Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Data
World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010 menyebutkan bahwa kanker
merupakan penyebab kematian nomor 2 (dua) setelah penyakit kardiovaskuler. Pada tahun 2012,
sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Lebih dari 60% kasus baru dan sekitar 70%
kematian akibat kanker di dunia setiap tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan
Selatan. Diperkirakan kasus kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta pada 2012 menjadi 22
juta dalam dua dekade berikutnya.1
Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia
pada tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I. Yogyakarta
memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 4,1%. Berdasarkan estimasi
jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi
dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang.2
Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita. Ada sekitar
1,38 juta kasus baru dan 458.000 kematian karena kanker payudara per tahun. Data WHO tahun
2014, insiden kanker payudara di Indonesia sekitar 48,9 % dengan angka mortalitas 21,4%. Hal
ini menempatkan kanker payudara sebagai keganasan nomor satu dengan angka morbiditas dan
mortalitas paling tinggi dari semua keganasan yang terjadi pada wanita di Indonesia.3
Kanker payudara merupakan penyakit yang bersifat ganas dimana sel payudara
mengalami proliferasi, diferensiasi abnormal dan tumbuh secara autonom yang menyebabkan
infiltrasi ke jaringan sekitar kemudian merusak serta menyebar ke bagian tubuh yang lain. Efusi
pleura merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada kasus kanker payudara,
khususnya pada wanita (40%).4,5
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh
penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang
menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian
akibat kanker masih dapat dicegah. Kanker pada dasarnya berkembang sangat lambat dalam
waktu belasan, bahkan puluhan tahun. Namun, efek atau gejala yang bisa dirasakan atau dilihat
pengidapnya baru muncul setelah ia mengalami perkembangan cukup luas dan tidak bisa
dihentikan dengan cara-cara sederhana. Kemajuan dalam bidang terapi dan diagnostik
memberikan dampak dalam penemuan dini terhadap penyakit kanker terutama kanker payudara.
Namun yang paling penting dari semua kemajuan teknologi yang ada adalah bagaimana seorang
wanita mampu menyadari adanya perubahan awal dari organ tubuhnya sehingga kanker payudara
dapat diidentifikasi sejak dini sebelum memasuki stadium lanjut.6-7
Berdasarkan hal di atas maka upaya perlu peningkatan upaya pelayanan kesehatan,
khususnya di rumah sakit karena jumlah yang sakit terus-menerus meningkat, terlebih
menyangkut golongan umur produktif. Informasi tentang faktor-faktor ketahanan hidup
memberikan manfaat yang besar. Bukan hanya untuk peningkatan penanganan penderita kanker
payudara, tapi juga untuk memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat tentang kanker
payudara dan perkembangan serta prognosis penyakit tersebut di masa mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Payudara
1. Anatomi payudara6-7
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang tertutup
kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot pektoralis mayor dan
melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara
bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah
glandular aktual.
Glandula mammae terletak di antara lapisan superficial dan lapissan profunda dari
fasia superficial subkutis. Serabut lapisan superficial fasia superficial dan glandula
mammae dihubungkan dengan jaringan serabut pengikat, yang disebut dengan
ligamentum cooper mammae. Posterior dari glandula mammae adalah lapisan profunda
fasia superficial subkutis, di anterio fasia m. pektoralis mayor terdapat struktur yang
longgar, disebut dengan celah posterior glandula mammae, maka glandula mammae dapat
digerakan bebas di atas permukaan otot pektoralis mayor.
Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 25 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus
laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus (ampula). Lobus-lobus
dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen suspensorium cooper (berkas
jaringan ikat fibrosa). Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap
lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli
sekretori. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1 cm
sampai 2 cm untuk membentuk aerola.
Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang merupakan
cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks.
Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju
vena kava superior.
Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti kelenjar vena mammae
terutama berjalan mengikuti kelenjar mamae, drainasenya terutama melalui bagian lateral
dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris, bagian medial masuk ke kelenjar limfe
mamaria interna. Perlu diperhatikan bahwa drainase limfe kelenjar mammae tidak
memiliki batasan absolute, ditambah lagi terdapat anastomosis di antara mereka, limfe di
bagian medial dapat mengalir ke kelenjar limfe fosa aksilaris, bagian lateral dapat
mengalir ke kelenjar limfe mamaria interna.
Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi interkostal ke 2-6 dan 3-4 rami dari pleksus
servikalis. Nervus torakalis lateralis, kira-kira di medial m. pektoralis minor melintasi
anterior vena aksilaris berjalan ke bawah masuk ke permukaan dalam muskulus
pektoralis mayor. Nerfus toraakalis medialis terletak kira-kira 1 cm lateral dari nervus
torakalis lateralis, tidak melintasi vena aksilaris berjalan ke bawah masuk ke m.
pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Nerfus torakalis longus dari fleksus servikalis
menempel rapat pada dinding toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.
Nerfus torakalis dorsalis dari fleksus brachialis berjalan bersama pembuluh darah
subkapularis, mensarafi m. subkapularis, m. teres mayor.
2.
Histologi payudara8
Setiap kelenjar payudara terdiri atas 15-25 lobus dari jenis tubuloalveolar kompleks
yang berfungsi menyekresi air susu bagi neonatus. Setiap lobus, yang dipisahkan satu
sama lain oleh jaringan ikat padat dan banyak jaringan lemak, sesungguhnya merupakan
suatu kelenjar tersendiri dengan duktus ekskretorius laktiferusnya sendiri. Duktus ini,
dengan panjang 2-4,5 cm, bermuara pada papilla mammae, yang memiliki 15-25 muara,
masing-masing berdiameter 0,5 mm. Struktur histologi kelenjar payudara bervariasi
sesuai dengan jenis kelamin, usia, dan status fisiologis.
Sebelum pubertas, kelenjar payudara terdiri atas sinus laktiferus dan beberapa
cabang sinus ini, yakni duktus laktiferus. Pada wanita selama pubertas, payudara
membesar dan membentuk puting payudara yang mencolok. Pada pria, kelenjar payudara
akan tetap datar.
Pembesaran payudara selama pubertas terjadi akibat penimbunan jaringan lemak dan
jaringan ikat serta meningkatnya pertumbuhan dan percabangan duktus laktiferus akibat
bertambahnya jumlah estrogen ovarium. Sebuah lobus terdiri atas sejumlah duktus yang
bermuara ke dalam satu duktus terminal. Setiap lobus terdapat dalam jaringn ikat longgar.
Suatu jaringan ikat yang kurang padat dan kurang banyak mengandung sel, memisahkan
lobuslobus. Dekat dengan muara papilla mammae, duktus laktiferus menjadi lebar dan
membentuk sinus laktiferus. Sinus laktiferus dilapisi epitel berlapis gepeng pada muara
luarnya. Epitel ini berubah menjadi epitel berlapis silindris atau berlapis kuboid. Lapisan
duktus laktiferus dan duktus terminal, merupakan epitel selapis kuboid dan dibungkus
mioepitel yang berhimpitan. Jaringan ikat yang mengelilingi alveoli mengandung banyak
limfosit dan sel plasma. Populasi sel plasma bertambah nyata menjelang akhir kehamilan;
sel ini berfungsi mensekresi immunoglobulin (IgA sekretorik) yang memberikan
kekebalan pasif kepada neonatus.
Struktur histologi kelenjar ini mengalami sedikit perubahan selama siklus
menstruasi, misalnya proliferasi sel duktus di sekitar masa ovulasi. Perubahan ini
bertepatan dengan saat ketika kadar estrogen yang beredar mencapai puncaknya.
Bertambahnya cairan jaringan padat pada fase pra-menstruasi menambah besar payudara.
