Sie sind auf Seite 1von 15

ASURANSI SYARIAH

Pegertian Asuransi Syariah


Dalam Undang-Undang Hukum Dagang pasal 246 disebutkan:Asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan nama seorang penanggung mengikat diri
kepada seorang tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena satu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
Sedangkan menurut UU No.2 tahun 1992 tentang uasaha perasuransian, asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.
Dari beberapa diatas, dapat diketahui setidaknya ada tiga unsur yang ada di asuransi.
Pertama, bahaya yang dipertanggungkan; kedua, premi pertanggungan; ketiga sejumlah uang
ganti rugi pertanggungan.
Mayoritas ulama mengatakan bahwa praktik asuransi yang demikian hukumnya haram
menurut Islam, karena:
1.

Adanya unsur gharar, yaitu unsur ketidakpastian tentang hak pemegang polis dan sumber
daya yang dipakai menutup klaim.

2.

Adanya unsur maysir, yaitu unsur judi karena dimungkinkan ada pihak yang diuntungkan
diatas kerugian orang lain.

3.

Adanya unsur riba, yaitu diperolehnya pendapatan dari membungakan.


Asuransi dalam Islam dikenal dengan istilah takaful yang berarti saling memikul
resiko diantara sesama orang , sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung
atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar tolong menolong dalam
kebaikan dimana masing-masing mengeluarkan dana/sumbangan/derma (tabarru) yang
ditunjuk untuk menanggung resiko tersebut. Takaful dalam pengertian tersebut sesuai dengan
surah Al Maidah(5):2 Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan
takwa, jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Asuransi syariah adalah asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Menurut
Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/III/2002 tentang asuransi syariah, yaitu usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang /pihak melaui investasi dalam

bentuk asset/dan tabarru/ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Jadi dasar didirikannya asuransi syariah adalah penghayatan terhadap semangat saling
bertanggung jawab, kerjasama dan perlindungan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat , demi
terciptanya kesejahteraan umat dan masyarakat umumnya. Sebagai seorang muslim, kita
wajib percaya bahwa segala hal yang terjadi diatas tidak terlepas dari qadha dan qadhar Allah
Swt. terhadap hamba-hambanya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya
yang berbunyi Dan tiada seorangpun dapat mengetahui dengan pasti apa yang
diusahakannya esok, dan tiada seorangpun yang mengetahui dibumi mana ia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS Luqman[31]:34)
Sejarah Asuransi Syariah
Secara historis, asuransi tidak pernah ada pada zaman Nabi Muhammad Saw, sahabat
dan tabiin. ia pertama kali terjadi pada tahun 1182 m. ketika orang-orang yahudi diusir dari
Prancis, untuk menjamin resiko barang-barang mereka yang diangkut lewat laut. Pada tahun
1680 , di London didirikan lembaga asuransi kebakaran karena kebakaran yang terjadi pada
tahun 1666 yang menghanguskan sekitar 13 ribu rumah dan 100 buah gereja.
Dalam Al Quran dan hadits terdapat tuntutan bermuamalah yang benar dan baik ,
yaitu terhindar dari kesamaran (al gharar) , untung-untungan (maysir), dan riba. Oleh karena
itu, hukum asuransi adalah boleh selama terhindar dri samar, untung-untungan, dan riba.
Dengan kata lain, hukum asuransi itu boleh selama mengandung unsur:
1.

saling bertanggung jawab,

2.

saling membantu/ kerjasama, dan

3.

saling melindungi penderitaan satu sama lain.


Kebutuhan akan kehadiran jasa asuransi yang berdasarkan syariah diawali dengan
mulai beroperasinya bank-bank syariah. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 7 tahun 1992
tentang perbankkan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah. Untuk itulah pada tanggal 27
Juli 1993, ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa
Tugu Mandiri sepakat memprakarsai pendirian Asuransi Takaful, dengan menyusun Tim
Pembentukan asuransi Takaful Indonesia(TEPATI).
Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah
Asuransi syariah memiliki prinsip yang berbeda dengan lembaga konvensional . Prinsip
tersebut antara lain :
1. Saling membantu dan bekerjasama Dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebijakan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran(QS.Al-Maidah:2). Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia

menolong sesamanya.(HR Abu Daud). Barang siapa yang memenuhi kebutuhan


saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya.(HR Bukhari, Musim dan Abu Daud).
2. Prinsip tolong-menolong. Semangat tolong menolong merupakan aspek yang sangat
penting dalam operasional asuransi syariah. Karena pada hekekatnya, konsep asuransi syariah
didasarkan pada prinsip Tabarru. Dimana sesama peserta bertabarru atau berderma untuk
kepentingan nasabah lainnya yang tertimpa musibah. Nasabah tidaklah berderma kepada
perusahaan asuransi syariah, peserta berderma hanya kepada sesama peserta saja. Perusahaan
asuransi syariah bertindak sebagai pengelola saja. Konsekwensinya, perusahaan tidak berhak
mengklaim atau mengambil dana tabarru nasabah. Perusahaan hanya mendapatkan dari ujrah
(fee) atas pengelolaan dana tabarru tersebut, yang dibayarkan oleh nasabah bersamaan
dengan pembayaran kontribusi (premi). Perusahaan asuransi syariah mengelola dana tabarru
tersebut, untuk diinvestasikan (secara syariah) lalu kemudian dialokasikan pada nasabah
lainnya yang tertimpa musibah. Dan dengan konsep seperti ini, berarti antara sesama nasabah
telah mengimplementasikan saling tolong menolong, kendatipun antara mereka tidak saling
bertatap muka.
3. Saling melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan. Seperti membiarkan
uang mengaggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
Hai orang-orang yang beriman , janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu (QS. 4:29).
4. Prinsip Tauhid
Tauhid merupakan prinsip dasar dalam asuransi syariah. Karena pada haekekatnya setiap
muslim harus melandasi dirinya dengan tauhid dalam menjalankan segala aktivitas
kehidupannya, tidak terkecuali dalam bermuamalah. Artinya bahwa niatan dasar ketika
berasuransi syariah haruslah berlandaskan pada prinsip tauhid, mengharapkan keridhaan
Allah SWT. Sebagai contoh dilihat dari sisi perusahaan, asas yang digunakan dalam
berasuransi syariah bukanlah semata-mata meraih keuntungan, atau menangkap peluang
pasar yang sedang cenderung pada syariah. Namun lebih dari itu, niatan awalnya adalah
untuk mengimplementasikan nilai-nilai syariah dalam dunia asuransi. Sedangkan dari sisi
nasabah, berasuransi syariah adalah bertujuan untuk bertransaksi dalam bentuk tolong
menolong yang berlandaskan asas syariah, dan bukan semata-mata mencari perlindungan
apabila terjadi musibah.
5. Prinsip Keadilan
Prinsip kedua yang menjadi nilai-nilai dalam pengimplementasian asuransi syariah adalah
prinsip keadilan. Artinya bahwa asuransi syariah harus benar-benar bersikap adil, khususnya
dalam membuat pola hubungan antara nasabah dengan nasabah, maupun antara nasabah
dengan perusahaan asuransi syariah, terkait dengan hak dan kewajiban masing-masing.

Asuransi syariah tidak boleh mendzalimi nasabah dengan hal-hal yang akan menyulitkan atau
merugikan nasabah. Ditinjau dari sisi asuransi sebagai sebuah perusahaan, potensi untuk
melakukan ketidak adilan sangatlah besar. Seperti adanya unsur dana hangus (pada saving
produk), dimana nasabah yang sudah ikut asuransi (misalnya asuransi pendidikan) dengan
periode tertentu, namun karena suatu hal ia membatalkan kepesertaannya di tengah jalan.
Pada asuransi syariah, dana saving nasabah yang telah dibayarkan melalui premi harus
dikembalikan kepada nasabah bersangkutan, berikut hasil investasinya.
6. Saling bertanggung.
7. Menghindari unsur gharar, maysir, dan riba.
Islam menekankan aspek keadilan, suka sama suka dan kebersamaan menghadapi resiko
dalam setiap usaha dan investasi yang dirintis. Aspek inilah yang menjadi tawaran konsep
untuk menggantikan gharar, maysir dan riba yang selama ini terjadi di lembaga konvensional.
Ketentuan Operasi Asuransi Syariah
Dalam menjalankan operasinya, asuransi berpegang pada ketentuan-ketentuan
berikut:
1.

