Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
EPIDURAL HEMATOM
Oleh
Dian Hadi Purnamasari
Pembimbing:
dr. Anita Fadhilah
dr. Ricky Septafianty
2015
Data Pasien
Nama
: An. RAP
Tgl lahir
: 26/6/2007 (8 tahun)
RM
: 175119
Jenis Kel
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
Tinggi badan
: estimasi 120 cm
Berat badan
: estimasi 20 kg
PRIMARY SURVEY
Mode of injury: pasien pejalan kaki ditabrak sepeda motor. Penurunan kesadaran +,
riw kejang + 1x, muntah Jam kejadian 14.00
Jam datang 22.16
A: patent (sudah terpasang mayo+simple mask)
B: spontan RR 22/menit, simetris
C: N 100/menit, reguler, kuat. TD 110/78 mmHg
D: AVPU GCS 215 pupil anisokor 4/3 RP +/+
E: R. temporoparietal D cephal hematom
Assesment sementara: COB
Planning:
Pertahankan mayo
O2 NRM 12 lpm
IVFD PD 10 tpm
Pro CT scan kepala
SECONDARY SURVEY
Anamnesis
RPS/Kronologis:
-
Pasien pejalan kaki ditabrak sepeda motor pk 14.00 (26/6/2015), pingsan < 5
menit di lokasi kejadian, lalu sadar dan dibawa pulang
Pasien dibawa ke RS Fatimah Bwi pk 15.00 dalam kondisi masih sadar penuh
(GCS 456)
Pk 15.30 pasien kejang, seluruh tubuh, <5 menit, segera diberikan Diazepam A
(IV)
Pk 16.00 pasien GCS 112, diberikan obat tambahan Kutoin 3 A dalam 100 cc PZ
dan Piracetam 1 gram (IV)
Pasien tiba di UGD RS Jember Klinik pk 22.16 dgn GCS 215 muntah -, kejang -
RPD/RPK
RPO
Pk 15.30: Diazepam A IV
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran
: GCS 215
TTV
: TD 110/70
N 60/menit
Kepala
RR 22/menit
Tax 37,4
Mata
Leher/spine
: dbn
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
: hangat. Edem -
Status Neurologis :
Kesadaran
N.cranialis III
Sensorik
: sulit dievaluasi
Motorik
: GCS 2-1-5
KO sde sde
TO +N +
RF B sde
RP H -
sde sde
+N +
T sde
T -
K+ +
B -
A+ +
C -
O -
Autonom
: sulit dievaluasi
Kesimpulan: EDH pada temporo parietal D, tebal 2,53 cm pada 8 irisan, estimasi
volume 60cc, menyebabkan midline shift ke S sebesar 1,1cm, tampak edema serebri,
tak tampak fraktur basis cranii
Penunjang: Hasil laboratorium
Diagnosis klinis
COB - Epidural hematom temporoparietal D
Clinical Pathway COB
Planning
Persiapan operasi
KIE dan PTM keluarga pasien
hubungi tim OK
Laporan Operasi
Perdarahan
Sudah dilakukan pemasangan drain untuk mengevaluasi perdarahan post op
Infeksi
Sudah diberikan antibiotik spektrum luas pada pasien untuk profilaksis infeksi
Resiko mortalitas
Dilakukan follow up, observasi, dan perawatan khusus pada pasien di ruang postop / ICU
Sequele
Memberi penjelasan pada keluarga tentang sequele yang bisa terjadi pada pasien
sehingga tidak menimbulkan perdebatan di kemudian hari
Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia
Ad sanationam
: dubia
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibanding perempuan dengan perbandingan 4:1.
III.
Etiologi
Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa
Anatomi Otak
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya, tanpa perlindungan ini, otak yang lembut yang membuat kita
seperti adanya, akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan.
Selain itu, sekali neuron rusak, tidak dapat diperbaiki lagi. Cedera kepala
dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang. Sebagian masalah
merupakan akibat langsung dari cedera kepala. Efek-efek ini harus dihindari
dan ditemukan secepatnya dari tim medis untuk menghindari rangkaian
kejadian yang menimbulkan gangguan mental dan fisik dan bahkan kematian.
Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan
fibrosa, padat dapat digerakkan dengan bebas, yang memebantu menyerap
kekuatan trauma eksternal. Di antar kulit dan galea terdapat suatu lapisan
lemak dan lapisan membrane dalam yang mngandung pembuluh-pembuluh
besar. Bila robek pembuluh ini sukar mengadakan vasokontriksi dan dapat
menyebabkan kehilangan darah yang berarti pada penderita dengan laserasi
pada kulit kepala. Tepat di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang
mengandung vena emisaria dan diploika. Pembuluh-pembuluh ini dapat
membawa infeksi dari kulit kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, yang jelas
Patofisiologi
Pada EDH, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan
durameter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah
satu cabang arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila
fraktur tulang tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi
di daerah frontal atau oksipital.
Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen
spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os
temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan
oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala
sehingga hematom bertambah besar.
Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan
pada lobus temporalis otak ke arah bawah dan dalam. Tekanan ini
menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi di bawah pinggiran
tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang
dapat dikenal oleh tim medis. Tekanan dari herniasi unkus pada sirkulasi
arteria
yang
mengurus
formation
retikularis
di
medulla
oblongata
Sumber perdarahan :
Sinus duramatis
Diploe (lubang yang mengisi kalvaria kranii) yang berisi arteri diploica
dan vena diploica
VI.
Gambaran klinis
Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara
Bingung
Penglihatan kabur
Susah bicara
Mual
Pusing
Berkeringat
Pucat
Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese
atau serangan epilepsi fokal. Pada perjalananya, pelebaran pupil akan
mencapai maksimal dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif menjadi
negatif. Inilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial. Terjadi pula kenaikan
tekanan darah dan bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun sampai
koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya
kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda
kematian.
VII.
Gambaran radiologi
Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan intrakranial akibat trauma kepala
Penatalaksanaan
Penanganan darurat :
Terapi medikamentosa
1. Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital
Usahakan agar jalan nafas selalu babas, bersihkan lendir dan darah yang
dapat menghalangi aliran udara pemafasan. Bila perlu dipasang pipa
naso/orofaringeal dan pemberian oksigen. Infus dipasang terutama untuk
membuka jalur intravena : guna-kan cairan NaC10,9% atau Dextrose in
saline.
2. Mengurangi edema otak
a. Hiperventilasi
Bertujuan untuk menurunkan paCO2 darah sehingga mencegah vasodilatasi
pembuluh darah. Selain itu suplai oksigen yang terjaga dapat membantu
menekan metabolisme anaerob, sehingga dapat mengurangi kemungkinan
asidosis. Bila dapat diperiksa, paO2 dipertahankan > 100 mmHg dan paCO2
diantara 25-30 mmHg.
b. Cairan hiperosmoler
Umumnya digunakan cairan Manitol 10-20% per infus untuk menarik air dari
ruang intersel ke dalam ruang intra-vaskular untuk kemudian dikeluarkan
dapat
dicoba
diberikan
kembali
tidak/kurang
ber-manfaat
pada
kasus
cedera
kepala.
otak.
Dosis
parenteral
yang
pernah
dicoba
juga
bervariasi:
Dexametason pernah dicoba dengan dosis sampai 100 mg bolus yang diikuti
dengan 4 dd 4 mg. Selain itu juga Metilprednisolon pernah digunakan dengan
dosis 6 dd 15 mg dan Triamsinolon dengan dosis 6 dd 10 mg.
d. Barbiturat
Digunakan untuk membius pasien sehingga metabolisme otak dapat ditekan
serendah mungkin, akibatnya kebutuhan oksigen juga akan menurun; karena
kebutuhan yang rendah, otak relatif lebih terlindung dari kemungkinan
kemsakan akibat hipoksi, walaupun suplai oksigen berkurang. Cara ini hanya
dapat digunakan dengan pengawasan yang ketat.
e. Cara lain
Pala 24-48 jam pertama, pemberian cairan dibatasi sampai 1500-2000 ml/24
jam agar tidak memperberat edema jaringan. Ada laporan yang menyatakan
bahwa posisi tidur dengan kepala (dan leher) yang diangkat 30 akan
menurunkan tekanan intrakranial. Posisi tidur yang dianjurkan, terutama pada
pasien yang berbaring lama, ialah kepala dan leher diangkat 30. sendi lutut
senyawa
mirip
piridoksin
(vitamin
B6)
yang
dikatakan
EDH dan SDH ketebalan lebih dari 5 mm dan pergeseran garis tengah
dengan GCS 8 atau kurang
Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan
untuk fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka
Sedangkan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :
Penurunan klinis
Perawatan Pascabedah
Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan seperti biasanya.
Jahitan dibuka pada hari ke 5-7. Tindakan pemasangan fragmen tulang atau
kranioplasti dianjurkan dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian. Perawatan
luka dan pencegahan dekubitus pada pasien post operasi harus mulai
diperhatikan sejak dini.
CT scan kontrol diperlukan apabila post operasi kesadaran tidak membaik dan
untuk menilai apakah masih terjadi hematom lainnya yang timbul kemudian.
