Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
oleh
Fajar Harini P., S.Kep
hormon-hormon
yang
disekresikan
oleh
sel-sel
dipulau
mengakibatkan
gangguan
metabolisme
pada
tubuh
manusia
dan
menyebabkan hiperglikemi.
B. Penyebab
Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO dalam
Price & Wilson, 2006 adalah :
a. DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)
Faktor genetik / herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel
beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan
antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran
sel-sel beta.
Faktor infeksi virus
Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang
pancreas
d. DM Tipe Lain
Penyakit pancreas, seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll
Penyakit hormonal, seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth
hormon) yang merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel
ini hiperaktif dan rusak.
Obat-obatan
a. Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin
b. Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide,
phenothiazine dll.
Riyadi dan Sukarmin (2008) menyebutkan bahwa penyebab resistensi
insulin pada diabetes mellitus sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang
banyak berperan antara lain:
1. Kelainan Genetik
Diabetes mellitus dapat menurun dari keluarga atau pasien diabetes mellitus,
hal ini terjadi karena DNA pada pasien diabetes mellitus akan ikut
diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi
insulin.
2. Usia
Manusia mengalami penurunan fisiologis yang dramatis menurun dengan
cepat setelah usia 40 tahun. Penurunan ini akan berisiko pada penurunan
fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
3. Pola makan
Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan
pada ketidakstabilan kerja sel beta pankreas. Malnutrisi dapat merusak
pankreas, sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi
insulin.
4. Obesitas
kekurangan insulin yang berat dan pasien harus mendapatkan suntikan insulin
secara teratur (Riyadi dan Sukarmin, 2008).
2. Diabetes Mellitus Tipe II
Merupakan diabetes mellitus yang tidak bergantung pada insulin atau noninsulin dependent diabetes mellitus (NIDDM).Diabetes mellitus tipe II disebabkan
karena kegagalan relatif sel beta pulau langerhans dan turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati.Pasien diabetes mellitus tipe II
mengalami penurunan sensivitas terhadap kadar glukosa, yang berakibat pada
pembukaan kadar glukosa tinggi (Situmorang, 2009). Diabetes mellitus tipe II
bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30
tahun. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas.
3. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Diabetes melitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi
perinatal (sekitar waktu melahirkan) dan sang ibu memiliki resiko untuk
menderita penyakit DM yang lebih besar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah
melahirkan.
Etologi
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolut
Autoimun
Tipe II
Idiopatik
Tipe lain
2.
4.
gangguan
sirkulasi,
katabolisme
protein
di
otot
dan
gejala lain yang mungkin dikeluhkan oleh pasien adalah rasa kesemutan,
pruritus (gatal-gatal), mata kabur, gigi mudah goyah dan lepas, ibu hamil
sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau
dengan bayi berat lahir lebih dari 4 Kg, impotensi pada pria serta pruritus
vulva pada wanita.
MANIFESTASI
KLINIS
DASAR PATOFISIOLOGI
DM
TIPE 1
DM
TIPE 2
Poliuri
++
++
++
++
Polidipsi
Dehidrasi sekunder terhadap poliuri yang
menyebabkan haus.
Polifagia
Banyak makan sekunder terhadap
kerusakan
jaringan
(katabolisme)
menyebabkan mudah lapar.
Berat
menurun
++
++
Ketonuria
++
Kelemahan,
lelah, pusing
++
Ket : (+) sering nampak, (++) selalu nampak, (-) tidak selalu nampak
Hiperglikemia yang berat dan melebihi ambang ginjal dapat menimbulkan
glikosuria. Glikosuria dapat mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Saat glukosa hilang
bersama urin, seseorang akan mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat
badan berkurang. Rasa lapar yang semakin meningkat (polifagia) akan terjadi
sebagai akibat kehilangan kalori. Gejala lain yang dapat terjadi pada pasien DM
antara lain mengeluh lelah, mengantuk, berat badan turun, lemah dan somnolen
(Price & Wilson, 2005). PERKENI (2011) menyatakan bahwa gejala khas
diabetes melitus terdiri dari poliuria, polidipsi, polifagi, dan berat badan menurun
tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala yang tidak khas diabetes melitus
diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita).
F. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik. (Carpenito, 2007).
a. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting
dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka
pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah Diabetik Ketoasedosis (DKA).
Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalananpenyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh
tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer
& Bare, 2002 ).
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN), koma Hiperosmolar Nonketotik
merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia
dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN
dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN
(Smeltzer & Bare, 2002 ).
c. Hypoglikemia, hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)
terjadi jika kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer & Bare,
2002 ).
Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Mikrovaskuler
Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah
meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom,
Medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan
perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin
yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan
kondisi saraf.
2. Makrovaskuler
a. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh
sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis),
dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.
b. Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf saraf sensorik, keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi
yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah celah kulit yang
mengalami hipertropi, pada sel sel kuku yang tertanam pada bagian kaki,
bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah
daerah yang tekena trauma.
c. Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai
darah keotak menurun.
