Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hyperemesis Gravidarum merupakan mual dan muntah yang berlebihan disaat
kehamilan, yang menyebabkan dehidrasi, defisiensi nutrisi, penurunan berat badan dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari. Ibu hamil membutuhkan nutrisi yang baik agar pertumbuhan
dan perkembangan bayi secara sempurna, namun bila ibu hamil mengalami Hyperemesis
Gravidarum, nutrisi ibu berkurang sehingga mengancam pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Masalah ini perlu diatasi dan ditanggulangi, dalam menangani ibu hamil yang mengalami hal ini
harus sesuai dengan keadaan ibu.
Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini
belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang
berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian
gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis
gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.
(Prawirohardjo, 2002)
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan
muda dan dikemukakan oleh 50 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih
66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan 44% mengalami muntah
muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan
ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan
insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)
Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira kira 5% dari
ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan
elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah
disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam
indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan. (Walsh, 2007) Hiperemesis gravidarum
didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masahamil, yang
menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat
badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran.
Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap
1000 wanita hamil akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan
sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi.
Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan
berikutnya. (Lowdermilk, 2004)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa memahami tentang hyperemesis gravidarum
2. Tujuan khusus
Yaitu agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang :
1. Definisi hiperemesis gravidarum
2. Etiologi hiperemesis gravidarum
3. Patofisiologi hiperemesis gravidarum
4. Gejala dan tanda hiperemesis gravidarum
5. Asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pencernaan
berurusan
dengan
penerimaan
makanan
dan
mempersiapkannya untuk diasimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagianbagian berikut:
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua
bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang di antara gusi, bibir, pipi, dan
bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami proses
mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai
merata, dibantu oleh enzim amylase yang akan memecah amilium yang
terkandung dalam makanan menjadi maltose.
Proses mengunyah ini merupakan kegiatan terkoordinasi antara lidah, gigi,
dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut, juga terdapat kelenjar saliva yang
menghasilkan saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang,
khususnya amylase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan, serta
mengecerkan bolus.
Kelenjar tersebut terdiri atas: kelenjar parotis, merupakan kelenjar
penghasil saliva terbesar yang terletak di sebelah kiri dan kanan bagian depan
agak ke bawah; kelenjar submandibularis, merupakan penghasil saliva nomer dua
setelah kelenjar parotis, terletak dibawah sisi tulang rahang; dan kelenjar
sublingualis, penghasil saliva terkecil, letaknya di bawah lidah.
Dalam proses sekresi, saliva dipengaruhi oleh beberapa factor, di
antaranya factor mekanis (seperti adanya benda bolus dalam mulut), factor psikis
(seperti bila mencium atau mengingat makanan yang enak), dan factor kimiawi
(seperti bila makanan terasa asam atau asin).
b. Faring
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang
hidung, mulut, dan laring. Faring terbentuk kerucut dengan bagian terlebar di
bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan
dengan esophagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang
lebih 20-25 cm dan terletak di belakang trakea, di depan tulang punggung,
Ml/hari
Haluran
(output)
Ml/hari
Minuman
Makanan
Oksidasi nutrisi
1300
900
300
Uine
Keringat
Penguapan
1500
550
350
Total
2500
Tinja
Total
100
2500
b) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan kelompok nutrien yang berfungsi sebagai sumber
energy bagi tubuh, sebagai penghasil lemak, sebagai pasangan protein.
Jenis-jenis karbohidrat:
1) Monosakarida (C6H12O6)
2) Laktosa
:terdapat pada buah-buahan
3) Fruktosa
:terdapat pada buah-buahan, madu, tebu
4) Galaktosa
:tidak ditemukan dalam keadaan aslinya. Akan di
5)
6)
7)
8)
vitamin larut lemak. Sumber lemak bisa didapat dalam metega, keju,
daging sapi, kacang tanah, ikan cord, susu.
e) Vitamin
Vitamin ialah senyawa organic yang idak dapat dibuat oleh tubuh dan
diperlukan dalam jumlah besr sebagai katalisator dalam proses etabolisme.