Akad

a.

Kejelasan akad dalam praktik muamalah merupakan prinsip karena akan menentukan sah
atau tidaknya secara syariah

b.

Syarat dalam transaksi jual beli adalah penjual, pembeli terdapatnya harga, dan barang yang
diperjual belikan. Pada asuransi syariah pertanggungan yang akan diperoleh sesuai dengan
perjanjian, akan tetapi jumlah yang akan disetorkan tidak jelas tergantung usia kita, dan
hanya Allah yang tahu kapan kita meninggal.

c.

Akad jual beli pada asuransi biasa tidak jelas/ gharar. Yaitu berapa besar yang akan
dibayarkan atau diterima pemegang polis.

2.

Gharar

a.

Gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang
paling kita takuti. Apabila rukun tidak lengkap dari akad maka terjadi gharar, yaitu terjadi
cacat hukum.

b.

Pada asuransi konvensional, terjadi karena tidak ada kejelasan sesuatu yang diakadkan.
Yaitu meliputi beberapa sesuatu akan diperoleh (ada, atau tidak, besar atau kecil). Tidak
diketahui berapa yang akan dibayar dan berapa lama harus membayar (hanya Allah tahu
kapan kita meninggal). Ini juga disebut gharar .

c.

Dalam asuransi yang berprinsip syariah mengganti akad tadi dengan niat tabarru, yaitu
suatu niat tolong-menolong kepada sesama peserta apabila ada yang mendapat musibah.

3.

Tabarru

a.

Tabarru artinya sumbangan atau derma. Tabarru bermaksud memberikan dana kebajikan
secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesame peserta takaful, ketika
diantara mereka ada yang mendapat musibah.

b.

Tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada musibah, dana kalim diberikan dari
rekening tabarru yang sudah diniatkan untuk oleh sesama takaful untuk tolong-menolong.

4.

Maysir

a.

Islam menghindari adanya ketidakjelasan informasi dalam melakukan transaksi. Maysir


muncul karena tidak diketahuinya informasi oleh peserta tentang berbagai hal yang
berhubungan tentang produk yang dikonsumsinya.

b.

Dalam mekanisme asuransi syariah keterbukaan merupakan akselerasi dari realisasi


prinsip-prinsip syariah.

5.

Riba

a.

Keberadaan asuransi syariah yang paling substansial disebabkan adanya ketidakadilan


dalam asuransi konvensional,. Semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya
dengan bunga.

b.

Dengan demikian asuransi konvensional selalu melibatkan diri dengan riba. Sedangkan
takaful menyimpan dananya di bank berdasarkan syariah dengan sistem mudharabah.

6.
a.

Dana Hangus
Dalam asuransi konvensional adanya dana hangus, dimana peserta yang tidak dapat
melanjutkan pembanyaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing
period, maka dana peserta itu hangus. Demikian pula asuransi non-tabungan atau asuransi
kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim. Maka premi yang dibayarkan akan
hangus sekaligus menjadi milik pihak asuransi.
Perbedan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional
Tabel Perbedaan Asuransi syariah Dan Asuransi Konvensional
Keterangan

Asuransi Syariah

Asuransi Konvensional

Pengawasan
Dewan Syariah
(PDS)

Adanya Dewan Pengawas


Syariah. Fungsinya mengawasi
produk yang dipasarkan dan
investasi dana

Tidak ada

Akad

Tolong menolong (takaful)

Jual beli

Investasi Dana

Investasi dana berdasarkan


syariah dengan system bagi hasil
(mudharabah)

Infestasi dana berdasarkan


bunga

Kepemilikan
Dana

Dana yang terkumpul dari


nasabah (premi) merupakan

Dana yang terkumpul dari


nasabah (premi) menjadi milik

milik peserta. Perusahaan hanya


memegang amanah untuk
mengelola.

perusahaan ; perusahaan bebas


menentukan investasinya

Pembayaran
Klaim

Dan rekening tabarru (dana


kebajikan) seluruh peserta; sejak
awal sudah diikhlaskan oleh
peserta untuk keperluan tolong
menolong bila terjadi musibah.

Dari rekening dana perusahaan

Keuntungan

Dibagi antara perusahaan dengan Seluruhnya menjadi milik


peserta sesuai prinsip bagi hasil
perusahaan
(Al-mudharabah)

Sumber: Tafakul. 2002


Kendala Pengembangan Asuransi Syariah
Dalam perkembangannya, asuransi syariah menghadapi beberapa kendala, di antaranya:
1.

Rendahnya tigkat perhatian masyarakat terhadap keberadaan asuransi syariah.

2.

Asuransi bukanlah bank yang banyak berpeluang untuk bisa berhubungan dengan
masyarakat dalam hal pendanaan atau pembiayaan.

3.

Asuransi syariah, sebagaimana bank dan lembaga keuangan syariah lain, masih dalam
proses mencari bentuk

4.

Rendahnya profesionalisme sumber daya manusia (SDM) menghambat laju pertumbuhan


asuransi syariah.
Strategi Pengembangan Asuransi Syariah
Adapun srategi yang diperlukan untuk mengembangkan asuransi syariah diantaranya
sebagai berikut:

1.

Perlu strategi pemasaran yang lebih terfokus kepada upaya untuk memenuhi pemahaman
maasyarakat tentang asuransi syariah.

2.

Sebagai lembaga keuangan yang menggunakan sistem syariah tentunya aspek syiar Islam
merupakan bagian dari operasi asuransi tersebut.

3.

Dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah , ulama, akademisi dan masyarakat
diperlukan untuk memberikan masukan dalam penyelenggaraan operasi asuransi syariah.
Jenis Asuransi Syariah
A. Produk Takaful Individu

Produk takaful individu dibagi dua jenis, yaitu produk takaful individu tabungan dan
produk takaful non-tabungan. Mekanisme kerja kedua produk tersebut berbeda satu dengan
yang lainnya, walaupun begitu sistemnya tetap melarang keberadaan riba, gharar dan maysir.
Takaful Individu adalah salah satu produk asuransi syariah yang sifatnya lebih kepada
perlindungan dan perencanaan untuk pribadi dan bersifat pribadi. Untuk Takaful individu ini
dapat dibagi kembali dalam berbagai jenis, yaitu :
a. Takaful Dana Investasi: produk asuransi syariah yang menjamin dan memberikan
perlindungan sebagai bekal hari tua dari nasabah atau bisa juga menjadi jaminan dana bagi
ahli waris bila nasabah meninggal dunia lebih awal.
b. Takaful Dana Haji: produk asuransi syariah, di mana produk ini dipergunakan sebagai
perlindungan dana untuk perorangan yang merencanakan untuk menunaikan ibadah haji.
c. Takaful Dana Siswa: produk asuransi syariah yang mampu memberikan jaminan berupa
dana pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai dengan mendapatkan gelar sarjana.
d. Takaful Dana Jabatan: produk asuransi syariah yang memberikan sebuah jaminan berupa
santunan bagi ahli waris dari nasabah yang menduduki jabatan penting bila sang nasabah
meninggal dunia lebih awal atau bila nasabah tidak bekerja lagi dalam masa jabatannya.
2) Produk-Produk Non-Tabungan
a. Takaful al khairat Individu
b. Takaful Kecelakaan Diri Individu
c. Takaful Kesehatan Individu
2. Takaful Group
Takaful Group merupakan salah satu produk asuransi syariah yang sifatnya lebih kepada
perlindungan dan perencanaan untuk pribadi dan juga kelompok, misal dalam kelompok
dalam sebuah perusahaan. Untuk, jenis produk Takaful Group ini dapat dikelompokkan
kembali dalam berbagai jenis, yaitu :
a.Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji : sebuah program yang diberikan asuransi syariah
dalam memperoleh jaminan bagi karyawan yang ingin menunaikan ibadah haji yang di danai
oleh iuran bersama dengan keberangkatan secara bergilir.
b.Takaful Kecelakaan Siswa : ini merupakan salah satu produk dari asuransi syariah yang
memberikan jaminan bagi para pelajar dari semua resiko kecelakaan yang berakibat cacat
bahkan yang mengakibatkan meninggal dunia.
c.Takaful Wisata dan Perjalanan : sebuah jaminan dari produk asuransi syariah untuk para
peserta wisata dari resiko kecelakaan yang mengakibatkan meninggal dunia atau cacat
seumur hidup.
d. Takaful Kecelakaan Group : ini merupakan produk asuransi syariah yang memberikan

