Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan persaingan dalam pasar global menyebabkan persaingan dalam
dunia bisnis tidak hanya bergantung pada harga dan kualitas, tetapi juga pada
bervariasinya jenis produk dan kecepatan menghantarkan produk ke pasar. Proses
perancangan
produk
perencanaan
multifungsional
dalam
concurrent
engineering.
waktu
siklus
pengembangan
produk,
meningkatkan
kepuasan
2
Function Deployment (QFD) . Dimana lemari kayu lapis terpilih sebagai bahan studi
untuk penelitian ini karena angka penjualan yang tinggi dan yang kebanyakan bentuk
rumit dibandingkan dengan produk lain, seperti showcase, meja kantor, dan meja.
Tujuan utama dari ini penelitian ini adalah untuk merancang dan memproduksi jenis
baru prototype plywood lemari untuk industri mebel.
Dimana Keinginan pelanggan tersebut akan ditejemahkan kedalam House of
Quality. Teknik Ini diterapkan untuk merancang bentuk-bentuk baru melalui
perubahan, misalnya, bentuk produk, pola, warna, fungsi, dan kualitas bahan yang
digunakan.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah yang
dihadapi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana melakukan perancangan desain produk dengan pendekatan Quality
Function Deployment (QFD)
1.3. Batasan Masalah
Permasalahan dibatasi hanya pada studi kasus yang telah ditentukan yakni dari
Jurnal Application of a Quality Function Deployment Technique to Design and
Develop Furniture Products oleh Chatree Homkhiew, Thanate Ratanawilai*, and
Klangduen Pochana
1.4
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam paper ini adalah:
1. Memahami apa itu Desain Produk
2. Melakukan analisis desain produk dengan pendekatan Quality Function
Deployment (QFD)
1.5
Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam paper ini adalah:
1. Mampu Memahami apa itu Desain Produk
2. Mampu Melakukan analisis desain produk dengan pendekatan Quality Function
Deployment (QFD)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Hierarki Produk
Selama lebih dari 35 tahun yang lalu, Peter Drucker memperhatikan bahwa
tugas pertama sebuah perusahaan adalah menciptakan pelanggan. Akan tetapi,
pelanggan masa kini menghadapi beraneka ragam pilihan produk dan merek, harga,
dan pemasok. Para pelanggan memperkirakan pilihan penawaran yang akan
menyerahkan nilai tertinggi. Para pelanggan menginginkan nilai maksimum, dengan
dibatasi oleh biaya pencarian serta keterbatasan pengetahuan, mobilitas, dan
penghasilan. Mereka membentuk suatu harapan akan nilai dan bertindak
berdasarkan hal itu.
Nilai bagi pelanggan (customer delivered value) adalah selisih antara nilai
pelanggan total dan biaya pelanggan total. Nilai pelanggan total (total customer
value) adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk
atau jasa tertentu. Biaya pelanggan total (total customer cost) adalah sekumpulan
biaya yang diharapkan oleh konsumen yang dikeluarkan untuk mengevaluasi,
mendapatkan, menggunakan, dan membuang produk atau jasa. Proses memperluas
konsep produk meliputi pendefinisian manfaat produk yang akan ditawarkan.
Manfaat yang diperoleh dan terjalin selalu memiliki atribut produk, misalnya mutu,
ciri, dan model. Setelah produk tadi diperkenalkan di pasar, maka atribut-atribut ini
harus dimodifikasi agar bisa bertahan menghadapi tantangan dalam setiap tahap
daur hidup produk.
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil)
suatu produk dan harapan-harapannnya. Seperti dijelaskan dalam definisi tersebut,
kepuasan merupakan fungsi dari persepsi/kesan atas kinerja dan harapan. Jika
kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi
harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas dan
senang. Banyak perusahaan memfokuskan pada kepuasan tinggi karena para
pelanggan yang kepuasannya hanya pas mudah untuk berubah pikiran bila
mendapat tawaran yang lebih baik.
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan (Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis,
Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Edisi Keenam Jilid 2, Hal. 54).
Produk merupakan keluaran dari suatu proses. Sebagian besar produk yang
4
dibayangkan adalah berupa produk fisik, seperti misalnya mobil, sepatu, telur, dan
buku. Akan tetapi, produk juga mencakup jasa (kadang-kadang disebut produk jasa),
seperti misalnya pemangkasan rambut, konser dan wisata. Jadi, dapat dikatakan
bahwa produk dalam pengertian luas mencakup segala sesuatu yang dapat
dipasarkan, termasuk benda-benda fisik, jasa manusia, tempat organisasi, dan
gagasan.
Dalam mengembangkan suatu produk, seorang perencana produk harus
berpikir dalam tiga tingkat. Tingkat yang paling dasar adalah inti produk yang akan
menjawab pertanyaan: Apa yang sebenarnya dibeli oleh seorang pembeli? Pada
hakikatnya setiap produk merupakan sebungkus pemecahan masalah. Tugas
seorang pemasar ialah mengupas kebutuhan yang tersembunyi di balik setiap
produk dan menjual manfaat, bukan dalam bentuk lahiriah (features). Seorang
perencana produk harus mengubah inti produk menjadi suatu wujud produk. Contoh
dari wujud produk dapat saja lipstik, komputer, seminar atau pun calon anggota DPR.
Wujud produk ini memiliki sebanyak lima karakteristik, yaitu, ciri-ciri khas, corak,
gaya/model, merek dan kemasan.
