapkan oleh Allah ta`ala kepada zat-Nya yang Maha Agung seperti;
sifat al-Muhyi (Maha Menghidupkan) dan al-Mumit (Maha mematikan).
al-Dhar (Maha Memberi Bahaya) dan al-Nafi` (Maha Memberi Manfaat).
al-Mu`thi (Maha Pemberi) dan al-Mani` (Maha Pencegah), dan lain-lain.
Keempat,

Dari sekian banyak Sifat al-Zat yang wujud tersebut, maka sifat dua puluh dianggap cukup dalam
memberi kefahaman kepada kita bahawa Allah ta`ala memiliki segala sifat kesempurnaan dan maha
suci Allah daripada segala sifat kekurangan. Di samping itu, kesemua Sifat al-Zat yang telah
terangkum dalam sifat dua puluh tersebut, dari sudut fakta, telahpun ditetapkan berdasarkan dalil alQuran, al-Sunnah dan dalil-dalil aqli.
Kelima,
Sifat dua puluh tersebut dianggap cukup kuat untuk menjadi benteng kepada akidah seseorang
daripada terpengaruh dengan faham yang keliru atau menyeleweng dalam memahami sifat Allah
ta`ala. Sebagaimana yang telah kita maklum aliran-aliran yang menyimpang daripada fahaman Ahl alSunah Wa al-Jama`ah seperti Wahhabi, Muktazilah, Musyabbihah, Mujassimah, Karramiyyah dan
lain-lain telah menyifatkan Allah ta`ala dengan sifat-sifat makhluk yang kesemua sifat tersebut dilihat
dapat meruntuhkan kesempurnaan dan kesucian zat Allah ta`ala.
Maka dengan memahami sifat dua puluh tersebut, iman seseorang akan dibentengi daripada
keyakinan-keyakinan yang menyongsang fahaman arus perdana umat Islam berhubung zat Allah
ta`ala. Misalnya, ketika golongan mujassimah mengatakan bahawa Allah ta`ala itu duduk di atas
`Arasy, maka hal ini akan ditolak dengan salah satu daripada sifat Salbiyyah yang wajib bagi zat Allah
ta`ala yaitu; Qiamuhu Binafsih (Allah ta`ala tidak berhajat kepada sesuatu), ketika musyabbihah
mengatakan bahawa Allah ta`ala memiliki anggota tubuh badan seperti mata, tangan, kaki, muka,
betis dan lain-lain, maka dakwaan tersebut akan ditolak pula dengan sifat wajib bagi Allah ta`ala yang
lain yaitu sifat Mukhalaftuhu lilhawadith (Allah tidak menyerupai sesuatupun). Ketika golongan
Muktazilah menafikan kewujudan sifat ma`ani pada zat Allah ta`ala dengan mengatakan bahawa Allah
ta`ala maha kuasa tetapi tidak mempunyai sifat qudrat, maha mengetahui tetapi tidak mempunyai
ilmu, maha berkehendak tetapi tidak mempunyai iradat, maka dakwaan songsang tersebut akan
ditolak dengan sifat-sifat ma`ani yang jumlahnya adalah tujuh yaitu qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama`,
basar dan kalam. Demikian pula dengan sifat-sifat yang lain.




" :"
Kaedah: Jahil tentang sifat (Allah) membawa kepada jahil dengan yang mempunyai sifat (Allah),
sesiapa
yang
tidak
mengenal
sifat
Allah,
tidak
mengenal
Allah
ta`ala.
Wallahua'lam

I'tiqad Lima Puluh (versi dalam bahasa Jawa)

I'tiqad Lima Puluh



Wujud mesti ono, Alloh muhal yen ora onoho.
Wujud pasti ada, Allah mustahil kalau tidak ada

Qidam ndingen Alloh, Alloh muhal yen kedinginan 'Adam.


Qidam terdahulu Allah, Allah mustahil kalau di dahului Adam [tiada. SDG]

Baqo' langgeng Alloh, Alloh muhal yen kenoho rusak.


Baqo kekal Allah, Allah mustahil kalau bisa rusak [binasa. SDG]


Mukholaafatuhu lil hawaditsi, bedo Alloh kelawan kang anyar, muhal yen podoho, yaa
Alloh kelawan kang anyar.
Mukholafatuhu lil hawaditsi, berbeda Allah dengan yang baru, mustahil kalau sama, berarti Allah
itulah yang baru.


Qiyaamuhu binafsihi, jumeneng Alloh kelawan dewe, muhal jumenengo, yaa Alloh kelawan liyane.
Qiyamuhu binafsihi, Allah berdiri sendiri, mustahil berdirinya Allah dengan yang lainnya.


Wahdaniyah sewiji Alloh, Alloh muhal loro tetelu.
Wahdaniyah Allah satu, Allah mustahil kalau dua, tiga.

Qudroh kuwoso Alloh, Alloh muhal yen a-peso.


Qudrat kuasa Allah, Allah mustahil kalau apes [kayaknya "a-peso : lemah". SDG]

Iroodah kerso Alloh, Alloh muhal yen ora keersoho.


Irodat berkehendak Allah, Allah mustahil kalau tidak bisa berkehendak

'ilmu ngawikani, Alloh muhal yen bodoho.


Yang mempunyai ilmu, Allah mustahil kalau bodoh

Hayaah urip Alloh, Alloh muhal yen matiyo.


Hayat hidup Allah, mustahil kalau mati

Sama' amiharso, Alloh muhal yen tuliyo.


Sama Maha Mendengar, Allah mustahil kalau tuli

Basor amirsani, Alloh muhal yen wutoho.


Basor Maha Melihat, Allah mustahil kalau buta

Kalam angendiko, Alloh muhal yen bisu-ho.


Kalam Maha Berbicara, mustahil kalau bisu


Qodiron kang kuwoso, Alloh muhal ingkang apes.
Qodiron Yang Maha Kuasa, Allah mustahil kalau sial [kayaknya "apes : yang lemah". SDG]

Muriidan kang keerso, Alloh muhal ingkang ora keersoho.


Muriidan Yang Maha Berkehendak, Allah mustahil yang tidak berkehendak

'Aliman kang ngawikani, Alloh muhal ingkang bodo.


Aliman Yang Maha Mengetahui, Allah mustahil yang bodoh

Hayyan ingkang urip, Alloh muhal ingkang mati.


Hayyan Yang Maha Hidup, Allah mustahil yang mati

Saami'an ingkang miharso, Alloh muhal ingkang tuli.


Samian Yang Maha Mendengar, Allah mustahil yang tuli

Baasiron kang mirsani, Alloh muhal ingkang wuto.


Baasiron Yang Maha Melihat, Allah mustahil yang buta

Mutakaliman kang ngendiko, Alloh muhal ingkang bisu.


Mutakaliman Yang Maha Berbicara, Allah mustahil yang bisu
Lan wajib ngaweruhono wong 'aqil baligh sedoyo. Ing sifat ingkang wajib, ing Alloh kaleh doso. Ing
sifat ingkang muhal ing Alloh kaleh doso. Lan sifat ingkang wenang ing Alloh iku sewiji.
Dan wajib diketahui oleh org2 akil baligh semua. Bahwa sifat yang wajib bagi Allah itu ada 20. Sifat
yang mustahil bagi Allah 20, dan sifat yang mungkin bagi Allah itu 1.
Utawi manjinge sifat kaleh doso iku, manjing dadi sifat papat.