jaminan berupa santunan karyawan dalam suatu perusahan, organisasi atau pun bentuk
perkumpulan lainnya.
e. Takaful Pembiayaan : jaminan yang diberikan perusahaan asuransi dengan produk asuransi
syariah dalam hal untuk pelunasan hutang bagi nasabah yang meninggal dalam masa
perjanjian.
3. Takaful Umum
Takaful Umum adalah satu produk dari asuransi syariah yang sifatnya lebih kepada
perlindungan dan perencanaan untuk umum dan bersifat umum untuk semua nasabah
asuransi syariah. Untuk Takaful umum ini dapat dibagi kembali dalam berbagai jenis, yaitu :
Takaful Kebakaran : jaminan berupa perlindungan dari segala macam kerugian yang
disebabkan oleh api.
Takaful Kendaraan Bermotor: perlindungan yang diberikan kepadaa setiap nasabah asuransi
syaraih yang memiliki kendaraan terhadap kerugian yang terjadi pada kendaraan bermotor.
Takaful Rekayasa : sebuah perlindungan yang diberikan oleh perusahaan asuransi jika
menjadi peserta asuransi syariah. Perlindungan ini bisa dilakukan terhadap kerugian pada
pekerjaan pembangunan baik itu pembangunan untuk rumah, villa, dan bangunan lainnya.
Takaful Pengangkutan : salah satu produk dari asuransi syariah yang memberi perlindungan
dari segala kerugian pada semua jenis barang setelah dilakukannya pengangkutan baik darat,
laut, dan udara.
Takaful Rangka Kapal : jenis produk asuransi syariah yang dapat memberikan sebuah
perlindungan dari kerusakan semua jenis mesin khususnya mesin kapal dan rangka kapal
yang disebabkan oleh suatu kecelakaan atau musibah.

Produk Asuransi Syariah


1. Asuransi Jiwa Murni (Al Khairat)
Takaful Al-Khairat adalah suatu bentuk perlindungan yang manfaat proteksinya
diperuntukkan bagi ahli waris apabila pemegang polis ditakdirkan meninggal dalam masa
perjanjian.
Manfaat :
Bila Peserta ditakdirkan meninggal masa perjanjian, maka ahli warisnya akan mendapatkan
dana santunan meninggal dari Asuransi Takaful Keluarga sesuai dengan jumlah yang
direncanakan Peserta.
Bila Peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka Peserta akan mendapatkan bagian

keuntungan atas Rekening Khusus/Tabarru yang ditentukan oleh PT Asuransi Takaful


Keluarga, jika ada.
Ketentuan :
Usia masuk maksimal 60 tahun
Usia masuk + Masa Perjanjian maksimal 65 tahun
Manfaat Takaful dapat disesuaikan dengan permintaan.
2. Asuransi Jiwa + Kesehatan (Falah)
Adalah produk yang dirancang secara khusus bagi peserta yang menginginkan manfaat
asuransi secara menyeluruh, ketika peserta mengalami musibah meninggal baik karena sakit
ataupun kecelakaan; cacat tetap total karena sakit atau kecelakaan; cacat tetap sebagian
karena kecelakaan; dana santunan harian selama peserta dirawat inap di rumah sakit dan juga
manfaat bila peserta mengalami atau menderita penyakit-penyakit kritis.
Peserta juga berhak atas Nilai Tunai Polis ketika kepesertaan berakhir.
Keunggulan Takaful Falah
Manfaat yang luas
Takaful Falah menyediakan pilihan proteksi yang lengkap bagi peserta yang terdiri dari:
Al-Khairat (Term Insurance)
Kecelakaan Diri (Personal Accident)
Cacat Tetap Total (Total Permanent Disability)
Santunan Harian Rawat Inap (Cash Plan)
Santunan Penyakit Khusus (Critical Illness/Dread diseases)
Nilai Tunai Polis
Kebebasan Memilih
Takaful Falah memberikan kebebasan bagi peserta untuk memilih jenis proteksi sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan peserta.
Bagi Hasil yang Menarik
Takaful Falah akan memberikan bagi hasil 80% dari Hasil Investasi Dana di Rekening

Tabungan Peserta .
TabarruBagian dari Premi yang diakadkan untuk saling menanggung dan saling tolong
menolong diantara Peserta bila terjadi musibah.
Manfaat Asuransi Bagi Kehidupan dan Perekonomian Masyarakat
Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain:
1. Rasa aman dan perlindungan
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari risiko atau
kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak
tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan
berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan penanggung.
Dalam aspek psikologis mungkin diwujudkan dalam sikap atau mungkin pula menimbulkan
sikap baru karena mereka menghendaki adanya alat pemuas terhadap keinginannya(akan rasa
aman). Bila keinginan tersebut tidak menimbulkan ketegangan, yang dapat menimbulkan
reaksi-reaksi yang tidak sehat. Artinya bila rasa aman tidak terpenuhi reaksinya mungkin
akan membuat kekhawatiran, ketakutan terhadap ketidak pasian. Dimana cara pemenuhan
terhadap kebutuhan /keinginan untuk meperoleh rasa aman salah satunya melalui asuransi
syariah. Dengan adanya asuransi tersebut maka sebagian besar ketidakpastian , yang berpusat
pada keinginan untuk memperoleh rasa aman terhadap bahaya tertentu dapat dikurangi,
sehingga dapat menimbulkan ketenangan dan kedamaian.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai pertanggungan dan
premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan
secara cermat faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk
mendapatkan nilai pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak
merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai pertangguangan, semakin besar pula premi
periodik yang harus dibayar oleh tertanggung.
3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.

4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan


Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan. Pihak
penanggung juga memperhitungkan atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai
dengan perjanjian kedua belah pihak).
5. Alat penyebaran risiko
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada penanggung
dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risikokerugian yang bisa
diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain-lain).
7. Kontribusi terhadap pendidikan
Asuransi syariah telah banyak memberikan perhatian khusus dalam masalah penyediaan jutan
pendidikan anak-anak setelah orang tua atau yang bertanggung jawab meninggal dunia atau
menurunnya kemampuannya. Penghasilan sendiri, sehingga akan mengalami kesulitan untuk
melanjutkan pendidikannya. Dalam mengatasi hal tersebut perusahaan asuransi syariah
menyediakan beragam bentuk asuransi yang memungkinkan anak-anak dapat tetap
melanjutkan pendidikan meskipun orang tua atau walinya meninggal dunia.
8. Menyediakan dana yang dibutuhkan untuk investasi
Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah telah berkembang sedemikian
rupa, sehingga memegang peranan yang cukup penting dalam menyediakan dana yang
dibutuhkan dalam berbagai macam kegiatan maupun pembangunan ekonomi
9. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan
pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga , waktu dan
biaya.
10. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.
Prinsip keadilan sangat diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai
pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis.

