Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Sari
Fenomena aktivitas hidrotermal banyak ditemui di daerah Tirtomoyo, yang dicirikan oleh hadirnya alterasi hidrotermal dan mineralisasi bijih di daerah tersebut, di antaranya endapan (urat) kuarsa+logam
dasar Pb-Zn. Penelitian ini menggunakan metode geologi lapangan dan analisis laboratorium. Urat
logam dasar Pb-Zn dicirikan oleh kehadiran kuarsa, pirit, galena dan sfalerit, dengan sedikit kal
kopirit. Komposisi kadar bulk urat bervariasi; misalnya Urat Bonagung (0.13 % Cu; 0,31 % Pb;
0,99 % Zn), Urat Ngroto (1,29 % Cu; 0,28 % Pb; 438,7 ppm Zn), dan Urat Warak (3,38 % Cu, 1,40
% Pb, 26,34 % Zn). Urat polimetalik tersebut berupa urat-urat berlembar memperlihatkan tekstur
kristal kuarsa cenderung kasar, jernih, kadang-kadang kalsedoni, comb, bahkan biasa berkembang
tekstur gigi anjing dan crustiform banded. Batuan pembawa mineralisasi kemungkinan dasit yang
mengintrusi breksi vulkanik dan lava andesit. Akibat larutan hidrotermal dari dasit tersebut, batuan
mengalami alterasi berupa silisifikasi, argilik dan propilitik. Analisis inklusi fluida terhadap tiga urat
kuarsa terpilih menunjukkan bahwa endapan tersebut terbentuk pada temperatur sekitar 220 - 340O C
dengan puncak pada 230 - 240O C, serta salinitas umumnya pada jangkauan 0,5 - 1,0 wt.% NaCl eq.
Berdasarkan data tersebut maka dapat diinterpretasikan bahwa endapan tersebut masih dikategorikan
sebagai sistem epitermal yang terbentuk pada tekanan 30 - 40 bars dan pada kedalaman sekitar 350
- 400 m di bawah permukaan purba. Pemetaan rinci menunjukkan bahwa di daerah ini ditemukan
urat logam dasar yang cukup melimpah, sehingga sangat mungkin berpotensi dikembangkan sebagai
komoditi tambang dengan memberdayakan masyarakat setempat.
Kata kunci: urat epitermal, logam dasar Pb-Zn, alterasi hidrotermal, mineralisasi bijih, inklusi fluida, Jawa Tengah
Abstract
Phenomena of hydrothermal activity are frequently found in the studied area (Tirtomoyo), which is
obviously manifested by the presence of hydrothermal alteration and ore mineral deposits, for instance, base metals (Pb-Zn)+quartz veins. This study was carried out in two main stage methods,
namely fieldworks and laboratory analyses. The base metal (Pb-Zn) veins are characterized by quartz,
pyrite, galena, sphalerite, and rare chalcopyrite. Chemical compositions of the veins are various, for
instance, Bonagung Vein (0.13 % Cu; 0.31 % Pb; 0.99 % Zn), Ngroto Vein (1.29 % Cu; 0.28 % Pb;
438.7 ppm Zn), and Warak Vein (3.38 % Cu, 1.40 % Pb, 26.34 % Zn). The polymetallic veins are in
the form of sheeted veins showing an open-space filling partly indicated by coarse-grained quartz,
partly calcedony, comb, dog-teeth, and crustiform banded textures. Wall-rocks composed of volcanic
breccia and andesitic lava are intruded by dacite, which is interpreted as a mineralization-bearing
intrusion in the studied area. Dacite exsolved hydrothermal magmatic fluid mixed with meteoric waters. The wall-rocks were altered by meteoric-dominated fluids forming silicic, argillic, and propylitic
alteration zones. Microthermometric study of fluid occurring in selected quartz veins indicates that
the ore deposit originated at temperatures of 220 - 340C with a peak of 230 - 240 C, and salinity of
Naskah diterima: 12 November 2008, revisi kesatu: 18 Desember 2008, revisi kedua: 14 Januari 2009, revisi terakhir: 03 Maret 2009
13
responsible fluid of 0.5-1.0 wt.% NaCl eq. On the basis of those data, it is interpreted that the deposit
is categorized into an epithermal system, which was formed at a pressure of about 30 - 40 bars and
formation depth of 350 - 400 m below paleosurface. Detailed mapping shows that the base-metals
(Pb-Zn)+quartz veins occur abundantly in the studied area (partly being mined by local people), and
it is potential to be managed to empower the economic development of the local community.
Keywords: epithermal vein, Pb-Zn base metal, hydrothermal alteration, ore mineralization, fluid inclusion, Central Jawa
Pendahuluan
Kebutuhan dan harga logam terutama logam
mulia dan logam dasar di pasar dunia yang
semakin melonjak akhir-akhir ini, memaksa kita untuk semakin terus melakukan
inventarisasi, eksplorasi, dan eksploitasi
endapan logam tersebut. Apa lagi dengan
diterapkannya otonomi daerah dan disentralisasi pengelolaan bahan galian, maka
kegiatan ekplorasi menjadi sangat vital
dalam rangka perencanaan dan kebijakan
pemanfaatan sumber daya tersebut untuk
meningkatkan perekonomian daerah.