Ingkang dingin manjing sifat nafsiyah . Kapindone manjing sifat salbiyah . Kaping telune
manjing sifat ma'ani . Kaping pate manjing sifat ma'nawiyyah .
Atau semua sifat yang 20 itu di bagi menjadi 4.
Yang pertama yaitu sifat Nafsiyah, yang kedua sifat Salbiyah, yang ketiga sifat Maani, yang ke empat
adalah sifat Manawiyah.
Utawi sifat papat iku manjing dadi loro. Ingkang dingin manjing sifat istighna' . kapindone
manjing sifat iftiqor .
Utawi sifat loro iku manjing dadi siji. Iyo ono ing ismu dzat, tegese ismu dzat iyo lafal Alloh .
Atau sifat yg 4 itu di bagi menjadi 2. Yang pertama yaitu sifat Istighna, yang kedua sifat Iftiqor.
Atau sifat yg 2 itu di bagi menjadi 1 . yang ada pada ismu dzat, artinya ismu dzat yaitu lafal ALLAH.

Nafsiyah sewiji; wujud.


Salbiyah iku lelimo; qidam, baqo, mukholafatuhu lilhawaditsi, wal qiyamu binafsihi, wahdaniyah.
Utawi dundumane ma'ani iku pepitu; qudroh, irodah, 'ilmu, hayah, iyo sama' basor kalam.
Utawi dundumane ma'nawiyah iku pepitu; qodiron, muridan, 'aliman, hayyan, sami'an, basiron,
mutakaliman.
NAFSIYAH hanya 1 yaitu 'wujud
SALBIYAH itu ada 5 yaitu qidam, baqo' , mukhalafatuhu lilhawaditsi, qiyamuhu binafsih dan
wahdaniyah
Atau pembagiannya MA'ANI itu 7 yaitu, qudrah, irodah, 'ilmu, hayah, sama', basor, kalam
Atau pembagiannya MA'NAWIYAH itu 7 yaitu qodiron, muridan, 'aliman, hayyan, samian, basiron,
mutakalliman
Utawi sifat rong pulung ingkang manjing istighna', iyo iku sifat sewelas: iyo wujud, qidam, baqo,
mukholafatu lilhawaditsi, wa qiyamu binafsihi, sama', basor, kalam, sami'an, basiron, mutakaliman.
Atau sifat 20 yg termasuk ISTIGHNA ada 11 yaitu wujud, qidam, baqo', mukhalafatuhu lilhawaditsi,
wa qiyamuhu binafshi, sama', basor, kalam, sami'an, basiron, mutakalliman
Utawi sifat rong puluh ingkang manjing iftiqor, iyo iku sifat sesongo: qudroh, irodah, 'ilmu, hayan,
wa qoodiron, wa muuridan, wa 'aaliman, sama', wahdaniyyah.
Atau sifat 20 yang termasuk IFTIQOR yaitu ada 9 sifat: qudroh, irodah, 'ilmu, hayan, qoodiron,
muuridan, 'aaliman, sama', wahdaniyah
Utawi jaize Alloh iku sewiji, iyo iku Alloh wenang gawe mumkin, utowo wenang tinggal gawe
mumkin. tegese mumkin iku bumi langit sak isini
Atau jaiz nya Allah itu 1, yaitu Allah berkehendak membuat mungkin atau berkehendak membuat
yang mungkin, artinya mungkin itu bumi langit dan isinya.
Lan wajib ngaweruhono wong 'aqil baligh sedoyo. Ing wajibe poro rosul iku papat.
Ingkang dingin sifat sidiq.
Kapindone sifat amanah.
Kaping telune sifat tabligh.
Kapeng pate sifat fatonah.
Dan wajib pula bg setiap akil baligh semua. Yang wajibnya para rosul itu 4:
Yang pertama sifat sidiq
Yang kedua sifat Amanah
Yang ketiga sifat Tabligh
Yang ke empatnya sifat Fathonah
Tegese sidiq iku abener wertane rosul.

Tegese amanah iku kapercoyo mareng Alloh.


Tegese tabligh iku neka-aken perintahe Alloh. Perintah ingkang wajib ingkang sunah, ingkang
wenang, ingkang haq, ingkang batal, ingkang halal, ingkang harom kelawan sakbenere kabeh iku.
Tegese fatonah iku alepas nadhore (cerdas) rosul.
Artinya Sidiq itu benar perkataannya rosul
Artinya Amanah itu dipercaya oleh Allah
Artinya Tabligh itu menyampaikan perintah Allah. Perintah yang wajib, sunnah, boleh, yang hak dan
bathil, yang halal, haram kepada yang sebenar2nya semua itu.
Artinya Fathonah itu cerdas rosul
Lan wajib ngaweruhono wong 'aqil baligh sedoyo. Ing muhale poro rosul iku papat. Ingkang dingin iku
kidzib.
Kapindone iku hiyanat.
Kapeng telune iku kitman.
Kapeng pate iku baladah.
Dan wajib pula bg akil baligh semua . Yang mustahil bagi rosul it4. Yang pertama Kizdib
Yang kedua itu Khianat
Yang ketiga Kitman
Yang ke empat Baladah
Tegese kidzib iku amuhal gorohe rosul.
Tegese hiyanah iku amuhal ciderone rosul.
Tegese kitman iku amuhal ngumpete rosul.
Tegese baladah iku amuhal bodone rusul.
Artinya Kidzib yaitu mustahil bohongnya rosul.
Artinya Hiyanah yaitu mustahil cideranya rosul
Arinya Kitman yaitu mustahil bersembunyinya rosul
Aritnya Baladah yaitu mustahil bodohnya rosul
Lan wajib ngaweruhono wong 'aqil baligh sedoyo. Ing wenange poro rusul iku siji: katekanan
' a'rood basyariyyah; koyo loro, ngelu, mules, dahar, nginum, sare, wati, keromo, kelawan
sepadane kabeh wenang.
Dan wajib bagi orang akil baligh semua. Mungkinnya para rosul itu 1: adanya 'a'rood basyariyyah.
seperti sakit, ngelu (apa ya??) [kali aja "sehat". SDG] mules, makan, minum, tidur, mati dan
sejenisnya semuanya mungkin.