Papilla mammae (puting payudara) berbentuk kerucut dan warnanya bervariasi
antara merah muda, coklat muda atau coklat tua. Bagian luar papilla mammae ditutupi
epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang berhubungan langsung dengan kulit di
dekatnya. Kulit di sekitar puting susu membentuk areola mammae. Warna areola
mammae menjadi gelap selama kehamilan akibat akumulasi melanin setempat. Setelah
melahirkan, areola mammae agak memutih kembali namun jarang mencapai warna
aslinya. Epitel puting payudara berada di atas selapis jaringan ikat yang banyak
mengandung serabut otot polos. Serabut-serabut ini tersusun melingkari duktus laktiferus
yang lebih dalam dan tersusun sejajar terhadap duktus ini di tempat masuknya duktus
pada puting payudara. Puting payudara ini banyak dipersarafi oleh ujung saraf sensorik.
Setelah menopause, involusi kelenjar mammae ditandai dengan pengecilan ukuran
dan atrofi bagian sekresi dan sebagian duktusnya. Perubahan atrofi juga terjadi di
jaringan ikat.
3.
Fisiologi Payudara6-7
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.
Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas sampai
menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya
duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari
sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh
karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan
ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat
proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru.
Adanya sekresi hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus
Etiologi kanker mammae masih belum jelas, tapi data menunjukkan terdapat kaitan erat
dengan faktor berikut :
1) Riwayat keluarga dan gen terkait karsinoma mammae : Penelitian menemukan pada
wanita dengan
terkena
saudara
primer
menderita
karsinoma
mammae,
probabilitas
karsinoma mammae lebih tinggi 2-3 kali dibanding wanita tanpa riwayat
keluarga. Penelitian dewasa ini menunjukkan gen utama yang terkait dengan
timbulnya karsinoma mammae adalah BRCA-1dan BRCA-2.
2) Reproduksi: Usia menarkhe kecil, henti haid lanjut dan siklus haid pendek merupakan
faktor risiko tinggi karsinoma mammae. Selain itu, yang seumur hidup tidak menikah
atau belum menikah, partus pertama berusia lebih dari 30 tahun dan setelah
partus belum menyusui, berinsiden relatif tinggi.
3) Kelainan kelenjar mammae: Penderita kistadenoma mammae hiperplastik berat
berinsiden lebih tinggi. Jika satu mammae sudah terkena, mammae kontralateral
risikonya meningkat.
4) Penggunaan obat di masa lalu: Penggunaan jangka panjang hormon insidennya lebih
tinggi.Terdapat laporan penggunaan jangka panjang reserpin, metildopa, analgesik
trisiklik, dll dapat menyebabkan kadar prolaktin meningkat beresiko karsinogenik bagi
mammae.
5) Radiasi pengion: Kelenjar mammae relatif peka terhadap radiasi pengion, paparan
berlebih menyebabkan peluang kanker lebih tinggi.
6) Diet dan gizi: berbagai studi kasus kelola menunjukkan diet
kaloriberkaitan langsung
menunjukkan orang yang gemuk sesudah usia 50 tahun berpeluang lebih besar terkena
kanker mammae. Terdapat dalam laporan, bahwa minum bir dapat meningkatkan
kadar estrogen dalam tubuh, wanita yang setiap hari minum bir 3 kali ke atas beresiko
karsinoma mammae meningkatkan 50-70%. Penelitian lain menunjukkan diet tinggi
selulosa, vitamin A dan protein kedelai dapat menurunkan insiden karsinoma
mammae.
4. Patogenesis
Faktor resiko utama yang berhubungan dengan perkembangan kanker payudara
adalah faktor hormonal dan genetik (riwayat keluarga). Kanker payudara juga bisa terjadi
secara sporadis, berkaitan dengan paparan hormonal, kasus herediter, dan riwayat mutasi
germ sel pada keluarga. Dari faktor genetik, berkaitan dengan mutasi gen BRCA 1 pada
kromosom nomor 17q21 dan BRCA 2 pada kromosom nomor 13q12. BRCA 1 dan
BRCA 2 merupakan gen-gen supresor tumor. Adanya mutasi pada gen BRCA1 akan
menyebabkan penurunan atau terhentinya produksi dari protein BRCA1. Mutasi BRCA1
sangat erat kaitannya dengan kejadian kanker payudara herediter dan sindrom kanker
ovarium. Secara umum, ditemukannya gen BRCA1 akan menyebabkan peningkatan
resiko terjadinya kanker payudara sebesar 83% dan resiko terjadinya kanker ovarium
sebesar 63% pada usia lebih dari 70 tahun. sedangkan gen BRCA2 berhubungan dengan
kanker payudara pada laki-laki dan memiliki resiko terkena kanker ovarium sebesar 10%.