Sebagai contoh, daerah yang terletak sepanjang Pegunungan Selatan Jawa (Gambar 1)
merupakan jalur yang cukup prospek ter
hadap potensi sumber daya mineral. Berlatar
belakang hal tersebut, maka penelitian ini
110oT
114oT
7S
8oS
KETERANGAN
Daerah Penelitian
Dataran Aluvium
Depresi
Antiklinorium Rembang-Madura
X XX
U
o
75
Gambar 1. Peta lokasi dan fisiografi daerah penelitian (Van Bemmelen, 1949).
14
150 km
9S
Endapan Urat Epitermal Logam Dasar Pb-Zn Daerah Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri,
Propinsi Jawa Tengah (A. Idrus drr.)
Geologi Regional
Daerah penelitian, Tirtomoyo dan sekitarnya, terletak pada sisi barat daya Peta Geo
logi Lembar Ponorogo, Jawa Timur (Sampurno dan Samodra, 1997). Di kawasan ini
batuan Oligosen Akhir - Miosen Awal dibagi
menjadi fasies turbidit (Formasi Dayakan)
dan fasies gunung api (Formasi Watupatok
dan Formasi Panggang).
Ketiga satuan saling menjemari dan ditindih
selaras oleh Formasi Semilir, yang berupa
kumpulan batuan sedimen turbidit asal gunung api berumur N4 N5 (Miosen Awal).
Batuan gunungapi andesitbasal Formasi
Nglanggeran yang berumur Miosen Awal
menindih selaras Formasi Semilir. Kedua
formasi ini di daerah penelitian diterobos
oleh intrusi dasit.
Batuan OligosenMiosen ini ditindih oleh
satuan batugamping tua Formasi Sampung
yang pembentukannya dipengaruhi oleh
gejala longsoran bawah laut. Runtunan
klastika gampingan di bagian atas satuan
ini dinamakan Anggota Cendono. Formasi
Sampung yang berumur akhir Miosen Awal
diterobos oleh andesit, dasit, dan basal.
Runtunan batuan tersebut ditindih tak selaras oleh batugamping berumur N12 - N17
(Miosen Tengah Pliosen), yaitu Formasi
Wonosari yang didominasi oleh batugamping terumbu. Batuan gunung api Kuarter
Kompleks Lawu yang bersusunan andesit
menindih tak selaras satuan yang lebih tua.
Kumpulan batuannya dibedakan menjadi
Kelompok Jobolarangan atau Lawu Tua
yang berumur Plistosen dan Kelompok
Lawu Muda yang berumur Holosen.
Geologi dan Penyebaran Urat
Secara geologi, endapan urat logam dasar
Pb-Zn di Kecamatan Tirtomoyo berada
Desa Waroko
Karakan
Desa Depuh
Ngepoh
Desa Hargosari
U
Hargosari
111o04'30"
111o05'00"
111o05'30"
111o06'00"
111o06'30"
1 Km
111o07'00"
Gambar 2. Peta lokasi, penyebaran, dan orientasi urat kuarsa+logam dasar (Pb-Zn) di Kecamatan Tirtomoyo,
Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. (Sumber peta: RBI Lembar Pulorejo (Bakosurtanal, 2001).
Endapan Urat Epitermal Logam Dasar Pb-Zn Daerah Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri,
Propinsi Jawa Tengah (A. Idrus drr.)
Inklusi Fluida
Kondisi fisika-kimia pembentukan endapan
logam dasar diinterpretasi berdasarkan studi
mikrotermometri pada inklusi fluida dalam
urat kuarsa+logam dasar (Pb-Zn) tersebut.
Secara umum ada dua tipe inklusi fluida yang
teramati yaitu inklusi fluida primer (Gambar
12
10
25
20
Frekuensi (n)
Frekuensi (n)
15
10
4
5
200-220221-240241-260261-280281-300301-320321-340341-360361-380381-400
0
0.0-0.5
0.6-1.0
1.1-1.5
1.6-2.0
2.1-2.5
2.6-3.0
Gambar 5. (a) Temperatur pembentukan urat kuarsa+logam dasar berkisar antara 220 - 340 C, dengan temperatur umum pada 230 - 240 C, (b) Salinitas fluida umumnya pada kisaran 0,5 - 1 wt.% NaCl eq.
18
Endapan Urat Epitermal Logam Dasar Pb-Zn Daerah Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri,
Propinsi Jawa Tengah (A. Idrus drr.)
Water table
100
Vein
200
Zona filik
Sb
Bonanza ore
Boiling level
TIRTOMOYO
Buchanan (1981)
Logam dasar
250
Ag
Au
400
Mineral Bijih
Voids, lempung,
kalsedon, opal,
kristobalit
Kalsit, zeolit,
(kalsedon)
Argilik
Propilitik
As
Temperatur
200
Lempung
alunite cap
in
Ve
Hg
150
Mineral Pengotor
Illit,
Ilit serisit
Au dalam pirit
Ag-sulfosat
Pirargirit
Proustit
Argentit
(Akantit)
Elektrum
Argentit
Elektrum
Galena, spalerit,
kalkopirit,
argentit
Tetraherittenantit,
kalkopirit
Enargit
Gambar 6. Model konseptual (cf. Buchanan, 1981) urat kuarsa polimetalik di daerah Tirtomoyo merupakan
bagian dari endapan sistem epitermal yang terbentuk pada kedalaman 350 - 400 m di bawah permukaan purba
( paleosurface).
20