Sie sind auf Seite 1von 25

STEP 1

1. Fracture :
- in medical term is called broken bone by trauma physic like people
accident
- Discontinitas between tissue bound and cartilago by trauma
2. Deformity :
- Accentuation of abnormal bone
- The changing of bone shape
- The abnormally position of bone because of pressure to the bone
3. Supine :
- Tidur dengan posisi terlentang

STEP 2
1. Why the patient felt so much pain in her left leg and unable to move her
left leg?
2. Why in physical examination we can found different of leg?
3. Why in her hip looks a little bruished, swelling, deformity (+) compared to
the right side hip?
4. What are the risk factors of the scenario?
5. Why the docter send the patient to instalation radiologi and what is the
expected results from AP and lateral pelvis Xray examination?
6. Why the ER doctor makes a referral to orthopaedics specialist?
7. What is the patofisiology of fracture, dislocation, luksasi, dan subluksasi?
8. What is the clasification of the fracture?
9. What is the complication of the fracture?
10.How does the healing process of fracture?
11.What are the influencing factors of the healing process?
12.What is the correlation of age and the fracture?
13.How to diagnostic? (pemeriksaan penunjang)
14.What are the sign and symptoms of the fracture?
15.What is the first treatment of fracture?
STEP 3
1. Why the patient felt so much pain in her left hip and unable to move her
left leg?
- Felt so much pain in her left :
Peradangan terkena pembuluh darah akan menyebabkan swelling,
bruished
Faktor dari fraktur : terjadi pada persendian sacroiliaca pergeseran
acetabulum dari coxae dan femur tidak bisa bergerak
- Rasa sakit : penekanan terhadap saraf
- Pada saat terjadi fraktur kerusakan pada jaringan lunak
komplikasi infeksi (malunion) dan non infeksi
- Fraktur tertutup hematom dilatasi kapiler otot pada pembuluh
darah inflamsi bengkak penekanan saraf
2. Why in her hip looks a little bruished, swelling, deformity (+) compared to
the right side hip?

Adanya fraktur menyebabkan tulang berdempetan deformity


Proses fisiologi terjadi fraktur hematom berisi sel-sel tulang
yang mati menyebabkan bengkak akibat pelepasan mediatormediator inflamasi, ex : bradikinin, prostaglandin, histamin

3. What are the risk factors of the scenario?


- Massa tulang umur 70 tahun wanita menopouse massa tulang
menurun akibat estrogen menurun tingkat ambilan kalsium dalam
tulang meningkat akibat dari PTH mengambil resorpsi kalsium dalam
darah
- Usia usia lebih muda aktifitas olahraga, ex : basket
>20th jumlah kalsium dalam tulang menurun
- Olahraga
4. Why the docter send the patient to instalation radiologi and what is the
expected results from AP and lateral pelvis Xray examination?
Pemeriksaan radioogi :
- seberapa parah fraktur terbuka ( jar. Terbuka) atau fraktur tertutup
(jar. Tertutup hubungan dari luar)
- diagnostic yang pasti
- mengarah ke penatalaksanaan
- letak patologis (diafisis atau epifisis, distal atau proximal,
menggunakan per-peran pada bagian fraktur)
- pengelolaan lebih optimal
- mengenai organ dalam
syarat hasil px.radiologi yang baik :
a. meliputi dua sendi
Interpretasi hasil px.radiologi :
5. Why in physical examination we can found different of leg?
Pergeseran fragmen kontrasiotot tempat fragmen itu terjadi yang
melekat pada otot tersebut pemendekan
6. Why the ER doctor makes a referral to orthopaedics specialist?
Untuk mendapatkan penanganan yang lebih spesifik
7. What is the patofisiology of fracture, dislocation, luksasi, dan subluksasi?
8. What is the first treatment of fracture?
9. What is the clasification of the fracture?
10.What are the sign and symptoms of the fracture?
11.How does the healing process of fracture?
12.What are the influencing factors of the healing process?
13.What is the correlation of age and the fracture?
14.How to diagnostic? (pemeriksaan penunjang)
15.What is the complication of the fracture?
16.Apa perbedaan foto AP, PA dan lateral? Beserta hasilnya!
Mapping