Pada suatu penelitian di Negeri Belanda, mutasi gen BRCA1 terdapat pada 10.000 dari
setiap 4 juta wanita Belanda yang berumur 25-55 tahun. Namun hingga saat ini,
penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara
termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara
adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen.9,10
Karsinogenesis pada payudara melalui 3 tahap, yaitu inisiasi, promosi, dan progresi.
Inisiasi adalah proses yang melibatkan mutasi genetik yang menjadi permanen dalam
DNA sel, yaitu mutasi dari gen BRCA 1 dan BRCA 2. Promosi adalah suatu tahap
ketika sel mutan berproliferasi. Hormon estrogen sering merupakan promotor yang
merangsang pertumbuhan sel-sel kanker payudara. Tahap selanjutnya adalah progresi,
yaitu suatu tahap ketika hasil proliferasi sel mutan mendapatkan satu atau lebih
karakteritik neoplasma ganas seiring berkembangnya tumor, sel menjadi lebih heterogen
akibat mutasi tambahan. Beberapa sel mutan ini dapat memperlihatkan perilaku ganas
yang lebih agresif atau lebih mampu menghindari serangan oleh sistem imum penderita.
Selama stadium progresif, massa tumor yang meluas mendapatkan lebih banyak
perubahan yang memungkinkan tumor menginvasi jaringan yang berdekatan, membentuk
pasokan darah sendiri (angiogenesis), masuk (penetrasi) ke pembuluh darah dan
bermigrasi ke bagian tubuh lain yang letaknnya berjauhan (metastasis) untuk membentuk
tumor sekunder.4
5. Manifestasi Klinis7
Kanker mammae sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mammae yang tidak
nyeri, sering kali ditemukan secara tak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran
lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan
tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks).
Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar secara
jelas. Terjadi pula perubahan kulit berupa tanda lesung, perubahan kulit jeruk (peau
dorange), nodul satelit kulit, Invasi, ulserasi kulit dan perubahan inflamatorik.
Perubahan papillae mammae dapat berupa retraksi,
distorsi
To
Tis
: Karsinoma in situ.
T2
T3
T4
T4a
T4b : Edema (termasuk peau dorange), ulserasi, nodul satelit pada kulit
yang terbatas pada 1 payudara.
T4c
N0
N1
N2
M0
M1
Stage IIIB
Stage IIIC
Stage IV
Tis
T1
T0
T1
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T3
T4
T4
T4
T (semua)
T (semua)
N0
N0
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1
N2
N0
N1
N2
N3
N (semua)
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan dan hubungan dengan haid, dll.
2) Pemeriksaan fisik
Mencakup
pemeriksaan
fisik
menyeluruh
(sesuai
pemeriksaan
rutin)
dan
Palpasi
Pada palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua tangan bagian polar
distal jari 2, 3 dan 4, dimana penderita dalam posisi berbaring dengan pundak diganjal
bantal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi harus mencakup 5 regio, terutama
daerah lateral atas dan subareola, karena merupakan tempat lesi tersering. Cara
melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular, radier dan dilakukan dari pinggir
payudara menuju ke areola dan meraba seluruh bagian payudara bertahap. Hal yang
harus diamati bila didapati benjolan adalah lokasi benjolan (5 regio payudara, aksila,
infra dan supra klavikula), konsistensi (keras, kenyal, lunak/fluktuasi), permukaan
(licin rata, berbenjol-benjol), mobilitas (dapat digerakkan, terfiksir jaringan
sekitarnya), batas (tegas atau tidak tegas), nyeri (ada atau tidak ada), ukuran. Pada saat
palpasi daerah subareola amati apakah ada keluar sekret
dari puting payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret tersebut.