Vitamin secara umum dikelompokan dalam:
1) Vitamin yang dapat larut dlam lemak
:Vit A,D,E,dan K.
2) Vitamin Vitamin yang larut dalam air
: Vit B dan C
f) Mineral
Mineral adalah unsur kimia selain karbon, hydrogen, oksigen dan nitrogen
yang dibutuhkan oleh tubuh. Mineral dikategorikan menjadi dua:
1) Makromineral
Yaitu seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah lebih 100 mg.
Contohnya: Kalsium, pospor, sodium, potassium.
2) Mikromineral
Yaitu seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah kurang lebih 100
mg Contohnya: Besi, mangan, seng, sodium, iodium, cobalt, dll.
Mineral dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori:
1) Bagian struktur jaringan.
2) Membantu keseimbangan air dan asam basa.
3) Bentuk komponen yang pnting molekul organic, beberapa enzim,
hormon, mengatur proses tubuh.
4) Saraf tranmisi impulse saraf dan kontraksi otot.
4. Kebutuhan Nutrisi sesuai tingkat perkembangan usia
a. Bayi
Yang dimaksud bayi adalah usia 0-12 bulan. Kalori yang dibutuhkan sekitar
110-120 kalori/kg/hari. Kebutuhan cairan sekitar 140-160 ml/kg/hari. Bayi
sebelu usia 6 bulan pemberian nutrisi yang pokok adalah air susu ibu. ASI
sangat cocok diberikan sampai umur minimal 4 bulan. Adapun keuntungan
pemberian ASI adalah :
a) ASI merrupakan nutrisi yang komplit.
b) Dalam ASI terdapat laktobasilus bilidus adalah mikroorganisme dalam
ASI yang bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme
yang berbahaya dalam intesnial.
Kalori
1900
1600
1400
Cal
Protein
60
50
40
dr
Cal
0,75
0,75
0,50
dr
Fe
8
7
6
Mg
Vit A
2500
2500
2500
U
Vit B
0,7
0,6
0,6
Mg
Vit C
25
25
25
Mg
Wanita hamil dan ibu menyusui sangat memerlukan makanan yang baik dan
cukup. Sebagai bahan pertimbangan untuk dapat menghasilkan 1 liter ASI
harus menyediakan kalori sebanyak 150 kal sedangkan ASI meagandung 75
kal,12 gr protein, 45 gr lemak laktosa vitamin dll.
Kebutuhan gizi untuk ibu hamil dan menyusui
Jenis kebutuhan
Kalori
Protein
Calsium
Ferum
Vit A
Vit B
Vit C
Riboflavin
Vit D
Air
Ibu hamil
2500 gr
85gr
1,5 gr
15 gr
8000 U.I
1,8 mg
100 mg
2,5 mg
400-800 U.I
6-8 gelas
Ibu menyusui
300 gr
100 gr
2gr
15 gr
8000 U.I
2,8 mg
150 mg
3 mg
400-800 U.I
6-8 gelas
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses keperawatan, pengkajian data terhadap
pasien harus sistematis dan akurat. Dengan pengkajian dapat menentukan aktifitas untuk
memecahkan masalah klien dan digunakan sebagai sumber data dasar yaitu data
fisiologis, psikologis, sosiobudaya, perkembangan, dan spiritual. Untuk mengkaji status
nutrisi pasien dipaparkan pendekatan ABCD, yaitu:
a. Anthropolometric measurement
Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan mengkaji status nutrisi
serta ketersediaan energi tubuh. Pengukuran anthopometrik terdiri atas:
a) Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan alita dilakukan dalamposisi
berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi pada posisi terbaring. Satuan tinggi
badan adalah cm atau inchi.
b) Berat badan
Alat ukur berat badan yang lazim digunakan adalah timbangan manual, meskipun
ada alat ukur yang mengunakan sistem digital elektrik. berat badan yang ideal:
(TB-100) 10&. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengukur berat badan:
1) Alat ukur skala ukur yang digunakan tetap sama setiap kali menimbang.
2) Menimbang tanpa alas kaki.
3) Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali
menimbang.
4) Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah makan
(menurut Wanit Iqbal Mubarak, SKM dan Ns Nurul Chayati, S.Kep, 2007.
Buku ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik)
c) Tebal lipatan kulit
Bertujuan untuk
menentukan
presentase
lemak
pada
tubuh,
mengkaji
kemungkinan malnutrisi, berat badan normal, atau obesitas. Area yang sering
digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep (trisep skinfold [TSF]
skapula, dan suprailiaka. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran
antara lain:
1) Anjuran klien unutk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil
pengukuran.
2) Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien.
3) Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak dominan.
4) Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara akronim dan
olekranon.
5) Klien dianjurkan untuk rileks saat pengukuran.
tubuh
Rambut
Licin,
Tanda abnormal
berkilau, Kusam,
rontok,
tidak
Kulit
berminyak
sempurna
Halus,
sedikit Kering,
Mata
Cardiovaskuler
pecah-
konjuntiva
pucat
HR, tensi,
nadi, HR,
irama
teratur
tensi
tidak
jantung normal,
irama
jantung
tidak
teratur
Otot-otot
Kuat
dan Lembek
berkembang biak
Gastrointestinal
dan
berkembang tidak
baik
Nafsu makan baik, Nafsu
makan
menelan,
Aktifitas
konstipasi
Bersemangat, giat Energi
kurang,
Neurologi
diare. PCM juga berakibat kurang baiknya penanganan klien selama menjalani
proses perawatan di berbagai fasilitas kesehatan.
d) Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari normal (2030%>normal).
e) Over weight
Suatu keadaan berat badan 10% melebihi berat badan ideal
f) Dietery history
Masyarakat pada umumnya pernah melakukan diet. Akan tetapi cara ini hanya
merangsang pengeluaran cairan, bukan perubahan kebiasaan makanan (Moore
Courney, Mary, 1997). Pola makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh
budaya, latar belakang, status sosial ekonomi, aspek psikologi. Faktor yang
perlu dikaji dalam riwayat konsumsi nutrisi/diet klien:
Pola diet/makan
Pengetahuan
tentang nutrisi
Kebiasaan
Makanan
mendengarkan
Makanan
melihat televisi
Suka makan lalap, suka sambel, suka
kesukaan
Pemasukan cairan
Problem diet
Tingkat aktivitas
musik,
makan
sambil
atau tidak
Adanya riwayat penyakit diabetus melitus,
kesehatan/
adanya alergi
pengkomsumsian
obat
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi adalah:
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: keadaan dimana intake nutrisi kurang dari keadaan metabolism tubuh
Kemungkinan ditemukan data:
lainnya.
f) Ketidakcukupan absorpsi akibat efek samping obat atau lainnya.
g) Kesulitan mengunyah.
Masalah klinik yang berhubungan dengan:
a) Anoreksia nervosa
b) AIDS
c) Pembedahan
d) Kehamilan
e) Kanker
f) Anemia
g) Marasmus
b. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan nutrisi
Definisi: klien dengan risiko atau actual mengkonsumsi makanan melebihi dari
kebutuhan metabolism tubuh.
Kemungkinan data yang ditemukan:
a) Perubahan pola kenyang akibat efek obat atau radiasi.
b) Penurunan fungsi pengecap atau penciuman.
c) Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi.
d) Penurunan kebutuhan metabolism.
e) Kelebihan asupan.
f) Perubahan gaya hidup.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
a)
b)
c)
d)
Obesitas
Hipotiroidesme
Klien dengan pemakaian kortikosteroid
Imobilisasi
3. Perencanaan
Tujuan:
a. Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang.
b. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi.