STRUKTUR JARINGAN

FRAKTUR

FRAKTUR TERBUKA

FRAKTUR TERTUTUP

MANISFESTASI KLINIS

CIRI KHAS FRAKTUR

ETIOLOGY

DEFORMITAS
BENGKAK
HEMATOME
GERAK TERBATAS

COLLES
SMITH
GALEAZZI
MONTAGEA

BENTURAN KERAS
KECELAKAAN
FAKTOR TRAUMA

STEP 7
1. Why the patient felt so much pain in her left hip and unable to move her
left leg?
Felt so much pain in her left :
Peradangan terkena pembuluh darah akan menyebabkan swelling,
bruished
Faktor dari fraktur : terjadi pada persendian sacroiliaca pergeseran
acetabulum dari coxae dan femur tidak bisa bergerak

Rasa sakit : penekanan terhadap saraf


Pada saat terjadi fraktur kerusakan pada jaringan lunak komplikasi
infeksi (malunion) dan non infeksi
Fraktur tertutup hematom dilatasi kapiler otot pada pembuluh darah
inflamsi bengkak penekanan saraf
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan
adanya spasme otot yaitu kontraksi otot involunter yang terjadu
disekitar fraktur, serta adanya tekanan dari patahan tulang atau
kerusakan jaringan sekitarnya.
Sumber : Konsep-konsep Klinis Penyakit, Patofisiologi,Sylvia
Terputusnya kontunuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umum yang disebabkan oleh rudapaksa (tekanan yang berlebihan).
Sumber : buku ajar ilmu bedah , edisi 2
2. Why in her hip looks a little bruished, swelling, deformity (+) compared to
the right side hip?
Adanya fraktur menyebabkan tulang berdempetan deformity
Proses fisiologi terjadi fraktur hematom berisi sel-sel tulang yang mati
menyebabkan bengkak akibat pelepasan mediator-mediator inflamasi, ex :
bradikinin, prostaglandin, histamin
Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses
penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap
awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa
menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang
kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak
tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ
yang lain. Hematom menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga
meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada
otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan
masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema/bengkak.
Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila
berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement rasa
nyeri
Sumber : Buku Bedah FKUI
3. What are the risk factors of the scenario?
Massa tulang umur 70 tahun wanita menopouse massa tulang
menurun akibat estrogen menurun tingkat ambilan kalsium dalam tulang
meningkat akibat dari PTH mengambil resorpsi kalsium dalam darah
Usia usia lebih muda aktifitas olahraga, ex : basket
>20th jumlah kalsium dalam tulang menurun

Olahraga

A combination of factors may increase your risk of a hip fracture, including:

Age. The rate of hip fractures increases substantially with age. As you age, your bone density and
muscle mass both decrease. Older age may also bring vision and balance problems, along with slower reaction
time to avoid falling when you feel unsteady. If you're inactive, your muscles tend to weaken even more as you
age. All of these factors combined can increase your risk of a hip fracture.

Your sex. Women lose bone density at a faster rate than men do. The drop in estrogen levels that
occurs with menopause accelerates bone loss, increasing the risk of hip fractures. However, men also can
develop dangerously low levels of bone density.

Chronic medical conditions. Osteoporosis is the most powerful risk factor for hip fracture, but other
medical conditions may lead to fragile bones. These include endocrine disorders, such as an overactive thyroid,
and intestinal disorders, which may reduce your absorption of vitamin D and calcium.

Certain medications. Cortisone medications, such as prednisone, can weaken bone if you take them
long term. In some cases, certain drugs or the combination of medications can make you dizzy and more prone
to falling.

Nutritional problems. Lack of calcium and vitamin D in your diet when you're young lowers your peak
bone mass and increases your risk of fracture later in life. Serious eating disorders, such as anorexia nervosa
and bulimia, can damage your skeleton by depriving your body of essential nutrients needed for bone building.

Physical inactivity. Weight-bearing exercises, such as walking, help strengthen bones and muscles,
making falls and fractures less likely. If you don't regularly participate in weight-bearing exercise, you may have
lower bone density and weaker bones.

Tobacco and alcohol use. Smoking and drinking alcohol can interfere with the normal processes of
bone building and remodeling, resulting in bone loss.

http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hip-fracture/basics/riskfactors/con-20021033
4. Why the docter send the patient to instalation radiologi and what is the
expected results from AP and lateral pelvis Xray examination?
Pemeriksaan radioogi :
seberapa parah fraktur terbuka ( jar. Terbuka) atau fraktur tertutup (jar.
Tertutup hubungan dari luar)
diagnostic yang pasti
mengarah ke penatalaksanaan
letak patologis (diafisis atau epifisis, distal atau proximal, menggunakan perperan pada bagian fraktur)
pengelolaan lebih optimal

mengenai organ dalam


syarat hasil px.radiologi yang baik :
meliputi dua sendi
-Letak patah tulang harus diletakkan di pertengahan foto dan sinar harus
menembus tempat ini secara tegak lurus.Bila sinar tersebut miring,gambar
menjadi samar,kurang jelas,dan berbeda dari kenyataan.
-Harus selalu dibuat dua lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus
-Persendian proksimal maupun distal harus tercakup dalam foto.
-Bila ada kesangsian atas adanya patah tulang,sebaiknya dibuat foto yang sama
dari ekstremitas kontralateral yang sehat untuk perbandingan.
BUKU AJAR ILMU BEDAH , DE JONG
Interpretasi hasil px.radiologi :
An x-ray (radiograph) is a noninvasive medical test that helps physicians diagnose and treat medical conditions.
Imaging with x-rays involves exposing a part of the body to a small dose of ionizing radiationto produce pictures
of the inside of the body. X-rays are the oldest and most frequently used form of medical imaging.
A bone x-ray makes images of any bone in the body, including the hand, wrist, arm, elbow, shoulder, spine,
pelvis, hip, thigh, knee, leg (shin), ankle or foot.

www.nlmi.com

RADIOLOGIS
Tujuan pemeriksaan radiologis :
Mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
Konfirmasi adanya fraktur
Melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen
sertapergerakannya
Menentukan teknik pengobatan
Menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
Menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
Melihat adanya keaadan patologis lain pada tulang
Melihat adanya benda asing, misalnya peluru
Pemeriksaan radiologis didasarkan prinsip dua :
Dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada anteroposterior dan lateral
Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, diatas
dandibawah sendi yang mengalami fraktur
Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto padakedua
anggota gerak terutama pada fraktur epifisis
Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur
padadua daerah tulang. Misalnya pada fraktur calcaneus atau femur,
makaperlu dilakukan foto panggul dan tulang belakang.

Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur


tulangskafoid, foto pertama biasanya tidak jelas sehingga diperlukan
fotoberikutnya 10-14 hari kemudian.Umumnya dengan foto polos sudah
dapat ditegakan diagnosis fraktur,tetapi perlu dinyatakan apakah fraktur
terbuka/tertutup, tulang mana yang terkenadan lokasinya, apakah sendi
jiga mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu
Sumber : Ekayuda, I. 2005. Radiologi Diagnostik FK UI. Edisi kedua.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI

5. Why in physical examination we can found different of leg?


Pergeseran fragmen kontrasiotot tempat fragmen itu terjadi yang
melekat pada otot tersebut pemendekan
6. Why the ER doctor makes a referral to orthopaedics specialist?
Untuk mendapatkan penanganan yang lebih spesifik
7. What is the patofisiology of fracture, dislocation, luksasi, dan subluksasi?
Subluksasi adalah deviasi dari hubungan normal antara tulang rawan
yang satu dengan tulang rawan yang lain. Sementara dislokasi adalah
keadaa dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi taklagi
dalam hubungan anatomis (brunner & suddarth).

Figure 2. Subluksasi pada


Figure 1. Ini sinar x menunjukkan
8. What is the first treatment of fracture?
Spondilolistesis
dislokasi antara dua tulang di jari
First Aid
1.
2.
3.
4.

Check the person's airway and breathing. If necessary, call 911 and begin rescue breathing, CPR,
or bleeding control.
Keep the person still and calm.
Examine the person closely for other injuries.
In most cases, if medical help responds quickly, allow the medical personnel to take further action.

5.

6.
7.
8.

If the skin is broken, it should be treated immediately to prevent infection. Don't breathe on the wound or
probe it. If possible, lightly rinse the wound to remove visible dirt or other contamination, but do not
vigorously scrub or flush the wound. Cover with sterile dressings.
If needed, immobilize the broken bone with a splint or sling. Possible splints include a rolled up
newspaper or strips of wood. Immobilize the area both above and below the injured bone.
Apply ice packs to reduce pain and swelling.
Take steps to prevent shock. Lay the person flat, elevate the feet about 12 inches above the head, and
cover the person with a coat or blanket. However, DO NOT move the person if a head, neck, or back
injury is suspected.

CHECK BLOOD CIRCULATION


Check the person's blood circulation. Press firmly over the skin beyond the fracture site. (For example, if the
fracture is in the leg, press on the foot). It should first blanch white and then "pink up" in about two seconds.
Other signs that circulation is inadequate include pale or blue skin, numbness or tingling, and loss of pulse. If
circulation is poor and trained personnel are NOT quickly available, try to realign the limb into a normal resting
position. This will reduce swelling, pain, and damage to the tissues from lack of blood.
TREAT BLEEDING
1.
2.

Place a dry, clean cloth over the wound to dress it.


If the bleeding continues, apply direct pressure to the site of bleeding. DO NOT apply a tourniquet to the
extremity to stop the bleeding unless it is life-threatening.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000001.htm
9. What is the clasification of the fracture?

a) Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur


meliputi:
Fraktur komplit Adalah patah atau diskontinuitas jaringan
tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian
dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta

mengenai seluruh kerteks.


Fraktur inkomplit Adalah patah atau diskontinuitas jaringan
tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak

mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).


b) Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan
hubungan dengan dunia luar, meliputi:
Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit

masih utuh tulang tidak menonjol malalui kulit.


Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit,
karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka
fraktur terbuka potensial terjadiinfeksi

Derajat fraktur terbuka:


I Luka:laserasi ,1cm,kerusakan jaringan tidak berarti,relatif
bersih ; Fraktur: sederhana,dislokasi fragmen minimal
IILuka:Laserasi > 1cm,tidak ada kerusakan jaringan yang
hebat atau avulsi. Ada kontaminasi ; Fraktur: Dislokasi
fragmen jelas
IIILuka: luka lebar dan rusak hebat,atau hilangnya jaringan
disekitarnya. Kontaminasi hebat ;
Fraktur:Kominutif,Segmental,Fragmen tulang ada yang hilang
*Buku ajar ilmu bedah DeJong*
c) Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang,
yaitu:
Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi
pada anak-anak dengan tulang lembek
Transverse yaitu patah melintang
Longitudinal yaitu patah memanjang
Oblique yaitu garis patah miring
Spiral yaitu patah melingkar
d) Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur
berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:
i. Tidak ada dislokasi
ii. Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:
Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut
Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh
Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang
Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang
berjauhan dan memendek.

Berdasarkan lokasi patahannya


Berdasarkan usia
Berdasarkan sudut patahnya
Transversal
Oblique
Spiral
Berdasarkan hubungannya dengan dunia luar

Fraktur tertutup (closed)

Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan


dunia luar

Fraktur terbuka
Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar karena adanya perlukaan di kulit. Menurut R. Gustillo
fraktur terbuka ada 3 derajat :
a. Derajat I
o Luka < 1 cm
o Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda
luka remuk
o Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif
ringan
o Kontaminasi minimal
b. Derajat II
o Laserasi > 1 cm
o Kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap/avulsi
o Fraktur kominutif sedang
o Kontaminasi sedang
c. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi
struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi
derajat tinggi.Fraktur derajat III terbagi atas :
o Jaringan

lunak

yang

menutupi

fraktur

tulang

adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi


atau

fraktur

segmental/sangat

kominutif

yang

disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat


besarnya ukuran luka
o Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang
terpapar atau kontaminasi masif
o Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus
diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak
(Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed III Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapiu)

10.What are the sign and symptoms of the fracture?