anekseni ingsun ing dalem ati ingsun kelawan I'tiqod ingkang kukuh, saktuhune kelakuan iku ora ono
pengeran dzat kang sinembah, kelawan sakbenere ing dalem wujude, anging Alloh ta'ala dewe, kang
wajib wujude, kang muhal 'adame, kang kagungan skabehe sifat sampurno, ora ono wekasane.
Dzat kang moho suci adoh sakeng skabehe sifat kekurangan; Ora romo, ora ibu, ora garwo ora putro,
ora arah ora nggon, ora zaman ora makan, ora gede ora cilik, ora nyerupani ing skabeh ingkang
anyar.
Utawi Alloh ta'ala iku kang wenang ndadekaken 'alam kabeh, bumi langit sak isine, kang gawe pati
urip, kang gawe sandang pangan, kang ngganjar sikso ing skabeh kawulane.
Laa ilaaha illalloh, laa ilaaha illallohu Alloh nyuwun ngapuro, ya Alloh nyuwun pitulung.
Aku bersaksi di dalam hatiku Itiqod yang kukuh, sesungguhnya kelakuan/ perbuatan itu tidak ada
pangeran zat yang patut di sembah, yang nyata dalam wujudnya, hanya Allah Taala sendiri, yang
wajib wujudnya, mustahil Adamnya, yang memiliki keagungan semuanya sifat sempurna, tidak ada
celanya.
Zat yang Maha suci jauh dari sedala sifat kekurangan, tiada berayah, tiada beribu, tiada

beristri/suami, tiada beranak. Tidak mempunyai arah tidak bertempat, tanpa jaman tanpa makan,
tidak kecil atau besar , tidak menyerupai segala yang baru.
Atau Allah Taala itu kang berkehendak menciptakan semua alam,langit bumi seisinya, yang
membuat mati hidup, yang membuat pakaian, makanan, yang memberi ganjaran (pahala) dan siksa
bg umat manusia.
Tidak ada Tuhan Selain Allah, Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah mohon ampun, Allah mohon
pertolongan.


Anekseni ingsun ing dalem ati ingsun, kelawan I'tiqod ingkang kukuh. Setuhune gusti kito kanjeng
nabi Muhammad iku kawulane Alloh, utusane Alloh.
Den utus mareng skabehe mahluq, jin manungso, malaikat sakliyane. Kang kagungan sifat sidiq,
amanah, tabligh, fatonah.
Aku bersaksi di dalam hatiku Itiaoq yang kukuh. Sesungguhnya Nabi Muhammad itu hamba Allah,
utusan Allah.
Yang di utus untuk semua makhluk, jin, manusia, malaikat dsb.Yang memiliki keagungan sifat
sidiq,amanah,tabligh dan fathonah.
Utawi kanjeng nabi Muhammad iku puterane Raden 'Abdulloh, wayahe Raden 'Abdul mutholib,
buyute Raden hasim, canggahe Raden 'Abdul manaf.
Den putera aken ono ing mekah nuli pindah daleme ing madinah. Gerah ing madinah, sedo ing
madinah, den sinareaken ing madinah. Bongsone bongso 'arab bongso qurais bongso hasim
Atau Nabi Muhammad itu putra dr Abdullah, cucu dr Abdul Muthalib cicit dr Hasim dan canggah dr
Abdul Manaf.
Beliau dilahrkan di Makah kemudian hijrah ke Madinah, sakit di madinah, wafat di madinah dan
dimakamkan di Madinah. Kebangsaannya bangsa Arab, bangsa Quraisy bangsa Hasyim

Ditulis oleh : Sunten Negeri Atas Awan


Diterjemah oleh :Diajeng Roro Mendut dan Anna Irfatunnissa

BERDZIKIR DENGAN SUARA KERAS


Muqaddimah
Hingga kini, masih banyak orang yang under estimate, merasa tidak mempercayai dengan
dalil suudzon dan syak wasangka, apakah benar ada yang dinamakan dzikir jahar atau dzikir keras.
Kebanyakan dari mereka, mengira bahwa yang dinamakan dzikir keras itu sesuatu yang tidak ada
riwayat dari Rasulnya. Benarkah?
Sebagai ilustrasi, sebagaimana orang bijak pernah berkata, bahwa manusia akan dikumpulkan
dengan orang yang disukainya. Jika ia mencintai musik, maka ia akan berkumpul dengan para
pecinta musik. Jika ia mencintai hobi motor cross misalnya, maka ia akan berkumpul dengan mereka
yang mencitai hobi yang sama. Tidak perduli dengan suara bising dan dentuman musik yang menjadijadi. Bagi mereka yang penting adalah mencari kenikmatan.
Ya, begitulah bahwa manusia akan dikumpulkan bersama dengan orang yang memiliki hobi dan

minat yang sama. Demikian juga dengan dzikir, atau bagi mereka yang menyukai dzikir. Timbulnya
pertanyaan, benarkah ada dzikir jahar, ialah keluar dari mereka yang memang belum mencintai apa
itu dzikir jahar. Padahal, Allah sendiri adalah firman-Nya menyatakan bahwa orang yang beriman
yang memiliki hati suci, jika mendengar dzikir akan tersentuh dan gemetar hatinya, Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya,
Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya dan mereka
hanya kepada Allah saja berserah diri (QS. Al Anfal ayat 2).
Dalam ayat ini, Allah memberi isyarat bahwa mereka yang beriman tidak akan merasa resah tetapi
akan tersentuh hati dan jiwanya jika mendengarkan dzikir. Dari ayat ini yang menjadi titik tekan
adalah dalam katadzukiro, yang berarti dzikir itu dibacakan. Berarti orang yang beriman itu
mendengar bacaan dzikir, lalu mereka bergetar hatinya. Kemudian, kita bisa menyimpulkan bahwa
apa pun yang bisa didengar atau terdengar itu adalah suara yang dinyaringkan atau dikeraskan.
Berarti dzikir dalam ayat tersebut adalah dzikirjahar atau dzikir yang dinyaringkan. Untuk lebih
jelasnya, maka kita uraikan satu per satu ayat Al Quran dan Hadits yang menerangkan tentang
dzikir jahar.

HUKUM DZIKIR KERAS (JAHAR) DALAM AL-QURAN DAN AL-HADITS


HUKUM DZIKIR JAHAR DALAM AQURAN

- 1. Q.S. AL-AROF AYAT 204 :


Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang
agar kamu mendapatkan rahmat .

Penjelasan ayat ini bukan menunjukan dzikir dalam hati tapi dzikir yang terdengar atau dzikir keras.
Namun, Ayat di atas seakan bertentangan dengan Al-Quran dan hadits yang lain tentang anjuran
untuk berdzikir dalam hati seperti Q.S.Al-Arof ayat 205: Sebutlah nama Allah di dalam hatimu
dengan merendahkan diri dan tidak dengan suara yang keras dari pagi sampai petang, Dan
janganlah dirimu menjadi golongan yang lupa (lalai).

Sebenarnya Ayat 205 ini tidaklah bertentangan dengan ayat 204 yang menunjukan akan
diperintahkannya dzikir jahar. Dan ayat 205 ini tidak bisa dijadikan alasan untuk melarang dzikir keras
karena akan bertentangan dengan dzikir yang telah umum yang biasa dibaca dengan suara keras,
seperti takbiran, adzan, membaca talbiyah ketika pelaksanakan haji, membaca al-quran dengan
dikeraskan atau dilagukan, membaca sholawat dangan suara keras dan lain-lain. Hanya saja, Q.S
AlArof ayat 205 ini hanya menjelaskan tentang dzikir yang tidak memakai gerak lidah yaitu dzikir
dalam hati atau khofi. Jadi penjelasan Ayat 205 ini menunjukan, bagaimanapun bentuknya dzikir jika
dibaca dalam hati pasti tidak akan mengeluarkan suara karena dzikirnya sudah menggunakan hati,
bahkan sudah tidak menggunakan gerak lidah.
Kesimpulan dari dua ayat itu, Allah menunjukan adanya perintah dibolehkannya berdzikir
dengan jahar (keras) maupun dzikir dalam hati (khofi) yang tidak memakai gerak lidah.
- 2. Q.S.AL-BAQOROH AYAT 200 :

Apabila engkau telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menywebut nama
Allah) sebagaimana kamu menyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu atau bahkan
berdzikirlah lebih (nyaring dan banyak) daripada itu.

Menurut Ibnu Katsir, latar belakang turunnya ayat ini ialah kebiasaan bangsa Arab, baik suku quraisy
maupun lainnya pada musim haji mereka biasanya berkumpul di Mudzalifah setelah wukuf di Arafah.
Disitu mereka membanggakan kebesaran nenek moyang mereka dengan cara menyebut-nyebut
kebesaran nenek moyang mereka itu dalam pidato mereka. Ketika telah memeluk agama Islam, Nabi
memerintahkan mereka hadir di Arafah untuk wukuf kemudian menuju mudzdalifah.
Setelah mabit di mudzdalifah mereka diperintahkan untuk meninggalkan tempat itu dengan tidak
menunjukan perbedaan diantara mereka (dengan cara menyebut kebesaran nenek moyang) seperti
yang mereka lakukan pada masa pra Islam.
Berbeda dengan Ibnu Katsir, yaitu Mahmud Hijazi menafsirkan ayat ini dengan mengatakan, bila
kamu selesai mengerjakan haji maka berdzikirlah kepada Tuhanmu dengan baik (dengan cara
menyebut-nyebut nama Allah) sebagaimana kamu menyebut-nyebut nama nenek moyangmu
sewaktu kamu jahiliyah atau sebutlah nama Allah itu lebih keras daripada kamu menyebut-nyebut
nama nenek moyangmu itu. Begitu pun penafsiran Ibnu Abbas, seperti terdapat dalam kitab Tanwir al
Miqbas ketika menafsirkan kata aw asyadda dzikro yang berarti menyebut Allah dengan mengatakan
Ya Abba seperti menyebut nenek moyang Ya Allah.
Dua pendapat mufasir di atas mengarahkan kita pada kesimpulan bahwa menyebut nama Allah
dalam pengertian dzikrullah dianjurkan setelah menunaikan ibadah haji,. Dzikrullah tersebut
dikerjakan dengan suara keras, bahkan boleh dengan suara yang lebih keras daripada suara jahiliyah
tatkala mereka menyebut nama nenek moyang mereka ketika berhaji.

- 3. Q.S. AL-BAQOROH AYAT 114 :


Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalangi-halangi menyebut nama Allah di
dalam mesjid-mesjid-Nya ..

- 4. Q.S. AN-NUR AYAT 36 :


Didalam semua rumah Allah diijinkan meninggikan (mengagungkan) suara untuk berdzikir dengan
menyebut nama-Nya dalam mensucikan-Nya sepanjang pagi dan petang.

- 5. Dan lain-lain

HUKUM DZIKIR JAHAR MENURUT HADITS ROSUL

HADITS KE SATU
Dalam Kitab Bukhori jilid 1:
Dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Ibnu Abbas ra., berkata: Inna
rofash shauti bidzdzikri hiina yanshorifunnaasu minal maktuubati kaana ala ahdi
Rosuulillaahi sholallaahu alaihi wasallam kuntu alamu idzaanshorrofuu bidzaalika samituhu.
Artinya :Sesungguhnya mengeraskan suara dalam berdzikir setelah manusia-manusia selesai
dari sholat fardlu yang lima waktu benar-benar terjadi pada zaman Nabi Saw. Saya (ibnu
Abbas) mengetahui para sahabat melakukan hal itu karena saya mendengarnya .

Selanjutnya dalam hadits :Suara yang keras dalam berdzikir bersama-sama pada waktu
tertentu atau bada waktu sholat fardhu, akan berbekas dalam menyingkap hijab,
menghasilkan nur dzikir (HR. Bukhari).
- HADITS KE DUA
Dari Abu Khurairah ra, katanya Rasulullah bersabda: Allah berfirman; Aku berada di dalam
sangkaan hamba-Ku tentang diri-Ku, Aku menyertainya ketika dia menyebut-Ku, jika dia
menyebut-Ku kepada dirinya, maka Aku menyebutnya kepda diri-Ku. Maka jika menyebut-tu di
depan orang banyak, maka Aku akan menyebutnya di tempat yang lebih baik daripada
mereka (HR. Bukhari).
Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut di depan orang banyak, berarti dzikir tersebut
dilakukan secara jahar.

- HADITS KE TIGA
Diriwayatkan di dalam Al Mustadrak dan dianggap saheh, dari Jabir ra. berkata: Rasulullah keluar
menjumpai kami dan bersabda: Wahai saudara-saudara, Allah memiliki malaikat yang pergi
berkeliling dan berhenti di majlis-majlis dzikir di dunia. Maka penuhilah taman-taman syurga.
Mereka bertanya:Dimanakah taman-taman syurga itu?. Rasulullah menjawab: Majlis-majlis
dzikir. Kunjungilah dan hiburlah diri dengan dzikir kepada Allah (HR. Al Badzar dan Al Hakim).
Penjelasan hadits ini, bahwa dalam kalimat malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti di majlis
dzikir di dunia maksudnya berarti dzikir dalam hal ini adalah dzikir jahar yang dilakukan manusia.
Karena malaikat hanya mengetahui dzikir jahar dan tidak mampu mengetahui dzikir khofi. Hal ini
sebagaimana sabda Rasul:Adapun dzikir yang tidak terdengar oleh malaikat yakni dzikir khofi
atau dzikir dalam hati yakni dzikir yang memiliki keutamaan 70x lipat dari dzikir
yang diucapkan (HR. Imam Baihaqi dalam KitabTanwirul Qulub hal.509).
- HADITS KE EMPAT
Hadits yang dishohehkan oleh An Nasai dan Ibdu Majjah dari As Saib dari Rasululah SAW, beliau
bersabda:Jibril telah datang kepadaku dan berkata, Perintahkanlah kepada sahabatsahabatmu untuk mengeraskan suaranya di dalam takbir(HR. Imam Ahmad Abu Daud At
Tirmidzi).
Penjelasan hadits ini, bahwa sangat jelas tidak dilarangnya dzikir keras tetapi dianjurkan untuk

melakukan dzikir jahar.

- HADITS KE LIMA
Didalam kitab Syabil Iman dari Abil Jauza ra. berkata :Nabi Saw, bersabda, Perbanyaklah dzikir
kepada Allah sampai orang-orang munafik berkata bahwa kalian adalah orang-orang ria
(mencari pujian). (H.R.Baihaqi)
Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut orang-orang munafik berkata bahwa kalian adalah
orang-orang ria (mencari pujian). Hadits ini menunjukan dzikir jahar karena dengan
dzikir jahar (terdengar) itulah orang munafik akhirnya menyebutnya ria .
- HADIITS KE ENAM
Juga dalam kitab Syabil Iman yang di shohehkan oleh Al-Hakim dari Abu Said Al-Khudri ra.,
berkata :Nabi Saw, bersabda, Perbanyaklah dzikir kepada Allah kendati kalian
dikatakan gila. (H.R.Al-Hakim danAl-Baihaqi)
- HADITS KE TUJUH,
Dari Jabir bin Abdullahra, berkata :Ada seorang yang mengeraskan suaranya dalam berdzikir,
maka seorang berkata, semestinya dia merendahkan suaranya. Rosulullah bersabda,
Biarkanlah dia,sebab sesungguhnya dia adalah lebih baik. (Al-Baihaqi).
Dari Said bin Aslam ra., katanya Ibnu Adra berkata, Aku menyertai Nabi Saw. Pada suatu
malam, lalu melewati seseorang di mesjid yang mengeraskan suaranya, lalu aku berkata,
Wahai Rosulullah, tidaklah ia termasuk orang ria ? Beliau menjawab, Tidak,tetapi dia
pengeluh, (H.R.Baihaqi).

PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG DZIKIR JAHAR

Imam An-Nawawi berkata : Bahwa bacaan dzikir sir (samar) lebih utama apabila takut ria, atau
khawatir mengganggu orang yang sedang sholat atau tidur. Sedangkan yang jahar (dzikir
keras) lebih baik apabila tidak ada kekhawatiran tentang hal ini, mengingat amalan di
dalamnya lebih banyak manfaatnya, karena ia dapat membangkitkan kalbu orang yang
membaca atau yang berdzikir, ia mengumpulkan semangat untuk berfikir, mengalahkan
pendengaran kepadanya, mengusir tidur, danmenambah kegiatan (dalam Kitab Haqiqot AlTawwasulu wa Al-Wasilat Al-Adlowil kitabi wa As-Sunnah).
Syekh Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal 108 : Irfauu
ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljamiyatu kal arifiin. Artinya: Keraskanlah
suaramu didalam berdzikir, sehingga sampai menghasilkan al jamiyah (keteguhan hatimu)
seperti orang-orang yang telah mengenal Allah. Selanjutnya masih menurut beliau Dan wajib
bagi murid-murid yang masih didalam tahap belajar menuju Allah, untuk mengangkat
suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu penghalang kepada Allah yang
telah menjadikan hati jadi keras bagaikan batu, penghalangnya yaitu seperti sipat malas,
sombong, ria, iri dengki dan sebagainya)

Imam Al-Ghozali r.a. mengatakan: Sunnat dzikir keras (jahar) diberjemaahkan di mesjid karena
dengan banyak suara keras akan memudahkan cepat hancurnya hati yang keras bagaikan
batu, seperti satu batu dipukul oleh orang banyak maka akan cepat hancur.

KENAPA MESTI DZIKIR KERAS?

Ulama ahli marifat mengatakan bahwa untuk mencapai marifat kepada Allah bisa diperoleh dengan
kebeningan hati. Sedangkan kebeningan hati itu bisa dicapai dengan suatu thoriqoh (cara),
diantaranya banyak berdzikir kepada Allah. Jadi, marifat tidak akan bisa diperoleh jika hati kita busuk
penuh dengan kesombongan, ria, takabur, iri dengki, dendam, pemarah, malas beribadah dan lainlain. Oleh sebab itu dzikir diantara salah satu cara (thiriqoh) untuk membersihkan hati.
Sebab, manusia sering menyalahgunakan fitrah yang diberikan Tuhan, sehingga hati mereka menjadi
keras. Sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut, mendorong manusia memiliki hati yang keras melebihi
batu. Hal tersebut sebagaimana kalimat yang tercantum dalam Al Quran surat Al Baqoroh ayat
74: tsumma qosat quluubukum minbadi dzaalika fahiya kal hijaaroti aw asyaddu
qoswatun, artinya Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu,bahkan lebih
keras lagi. Dari ayat tersebut hati manusia yang membangkang terhadap Allah menjadikan hatinya
keras bagaikan batu bahkan lebih keras daripada batu.
Maka, jalan keluarnya untuk melembutkan hati yang telah keras bagaikan batu sehingga kembali
tunduk kepada Allah, sebagaimana Ulama ahli marifat mengatakan penafsirkan ayat tersebut,
sebagaimana dalam kitab miftahu Ash-Sshudur karya Sulthon Awliya Assayyid Asy-Syekh Al-Alamah
Al-Arif billah Ahmad Shohibul wafa Tajul Arifin r.a. bahwa fakamaa annal hajaro laa yankasiru illa
biquwwatin dlorbil muawwil fakadzaalikal qolbu laayankasiru illa biquwwati
, artinya sebagaimana batu tidak pecah kecuali bila dipukul dengan tenaga penuh pukulan
palunya, demikian hati yang membatu tidak akan hancur kecuali dengan pukulan kuatnya
suara dzikir. liannadz dzikro laa yutsiru fiijami tsanaati qolbi shohibihi illa
biquwwatin, artinya Demikian pula dzikir tak akan memberi dampak dalam menghimpun
fokus hati pendzikirnya yang terpecah pada Allah kecuali dengan suara keras.

Syekh Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal 108 : Irfauu
ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljamiyatu kal arifiin. Artinya: Keraskanlah
suaramu didalam berdzikir, sehingga sampai menghasilkan al jamiyah (keteguhan hatimu)
seperti orang-orang yang telah mengenal Allah. Selanjutnya masih menurut beliau Dan wajib
bagi murid-murid yang masih di dalam tahap belajar menuju Allah, untuk mengangkat
suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu penghalang yang akan
menghalangi kita dekat kepada Allah, seperti sifat-sifat jelek manusia: iri, dengki, sombong,
takabur,dll yang disumberkan oleh hati yang keras).

CARA BERDZIKIR DENGAN KERAS YANG DIAJARKAN ROSUL

Dalam hadits shohihnya, dari Yusuf Al-Kaorani : Sesungguhnya Sayyidina Ali r.a. telah bertanya
pada Nabi Saw. : Wahai Rosulullah, tunjukkanlah kepadaku macam-macam thoriqot (jalan)
yang paling dekat menuju Allah dan yang paling mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang
paling utama di sisi Allah, maka Nabi Saw menjawab: wajiblah atas kamu mendawamkan
dzikkrullah: Sayyidina Ali r.a bertanya lagi: Bagaimana cara berdzikirnya ya Rosulallah? Maka
Nabi menjawab: pejamkan kedua matamu, dan dengarkan (ucapan) dariku tiga kali, kemudian
ucapkan olehmu tiga kali, dan aku akan mendengarkannya. Maka Nabi Saw. Mengucapkan
LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali sambil memejamkan kedua matanya dan mengeraskan
suaranya, sedangkan Sayyidina Ali r.a mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali,
sedangkan Nabi Saw memdengarkannya. (Hadits dengan sanad sahih, dalam kitab Jamiul Ushul
Auliya)
Dalam kitab Tanwirul Quluub dijelaskan cara gerakan dzikir agar terjaga dari datangnya Syetan,
merujuk Firman Allah dalam Al-Quran Surat AlArof ayat 17: Demi Allah (kami Syetan) akan
datang kepada manusia melalui arah depan, arah belakang, arah kanan dan arah kiri. Ayat ini
menunjukan arah datangnya syetan untuk menggoda manusia agar menjadi ingkar terhadap Allah.
Jelas, sasarannya manusia melalui empat arah; 1. Depan 2.Belakang 3.Kanan 4.Kiri.Maka, dzikirnya
pun harus menutup empat arah. Dalam kitab Tanwirul Qulub: ucapkan kalimat LAA dengan
diarahkan dari bawah pusat tarik sampai otak hal ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari
arah depan dan belakang. Adapun ditarik kalimat itu ke otak karena syetan mengganggu otak/pikiran
kita sehingga banyak pikiran kotor atau selalu suuddzon. Dan ILAAdengan diarahkan ke susu
kanan atas, dan kalimat HA diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah adapun ini untuk menutup
pintu syetan yang datang dari arah kanan. Dan ILLALLAH diarahkan ke susu kiri yang bagian atas
serta bawahnya, hal ini untuk menutup pintu syetan yang datangnya dari arah kiri, namun
lapadzjalalah yaitu lapadz ALLAAHnya diarahkan dengan agak keras ke susu kiri bagian bawah
sekitar dua jari, karena disanalah letaknya jantung atau hati (keras bagaikan batu) sebagaimana
pendapat Imam Al-ghozali.
Syarat berdzikir menurut para Ulama Tasawuf:
1. Dengan berwudlu sempurna
2. Dengan suara kuat/ keras
3. Dengan pukulan yang tepat ke hati sanubari

MANA YANG PALING UTAMA, DZIKIR KERAS (JAHAR) ATAU DZIKIR HATI (KHOFI)?

Dalam kitab ulfatu mutabarikin dan kitab makanatu Adz-dzikri bahwasanya Rosul pernah bersabda:
sebaik-baik dzikir adalah dalam hati. Dalam kitab tersebut dijelaskan hal itu bagi orang yang telah
mencapai kelembutan bersama Allah, hati bersih dari penyakit, hati yang sudah lembut. Sedangkan
dzikir keras itu lebih utama bagi orang yang hatinya keras bagaikan batu, sehingga sulit untuk tunduk
pada perintah Allah karena sudah dikuasai oleh nafsunya.
Dalam kitab Miftahu Ash-Shudur karya Sulthon Auliya As-Sayyid Asy-Syekh Al-Alamah Al-Arif billah
Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul Arifin r.a. bahwa Sulthon Awliya As-Sayyid Syekh Abu AMawahib Asy-Syadzili r.a. berkata: Para ulama toriqoh berbeda pendapat tentang mana yang
lebih utama, apakah dzikir sir (hati) atau dzikir jahar (keras), menurut pendapat saya bahwa
dzikir jahar lebih utama bagi pendzikir tingkat pemula (bidayah) yang memang hanya dapat
meraih dampak dzikir dengan suara keras dan bahwa dzikir sir (pelan) lebih utama bagi
pendzikir tingkat akhir (nihayah) yang telah meraih Al-Jamiyyah (keteguhan hati kepada

Allah) .

Imam Bukhori, dalam kitab Sahihnya bab dzikir setelah salat fardlu, berkata: Ishaq ibnu Nasr
memberitahu kami, dia berkataAmru memberitahu saya bahwa Abu Mabad, pelayan Ibnu Abbas,
semoga Allah meridloi keduanya, memberitahu Ibnu Abbas bahwa Mengeraskan suara dalam
berdzikir ketika jamaah selesai dan shalat fardlu sudah biasa dilakukan pada masa Nabi
Muhammad. Ibnu Abbas berkata: Aku tahu hal itu, saat mereka selesai shalat karena aku
mendengarnya. Sayyid Ahmad Qusyayi. Q.s., berkata: inilah dalil keutamaan dzikir keras (jahar)
yang didengar orang lain, dengan demikian ia membuat orang lain berdzikir kepada Allah dengan
dzikirnya kepada Allah.

DZIKIR KERAS MERESAHKAN?

Dzikir keras tidak akan meresahkan atau mengganggu orang yang hatinya penuh dengan cinta
kepada Allah. Dengan terdengarnya dzikir menjadi magnet (daya tarik) yang kuat bagi orang yang
beriman, bahkan menjadi kenikmatan tersendiri. Sebagaimana firman Allah dalam Al-quran QS.AlAnfal ayat 2 :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya
dan mereka hanyakepada Allah saja berserah diri .

ALLAH TIDAK TULI

Ada anekdot dari seorang Ulama Tasawuf pengamal thoriqoh: suatu hari ada dialog antara mahasiswi
dan ulama tasawuf. Mahasiswi bertanya: Pak Kiai, kenapa dzikir mesti keras (jahar) padahal Allah itu
tidak tuli?. Ulama Tasawuf menjawab dengan membalikan pertanyaan: yang bisa kena sifat tuli itu
yang memiliki telinga atau tidak?. Mahasiswi menjawab: iya yang punya telinga. Ulama Tasawuf
kembali bertanya: Kalau Allah punya telinga tidak?. Mahasiswi menjawab: tidak punya. Ulama
tasawuf kembali bertanya lagi: apakah dengan suara keras makhluk akan merusak pendengaran
Allah?. Mahasiswi menjawab: tidak Pak Kiai.
Selanjutnya Ulama Tasawuf mengatakan: oleh sebab itu istighfarlah dan bersyahadatlah dengan
baik, bagaimanapun Allah tidak akan tuli dan tidak akan rusak pendengaran-Nya oleh suara kerasnya
makhluk. Bagi-Nya suara keras maupun pelan terdengar oleh Allah sama. Hanya saja, hati manusia
yang tuli akan perintah Allah. Jadi, dzikir keras bukan untuk Allah dan bukan ingin didengar oleh Allah
karena Allah sudah tahu. Tapi tujuan dzikir keras itu diarahkan untuk hati yang tuli kepada Allah yang
keras bagaikan batu sedangkan kita tahu batu itu tidak akan hancur kecuali dengan pukulan yang
kuat, begitupun hati yang keras bagaikan batu tidak akan hancur kecuali dengan suara pukulan dzikir
yang kuat. Jadi, Allah tidak butuh akan dzikir kita, sebaliknya kitalah yang butuh akan dzikir kepada
Allah supaya hati menjadi lembut, bersih dan marifat kepada Allah.

Wallahualam bishowab. (dai kembar)

AYAH BUNDA RASULULLAH DI SURGA





Dakwaan
Diantara dalil golongan yang menyatakan orang tua Nabi masuk neraka adalah hadits riwayat Imam
Muslim dari Hammad :

Bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Ya, Rasulullah, dimana keberadaan
ayahku ?, Rasulullah menjawab : dia di neraka maka ketika orang tersebut hendak beranjak,
Rasulullah memanggilnya seraya berkata sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka .
Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad perawi Hadits di atas diragukan oleh para ahli hadits
dan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya
seperti riwayat Mamar dari Anas, al-Baihaqi dari Saad bin Abi Waqosh :

Sesungguhnya Arobi berkata kepada Rasulullah SAW dimana ayahku ?, Rasulullah
SAW menjawab : dia di neraka, si Arobi pun bertanya kembali dimana AyahMu ?, Rasulullah pun
menawab sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan
neraka
Riwayat di atas tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka. Mamar dan Baihaqi disepakati oleh ahli
hadits lebih kuat dari Hammad, sehingga riwayat Mamar dan Baihaqi harus didahulukan dari riwayat
Hammad. Dalil mereka yang lain hadits yang berbunyi :

Demi Allah, bagaimana keadaan orang tuaku ?
Kemudian turun ayat yang berbunyi :
( : )

Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita

gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang
penghuni-penghuni neraka. (QS. al-Baqarah : 119)

Jawaban
Ayat itu tidak tepat untuk kedua orang tua Nabi karena ayat sebelum dan sesudahnya berkaitan
dengan ahlul kitab, yaitu :

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah
janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus
takut (tunduk)(QS. Al-Baqarah : 40)
sampai ayat 124 :

dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dengan larangan),
lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman : "sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi
seluruh manusia ". Ibrahim berkata : "(dan saya mohon juga) dari keturunanku ". Allah berfirman :
"janjiku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
Semua ayat-ayat itu menceritakan ahli kitab (yahudi). (QS. Al-Baqarah : 124)
Bantahan di atas juga diperkuat dengan firman Allah SWT :
( : )
dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (QS. Al-Isra` : 15)

Kedua orang tua Nabi wafat pada zaman fatharah (kekosongan dari seorang Nabi/Rasul). Berarti
keduanya dinyatakan selamat. Imam Fakhrurrozi menyatakan bahwa semua orang tua para Nabi
muslim. Dengan dasar berikut :
Al-Quran surat As-Syuara : 218-219 :
*
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perobahan gerak
badanmu di antara orang-orang yang sujud.

Sebagian Ulama mentafsiri ayat di atas bahwa cahaya Nabi berpindah dari orang yang ahli sujud
(muslim) ke orang yang ahli sujud lainnya. Adapun Azar yang secara jelas mati kafir, sebagian ulama
menyatakan bukanlah bapak Nabi Ibrohim yang sebenarnya tetapi dia adalah bapak asuhnya dan
juga pamannya.
Hadits Nabi SAW :
( )
aku (Muhammad SAW) selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim
perempuan yang suci pula
Jelas sekali Rasulullah SAW menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang beliau adalah orang-

orang yang suci bukan orang-orang musyrik karena mereka dinyatakan najis dalam Al-Quran. Allah
SWT berfirman :


Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis

Nama ayah Nabi Abdullah, cukup membuktikan bahwa beliau beriman kepada Allah bukan
penyembah berhala
Imam Muslim dan Imam Turmudzi meriwayatkan hadits yang telah mereka sahihkan dari
Watsilah bin Asqa RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:


Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail dari turunan Ibrahim dan memilih Kinanah dari turunan
Ismail dan memilih Quraisy dari turunan Kinanah dan memilih Bani Hasyim dari turunan Quraisy dan
memilih Aku dari turunan Bani Hasyim.

Bahkan dari hadits ini Syekh Ibn Taimiyah berkata : Ketentuan hadits di atas menunjukkan bahwa
Ismail dan turunannya adalah orang-orang pilihan dari keturunan Ibrahim.
Imam Turmudzi meriwayatkan hadits dan menganggapnya Hasan dari Abbas bin
Abdulmuttholib RA bahwa Nabi SAW bersabda:

Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk dan menjadikan Aku dari golongan yang paling baik
kemudian Allah memilih suku dan menjadikan Aku dari suku yang terbaik kemudian memilih rumah
dan menjadikan dalam rumah terbaik mereka. Maka Aku adalah yang paling baik jiwanya dan paling
baik rumahnya.

Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitabnya Dalailun Nubuwwah dari Anas RA bahwa
Rasulullah SAW bersabda:

.

Aku adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin
Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Gholib bin Fihr bin Malik bin Al-Nadlr bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlor bin Nizar bin Mad bin Adnan. Dan tidaklah terpisah
golongan manusia kecuali Allah telah menjadikan aku dalam yang terbaik dari dua golongan tersebut.
Maka aku dilahirkan dari kedua orang tuaku dan tidak mengenaiku sesuatupun dari kebejatan
jahiliyah. Dan aku lahir dari pernikahan dan tidaklah aku lahir dari perzinaan dari mulai Nabi Adam
sampai pada ayah ibuku. Maka aku adalah yang terbaik dari kalian dari sisi nasab dan orang tua.
Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang menjelaskan tentang orang-orang tua Nabi SAW.
Bahwa mereka adalah pilihan Allah SWT. Tidakkah anda melihat kalimat
( sesungguhnya Allah memilih) apakah Allah akan memilih orang kafir sedangkan di sana
ada orang yang beriman? Apakah Allah memilih penduduk neraka jika di sana ada penduduk surga?

Padahal orang tua Nabi adalah orang-orang pilihan!

Imam Suyuthi berkata dalam kitabnya Masalikul Hunafa



.



:
*
( :)
Jika si pendebat itu seorang pelajar hadits yang tidak memahami fiqh, maka bilang padanya: Para
salaf terdahulu berkata. ahli hadits yang tak mengerti fiqh layakmya penjual obat yang bukan dokter,
dia punya obat namun tak tahu kegunaan obat itu. Sebaliknya ahli fiqh yang tak memahami hadis
ibarat dokter yang tidak punya obat. Ia mengerti betul kegunaan obat tapi tak memilikinya.
Sedangkan saya, Alhamdulillah, telah menguasai beragam ilmu : hadits, fiqh, usul fiqh, dan ilmu-ilmu
bahasa Arab, ilmu maani, bayan dan lain-lain. Aku tahu bagaimana harus bicara, bagaimana
mengutip dalil, dan bagaimana menarjih dalil. Sedangkan engkau-semoga Allah memberikan taufiqNya padamu dan padaku- belum layak untuk hal seperti itu.
Engkau kurang menguasai fiqh, usul fiqh, juga ilmu-ilmu alat (bahasa arab). Bicara hadits dan
mengambil dalil bukanlah hal yang remeh. Bagi yang belum menguasai ilmu-ilmu yang telah kusebut
di atas, dilarang membicarakan ini (keimanan ayah bunda baginda Rasul). Cukuplah kau bahas ilmu
yang diberikan Allah kepadamu. Bila kau ditanya mengenai suatu hadis, cukuplah katakan, Ini warid
ini tidak, hadis itu disahihkan para ahli hadis, dinilai hasan, atau dhaif. Tak patut bagimu melampaui
semua itu. Serahkanlah yang lain pada ahlinya.
Jangan kau anggap kemuliaan itu sebutir kurma yang tinggal kau makan. Tak kan kau capai
kemuliaan itu sebelum kau kecap obat yang pahit
(Masalikul hunafa hal. 67)
Syaikh al-Qhadhi salah seorang Imam dari Madzhab Malikiyyah pernah ditanya tentang bahwa orang
tua Nabi Saw berada di neraka. Maka beliau menjawab
MALUN (terlaknat org itu) karena Allah Swt berfirman :


Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknat mereka di dunia
dan di akherat dan menyiapkan untuk mereka adzab yang hina (QS. al-Ahzab : 57)
Adakah yang lebih menyakiti hati Rasulullah Saw dari mengatakan bahwa orangtua Rasul Saw
berada di neraka ?
Nabi Saw melarang membicarakan jelek kepada orang yang sudah mati dan memeintahkan menutup
lisan jika jika sahabat dipermasalahkan, maka menjaga lisan dari mempermasalahkna orantua Nabi
Saw lebih berhak.