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parental.
Rencana tindakan:
Tindakan pada gangguan kekurangan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara:
1) Mengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan penurunan nafsu makan.
2) Memberikan makanan yang disukai sedikit demi sedikit tetapi sering memperhatikan
3)
4)
5)
6)
7)
Tindakan pada gangguan obstruksi mekanis secara umum dapat dilakukan dengan cara:
1) Lakukan kebersihan mulut segera dengan kumur-kumur menggunakan minuman
bikarbonat rendah kalori atau 1/2 atau 1/4 larutan hiderogen peroksida dan air sebagai
pembersih mulut.
2) Ajarkan teknik mempertahankan nafsu makan dengan mengubah variasi dan
kepadatan seperti jus atau sop kental.
3) Gunakan suplemen tinggi kalori atau protein.
Tindakan pada gangguan kesulitan makan secara umum dapat dilakukan dengan cara:
1) Atur posisi seperti duduk tegak 60-90 derajat pada kursi atau ditepi tempat tidur.
2) Pertahankan posisi selama 10-15 menit.
3) Fleksikan kepala ke depan pada garis tengah tubuh 45 derajat untuk mempertahankan
kepatenan esophagus.
4) Mulai dari jumlah yang kecil.
5) Anjurkan untuk membersihkan mulut, hindari makanan yang pedas atau asam,
makanan berserat (sayuran mentah), dan rendam makanan kering agar lunak.
Tindakan pada gangguan kelebihan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara:
1) Hindari makanan yang mengandunf lemak.
2) Berikan motivasi untuk menurunkaanberat badan.
3) Lakukan program olah raga.
4. Implementasi
a. Pemberian Nutrisi Melalui Oral
Pemberian nutrisi melaui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara
membantu memberikan makan.nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera makan pada klien.
Alat dan Bahan:
a) Piring
b) Sendok
c) Garpu
d) Gelas
e) Serbet
f) Mangkok cuci tangan
g) Pengalas
h) Jenis diet
Prosedur kerja:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Cuci tangan
Jelasksn prosedur yang akan dilakukan
Atur posisi klien
Pasang pengalas
Anjurkan klien untuk berdoa sebelum makan
Bantu untuk melakukan makan dengan cara menyuapkan makanan sedikit demi
h)
i)
j)
k)
l)
m)
Air matang
Obat
Stetoskop
Klem
Baskom berisi air (kalau tidak ada stetoskop)
Vaselin
Prosedur kerja:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Cuci tangan.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Atur posisi klien dengan posisi semiflower.
Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada.
Letakkan bengkok di dekat klien.
Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari
epigastinum sampai hidung kemudian dibengkokkan ke telinga dan beri tanda
batasnya.
g) Berikan vaselin pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut lalu masukkan
melalui hidung secara perlahan-lahan sambil klien dianjurkan untuk menelannya.
h) Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung dengan cara:
1) Masukkan ujung selang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air (klem
dibuka), perhatikan bila ada gelembung maka pipa masuk ke paru, dan jika
tidak ada gelembung maka pipa masuk ke lambung. Setelah itu diklem atau
dilipat kembali.
2) Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut dan
dengarkan dengan stetoskop. Bila di lambung terdengar bunyi, berarti pipa
tersebut sudah masuk, setelah itu keluarkan udara yang ada didalam sebanyak
jumlah yang dimasukkan.
i) Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan cara pasang
corong atau spuit pada pangkal pipa.
j) Masukkan air matang 15 cc pada awal dengan cara dituangkan lewat
pinggirnya.
k) Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu bila ada masukkan
obat dan beri minum lalu pipa penduga diklem.
l) Catat hasil tau respons klien selama pemberian makanan.
m) Cuci tangan.
c. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral
Pemberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa cairan
infuse yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui darah vena, baik secara sentral
(untuk nutrisi parenteral total) ataupun vena perifer (untuk nutrisi parental parsial).