G. Pemeriksaan Penunjang
Kadar glukosa darah
Tabel 2 : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Sewaktu
DM
Belum Pasti DM
Plasma vena
>200
100-200
Darah kapiler
>200
80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Puasa
DM
Belum Pasti DM
Plasma vena
>120
110-120
Darah kapiler
>110
90-110
dengan
pemeriksaan
glukosa
plasma
puasa,
namun
(2001), TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat
jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus. Tes TTGO dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu metode analisis, dan plasma serum (darah
kapiler atau vena).
Tabel 3. Penentuan Diagnosis Diabetes Melitus (DM)
Sumber:(PERKENI, 2011)
Gambar 4. Langkah-langkah Diagnosis DM
terjadinya
komplikasi
vaskuler
serta
neuropatik.
Tujuan
teraupetik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah
normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan ,
pemantauan, terapi, dan pendidikan (Smeltzer & Bare, 2001).
Terdapat tujuan pengelolaan diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1. Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala atau keluhan dan
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian darah;
2. Tujuan jangka panjang yaitu mencegah komplikasi, mikroangiopati
dan makroangiopati
dengan
tujuan menurunkan
mortalitas
dan
1.
Edukasi
Edukasi dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada pasien.
Penyuluhan kesehatan pada penderita diabetes melitus merupakan suatu
halyang amat penting dalam regulasi gula darah penderita diabetes melitus
dan mencegah atau setidaknya menghambat munculnya penyulit kronik
maupun penyulit akut yang ditakuti oleh penderita. Tujuan penyuluhan
yaitu meningkatkan
pengetahuan
diabetisi
tentang
penyakit
dan
diperlukan
karena
penyakit
diabetes
merupakan
dengan status
kesehatan.
2. Diet
Diet merupakan bagian dari penatalaksanaan DM. Keberhasilan dari diet
adalah keterlibatan secara menyeluruh dari tenaga kesehatan (dokter, ahli
gizi, tenaga kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Prinsip
pengaturan nutrisi pada pasien DM yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pengaturan
jadwal, jenis, dan jumlah makanan merupakan aspek yang sangatpenting
untuk
diperhatikan,
terutama
(PERKENI, 2011).
3.
pada
pasien
dengan
terapi
insulin
mencegah
kegemukan,
memperbaiki
aliran
darah,
Pengobatan
Diabetes telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang
teratur namun pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka
dipertimbangkan pemberian obat. Obat tersebut adalah obat hipoglikemi
oral (OHO) dan insulin. Pemberian obat Hipoglikemi Oral diberikan kurang
lebih 30 menit sebelum makan. Obat dalam bentuk suntikan meliputi
pemberian insulin dan agonis GLP-1/incretin mimetic. Pemberian insulin
biasanya diberikan lewat penyuntikan di bawah kulit (subkutan) dan
pada
Mekanisme kerja insulin short acting, medium acting dan long acting
(PERKENI, 2011)
3. Clinical Pathways
-Faktor genetic
Ketidakseimbangan insulin
Kerusakan Sel Beta Pankreas
-Pengrusakan imunologik
Imunitas menurun
Resiko Infeksi
Neuropati sensori perifer
Iskemik jaringan
Terjadi hiperglikemia
Glukosuria
Luka
Gangren
Kehilangan kalori
Resiko
ketidakseimbangan
elektrol
Alamat, No. RM, status Perkawinan, Tanggal MRS,
Sumber
informasi.
2. Riwayat kesehatan
a. Diagnosa Medik: Diabetes Mellitus
BB turun
Polidipsi
dan polifagia
b. Keluhan
Utama
Hal yang paling di rasakan klien saat itu
c. Riwayat penyakit sekarang
KelemahanRiwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini yang
jantung.
Genogram
Pengkajian Keperawatan
a. persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga
mengenai apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga
mempertahankan kesehatannya.
b. pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat
melalui lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan
data yang diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical
sign merupakan tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik klien
yang menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau intake
makanan dan minuman yang dikonsumsi.
c. pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi,
bau, karakter)
d. pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living,status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler,
terapi
oksigen.
Gejala:
lemah,
letih,
sulit
e. Pola tidur & istirahat : durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur
f. Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan
keadaan indera
g. Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri,
h.
i.
j.
k.
5.
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif),
tanda-tanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
b. Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
1) Kepala
a) Rambut, Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta
karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi
protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan
seperti
rambut
jagung
dan
mudah
dicabut
tanpa
tekan?
Apakah
keluar
sekret,
bagaimana
konsistensinya, jumlahnya?
f) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah
a.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b.
Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ),
c.
4. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit (DM)
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan factor mekanik (tekanan
atau robekan)
4. Kelemahan berhubungan dengan kondisi fisik buruk
5. Retensi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih
dan poliuria
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan poliuria
7. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya imun tubuh
5. Perencanaan Keperawatan
No
Diagnosa
1.
Keperawatan
Ketidakseimban
Hasil
NOC
gan
kurang
nutrient
dengan
c. Intake
gangguan
d. Weight control
keseimbangan
Kriteria Hasil
insulin,
makanan
a. Adanya peningkatan
dan
aktivitas jasmani
Intervensi
NIC
Nutrition Management
b. Kaji adanya alergi makanan
c. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi
d. Berikan
informasi
kebutuhan nutrisi
e. Ajarkan
pasien
membuat
tentang
bagaimana
catatan
makanan
harian
f. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk
menentukan
kalori
dan
nutrisi
jumlah
yang
dibutuhkan pasien
Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat
badan
c. Monitor
tipe
dan
jumlah
pengecapan dan
menelan
makan
e. Monitor turgor kulit, kekeringan
pada mulut, mual, muntah,
rambut kusam
f. Monitor kalori intake dan intake
2.
Ketidakefektifan
NOC
b.Tissue Perfusion:
berhubungan
cerebral
dengan
Kriteria Hasil
penurunan
sirkulasi
darah
ke perifer, proses
penyakit (DM)
nutrisi
NIC
Manajemen sensai perifer
a. Monitor
adanya
daerah
dengan
tim
kesehatan lainnya
Kerusakan
NOC
NIC
integritas
Pressure Management
jaringan
berhubungan
dengan
b.Hemodyalis akses
mekanik
(tekanan
robekan)
bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
a. Anjurkan
pasien
menggunakan
pakaian
untuk
yang
longgar
b. Hindari kerutan pada tempat
tidur
c. Jaga kebersihan kulit
d. Mobilisasi pasien tiap 2 jam
temperature, hidrasi,
pigmentasi)
b.Tidak ada luka/lesi
c. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
cidera berulang
d.Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembapan kulit
4.
Kelemahan
NOC
sekalii
e. Monitor
kulit
akan
adanya
kemerahan
f. Monitor aktivitas dan mobilitas
pasien
Insision site care
a. Membersihkan,
dan
memantau
meningkatkan
proses
berhubungan
a. Endurance
Energy Management
b. Concentrasion
dengan kondisi
a. Observasi adanya pembatasan
c. Energy conservation
fisik buruk
d. Nutritional status: energy
klien
dalam
melakukan
Kriteria Hasil
aktivitas
a.Memverbalisasikan
b. Kaji adanya factor yang
peningkatan energy dan
menyebabkan kelelahan
merasa lebih baik
c. Monitor
nutrisi
dan
b.Menjelaskan
sumberenergi yang adekuat
penggunaan energy untuk d. Monitor respon kardiovaskular
mengatasi kelelahan
c.Glukosa darah adekuat
d. istirahat cukup
5.
Retensi
urine NOC
berhubungan
a.Urinary elimination
dengan
b.Urinary continnce
inkomplit
Kriteria Hasil
pengosongan
a.Kandungkemih kosong
kandung kemih
secara penuh
terhadap aktivitas
e. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur pasien
f. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai
kebutuhan
NIC
Urinary Retention Care
a. Monitrol intake dan output
b. Monitor bladder
c. Sediakan privasi untuk
eliminasi
d. Monitor tanda dan gejala
dan poliuria
adanya ISK
Resiko
NOC
Resiko
dehidrasi
infeksi NOC
berhubungan
dengan
menurunnya
imun tubuh
a. Immune status
b. Knowledge: infection
control
c. Risk control
Kriteria Hasil
a. Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
b. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
c. Jumlah leukosit dalam
batas normal
NIC
Fluid Management
a. Monitor status hidrasi
(kelembapan membrane
mukosa, nadi adekuat)
b. Monitor TTV
c. Monitor masukan
makan/cairan dan hitung
intake kalori harian
d. Monitor status nutrisi
e. Kolaborasi pemberian cairan
IV
NIC
Kontrol Infeksi
a. Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien
b. Batasi pengunjung bila perlu
c. Instruksikan pada pengunjung
untuk selalu cuci tangan
sebelum ke pasien
d. Monitor tanda dan gelaja
infeksi lokaldan sistemik
e. Ajarkan cara menghindari
infeksi
f. Cuci tangan sebelum dan
sesudah ke pasien.
6. Discharge Planning
a. Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan
pengobatan yang diberikan;
b. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik
dan penanganan kedaruratan;
c. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai
penyuntikan dan lokasi;
d. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam
urine;
e. Perencanaan diet, buat jadwal;
f. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetik;
g. Ajarkan bagaimana untuk mencegah hiperglikemi dan hipoglikemi dan
infomasikan gejala gejala yang muncul dari keduanya;
h. Jelaskan komplikasi yang muncul;
i. Ajarkan mencegah infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan, gunakan
sikat gigi yang halus.
7. Referensi
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet
2.Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002
Corwin,Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Capernito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Doenges, E. Marliynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta: Media
Aescuapius FK UI.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, NIC NOC. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2.
Jakarta:EGC.