Symptoms of a fracture are

Out-of-place or misshapen limb or joint


Swelling, bruising or bleeding
Intense pain
Numbness and tingling
Limited mobility or inability to move a limb

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/fractures.html

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi kunik fraktur adalah sebagai


berikut:
NyeriNyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini
dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau
kerusakan jaringan sekitarnya.
Bengkak/edamaEdema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa
yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan
sekitarnya.
Memar/ekimosisMerupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari
extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
Spame ototMerupakan kontraksi otot involunter yang terjadu disekitar
fraktur.
Penurunan sensasiTerjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf
karena edema.
Gangguan fungsiTerjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri
atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.

Mobilitas abnormalpergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang


pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur
tulang panjang.
KrepitasiMerupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian
tulang digerakkan.
DeformitasAbnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan
atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke
posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
Shock hipouolemikShock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi
perdarahan hebat.
Gambaran X-ray menentukan frakturGambaran ini akan menentukan
lokasi dan tipe fraktur
Sumber : (Purwoko Susi, 2007, Pertolongan Pertama dan RJP Pada
Anak, Edisi 4, Cetakan Pertama. PT. ARCAN. Jakarta.)
Fever. Elevated temperatures are seen routinely 24 to 48 hours following
a fracture and reflect the response to breakdown of the hematoma.
Anemia. Medullary arteries are high-pressure vessels, and significant
hemorrhage can occur with fracture. Large dogs may lose 200 ml to 300
ml of blood into the hematoma. Animals with multiple bone fractures can
lose this amount of blood into each hematoma.
Shock. Hypovolemic shock can readily occur with severe fracture or
concomitant vascular lacerations. Shock may lead to death following
severe blood loss into a fracture site.
Nerve injury. Depending on the location of the fracture or its severity,
peripheral nerves can be involved.
Necrosis or gangrene. In instances of fracture and simultaneous
vascular laceration or occlusion, necrosis of distal extremities may occur.
This usually occurs several days following fracture.
Fat in synovial fluid. This sign may indicate presence of an articular
fracture; however, any trauma to a joint may result in fat in the synovial
fluid. If fat is found and the animal remains lame, further studies may be
needed to pursue the diagnosis of fracture.
Source : http://cal.vet.upenn.edu/projects/saortho/chapter_11/11mast.htm

11.How does the healing process of fracture?

Tulang
patah

Jaringan lunak
di sekitarnya
rusak

Periosteu
m
terpisah
dari

Perdaraha
n

Bekua
n

osteogeni
k

Kondrobla
s

Merangsang fosfat
Merangsang deposisi kalsium

Lap tebal di
sekitar lokasi
fraktur

Menebal,
meluas

Menyatu antar dua


fragmen

Trabekul
a

Transformasi
metaplastik

Kalus
tulang

Osteobla
s

(Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M.1995.Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit edisi 4.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC)
Penyembuhan fraktur ada 5 Stadium :
1.

Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan penimbunan


darah

2.

Organisasi Hematom / Inflamasi. Dalam beberapa jam post fraktur


terbentuk fibroblast ke hematom dalam beberapa hari terbentuk kapiler
kemudian terjadi jaringan granulasi

3.

Pembentukan kallus. Fibroblast pada jaringan granulasi menjadi


kolagenoblast kondroblast kemudian dengan partisipasi osteoblast sehat
terbentuk kallus (Woven bone)

4.

Konsolidasi : woven bone berubah menjadi lamellar bone

5.

Remodelling : Kalus berlebihan menjadi tulang normal

Prinsip terjadinya UNION :


a.

Dewasa : Kortikal 3 bulan, Kanselus 6 minggu

b.

Anak-anak : separuh dari orang dewasa

Proses Penyembuhan Tulang


Fase inflamasi
berakhir kurang lebih satu hingga dua minggu yang pada awalnya terjadi
reaksi inflamasi. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom fraktur
yang segera diikuti invasi dari sel-sel peradangan yaitu netrofil, makrofag
dan sel fagosit. Sel-sel tersebut termasuk osteoklas berfungsi untuk
membersihkan jaringan nekrotik untuk menyiapkan fase reparatif. Secara
radiologis, garis fraktur akan lebih terlihat karena material nekrotik
disingkirkan.
Fase reparatif
Umumnya beriangsung beberapa bulan. Fase ini ditandai dengan
differensiasi dari sel mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur lalu diisi
oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat matrik kalus.
Mula-mula terbentuk kalus lunak, yang terdiri dari jaringan fibrosa dan
kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas kemudian yang
mengakibatkan mineralisasi kalus lunak membah menjadi kalus keras dan

meningkatkan stabilitas fraktur. Secara radiologis garis fraktur mulai tak


tampak.
Fase remodelling
Membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk merampungkan
penyembuhan tulang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang
menghasilkan perubahan jaringan immatur menjadi matur, terbentuknya
tulang lamelar sehingga menambah stabilitas daerah fraktur
(McCormack,2000).