Pemberian nutrisi melalui parental dilakukan pada klien yang tidak bias makan
melalui oral atau pipa nasograstik dengan tujuan untuk menunjang nutrisi sentral
yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan harian.
a) Nutrisi Parenteral Parsial
Merupakan pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian
kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui enteral. Cairannya
yang biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
b) Nutrisi Parenteral Total
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi
sepenuhannya melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan klien
tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang
mengandung karbohidrat seperti Triofusin E 1000, cairan ini yang mengandung
asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti
intralipid.
c) Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral untuk jangka waktu
lama dan melalui vena perifer. (Hidayat, AAA & Uliyah, M, 2005)
5. Evaluasi
a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam makan
serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan.
b. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda kekurangan
atau kelebihan berat badan.
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan adanya
proses pencernaan makanan yang adekuat.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono
Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20
minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan
sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis,
Pielitis dan sebagainya.
Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di
minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan
timbul aseton dalam air kencing.
Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai
dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada minggu
kelima sampai dengan minggu kedua belas Penyuluhan Gizi Rumah Sakit A. Wahab
Sjahranie Samarinda.
B. Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahanperubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan
faktor lain yang ditemukan :
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa
dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan
ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada
kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan
faktor organik.
3. Alergi sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai
salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun
hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan
pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup.
Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu
mengurangi frekwensi muntah klien
C. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar
estrogen,
oleh
karena
keluhan
ini
terjadi
pada
trimester
pertama.
Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf
pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada
kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung
berbulan-bulan.
Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini
hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor
utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah
menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami
emesis gravidarum yang berat.Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi
lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer
dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air
kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi
muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan
yang sulit dipatahkan.
D. Tanda Dan Gejala
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3
(tiga) tingkatan yaitu :
1. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun turgor kulit
berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendah,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas
dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati
Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah
tanda adanya payah hati.
E. Komplikasi
Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan gangguan
emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga, menarik diri dan
depresi
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat): mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta
2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
G. Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi
lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.Makanan yang berminyak dan
berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam
keadaan panas atau sangat dingin.
1. Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan
Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin
hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti
Dramamin, Avomin
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara
yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang
dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu
dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C.
Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain
pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
6. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam
semua zat zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi
kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
H. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
I. WOC
Peningkatan hormon
estrogen dan progesteron
Alergi
psikologis
Penurunan
peristaltic gaster
peningkatan
tekanan gaster
Mual dan muntah
Kehilangan cairan
yang berlebihan
Nafsu makan
menurun
Intake nutrisi
menurun
Penurunan volume
cairan
Mk: perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Metabolism
tubuh menurun
Dehidrasi
Perlambatan
pertumbuhan
dalam kandungan
Kematian janin
Kelosis
Kelemahan
Mk: 1. Intoleransi
aktivitas.
Pengkajian Keperawatan
: 28-01-2014 / 02.45 WIB
Ruang
No. Register
Diagnosa Medis
Tgl/jam Pengkajian
1.
Identitas
Nama
: Ny. H
Umur
: 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Suku/bangsa : Madura/Indonesia
Bahasa
: Indonesia
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Status
: Menikah
Alamat
: Kedung Dowo, Rt/Rw 01/02, Arjasa
2.
Keluhan Utama
Klien mengatakan mual dan muntah sering.
3.
Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan 2 hari sebelum dibawa ke RS, klien mual muntah lebih dari 10
kali/hari, nyeri ulu hati, badan terasa lemas. Kemudian klien dibawa ke RS dengan
keluhan mual dan muntah lebih dari 10 kali/hari, nyeri ulu hati (+), nyeri kepala (+). Dan
pada saat dikaji pasien mengatakan mual dan muntah 8 kali/hari, nyeri ulu hati, sesak
4.