Dengan jalan pikiran ini, maka pemasar akan menjumpai banyak peluang untuk
menambah segala produknya dengan cara yang efektif. Levitt mengatakan:
Jenis persaingan baru berlangsung bukannya antar produk yang diproduksi oleh
perusahaan-perusahaan di pabrik, melainkan antar segala macam yang mereka
tambahkan pada hasil pabrik tersebut, seperti bentuk kemasan, jasa pelayanan,
periklanan, persyaratan kredit, jasa penghantaran, pergudangan dan apa saja yang
dihargai oleh konsumen. (
5
Hierarki Produk
Pada dasarnya setiap produk secara hierarkis berhubungan dengan produk tertentu
lainnya. Hierarki produk ini dimulai dari kebutuhan dasar sampai dengan tipe produk
yang akan memuaskan kebutuhan tersebut. Berikut ini identifikasi tujuh tingkat
hierarki produk dengan contoh untuk asuransi jiwa:
1. Kelompok kebutuhan. Kelompok kebutuhan merupakan kebutuhan inti yang
nantinya akan membentuk kelompok produk. Misalnya: rasa aman.
2. Kelompok produk. Seluruh kelas produk yang dapat memuaskan suatu
kebutuhan inti dengan tingkat efektivitas yang kurang lebih memadai. Misalnya:
tabungan dan penghasilan.
3. Kelas produk. Sekumpulan produk di dalam kelompok produk yang dianggap
memiliki hubungan fungsional tertentu. Misalnya: instrumen keuangan.
4. Lini produk. Sekumpulan produk di dalam kelas produk yang berhubungan erat,
karena fungsinya yang sama atau karena dijual pada kelompok konsumen yang
sama atau karena dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama, atau karena
harganya berada dalam skala yang sama. Misalnya: asuransi jiwa.
5. Tipe produk. Adalah barang atau hal yang berada dalam lini produk dan memiliki
bentuk tertentu dari sekian banyak kemungkinan bentuk, misalnya: asuransi jiwa
berjangka.
6. Merek. Nama yang dapat dihubungkan/diasosiasikan dengan satu atau lebih
barang atau hal yang melihat dalam lini produk dan digunakan untuk mengenal
sumber atau ciri barang/hal tersebut. Misalnya: Bumiputera (asuransi).
7. Jenis produk. Sesuatu yang khusus di dalam suatu merek atau lini produk yang
dapat dibedakan dengan ukuran, harga penampilan atau atribut yang lain. Ini
disebut stockkeeping unit, varian produk, atau subvarian. Misalnya: asuransi
yang dapat diperbaharui.
Contoh lain lagi, misalnya kebutuhan berupa harapan menimbulkan adanya
kelompok produk yang disebut alat-alat kecantikan, dan suatu kelas produk yang
dinamakan kosmetika. Dalam kelas produk kosmetika tadi terdapat satu lini yaitu
lipstik, yang memiliki beberapa jenis produk seperti misalnya lipstik dengan tabung;
dan yang terakhir ini dipasarkan dengan merek Revlon dengan jenis tertentu, seperti
frosted. Di samping pengelompokkan di atas, ada dua lagi yang perlu diketahui.
Sekelompok jenis barang tertentu yang berbeda tapi berhubungan erat karena
kesesuaiannya (compatible) disebut sistem produk. Sebagai contoh, Nikon Company
menjual kamera 35 mm di samping seperangkat lengkap lensa, filter dan peralatan
kamera lain yang secara bersama-sama membentuk suatu produk. Selain itu, ada
6
yang disebut bauran produk, yaitu kumpulan semua jenis produk yang dijual oleh
satu perusahaan.
2.2
Desain Produk
Desain Produk adalah sebagai alat manajemen untuk menterjemahkan hasil
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
yang
dilakukan
sebelum
menjadi
rangcangan yang nyata yang akan diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba.
Salah satu fungsi manajemen terpenting dalam semua organisasi adalah
menjamin bahwa masukan masukan berbagai sumber daya organisasi
menghasilkan produk produk atau jasa yang dirancang secara
tepat atau
dengan keinginan pelanggan maka perlu adanya desain produk. Ada pun beberapa
pengertian tentang desain produk menurut para ahli.
Sebelum menerangkan tentang pengertian desain produk, maka produk pun
memiliki pengertian sendiri sebagaimana dikemukakan oleh W.J. Stanton ( 1981 ;
192 ), dimana :
A product is a set of tangible and intangible attributes, including, packaging, color,
price, manufakture prestige, retailer prestige, and manufacture and retailer service,
which the buyer may accept as offering want satisfaction
Yang telah diterjemahkan oleh DR. Buchori Alma dalam bukunya Manajemen
Pemasaran dan pemasaran jasa, yaitu :
Yang dikatakan produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak
berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, harga nama baik perusahaan,
nama baik toko yang menjual, dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer
yang diterima pembeli guna memuaskan keinginannya.
2.3
bahwa Produk Desain mempunyai maksud dan tujuan untuk membantu perusahaan
dalam menciptakan dan mengembangkan produk baru atau untuk menjamin hasil
produki yang sesuai dengan keinginan pelanggan disatu pihak serta dipihak lain
untuk menyesuaikan dengan kemampuan perusahaan.
Maksud dari Desain Produk, antara lain :
Untuk memilih metode yang paling baik dan ekonomis dalam pembuatan
produk.