X.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada :
Besarnya
PEMBAHASAN
Subyektif
Pasien pejalan kaki ditabrak sepeda motor, kepala terbentur aspal, sempat
pingsan kemudian sadar, lalu mengalami penurunan kesadaran lucid
interval. Ada pula kejang 1x tipe tonik klonik. Kasus cedera kepala demikian
perlu diwaspadai adanya perdarahan intracranial.
Obyektif
Dari pemeriksaan fisik yang menunjang diagnosis:
-
ditemukan midline shift ke S sejauh 1,1 cm. Tampak edem serebri. Tidak
ditemukan fraktur basis kranii.
Assessment
Kejadian diawali dengan terbenturnya kepala pasien ke aspal. Gaya yang
menghantam dengan mekanisme coup ini disalurkan melalui scalp tabula
ekstena diploe tabula interna. Proses peregangan akibat benturan yang
keras tak terkompensasi sehingga menimbulkan cedera. Walaupun pada foto
skull dan CT scan tak tampak fraktur pada kalvaria, tidak menutup
kemungkinan cedera terjadi pada vasa. Menurut area yang terbentur,
kemungkinan paling besar yang robek adalah arteri meningea media. Pingsan
pertama adalah efek dari trauma primer pada kepala. Lucid interval terjadi
karena masih ada periode kompensasi keseimbangan TIK sehingga pasien
sempat sadar penuh setelah pingsan. Dilanjutkan dengan penurunan
kesadaran yang menunjukkan tanda dekompensasi TIK. Tanda lain pada
pasien ini yang menunjukkan peningkatan TIK yaitu respon cushing, yang
merupakan trias dari hipertensi, bradikardi, dan gangguan pola napas. Pasien
juga sempat kejang 1x tanda kenaikan TIK.
Secara klinis, diagnosa EDH dapat ditegakkan dengan adanya trias EDH:
-
3mm
Hemiparese kontralateral tonus otot ekstremitas kiri lebih lemah
dibanding yang kanan. Pemeriksaan sensorik serta motoric aktif sulit
dilakukan terkait kondisi/ GCS pasien
Secara radiologis, pada foto skull AP/lat tidak ditemukan gambaran yang
berarti patologis. Sementara pada CT scan ditemukan gambaran bikonveks
hematom/clot terkumpul antara pericranium tabula interna dengan duramater,
Planning Terapi
Terapi operatif dilakukan untuk life saving dan functional saving. Indikasi
operasi pada EDH terpenuhi:
-
menurunkan TIK
Piracetam 1 gram IV sebagai agent neurotropic mencegah
asam lambung
Antrain 500mg IV sebagai analgetik
Broadced 1 gram IV sebagai antibiotik profilaksis pre-op
hyperosmolar
untuk
membantu
canul)
Nutrisi per sonde/NGT
Perawatan luka post op, hygiene drain, serta perawatan pencegahan
decubitus
Kasih sayang dan perhatian keluarga
Planning Edukasi
Dilakukan kepada keluarga pasien agar mengerti kondisi pasien, serta
diharapkan untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan. Proses
recovery post-op tentunya tidak instan terkait cedera kepala yang dialami
pasien. Selain itu resiko terjadinya sequele seperti gangguan kognitif,
psikomotor, maupun afektif juga perlu diinformasikan sejak awal agar
keluarga tidak kecewa di kemudian hari
Planning konsultasi
Dijelaskan secara rasional perlunya kontrol berkala ke spesialis bedah saraf
untuk menilai perkembangan terapi, angkat jahitan post op (idealnya 5-7 hari
post op), serta menentukan kapan dilakukannya kranioplasti (ideanya 6-8
minggu post trepanasi). Selain itu dianjurkan konsultasi ke bagian rehab
medik untuk pengembalian fungsi motorik, fungsi wicara, fungsi social, terapi
okupasi dan lain sebagainya supaya pasien memperoleh derajat kesembuhan
seoptimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Cedera Kepala: Penatalaksanaan Fase Akut.
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/16PenatalaksanaanFaseAkut077.pd
f/16PenatalaksanaanFaseAkut077.html
Arif, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius: Jakarta.
Basuki, Endro, Sp.BS,dr; 2003, Materi Pelatihan GELS (General Emergency Life
Support). Tim Brigade Siaga Bencana (BSB): Jogjakarta.
Gershon, A. 2005. Subarachnoid Hematoma. www.emedicine.com
Harsono, 2000. Kapita Selekta Neurologi. Jogjakarta: Gajah Mada University Press.
McDonald, D.K. 2006. Epidural Hematoma. www.emedicine.com
Morales, D. 2005. Brain Contusion. www.emedicine.com