Penyembuhan abnormal

a) Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini


dapat dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai.

b) Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak


memadai.

c) Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur,


trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan
lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan
bone grafting dan fiksasi interna. 20 minggu

d) Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja


tanpa aksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen
distal untuk aduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi
gaya ini.

e) Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi


-

(Djuwantoro Dwi 1997.Fraktur Batang

Femur.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16FrakturBatangFemu
r120.pdf/16FrakturBatangFemur120.html.di akses tanggal 23 Juli
2010)
12.What are the influencing factors of the healing process?
13.What is the correlation of age and the fracture?
14.How to diagnostic? (pemeriksaan penunjang)

Anamnesis

Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma


harus diperinci kapan terjadinya, dimana terjadinya, jenisnya,
berat-ringan trauma, arah trauma dan posisi pasien atau
ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa
untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistemik dari
kepala, muka, leher, dada dan perut
(Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed III jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapiu)
PF
Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur
multiple, fraktur pelvis. Fraktur terbuka : tanda-tanda sepsis pada
fraktur terbuka yang mengalami infeksi. Pemeriksaan status
lokalis:
lock, cari apakah terdapat :

Deformitas

Function lasea

Lihat juga ukuran panjang tulang

feel: apakah terdapat nyeri tekan


move

Krepitasi

Nyeri bila digerakan

Seberapa gangguan-gangguan fungsinya, gerakan yang


tidak dilakukan

(Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed III jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapiu)
1. Inspeksi :

Bandingkan dengan bagian yang sehat

Keadaan umum penderita secara keseluruhan

Ekspresi wajah karena nyeri

Lidah kering atau basah

Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan

Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak


untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka

Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam atau


sampai beberapa hari

Perhatikan adanya deformitas, misalnya angulasi, rotasi


dan kependekan

Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada


trauma pada organ-organ lain.

Perhatikan kondisi mental penderita

Keadaan vaskularisasi

2. Palpasi
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita
biasanya mengeluh sangat nyeri.
Hal-hal yang harus diperhatikan :

Temperatur setempat yang meningkat

Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya


disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam
akibat fraktur pada tulang

Krepitasi, dapat dialkuak dengan perabaan dan harus


dilakukan secara hati-hati.

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa


palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis
posterior sesuai dengan kuku yang terkena.

Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk


mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai.

PP
P Pemeriksaan radiologik
Dibuat 2 foto dari aarah AP dan lateral
Dibuat proyeksi yang tegak lurus
Adakalanya dibuat proyeksi Khusus misalnya proyeksi aksial
fraktur pada femur proksimal atau humerus prokismal
(radiology diagnostic)
Pemeriksaan penunjang :

Foto polos

Tomografi,misalnyapada fraktur vertebra atau kondilus tibia

CT-SCAN

MRI

Radioisotop scanning.

Penatalaksanaan
Analgesik yang sering digunakan
Nama Obat

Dosis

Jadwal

Aspirin

325-1000 mg

4-6 jam sekali

Kalium Diklofenak

50-200 mg

8 jam sekali

Natrium Diklofenak

50 mg

8 jam sekali

Ibuprofen

200-800 mg

4-8 jam sekali

Indometasin

25-50 mg

8-12 jam sekali

Ketoprofen

25-75 mg

6-12 jam sekali

Asam Mefenamat

250 mg

6 jam sekali

Naproxen

250-500 mg

12 jam sekali

Piroksikam

10-20 mg

12-24 jam sekali

Tenoksikam

20-40 mg

24 jam sekali

Meloksikam

75 mg

24 jam sekali

Celecoxib

100 mg

12 jam sekali

Nimesulide

100 mg

12 jam sekali

Ketorolak

10-30 mg

4-6 jam sekali

Asetaminofen

500 mg

6-8 jam sekali

Tramadol*

50-100 mg

8 jam sekali

Dikutip dari: Lucas Meliana 2003


15.What is the complication of the fracture?