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan mempunyai nilai jual
yang tinggi.
product
designer
harus
melalui
tahapan
tahapan
dalam
atau
pengembangan
produk
yang
sudah
ada,
perusahaan
harus
Keinginan pelanggan dalam hal kegunaan, kualitas, modal dan warna dari
produknya denga tidak mengabaikan penentuan harga
Biaya dari pembuatan produk baru atau pengembangan dari produk yang sudah
ada apakah perusahaan mampu untuk membayarnya.
Untuk hal hal tersebut diatas, maka riset ini perlu ditunjang dengan faktor
faktor yang berupa waktu untuk menjalankan penelitian, mencari informasi atau
keterangan berdasarkan pengalaman.
8
2. Mempertimbangkan kemampuan fasilitas perusahaan
Untuk melaksanakan kegiatan pembuatan suatu produk, maka desainer harus
mempertimbangkan kemampuan dari perusahaan itu sendiri, diantaranya : tenaga
kerja, mesin mesin, peralatan penunjang dan perkakas lainnya. Dalam membuat
produk, desainer harus mempertimbangkan biaya yang seekonomis mungkin.
3. Membuat sketsa
Dalam membuat sketsa, bentuk dari produk yang akan dibuat akan terlihat jelas
satu dengan yang lainnya. Sketsa tersebut dibuat untuk mempermudah dalam
pembuatan gambar kerja ( blue Print ), sketsa dari masing masing produk
walaupun sketsa ini tidak menunjukan ukuran ukuran yang sebenarnya, tapi dapat
terlihat dal skala perbandingan.
4. Membuat gambar kerja
Pembuatan gambar kerja ini adalah merupakan tahap akhir dalam kegiatan
Desain Produk, dimana dalam gambar kerja ini dapat digambarkan bentuk dan
ukuran yang sebenarnya dengan skala yang diperkecil. Selain itu, dalam gambar
kerja juga diperlihatkan bahan bahan yang akan dipergunakan dalam pembuatan
produk tersebut. Setelah gambar kerja tersebut selesai dirancang, kemudian
diserahkan kepada pelaksana kegiatan untuk segera dipelajari dan dikerjakan lebih
lanjut cara proses produksinya.
2.5 Faktor faktor yang mempengaruhi Desain Produk
Desain produk sebagai alat bantu dalam manajemen produksi bertitik tolak
penelitian dan pengembangan yang dilakukan sebelumnya. Pentingnya desain
produk terletak pada penetapan secara rinci disain produk atau jasa yang akan
dibuat, serta klasifikasi agar sesuai dengan tujuan yang dikendaki.
Sedangkan faktor faktor yang mempengaruhi desain produk adalah sebagai
berikut :
1.
Fungsi produk
2.
3.
4.
berikut :
Product Design
Prototype
Gambar 2.2 Faktor faktor yang mempengaruhi Desain Produk
( Yus R. Hardjadinata Manajemen Produksi / Operasi ( 1995 ; 20 ) )
Faktor faktor yang mempengaruhi Desain Produk :
1.
Fungsi Produk
Setiap produk yang akan dihasilkan mempunyai fungsi atau kegunaan yang
berbeda, hal ini tergantung untuk keperluan apa produk itu dibuat. Dengan demikian
bahwa desain produk itu berhubungan bentuk dan fungsi dari suatu produk.
Keduanya memegang peranan penting dalam menentukan suatu desain produk
yang pada dasarnya untuk memberikan kepuasan yang maksimal bagi konsumen
atau pelanggan baik segi kualitan maupun segi kuantitas.
2.
Sambungan - sambungan
Dalam hal ini perusahaan harus merencanakan bagaimana menyambung bagian
- bagian supaya tidak terlihat ada bagian yang kosong.
Bagian
disambung
dengan bagian lainnya, sehingga apabila disatukan menjadi satu kesatuan yang kuat
-
Bentuk
Pada waktu mendesain bentuk perlu diperhatikan mengenai keindahan dengan
Penyesuaian menurut fungsi dan kegunaannya.
10
-
Ukuran
Yaitu merencanakan ukuran yang seimbang dari bagian bagian produk secara
keseluruhan.
-
Mutu
Mutu suatu produk harus disesuaikan menurut fungsi produk tersebut, apabila akan
digunakan dalam jangka waktu lama, maka mutu produk tersebut harus tinggi bila
dibandingkan dengan produk yang akan digunakan dalam jangka waktu yang
pendek.
-
Bahan
Apabila produk yang akan digunakan ingin mempunyai mutu yang baik, maka bahan
yang dipergunakan pun harus dapat menunjang agar semua yang diharapkan dapat
terwujud dan pelanggan merasakan kepuasan tersendiri.
-
Warna
Warna mempunyai arti tersendiri bagi konsumen, karena tiap orang mempunyai ciri
dan kesukaan yang khas terhadap warna tertentu. Dan hal inilah yang harus
dicermati oleh perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain yang
sejenis.
3. Tanggungjawab Produk
Ini adalah merupakan salah satu tanggung jawab dari produsen sebagai
pembuat produk kepada konsumen akan keselamatan dan kenyamanan pemakai
produk tersebut. Oleh karena itu faktor ini menjadi sangat penting untuk
dipertimbangkan oleh perusahaan pada waktu mendesain produk tersebut.
4.
dengan produk yang dibuat untuk dipasakan kepada konsumen luas yang harganya
relatif lebih murah sehingga desain produknya akan berbeda pula.
5.