5.
Pola eliminasi
a) Eliminasi urine
Sebelum sakit klien BAK secara lancar, frekuensi > 3x/hari, warna urin kening
jernih dengan bau khas urin.
Setelat sakit BAK klien kurang lancar dalam frekuansi 1x/hari, warna urin bening
atau jernih dengan bau bercampur obat. Namun tidak ada keluhan dari klien.
b) Eliminasi alvi
Sebelum sakit BAB klien lancar, frekuensi 2x/hari, warna kuning kecoklatan,
Pola istirahat-tidur
Sebelum MRS klien tidur siang 2 jam dan tidur malam selama 9 jam.
Setelah MRS klien sulit untuk tidur.
f.
Pola kognitif dan persepsi sensori
Sebelum MRS dan setelah MRS Klien tidak mengalami gangguan sensori
(pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan dan penciuman), karena klien dapat
memahami dan merespon apa yang diinstrusikan baik secara tindakan maupun
pemberian obat oleh petugas kesehatan.
g.
Pola konsep diri
Gambaran diri: klien merasa malu dengan keadaannya sekarang, tetapi klien ingin
cepat sembuh supaya bisa kumpul keluarga.
Identitas diri: klien dapat mengenali dirinya sendiri, keluarga dan lingkungan
disekitarnya.
h.
i.
lemah, diam. Klien sangat tidak nyaman dengan kehidupannya dengan suami.
Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit klien melakukan sholat 5 waktu. Saat sakit klien hanya bisa berdoa
diatas tempat tidur.
7.
Pemeriksaan Fisik
a.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
12,25
300
183,75
496
cc
cc
cc
cc
cc
BAB
BAK
muntah
IWL
Rambut
b) Kulit
Turgor baik, warna kulit sawo matang, tidak ada lesi.
c) Mata
Sclera tidak ikterik, pupil kanan dan kiri bereaksi teradap cahaya, konjungtiva
tidak anemis.
d) Hidung
Bentuk simetris, agak sedikit kotor, tidak terdapat polip.
e) Mulut
Mukosa bibir kering.
f) Telinga
Telinga kanan dan kiri normal dalam pendengaran, dank lien tidak menggunakan
alat bantu pendengaran.
g) Leher
Palpasi : tidak terdapat benjolan atau pembbesaran kelenjar tiroid.
c.
Dada
Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan.
Palpasi
: tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : bunyi jantung pekak dan bunyi paru sonor.
Auskultasi : tidak terdengar weezhing dan ronky.
d.
Abdomen
Inspeksi : flat (datar)
Palpasi
: terdapat nyeri tekan pada perut bagian kanan atas.
Perkusi : bunyi timpani.
Auskultasi : bising usus normal.
e.
Ekstermitas atas dan bawah
Kekuatan otot normal, dan tidak ada luka.
f.
Tulang belakang atau punggung pinggang
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada punggung.
g.
Anus genetalia
Keluar cairan pervagina (keputihan).
h.
Pemeriksaan neurologi
GCS 4, 5, 6.
8.
Pemeriksaan Diagnostic
a.
Labolatorium
Darah lengkap
HGB
: 12,2 g/dl
WBC
: 9,3 x 10 ^3/ul
RBC
: 4,62 x 10 ^6/ul
9.
Terapi
Oral
: vomceran
1 x 1 / hari
Ofsit dha
2 x 1 / hari
Parenteral
: infuse RL
Injeksi metoclo
3 x 1 / hari
Injeksi ranitidine
2 x 1 / hari
BAB III
KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan
Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi
organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan
pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka
akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz alimul H,2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan
jilid 2. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1 Jakarta: EGC
Tarwoto wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawata. Jakarta: Salemba
Medika
Wahid Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chaygtin, S.Kep, 2007. Kebutuhan Manusia Teori
dan Aplikasi dalam Praktek Gresik