Renugkanlah kisah dibawah ini, bahwasanya seoarang pembantu Rasul yang bernama Barkah
pernah meminum air kencing Rasul Saw yg ada di dalam bejana. Kemudian Nabi Saw
menanyakannya Manakah air yg ada di dalam bejana ini ? Barkah menjawab Aku minum wahai
Rasul Rasul Saw bersabda Jika demikian perutmu tidak disentuh oleh api neraka.
Kemudian pernah Ibnu Zubair diperintahkan oleh Rasul Saw membuang darah bekas cantuk Rasul
Saw. Namun Ibnu Zubair malah meminum darah tersebut. Ketika ditanya oleh Rasul Saw Sudahkah
kau buang darah bekas cantukku wahai Ibnu Zubair ? sudah wahai Rasul Rasul bertanya Di mana
? ia menjawab Dalam perutku. Rasul Saw bersabda Barangsiapa yangg darahnya bercampur
dengan darahku, maka ia tidak akan masuk neraka.
Kisah kisah ini disebutkan dalam Hadist-Hadist shohih yg diriwayatkan Daru Quthni.
Dari kisah ini menunjukkan bahwa hukum kelebihan dalam tubuh Nabi Saw adalah suci, tidak najis
karena Rasul tdk memerintahkan Barkah dan Ibnu Zubair untuk menyuci mulutnya. Dan hal ini juga
menunjukkan bahwa satu tetes dari kelebihan tubuh Nabi Saw yang masuk ke dalam perut orang lain
dapat menyelamatkannya dari api nereka. Lalu bagaimana dengan seseoang yg darah dan daging
Nabi Saw berasal darinya ?

Berkata syaikhul Islam Ibn Taimiyah dlm mustholahul hadis (11/676)


,
. . - -.

Menurut jumhur salaf dan khalaf, perbuatan dan kebiasaan orang-orang sebelum datangnya
Rasulullah dari pada syirik dan jahiliyah itu jelek sekali, tetapi tidak berhak diadzab kecuali setelah
datangnya Rasulullah. hingga perkataannya- Ini pendapatnya Ulama salaf dan kebanyakan orang
muslim, sesuai dengan al-Quran dn Hadist yang menerangkan bahwa orang kafir itu keji dan buruk
sekali walaupun sebelum kedatangan seorang Rasul mereka tidak berhak untk diadzab.
Subhanallah.
Hanya dengan berpegang pada sebuah hadits riwayat Muslim saudara wahabi -semoga Allah
membuka hatinya- dengan tegas mengatakan, kalian mengaku Ahlussunnah tetapi tidak percaya apa
yang dikatakan dan diakui Rasul sendiri. Bukan kami tidak percaya wahai saudara wahabi, tetapi
karena kami tahu mana yang sebenarnya dan mana yang bukan, kami adalah hamba dhaif yang tidak
mengerti apa-apa jika tidak ada HIDAYAH dari Allah dan IRSYAD dari guru-guru kami yang mulia.
Akhirnya,
Ya Allah... dengan berkat Rasul Mushtafa, dengan berkat Khulafaurrasyidin, dengan berkat Seluruh
Shahabat, dengan berkat Imam Mujtahid, dengan berkat Auliya dan Ulama berilah hidayah dan
petunjuk kepada kami dalam menegakkan Sunnah sesuai dengan tuntutan Rasulullah yang
berkesinambungan melalui "lidah" Shahabat, Tabi'in, Tabi' Tabi'in, Ulama Mutaqaddimin dan Mutaakh-khirin dan Guru-guru kami yang masih senantiasa ikhlas memberi ilmu kepada kami. Amin Ya
Rabbal 'alamin.
wallahua'lam bish-shawab

Author :Mohamad Tabrani Jumberi

al-Quranul Karim

al-Quranul Karim
oleh : H. Aboebakar
Ditengah sahara lingkungan gurun
Dibalik gunung batu bertjelah
Disanalah engkau mulai turun
Sebagai mu'djizat kalamullah
Engkau membawa suluh Tuhan
Didalam gelap pantjaroba
Engkau memadamkan perbantahan
Meletakkan dasar kasih dan iba
Sinarmu mendjerami bukit dan alas
Segenap Asia ! Seluruh buana !
Dibawah arus iman ichlas
Ketimur kebarat, daksina paskina
Kini meskipun dipadang pasir
Atau dibawah pohon kelapa
Batjaanmu berombak selalu berdesir
Menggetarkan djiwa umat Mustafa
Sadjak gubahan sukar ditiru
Isi tersirat dibalik faham
Irama membuat hati terharu
Mengharu pikiran menjentuh rasa
Menghidupkan roh semangat jang mati
Engkau memimpin senantiasa
Membawa tuntunan Rabbul 'Izzati
Ingin, Engkau dimasa tjobaan
Dikala was-was bertjemas diri
Meneguhkan iman dengan batjaan
Menggerakkan roh zaman bahari

Dikutip dari buku : Sedjarah Al-Quran


Oleh : H. Aboebakar (Meulaboeh Atjeh)
Cetakan : IV
Penerbit : Sinar - Bupemi. Surabaja - Malang. 1956
Harga : Rp. 24,20

Wajib, Jaiz dan Mustahil Pada Akal


Wajib, Jaiz dan Mustahil Pada Akal
Untuk mengetahui i'tiqad lima puluh, harus diketahui terlebih dahulu wajib (pada akal), mustahil (pada
akal) dan jaiz (pada akal). Karena itu mengetahui wajib, mustahil dan jaiz hukumnya juga wajib

berdasarkan qaedah sesuatu yang terhenti atasnya wajib (pada syara)


maka sesuatu tersebut juga wajib (pada syara)
Wajib (pada akal) adalah sesuatu yang tidak diterima oleh akal ketiadaannya, seperti mengambil
tempat kosong bagi sebuah jirm (ex: pohon, batu dll). Akal tidak menerima jika sebuah jirm tidak
mengambil tempat yang kosong, artinya ia berada pada tempat jirm lain seperti batu A menempati
tempat batu B. Akal tidak akan menerima ini, bahwa batu A menempati sebuah tempat yang telah
ditempati batu B. Jika batu A berada diatas batu B, maka dikatakan batu A menempati tempat di atas
batu B bukan pada tempat yang ditempati batu B. Jadi wajib pada akal sebuah jirm menempati
tempat yang kosong.
Mustahil (pada akal) adalah sesuatu yang tidak diterima oleh akal wujud adanya, seperti seseorang
tidak ada padanya gerak dan diam pada detik yang sama. Akal tidak menerima adanya (ada pada
seseorang tidak bergerak dan tidak diam dalam satu waktu).
Jaiz (pada akal) adalah sesuatu yang dapat diterima oleh akal ada dan tiadanya, seperti ada dan
tiada anak bagi zaid. Akal menerima bahwa zaid mempunyai anak, dan akal juga menerima bahwa
zaid tidak mempunyai anak.
Perlu diperhatikan bahwa wajib pada syara (agama) berbeda dengan wajib pada akal. Wajib pada
syara, seperti wajib terhadap muslim shalat lima waktu, arti wajib disini adalah wajib pada syara
yaitu mendapat fahala jika dekerjakan dan mendapat dosa jika ditinggalkan. Kalimat wajib yang
dimaksudkan dalam pembahasan selanjutnya adalah wajib pada akal, bukan wajib pada syara.
Wallahu alam.

Das könnte Ihnen auch gefallen