Prototype
Prototype merupakan model produk yang pertama yang akan dibuat,
11
Sebelum melakukan identifikasi terhadap kepuasan pelanggan terhadap produk
yang dihasilkan oleh perusahaan, langkah awal adalah melakukan identifikasi
terhadap pelanggan selaku konsumen produk. Pelanggan adalah pihak yang akan
terkena dampak atau terpengaruh oleh produk dan proses dalam pencapaian tujuan
kualitas. Pelanggan mencakup pihak-pihak baik yang terkena dampak bila tujuan
tercapai maupun yang terkena dampak bila tujuan tidak tercapai.
sebanyak-banyaknya
wilayah,
sebanyak-banyaknya
uang
dan
seterusnya. Tentu saja, setiap individu tak pernah mencapai keadaan maksimal.
Rumitnya kebutuhan manusia ini selanjutnya lebih diperumit lagi oleh adanya
variabel-variabel seperti budaya masyarakat, tingkat teknologi dan lain-lain. Pertama
yang harus dilakukan oleh produsen sebagai pihak yang bertugas dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan, harus mengklasifikasi kebutuhan manusia tersebut dengan
cara yang logis. Setelah kebutuhan-kebutuhan tersebut diklasifikasi, maka akan
mudah untuk melakukan identifikasi terhadap kebutuhan-kebutuhan pelanggan serta
lebih mudah dalam menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan tersebut ke dalam bahasa
yang memungkinkan para pemasok mengambil tindakan responsif.
Terdapat berbagai cara untuk mengklasifikasikan kebutuhan pelanggan, diantaranya
dengan memilih suatu klasifikasi yang berdasarkan pada:
1. Kebutuhan yang dinyatakan.
2. Kebutuhan yang sesungguhnya.
3. Kebutuhan yang dirasakan.
4. Kebutuhan kultural.
5. Kebutuhan yang dapat dilacak ke penggunaan yang tidak direncanakan.
12
Dalam upaya mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang berkaitan dengan
kepuasan produk perlu dilakukan klasifikasi untuk memisahkan antara kepuasan dan
ketidakpuasan produk. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan produk adalah:
1. Teknologi
Munculnya teknologi-teknologi baru dapat menjawab kebutuhan pelanggan untuk
mencapai
kepuasan
produk.
Produk-produk
berteknologi
seperti
listrik,
banyak
orang
sampai
teror
terhadap
sekelompok
orang.
Produk harus dibuat kompatibel seluas mungkin. Upaya semacam ini telah
banyak dilakukan melalui panitia standarisasi, atau melalui monopoli alamiah
seperti sistem telekomunikasi.
13
4. Kecepatan Pelayanan
Pelayanan harus cepat. Di beberapa kultur, unsur utama persaingan adalah
kecepatan pelayanan (tumbuhnya industri fast food terutama didasarkan pada
persaingan
dalam
kecepatan
pelayanan),
jadwal
yang
saling
berkait
14
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen merupakan faktor kunci yang harus
dimiliki oleh perusahaan untuk dapat menghasilkan produk yang berdaya saing
tinggi.
Tujuan dari prinsip QFD adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan dan
keinginan pelanggan dapat terpenuhi dalam proses penurunan suatu produk. Karena
itulah dikatakan mengapa QFD bermula dari suara pelanggan (VOC = voice of
customer) dan sering dalam bahasa Inggris QFD disebut sebagai customer-driven
product development atau customer-fucosed design
2.8 House Of Quality (HOQ)
Aplikasi QFD dilakukan dalam bentuk matriks besar yang sering disebut sebagai
House of Quality (HOQ). House of Quality adalah suatu framework atas pendekatan
dalam mendesain manajemen yang dikenal sebagai Quality Function Deployment,
terdapat dalam fase pertama dari QFD yang disebut juga dengan Customer
Requirements. Konsep House of Quality (HOQ), intinya bersumber pada sebuah
tabel kualitas. House of Quality memperlihatkan struktur untuk mendesain dan
membentuk suatu siklus, dan bentuknya menyerupai sebuah rumah. Kunci dalam
membangun HOQ adalah difokuskan pada kebutuhan pelanggan, sehingga proses
desain dan pengembangannya lebih sesuai dengan yang diinginkan oleh
pelanggan daripada dengan teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi yang penting dari pelanggan.
Kunci input bagi matriks adalah data kebutuhan dan keinginan konsumen
(importance to customer) serta kepuasan konsumen (customer satisfaction
performance) yang selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan matriks
perencanaan (planning matriks). Proses penyusunan konsep dimulai dengan
serangkaian kebutuhan konsumen dan spesifikasi target diakhiri dengan terciptanya
suatu konsep produk. Informasi lain yang terdapat dalam HOQ adalah nilai target
HOQ yang mengandung beberapa bagian, masing-masing bagian dapat dan harus
disesuaikan agar dapat berfungsi dengan baik.
2.8.1. Kebutuhan Pelanggan (Customer Needs)
Berisi data atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian pasar tentang
kebutuhan dan keinginan konsumen. Bagian suara konsumen dalam Rumah
Kualitas terdiri dan daftar-daftar berstruktur kebutuhan dan keinginan konsumen
yang telah didapat untuk perencanaan kualitas jasa. Langkah-langkah yang selalu
dilakukan pada bagian ini adalah :
1. Mengumpulkan suara konsumen dengan wawancara dan keluhan konsumen. .
15
2. Mengelompokkan suara konsumen.
3. Menyusun kebutuhan dan keinginan dalam bagian suara konsumen.
Data kebutuhan dan keinginan konsumen ini diperoleh dari hasil identifikasi
kebutuhan dan keinginan konsumen dengan cara penyebaran kuesioner penelitian.
Data ini yang selanjutnya disebut sebagai atribut produk fire extinguisher yang
menjadi input dalam pembentukan HOQ.
2.8.2. Matriks Perencanaan (Planning Matriks)
Berdasarkan atribut produk fire extinguisher yang telah diperoleh, maka dilakukan
perencanaan prioritas untuk masing-masing atribut tersebut. Perencanaan prioritas
tersebut adalah dengan menggunakan matriks perencanaan (planning matriks) yang
terdiri dari:
2.8.3. Tingkat Kepuasan Konsumen (Importance to Costumer)
Importance to customer digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan
konsumen yang paling penting dalam bentuk tree diagrams. Untuk itu terlebih dahulu
dilakukan perhitungan frekuensi terhadap masing-masing atribut berdasarkan tingkat
kepentingan masing-masing. Perhitungan tingkat kepentingan menggunakan modus,
yaitu dengan melihat nilai/bobot yang paling banyak muncul.
2.8.4. Current Satisfaction Performance
Current Satisfaction Performance merupakan penilaian tingkat kepuasan dari produk
fire extinguisher yang ada. Nilai ini diperoleh pada saat penyebaran kuesioner
penelitian. Perhitungan Current Satisfaction Performance secara matematis adalah:
Tingkat Kepuasan
Performanc e Weight
Number of Respondent
......................................................(2.4)
Performance Weight = Number of Respondent * Performance (Scale). ............................
(2.5)
Sumber: Cohen L., QFD: How To Make QFD Work for You, 1995.
Keterangan:
Performance adalah nilai tingkat kepuasan yang didapat dari hasil penyebaran
kuesioner.
2.8.5. Goal
16
Penentuan goal dilakukan melalui diskusi dengan tim ahli perancang produk fire
extinguiher. Di dalam penentuan goal skala penilaian mengacu pada nilai
Importance to Customer. Skala penilaian goal ditunjukkan pada tabel berikut:
Penjelasan
a
1
Tidak
2
3
Memuaskan
Memuaskan
Sangat
Memuaskan
Sumber: Cohen L., QFD: How To Make QFD Work for You, 1995.
2.8.6. Improvement Ratio
Improvement Ratio digunakan untuk menunjukkan besarnya perubahan atau
perbaikan yang harus dilakukan. Dalam bentuk matematis penentuan nilai
Improvement Ratio adalah:
Improvement Ratio
Goal
Current Satisfaction Performanc e
.................................................(2.6)
Sumber: Cohen L., QFD: How To Make QFD Work for You, 1995.
Arti nilai Improvement Ratio dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Tabel Improvement Ratio
Nilai
<1
Arti
Tidak ada
perubahan
Perbaikan
1,5
> 1,5
sedang
Perbaikan
menyeluruh
Sumber: Cohen L., QFD: How To Make QFD Work for You, 1995.
2.8.7. Sales Point
17
Sales point menyatakan besarnya nilai jual atribut produk dalam peningkatan
penjualan produk. Nilai ini diperoleh dari hasil diskusi dengan tim ahli perancang
produk tersebut dalam perusahaan. Arti nilai sales point dapat dilihat pada tabel
berikut:
Arti
Tidak ada
1,2
sales point
Sales point
1,5
sedang
Sales point
kuat
Sumber: Cohen L., QFD: How To Make QFD Work for You, 1995.
2.8.8. Raw Weight and Normalized Raw Weight
Digunakan untuk menunjukkan besarnya perbaikan suatu kriteria customer needs
produk fire extinguisher. Dalam bentuk matematis penentuan nilai Raw Weight and
Normalized Raw Weight adalah:
Raw Weight = Importance to customer * Improvement Ratio * Sales Point
..........................(2.7)
Raw Weight
Raw Weight Total
.................................................................(2.8)
Sumber: Cohen L., QFD: How To Make QFD Work for You, 1995.
2.8.9. Matriks Hubungan (Relationship Matriks)
Matriks ini digunakan untuk melihat hubungan sebab akibat yang ditimbulkan antara
kebutuhan dan keinginan konsumen (customer needs) dengan karakteristik teknik
(technical respons). Hubungan terbentuk antara
pendeskripsian
teknis
dapat
menjadi
sangat
karena
18
Relationship Matriks = Nilai Raw Weight * Bobot Penilaian Tingkat Hubungan
.................(2.9)
Sumber: Cohen L., QFD: How To Make QFD Work for You, 1995.
Tingkat hubungan dan bobot/nilai Relationship Matriks dapat dilihat pada tabel
berikut:
Sumber: Cohen L., QFD: How To Make QFD Work for You, 1995.
Keterangan:
Nilai 9: hubungan berpengaruh kuat. Artinya perubahan yang relatif kecil pada
karakteristik teknis akan memberikan pengaruh yang sangat berarti pada
kepuasan pelanggan.
19
Nilai -9: hubungan berpengaruh kuat berlawanan. Artinya perubahan yang relatif
kecil pada karakteristik teknis akan memberikan pengaruh yang sangat berarti
pada kepuasan pelanggan dari hubungan yang berlawanan.
Sumber: Cohen L., QFD: How To Make QFD Work for You, 1995.