Sekret yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu, cairan jernih,
bercampur darah, dan pus. Palpasi kelenjar aksila dilakukan untuk mengetahui apakah
pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada payudara didapati juga benjolan pada
kelenjar getah bening aksila yang
merupakan tempat penyebaran limfogen kanker payudara. Begitu juga dengan palpasi
pada infra dan supra klavikula.
3) Pemeriksaan Penunjang
a. Mammografi : Kelebihan mammografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit
dipalpasi atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae
yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk
analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnosis sekitar 80%.
b.
USG :
Transduser frekuensi
tinggi
dan
pemeriksaan
dopler
tidak hanya
dapat membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat
mengetahui perdarahannya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar yang
diagnosis yang sangat baik.
c. MRI mammae: Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular (MVD =
microvascular density) abnormal, MRI mammae dengan kontras memiliki
sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam diagnosis karsinoma mammae stadium
dini.Tapi pemeriksaan ini cukup mahal, sulit digunakan meluas, hanya mnejadi suatu
pilihan dalam diagnosis banding terhadap mikrotumor.
d. Pemeriksaan laboratorium : Dewasa ini belum ada petanda tumor spesifik untuk
kanker mammae. CEA memiliki nilai positif bervariasi 20-70%, antibody
monoklonal
CA
15-3
angka
positifnya
33-60%,
semuanya
dapat
untuk
tumor. Terhadap
kasus stadium lanjut dengan luka ulseratif boleh dilakukan biopsi jepit.
Diagnosis banding dari kanker payudara antara lain:
1) Fibroadenoma: sering timbul pada wanita muda, tersering berusia 18-25 tahun.
Riwayat penyakit in panjang, progresi lambat. Tumor berbentuk bulat atau lonjong,
konsistensi sedang, permukaan licin, mobilitas baik.
2) Hiperplastik kistik kelenjar mammae: umumnya pada wanita setengah baya dan
sering berkaitan dengan haid. Beberapa hari sebelum haid mulai terasa kencang nyeri,
setelah haid rasa kencang nyeri hilang dan tumor menyusut. Pemeriksaan menemukan
corpus glandula tebal kasar atau berbentuk pita atau glandular, ada yang teraba tumor
kistik (disebabkan secret dalam duktus kelenjar yang sangat melebar).
3) Tumor papiliform intraduktal besar: umumnya pada wanita setengah baya. Gejala
utama berupa sekret papillae mammae (paling sering cairan berwarna merah gelap), ini
disebabkan tumor disertai infeksi peradangan mengalami rembesan darah. Bila area
areola atau agak ketepinya ditekan ringan secara cermat kadang kala teraba tumor, tapi
umumnya tidak jelas. Ketika lesi ditekan dapat tampak keluar sekret dari pori duktus
laktiferi yang bersangkutan.
4) Kista resensi susu: sering ditemukan pada fase pasca laktasi atau setelah henti
laktasi beberapa tahun. Dewasa ini dianggap dasar penyakitnya adalah sumbatan
duktus laktiferi. Sumbatan disebabkan peradangan atau dapat juga kurang baiknya
struktur kelenjar mammae sejak lahir. Gejala klinis berupa benjolan bundar kelenjar
mammae, konsistensi sedang. Aspirasi jarum dapat menegaskan diagnosis.
5) Tuberkulosis kelenjar mammae: umumnya pada wanita setengah baya. Tumor
membesar secara lambat, seperti manifestasi radang kronis. Sebagian pasien
disertai tuberculosis kelenjar limfe aksilar dan paru-paru. Diagnosis bergantung pada
patologi.
8. Jalur Penyebaran7
1) Invasi lokal
Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor pada mulanya
menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke sekitarnya, ke
anterior mengenai kulit, posterior ke M. Pektoralis hingga dinding toraks.
2) Metastasis kelenjar limfe regional
Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar. Data dari China
menunjukkan : mendekati 60% pasien kanker mammae pada konsultasi awal menderita
metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut satdiumnya, diferensiasi sel kanker
makin buruk, angka metastasis makin tinggi. Kelenjar limfe mamaria interna juga
merupakan jalur metastasis yang penting. Menurut observasi klinik patologik, bila tumor
di sisi medial dan kelenjar limfe aksilar positif, angka metastasis kelenjar limfe mamaria
interna adalah 50%; jika kelenjar limfe aksilar negatif, angka metastasis adalah 15%.
Karena vasa limfatik dalam kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi
walaupun terletak di sisi lateral, juga mungkin bermetastasis ke kelenjar limfe mamaria
interna. Metastasis di kelenjar limfe aksilar maupun kelenjar limfe mamaria interna dapat
lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe supraclavicular.
3) Metastasis hematogen
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah, juga dapat
langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena cava atau sistem
vena intercostal-vertebral)
hingga
timbul
metastasis hematogen.
Hasil
autopsis
menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura dan adrenal, dll.
9. Terapi7,12
Terapi bedah, radioterapi, kemoterapi, terapi hormon, dll menempati posisi sangat
penting dalam terapi kanker mammae, dan selalu harus digunakan secara kombinasi.
Terhadap setiap kasus kanker mammae harus ditemukan strategi terapi menyeluruh,
strategi menyeluruh akan langsung berpengaruh pada hasil terapi.
1) Terapi bedah
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III
disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah :
a. Mastektomi radikal: tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan
oprasi radikal kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal
3 cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae, M. Pektoralis Mayor, M. Pektoralis
Minor dan jaringan limfatik dan lemak subscapular, aksilar secara kontinu enblok
direseksi. Konsep dari
dalam
bidang
operasi
bedah
radikal
ini
telah
menjadi
tonggak
penting
terhadap tumor padat lainnya. Namun sekitar 20 tahun belakangan ini, dengan
pemahaman lebih dalam atas tabiat biologis karsinoma mammae, ditambahn makin
banyaknya kasus stadium sedang dan dini serta kemajuan terapi kombinasi, maka
penggunaan mastektomi radikal konvensional telah makin berkurang.
b. Mastektomi radikal modifikasi: lingkup reseksi sama dengan teknik radikal,
tapi mempertahankan M. Pektoralis Mayor dan Minor (model Auchincloss)
atau mempertahankan M. Pektoralis
(model
Mayor, mereseksi M.
Pektoralis
Minor
Patey). Pola operasi ini memiliki kelebihan antara lain memacu pemulihan
fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe aksilar superior.
Dewasa
ini,
mastektomi
irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe aksilar biasanya juga mencakup jaringan aksila
dan kelenjar limfe aksilar kelompok tengah.
e. Mastektomi segmental plus biopsi kelenjar limfe sentinel : metode reseksi segmental
sama dengan di atas. Kelenjar limfe sentinel adalah terminal pertama metastasis
limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi ini dilakukan insisi kecil di
aksila dan mengangkat kelenjar limfe sentinel, dibiopsi, bila patologik negatif maka
operasi dihentikan bila positif maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar. Untuk
terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana yang terbaik
masih kontroversial. Secara umum dikatakan harus berdasarkan stadium penyakit
dengan syarat dapat mereseksi tuntas tumor, kemudian baru memikirkan sedapat
mungkin konversi fungsi dan kontur mammae. Dewasa ini lingkup operasi karsinoma
mammae cenderung semakin kecil. Dari mastektomi radikal konvensional digantikan
mastektomi radikal modifikasi, operasi konservasi mammae semakin banyak
dikerjakan, operasi biopsi kelenjar limfe sentinel tampaknya akan makin
menggantikan diseksi kelenjar limfe aksilar. Secara umum, terhadap lesi < 3 cm, dan
kelenjar limfe aksilar tidak jelas membesar, harus lebih dipertimbangkan
operasi radikal modifikasi.
2) Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :
a. Radioterapi murni kuratif: radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya
kurang ideal, survival 5 tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan
kontraindikasi atau menolak operasi.
b. Radioterapi adjuvan : menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi.
Menurut pengaturan, radioterapi dibagi menjadi radioterapi pra-operasi dan
pasca
mammae
seluruh
yang
mammae
kanker
mammae
operable. Radioterapi
(bila
perlu
non-operable
pasca
operasi
menjadi
adalah
regional) pasca operasi konservasi mammae (operasi segmental plus diseksi kelenjar
limfe aksilar atau biopsi) dan radioterapi adjuvan pasca mastektomi. Dewasa ini
indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah : diameter tumor primer 5 cm, fasia
pektoral terinvasi, jumlah kelenjar imfe aksilar metastatik lebih dari 4 buah dan tepi
irisan positif. Area target iradiasi harus mencakup dinding toraks dan regio
supraclavicular. Regio mamaria interna jarang terjadi rekurensi klinis, sehingga perlu
tidaknya radioterapi rutin masih kontroversional.
c. Radioterapi paliatif: terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan
rekurensi, metastasis.
Selain
itu
Dalam
kadang
hal
meredakan
nyeri
efeknya
sangat
baik.
pra-operasi:
terutama
kemoterapi
sistemik,
bila
perlu
dapat
usia
dengan
ER,
PR
positif
dapat
terhadap
kanker
mammae
stadium
lanjut
atau
rekuren
dan
hormon
negatif
masih
taksan.
4) Terapi hormonal
Sebagian besar kejadian dan perkembangan kanker mammae memiliki kaitan
tertentu dengan hormon, dewasa ini terutama melalui pemeriksaan reseptor estrogen
(ER) dan progesteron (PR) dari tumor untuk menentukan efek terapi hormonal.
Pasien dengan hasil pemeriksaan positif tergolong
kanker
mammae
tipe
tergantung hormonal baik, pasien dengan hasil tes negative tergolong kanker
mammae tipe tak bergantung hormon, efek terapi hormonal agak kurang. Terapi
hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal bedah
(disebut
juga
kastrasi)
terhadap
wanita
kemanjuan
besar,
pada
dasarnya
Tapi
tamoksifen
juga
memiliki
efek
mirip
estrogen,
berefek
aromatase
hanya
digunakan
untuk
pasien
pasca
menopause
lebih baik dari tamoksifen. Obat golongan ini berefek samping osteolisis, dll sehingga
harus dilakukan pemantauan
sesuai.
c. Obat sejenis LH-RH (luteinizing hormone-releasing hormone)
Obat dewasa ini terutama adalah goserelin, efeknya menghambat sekresi
gonadotropin, menghambat fungsi ovarium secara keseluruhan, sehingga kadar
estradiol
serum
5) Terapi biologis
Overekspresi onkogen berperanan penting dalam timbul dan berkembangnya
tumor, antibody monoklonal yang dihasilkan melalui teknik transgenetik dapat
menghambat
mammae
sebagai
metastatik
suatu
cara
penting
untuk
terapi
survival 5 tahun untuk stadium 0-I, II dan III adalah masing-masing 92%, 73%, dan 47%.
Sedangkan pada yang nonoperable, survival 5 tahun kebanyakan dilaporkan dalam batas
20%. Oleh karena itu dalam kondisi
dewasa
ini
kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis dini, terapi dini
dan tepat. Untuk mencapai temuan dini, diseminasi pengetahuan tentang kanker
mammae, pendidikan wanita untuk memeriksa payudara sendiri merupakan tindakan
efektif yang sungguh praktis.
torakotomi eksplorasi adalah prosedur tindakan yang terkadang perlu dilakukan untuk
penegakan diagnosis.
4. Penatalaksanaan5,13
Efusi pleura ganas mempunyai 2 aspek penting dalam penatalaksaannya yaitu
pengobatan lokal dan pengobatan kausal. Pengobatan kausal disesuaikan dengan stage
dan jenis tumor. Tidak jarang tumor primer sulit diternukan, maka aspek pengobatan
lokal menjadi pilihan dengan tujuan untuk mengurangi sesak napas yang sangat
mengganggu, terutama bila produksi cairan berlebihan dan cepat. Tindakan yang dapat
dilakukan antara lain, punksi pleura, pemasangan WSD dan pleurodesis untuk
mengurangi produksi cairan. Zat-zat yang dapat dipakai, antara lain talk, tetrasikiin,
mitomisin-C, adriamisin dan bleomisin.