Sie sind auf Seite 1von 9

SAP KEJANG DEMAM

PAKET PENYULUHAN
Topik

: Kejang Demam

Sasaran

: Pasien, keluarga pasien dan pengunjung

Tempat: Ruang Santa Theresia RS Panti Nirmala Malang


Hari

: Jumat, 4 Juli 2014

Waktu

: 30 menit

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus
keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak
satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami
kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran
pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4
tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam.
Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut
disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan lakilaki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999
ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %).
Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka
kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar
37%.

Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel
otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental
atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah,
1985 : 858) .
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat
yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga
perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien
sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan
pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari
trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan
informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I
Made Kariasa, 1999; 262).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik membuat karya tulis dengan judul
Asuhan Keperawatan Pada Anak A dengan Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dan pengunjung dapat mengerti
dan memahami tentang Kejang Demam yang terjadi pada anak.
C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan mengenai Kejang Demam, keluarga pasien dan pengunjung dapat :
1. Menjelaskan pengertian Kejang Demam
2. Menjelaskan penyebab Kejang Demam
3. Menjelaskan patofisiologi Kejang Demam
4. Menjelaskan prognosis Kejang Demam
5. Menjelaskan manifestasi klinis Kejang Demam
6. Menjelaskan klasifikasi Kejang Demam
7. Menjelaskan penatalaksanaan Kejang Demam
8. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Kejang Demam
D. SASARAN
Keluarga pasien dan pengunjung Di Ruang Santa Theresia RS Panti Nirmala Malang.

E. MATERI (TERLAMPIR)
1. Pengertian Kejang Demam
2. Penyebab Kejang Demam
3. Patofisiologi Kejang Demam
4. Prognosis Kejang Demam
5. Manifestasi klinis Kejang Demam
6. Klasifikasi Kejang Demam
7. Penatalaksanaan Kejang Demam
8. Pemeriksaan diagnostik Kejang Demam
F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
G. MEDIA
1. Leaflet
2. LCD dan Laptop
H. KEGIATAN PENYULUHAN
No
1.

Waktu
5 menit

Kegiatan Penyuluh
Pembukaan :

1. Mengucapkan salam pembuka


2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan
penyuluhan
4. Menanyakan kepada peerta sejauh mana
pemahaman tentang materi yang akan
2.

Kegiatan peserta
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
3. Mendengarkan
4. Menjawab pertanyaan
penyuluh

disampaikan
Pelaksanaan :

15 menit
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menjelaskan pengertian Kejang Demam


1. Memperhatikan
Menjelaskan penyebab Kejang Demam
Menjelaskan patofisiologi Kejang Demam
2. Memperhatikan
Menjelaskan prognosis Kejang Demam
3. Memperhatikan
Menjelaskan manifestasi klinis Kejang Demam
Menyebutkan Menjelaskan klasifikasi Kejang
4. Memperhatikan
Demam
7. Menjelaskan penatalaksanaan Kejang Demam
8. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Kejang
5. Memperhatikan
Demam
6. Memperhatikan

7. Memperhatikan
8. Memperhatikan
3.

10 menit

Penutup :

1. Menggali pengetahuan peserta tentang materi


yang telah disampaikan.
2. Menyimpulkan hasil kegiatan penyuluhan
3. Mengucapkan salam penutup

1. Menjelaskan tentang materi


Kejang Demam yang telah
disampaikan.
2. Mendengarkan
3. Menjawab salam

I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Proses
a. Kegiatan penyuluhan dihadiri minimal 5 peserta.
b. Media yang digunakan adalah leaflet, lcd dan laptop.
c. Waktu penyuluhan selama 30 menit.
d. Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di Ruang Santa Theresia
RS Panti Nirmala Malang
e. Penyaji diharapkan menguasai materi dengan baik.
f. Pengorganisasian penyuluhan dipersiapkan beberapa hari sebelum penyuluhan.
g. Seluruh peserta hadir mengikuti penyuluhan dan tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan sebelum kegiatan penyuluhan selesai dilakukan.
h. Diharapkan semua peserta aktif dan antusias mengikuti proses penyuluhan sampai kegiatan
penyuluhan selesai.
2.
a.
b.

Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Kejang Demam diharapkan beberapa peserta mampu :
Menjelaskan pengertian Kejang Demam
Menjelaskan penyebab Kejang Demam
Menjelaskan patofisiologi Kejang Demam
Menjelaskan prognosis Kejang Demam
Menjelaskan manifestasi klinis Kejang Demam
Menjelaskan klasifikasi Kejang Demam
Menjelaskan penatalaksanaan Kejang Demam
Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Kejang Demam
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Kejang Demam diharapkan keluarga pasien dan
pengunjung mengerti dan memahami tentang Kejang Demam serta diharapkan dapat melakukan
perubahan perilaku hidup yang lebih sehat untuk mencegah terjadinya Kejang Demam pada
anak.

Lampiran Materi
KEJANG DEMAM
1.

Pengertian Kejang Demam


Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah,
1997:229).
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3
bulan sampai 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intra kranial atau penyebab tertentu. (Consesnsus Statement On Febrile Siezures, 1980 )

2.

Penyebab Kejang Demam


Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan
cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis media
akut, bronchitis, dll
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma,
bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan
obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian
kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).

a. Intrakranial
Asfiksia : Ensefolopati hipoksik iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventricular
Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith Lemli Opitz.
b. Ekstra cranial
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na

dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan

produksi kernikterus.
c. Idiopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
3.

Patofisiologi Kejang Demam

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan air.
Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar
yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na + rendah,
sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion
di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a.

Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular\

b.

Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya

c.

Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan


Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadi
kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

4.

Prognosis Kejang Demam


Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu
menyebabkan kematian, resiko seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung faktor
:

a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga


b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
c. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, di kemudian hari akan mengalami
serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %, dibanding bila hanya terdapat satu atau tidak sama
sekali faktor tersebut, serangan kejang tanpa demam 2%-3% saja (Consensus Statement on
Febrile Seizures 1981).
5.

Manifestasi Klinis Kejang Demam


Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat
dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun
sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.

6.
a.

b.

Klasifikasi kejang
Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa
kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat.
Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan
multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 3 detik,
terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase
tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi

besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolic.


c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat
anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro.
Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran
EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.
7.

Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa
b. Bila kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya

edema otak. Diberikan kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mg/Kg BB atau glukokortikoid
seperti deksametason ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
c. Berikan diazepam secara IV / Rectal untuk menghentikan kejang
d. Pemberian Fenobarbital secara IV
e. Untuk menghentikan status kovulsivus diberikan difenilhidantion secara IV
a.
b.
c.
d.

Penatalaksanaan Keperawatan
Pertahanan suhu tubuh stabil
Menjelaskan cara perawatan anak demam
Melakukan dan mengajarkan pada keluarga cara kompres panas serta menjelaskan tujuan
Beri terapi anti konvulsan jika diindikasikan. Terapi konvulsan dapat diindikasikan pada anakanak yang memenuhi kriteria tertentu antara lain : kejang fokal atau kejang lama, abnormalitas
neurology, kejang tanpa demam, derajat pertama, usia dibawah 1 tahun dan kejang multiple
kurang dari 24 jam.
Pemeriksaan Diagnostik

a. MRI (Magnetic Resenance Imaging ) Menentukan adanya perubahan / patologis SSP


b. Rontgen Tengkorak, Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk
mengetahui adanya fraktur
c. Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium ) Meliputi :
Glukosa darah
Kalsium fungsi ginjal dan hepar
Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi\
Kecepatan sedimentasi, hitung platelet
Pemeriksaan serologi imunologi
d. EEG Sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosa kejang dan menentukan lesi serta fungsi
neurology (Ngastiyah, 1995).

DAFTAR PUSTAKA
Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya Baru, Jakarta.
Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung Seto: Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Rendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.
Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.

Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, Jakarta.
Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga, Surabaya.
Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak,
PERKANI : Surabaya.
Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info Medika, Jakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen