Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
persengketaan dalam suatu kaum yang mana harta pusaka tinggi tersebut dijual
tanpa sepengetahuan kaumnya. Sebab di dalam adat Miuangkabau harta pusaka
tinggi merupakan martabat dan harga diri dari suatu kaum, maka dari itu apabila
terjadi penjualan harta pusaka tinggi sama halnya menghilangkan salah satu dari
daerah suatu kaum atau suku, akhirnya mengurangi ulayat atau nagari.
Penggunaan harta pusaka dalam hubungannya dengan kepentingan yang
mendesak adalah sebagai berikut Rumah Gadang Katirisan (memperbaiki rumah
gadang), Gadih Gadang Balum Balaki (perempuan besar belum bersuami),
maiktabujua ditangah rumah (mayat terbujur ditengah rumah) Mambangkik
Batang Tarandam (Membangkit Batang Terendam). Dalam hal ini akan di kaji
mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sengketa harta pusaka
tinggi di kota Padang, cara yang dilakukan untuk menyelesaikan sengketa harta
pusaka tinggi, keberhasilan Kerapatan Adat Nagari (KAN) di kota Padang daIam
menyelesaikan sengketa harta pusaka tinggi serta upaya pemerintah kota
Padang untuk memaksimalkan fungsi KAN dalam menyelesaikan sengketa. Untuk
mengkaji pennasalahan tersebut, penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Lokasi
penelitian ini di kota Padang. Populasi dalam penelitian ini adalah orang-orang
yang terkait dengan sengketa harta pusaka tinggi atau pihak-pihak yang
bersengketa yang berada di Kecamatan Pauh, dan sebagai sampel diambil 20
orang, dan untuk melengkapi data tersebut diperlukan tambahan informasi dari
nara sumber lainnya seperti Ketua, Sekretaris dan Ketua Bidang Perdamaian
Adat KAN PauhV, 3 orang alim ulama dan 5 orang ninik mamak dengan teknik
purposive sampling, dan data yang diambil adalah data primer melalui
wawancara dan data sekunder melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian ini
dapat diketahui bahwa faktor penyebab timbulnya sengketa ada 2, yaitu faktor
Internal meliputi praktek administrasi pagang gadai ala adat Minangkabau yang
tidak sesuai dengan tuntutan adrninistrasi sekarang, pola hubungan sosial
mamak-kemenakan yang mulai menunjukkan kelonggaran, sedangkan factor
Eksternal meliputi peningkatan dan pengembangan pembangun fisik, pendidikan
sosial, ekonomi yang ada di Kanagarian Pauh V, khususnya sejak kota Padang
memperluas cakupan wilayahnya ke Kanagarian Pauh V, semakin bertambahnya
jumlah penduduk di Kanagarian Pauh V, sementara luas tanah yang ada tidak
mengalami penambahan. Penyelesaian sengketa harta pusaka tinggi di
Minangkabau diselesaikan secara berjenjang naik bertangga turun, mulai dari
lingkungan kaum, lingkungan suku dan nagari, bila pada tingkat suku tidak
terdapat penyelesaian dapat dilanjutkan ke tingkat kerapatan adapt nagari (KAN)
kepada salah satu pihak yang berperkara yang merasa dirugikan supaya dapat
dilanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi/ke Pengadilan Negeri. Dalam
menyelesaikan suatu sengketa. KAN berbentuk perdamaian, musyawarah dan
mufakat sepanjang adat yang berlaku dengan mempedomani silsilah ranji/ranji
suku dan kaum yang bersengketa, Dalam menyelesaikan sengketa kerapatan
adat nagari dilakukan dengan aturan atau cara yaitu : musyawarah, mufakat,
langsung pada pokok sengketa, lebih menerapkan hukum adat. Dengan
terciptanya perdamaian tersebut, maka jumlah perkara perdata yang rnaju ke
Pengadilan makin berkurang. Untuk meningkatkan kemampuan anggota
kerapatan adat nagari (KAN) dalam menyelesaikan sengketa maka diadakan