2.8.12 Penilaian Persaingan (Benchmarking)
Penilaian
persaingan
adalah
sepasang
tabel
bobot
(atau
grafik)
yang
20
produk yang ada pada organisasi. Tabel penilaian persaingan dibagi kedalam dua
kategori :
-
dan
mengidentifikasi
bidang
yang
akan
difokuskan
pada
tersebut
kemudian
digunakan
oleh
perusahaan
sebagai
dasar
21
Data
tingkat
kepuasan
konsumen
terhadap
produk
yang
22
5) Bagian E : Menunjukkan korelasi antara persyaratan teknis yang satu dengan
persyaratan-persyaratan teknis yang lain yang terdapat dalam matriks C.
Korelasi
antara
kedua
persyaratan
teknis
tersebut
ditunjukkan
dengan
Target
kinerja
persyaratan
teknis
produk
baru
yang
dikembangkan.
BAB III
ANALISIS STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
23
Sebuah lemari kayu lapis terpilih sebagai kendaraan studi untuk penelitian ini
karena angka penjualan yang tinggi dan yang kebanyakan bentuk rumit
dibandingkan dengan produk lain, seperti showcase, meja kantor, dan meja. Tujuan
utama dari ini penelitian ini adalah untuk merancang dan memproduksi jenis baru
prototype plywood lemari untuk industri mebel.
Dimana Keinginan pelanggan ditejemahkan kedalam House of Quality. Teknik Ini
diterapkan untuk merancang bentuk-bentuk baru melalui perubahan, misalnya,
bentuk produk, pola, warna, fungsi, dan kualitas bahan yang digunakan.
kepuasan produk dievaluasi oleh pelanggan menyusun kelompok-kelompok
pengguna produk dan toko agen penjualan. Hasil mengungkapkan bahwa nilai
kepuasan rata-rata prototipe baru meningkat 2,71-4,08 poin atas produk saat ini
(Kenaikan sekitar 54,87%). pengujian hipotesis kepuasan pelanggan antara saat ini
dan desain baru itu ditemukan meningkat secara signifikan berkaitan dengan
pendekatan QFD
24
Dalam penelitian ini data primer yang digunakan meliputi survei ,pengamatan
langsung , dan wawancara tehadap sample group yang telah ditentukan untuk
menentukan voice of customers, kebutuhan pelanggan, dan kepuasan
pelanggan
2. Data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya
Dalam penelitian ini data sekunder adalah data historis perusahaan seperti:
penjualan produk mebel, desain awal produk lemari kayu lapis di Thailand
Untuk mencapai tujuan penelitian ini digunakan Quality Function Deployment
QFD . Data fundamental dikumpulkan melalui kuesioner dimana diambil sample yang
terdiri dari pengguna produk dan toko agen penjualan. Karena jumlah yang tidak
diketahui dari pelanggan, ukuran sampel untuk mengeksplorasi kebutuhan
pelanggan
dan rating kepuasan pelanggan melalui empat kuesioner telah dihitung ,yakni:
1. Kuesioner pertama
digunakan untuk survei kebutuhan pelanggan seperti yang ditunjukkan bahwa
Pada 90% confidence interval, ditemukan bahwa setidaknya 58 pelanggan perlu
disurvei untuk mendapatkan informasi customer needs
2. Kuesioner kedua
dilakukan untuk mendapatkan signifikansi Level dari tingkat kebutuhan
3. kuesioner ketiga
Digunakan untuk mendapatkan satisfaction Rating dari Case Study Factory
yang dibandingkan Factory lainnya yang sejenis
4. Kuesioner Keempat
kuesioner ini diperlukan untuk membandingkan kepuasan pelanggan antara
lemari kayu lapis saat ini dan yang baru dikembangkan. Pada interval kepercayaan
95% , 3 kuesionair yang lain membutuhkan jumlah sample yang sama yakni 323
sample
25
26
paling penting hingga1 yang merupakan kategori kurang penting. Geometris berarti
persamaan digunakan untuk menghitung data primer dari dua kuesioner tersebut
(Kengpol, 2004). Untuk menyelesaikan tugas ini, bobot pentingnya kebutuhan
'dikalikan oleh nilai-nilai rasio peningkatan, menghasilkan peringkat tingkat
kepentingan
3. Perencanaan Produk Matriks, atau Pengembangan House Of Quality
Matriks pertama dari metode QFD disebut Rumah Kualitas yang dibangun untuk
menganalisis dan menerjemahkan kebutuhan pelanggan (Apa) ke dalam persyaratan
teknis(Bagaimana). Struktur dasar dari HOQ disajikan pada Gambar 3.2
27
28
material. Sebuah diagram sebab akibat diaplikasikan untuk menganalisis hubungan
teknis persyaratan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan hal ini dapat dilihat pada
gambar 3. Hasilnya, nilai target persyaratan teknis ditetapkan untuk mengukur dan
menentukan arah hasil dari improvement.