A hip fracture is a serious injury that can reduce your future independence and
sometimes even shorten your life. Many adults who lived independently prior to their
hip fracture are still in a nursing home more than a year after their injury.
If a hip fracture keeps you immobile for a long time, you may develop one or more of
the following complications:

Blood clots in your legs or lungs

Bedsores

Urinary tract infection

Pneumonia

http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hipfracture/basics/complications/con-20021033
Komplikasi Segera
Lokal
-kulit dan otot = berbagai vulnus (abrasi,laserasi,sayatan,dll)avulsi
-Vaskular=terputus,perdarahan
-organ dalam=jantung,paru-paru,hepar,limpa(pada fraktur kosta)
-neurologis=otak,medula spinalis,kerusakan saraf perifer
Umum
-trauma multiple
Komplikasi Dini
Lokal
-Nekrosis kulit-otot,sindrom kompartemen,osteomielitis,trombbosis,infeksi
sendi
Umum
-emboli paru,tetanus
Komplikasi lama
Lokal
-tulang=malunion,nounion,gangguan pertumbuhan,patah tulang rekuren
-Sendi=penyakit degeneratif sendi pasca trauma
-kerusakan syaraf
Umum
-batu ginjal(akibat imobilisasi lama ditempat tidur dan hiperkalsemia
-neurosis pasca trauma
Buku Ajar Ilmu Bedah DeJong
16.Apa perbedaan foto AP, PA dan lateral? Beserta hasilnya!

Proyeksi pemeriksaan Hip Joint


1. AP (Antero Posterior)

PP (Posisi Pasien) = Pasien supine dengan kaki sedikit direnggangkan dan


bila memungkinkan tungkai bawah diputar ke dalam 30 derajat dan diimobilisasi
pada posisi ini dengan mengganjal bagian lateral ankle dengan bantal pasir.

PO (Posisi Objek) = Posisi Pelvis harus simetris dengan kedua sisi berjarak

sama terhadap meja pemeriksaan.

Ukuran kaset = 24x30cm Vertikal

CR = Tegak lurus Vertikal

CP = Pada garis tengah tubuh kurang lebih 2,5 cm diatas sympisis


pubis/Columb Femuris

FFD = 90 cm

Luas lapangan = Dari Symphisis pubis sampai 1/3 Distal Femur

Marker = R/L Orientasi AP

Kriteria gambaran : Tampak tulang Pubis, Crista iliaca, ilium, Acetabulum,


Femoral Head, Greater Trochanter, Femoral Neck, Lesser Trochanter, dan Body
femur.

Kriteria Evaluasi =

Tampak Tulang Pubis dan Ischi superposisi diatas sacrum dan coxigis

Kedua Foramen obturatorium harus simetris.

Ramus pubis dan ischi harus dekat dengan tengah-tengah radiograf.

Sendi paha harus masuk.


2. LATERAL

PP (Posisi Pasien) = Pasien tiduran dengan posisi recumbent seeing lateral dari femur dan
panggul menempel meja.
PO (Posisi Objek) = Sendi panggul ditempelkan ditengah meja, Lutut sedikit ditekuk (Fleksi),
Tungkai sisi yang lain diluruskan, diletakkan dibelakang tungkai sisi yang diperiksa dan diganjal

dengan bantal.
Ukuran kaset = 24x30cm Vertikal

CR = Vertikal Tegak lurus terhadap kaset

CP = Pada sendi tegak lurus pada tengah-tengah kaset.

FFD = 90 cm

Luas lapangan = dari Symphisis pubis sampai 1/3 distal femur.

Marker = R/L Orientasi AP

Kriteria gambaran = Acetabulum, Femoral Head, Femoral Neck, Lesser Trochanter, Ischial tuberosity.

Kriteria Evaluasi =

Hip joint, Acetabulum dan head femoral harus tampak.

Femoral Neck superposisi dengan trochanter mayor lebih besar pada proyeksi ini.

Das könnte Ihnen auch gefallen