absolute importance
x 100
absolute importance
Bagian 6: Korelasi teknis, ditugaskan di atap pada HOQ , adalah hasil brainstorming
kelompok untuk menentukan hubungan antara "Hows" dan menunjukkan apa "
Hows " mempengaruhi tiap teknik (Benner et al., 2003). Indikasi ini menunjukkan
bahwa unsur-unsur teknis mempengaruhi kinerja masing-masing yang lain, yang
diwakili oleh
29
menandai "X" untuk hubungan lemah dan "O" untuk hubungan yang kuat (Pinta,
2002). Penerapan HOQ matriks "Apa vs Bagaimana"
3.2.3
paling penting yang ditunjukkan tergantung pada nilai tertinggi dari yang signifikan
relatif teknis kebutuhan. Parameter ini meliputi weight, size, number of color, number
of assembly part, and color brightness (Kolom 1, 2, 4, 9, dan 11, masing-masing,
dapat dilihat pada lembar lampiran). Hal ini dapat dilihat bahwa persyaratan teknis
30
(Hows) yang sangat terkait dengan berbagai kebutuhan pelanggan dan akan
memiliki dampak yang tinggi untuk meningkatkan kepuasan nilai prototipe lemari
kayu lapis. Oleh karena itu produk dirancang dan diproduksi berdasarkan
persyaratan penting, terutama pada lima parameter seperti yang dibahas di atas.
Untuk menentukan kepuasan pelanggan dari prototipe baru lemari kayu lapis atas
yang saat ini, Kuesioner keempat digunakan untuk evaluasi. Dikarenakan tidak
mungkin bagi total 323 responden untuk memeriksa dan mencoba menggunakan
produk, evaluasi diperlihatkan dan diatur melalui gambar dan deskripsi produk. Satu
kelemahan utama adalah bahwa, terdapat tiga item; seperti keamanan bahan,
kemudahan penggunaan, dan berat yang sesuai, tidak dapat dilakukan di bawah
produk ini representasi dan harus diabaikan. Namun, foto-foto sebelum dan sesudah
perbaikan yang sangat hati-hati diambil untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan, dan terkait fitur yang benar-benar dijelaskan dalam rangka untuk
memudahkan penentuan peringkat.
3.3.1 Analisis House of Quality
Analisa Room 1
Analisis Room 1 berisikan mengenai kebutuhan pelanggan yang didapat dari
hasil pengujian kuesioner yang telah diuji validitasnya adalah suara pelanggan yang
direkap pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Voice of Customer
Voice Of Customer
Shape Sefety
Beauty
Ease to Use
Functionally
Modern Format
Suitable Size
Diversity Format
Beautiful tracery
Suitable weight
Uncomplicated Form
Modern Part
Assambly Part
Material Safety
Quality of Material
Ease of Cleaning
Quality Part
31
Metode ini dimulai dengan pengidentifikasian pelanggan dan pandangan
mereka terhadap kebutuhan mereka dan atribut produk yang mereka inginkan. Pada
Tabel Voice Of Customer didapatkan dari hasil pengujian validitas dimana
pernyataan yang valid dimasukkan ke Room 1.
2)
merupakan tanggapan dari tim terhadap kebutuhan pelanggan yang ada di Room 1
Pada Room 3 menunjukkan hubungan antara kebutuhan konsumen dengan
tanggapan dari tim yang ditunjukkan dengan simbol = kuat ; o = sedang dan =
lemah
Room 2
32
Room 2 adalah Voice Of Design Team, yaitu tanggapan dari perusahaan atau
tim pengembang terhadap kebutuhan pelanggan yang tercantum dalam voice of
customer. Voice of Design Team juga disebut corporate expectation. Pada Room 2
ditentukan atribut desain (karakteristik desain) yang akan digunakan dalam sebuah
layanan Atribut inilah yang akan menentukan cara bagi tim desain untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Tabel 3.2 Voice of Customer
Voice Of Customers
Weight
Size
Strength
Number of Colour
Convenient Door and
Drawer
Product Comes
Diversity Of Product
More Functionally
Number of Assembly
Part
Modern Material
Brightness
Durability of Colour
and Material
Quality of the Used
Material
Ease of Cleaning
Surface
Quality of Suppliert
b)
Room 3
Room 3 berisi tentang hubungan antara kebutuhan pelanggan dengan
33
lemah. Setiap kebutuhan pelanggan dibandingkan dengan semua tanggapan tim
mengenai kebutuhan tersebut, lalu tim menentukan bagaimana hubungan diantara 2
variabel tersebut, apakah lemah, sedang ataupun kuat. Berikut dibawah ini
merupakan gambaran dari Room 3:
Format
Suitable Size
Diversity
weight
Uncomplicated
Form
Modern Part
3) Room 4
Ease of
Quality of
Cleaning
Suppliert
Quality of the
Used
Durability of
Colour and
Brightness
Modern
Number of
More
Diversity Of
Product
Convenient
Safety
Quality of
Cleaning
Quality Part
Assambly Part
Material
Material
Ease of
Format
Beautiful
tracery
Suitable
Material
Assembly
Functionally
Modern
Functionally
Product
Ease to Use
Comes
Door and
Shape Sefety
Beauty
Number of
Colour
Strength
Quality
Size
Demanded
Weight
34
Room 4 yaitu bencmarking yang menjelaskan tentang hubungan antara existing
produk dengan competitive product . Dari Room ini dapat dianalisa kelebihan
masing-masing produk. Hubungan tersebut digambarkan pada gambar dibawah ini.
Tabel 3.4 2 Room 4
Case
Study
Voice Of Customer
Shape Sefety
Beauty
Ease to Use
Functionally
Modern Format
Suitable Size
Diversity Format
Beautiful tracery
Suitable weight
Uncomplicated Form
Modern Part
Assambly Part
Material Safety
Quality of Material
Ease of Cleaning
Quality Part
Factory
2.2
3.1
3.1
3.7
3.2
4.7
3.6
2.8
3.6
4.3
3.1
1.1
3.1
3.5
3.2
3.1
Others
Factory
2.3
3.4
3.6
4
3.1
4.6
3.4
3.2
2.4
3.5
3.9
1.3
3.1
3.4
3.3
3.8
Goals
1
2.3
3.4
3.6
4
3.2
4.7
3.6
3.2
3.6
4.3
3.9
1.3
3.1
3.5
3.5
3.8
existing product,
produk yang akan dirancang atau exixting product itu sendiri yang kemudian
35
dibandingkan dengan competitor product 1 dan competitor product 2. Dan pada hal
ini dikarenakan kurangnya data yang ada dilakukan brainstorming dalam
menentukan nilai tingkat kesulitan dan nilai dari technical requirement target. Berikut
ini adalah gambar analisa Room 5.
sejauh
mana penguatan
atau
konflik
yang perlu
= Semakin tinggi
36
Quality of
Ease of Cleaning
Surface
Suppliert
Quality of the
Used Material
Durability of
Colour and
Brightness
Modern Material
More Functionally
Number of
Assembly Part
Diversity Of
Product Comes
Convenient Door
Shape
Product
4.14
Quality
and Drawer
ance
ed
Number of Colour
Import
Demand
Strength
Size
Weight
Weight
4.06
3.89
3.8
3.64
3.63
3.39
3.39
3.35
3.3
4.29
4.24
4.07
3.64
ally
Modern
Format
Suitable
Size
Diversity
weight
Uncompli
cated
y Part
Material
Safety
Quality
of
Cleaning
Quality
Quality of
Material
Ease of
Suppliert
Ease of Cleaning
Surface
Durability of
Brightness
Number of
More Functionally
Form
Modern
Part
Assambl
Diversity Of
Format
Beautiful
tracery
Suitable
Quality of the
Use
Function
Colour and
Ease to
Modern Material
Used Material
4.12
Beauty
Assembly Part
4.12
and Drawer
Sefety
Product
Product Comes
Quality
Convenient Door
ance
ed
Number of Colour
Import
Demand
Strength
Size
Weight
Weight
37
86.
51.
64.
42.
12.
57
7.7
48
8.9
54
5.3
71
6.6
04
4.3
87
1.3
Part
Sig of
79
12
54.
10
14
7.
48
58
80
75.
absolute
Sig of
.8
8.
2.6
12.
02
5.5
5
10
.3
1.
37
7.
.6
.4
6.
.4
8.
relative
22
63
.8
47
66
02
28
38
relative importance=
absolute importance
x 100
absolute importance
Dari gambar diatas juga menunjukan bahwa nilai relative importance pada
atribut variasi size memiliki nilai paling besar dan pada atribut quantity of supplier
memiliki nilai relative importance yang paling kecil dibanding atribut yang lainnya.
3.1 Pengujian hipotesis kepuasan
Untuk
membandingkan
kepuasan
pelanggan
sebelum
dan
sesudah
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Teknik
Quality
Function
Deployment
(QFD)
dapat
digunakan
dalam
Dan sebagai perbandingan antara desain awal dan desain lemari berdasalkan hasil
dari penerapan QFD. Hasilnya menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan rata-rata
mengenai desain baru setiap fitur meningkat secara signifikan, berdasarkan
pendekatan QFD. Oleh karena itu, dapat disipulkan bahwa fitur-fitur bedasarkan
voice pendekatan QFD memiliki persentase yang lebih tinggi dan perubahan nilai
kepuasan pelanggan juga akan secara signifikan diterima. hal ini dapat dilihat pada
gambar 4.1
39
Gambar 4.1 Presentase Perbandingan Customer Need Desain Lama dan Desain
Baru
4.2 Kritik
Jurnal ini dinilai cukup baik , namun ada beberapa kritik dan saran yang dapat
diberikan
1. Pada industry mebel sekarang ini tidak hanya diperlukan suara konsumen saja,
namun faktor seperti ke-ergonomisan
40
DAFTAR PUSTAKA
Benner, M. J., & Tushman, M. L. (2003). Exploitation, exploration, and process
management: The productivity dilemma revisited. Academy of management
review, 28(2), 238-256
Bergquist, K., & Abeysekera, J. (1996). Quality function deployment (QFD)A
means for developing usable products. International journal of industrial
ergonomics, 18(4), 269-275.
Boonyanuwat, N., Suthummanon, S., Memongkol, N., & Chaiprapat, S. (2008).
Application of quality function deployment for designing and developing a
curriculum for Industrial Engineering at Prince of Songkla University. W ras n
Songkhl Nakharin, 30(3), 349.
Cohen, L., & Cohen, L. (1995). Quality function deployment: how to make QFD work
for you. Reading, MA: Addison-Wesley.
Homkhiew, C., Ratanawilai, T., & Pochana, K. (2012). Application of a quality function
deployment technique to design and develop furniture products.Songklanakarin
Journal of Science & Technology, 34(6).
Homkhiew, C., Ratanawilai, T., & Pochana, K. (2012). Application of a quality function
deployment technique to design and develop furniture products.Songklanakarin
Journal of Science & Technology, 34(6).
Juran, J. M. (1995). Merancang Mutu. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.
Kotler, P., & Susanto, A. B. (2000). Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis,
Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Levitt, T. (1969). The marketing mode: Pathways to corporate growth. McGraw-Hill.
LAMPIRAN
16