11. Memberikan keuntungan pada masyarakat pada umumnya. Kerberhasilan usaha yang
dijamin asuransi syariah akan memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat umum.
12. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar terhadap perusahaan asuransi akan
dikembalikan lagi.
13. Mempercepat laju pertumbuhan ekonomi
Dana-dana yang dihimpun oleh perusahaan asuransi merupakan salah satu sumber dana yang
sangat berarti dalam mempercepat laju perkembangan ekonomi.
MEKANISME KERJA ASURANSI SYARIAH
Di dalam operasional asuransi syariah yang sebenarnya terjadi adalah saling bertanggung
jawab, membantu dan melindungi diantara para peserta sendiri. Perusahaan asuransi diberi
kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan
jalan yang halal, memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi fakta
perjanjian tersebut.
Adapun proses yang dilalui seputar mekanisme kerja asuransi syariah dapat diuraikan:
1. Underwriting
Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang dikaitkan
dengan besarnya resiko untuk menentukan besarnya premi. Underwriting asuransi syariah
bertujuan memberikan skema pembagian resiko yang proposional dan adil diantara para
peserta. Pada asuransi syariah underwriting berperan:
a. Mempertimbangkan risiko yang diajukan. Proses seleksi yang dilakukan oleh underwriting
dipengaruhi oleh faktor usia, kondisi fisik atau kesehatan, jenis pekerjaan, moral dan
kebiasaan, besarnya nilai pertanggungan, dan jenis kelamin.
b. Memutuskan meneriama atau tidak risiko-risiko tersebut.
c. Menentukan syarat, ketentuan dan lingkup ganti rugi termasuk memastikan peserta
membayar premi sesuai dengan tingkat risiko, menetapkan besarnya jumlah pertanggungan,
lamanya waktu asuransi, dan plan sesuai dengan tingkat risiko peserta.
d. Mengenakan biaya upah (ijarah/fee) pada dana kontribusi peserta.
e. Mengamankan profit morgin dan menjaga agar perusahaan asuransi tidak rugi.
f. Menjaga kestabilan dana yang terhimpun agar perusahaan dapat berkembang.
g. Menghindari anti seleksi.
h. Underwriting juga harus memperhatikan pasar kompetetif yang ada dalam ketentuan tarif,
penyebaran resiko dan volume, dan hasil survei.[6]

2.

Polis

a.

b.
c.
d.
e.
f.

Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan
perusahaan asuransi. Polis asuransi merupakan bukti auntetik berupa akta mengenai adanya
perjanjian asuransi. Unsur-unsur yang harus ada dalam polis adalah:
Deklarasi, memuat data yang berkaitan dengan peserta seperti nama, alamat, jenis dan lokasi
objek asuransi, tanggal dan jangka waktu penutupan, perhitungan dan besarnya premi serta
informasi lain yang diperlukan.
Perjanjian asuransi, memuat pernyataan perusahaan asuransi menyatakan kesanggupannya
mengganti kerugian atas objek asuransi apabila terjadi kerusakan.
Pernyataan polis, memuat kondisi objek, batas waktu pembayaran premi, permintaan
pembatalan polis, prosedur pengajuan klaim, asuransi ganda, subrogasi.
Pengecualian, memuat penyebutan dengan jelas musibah apa saja yang tidak ditutup atau
diluar penutupan asuransi.
Kondisi pertanggungan, memuat kondisi objek yang diasuransikan.
Polis ditandatangani oleh perusahaan asuransi.

3.

Premi (Kontribusi)
Premi asuransi bagi peserta secara umum bermanfaat untuk menentukan besar tabungan
peserta asuransi, mendapatkan santunan kebajikan atau dana klaim terhadap suatu kejadian
yang mengakibatkan terjadinya klaim, menambahkan investasi pada masa yang akan datang.
Sedangkan bagi perusahaan premi berguna untuk menambah investasi pada suatu usaha untuk
dikelola.

4.

Pengelolaan dana asuransi (Premi)


Pengelolaan dana asuransi (premi) dapat dilakukan dengan akad mudharabah, mudharabah
musyarakah, atau wakalah bil ujrah. Pada akad mudharabah, keuntungan perusahaan asuransi
syariah diperoleh dari bagian keuntungan dana dari investasi (sistem bagi hasil). Para peserta
asuransi syariah berkedudukan sebagai pemilik modal dan perusahaan asuransi syariah
berfungsi sebagai pihak yang menjalankan modal.
Pada akad mudharabah musyarakah, perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib yang
menyertakan modal atau dananya dalam investai bersama dana para peserta. Perusahaan dan
peserta berhak memperoleh bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari investasi.
Sedangkan pada akad wakalah bil ujrah, perusahaan berhak mendapatkan fee sesuai dengan
kesepakatan.[7]

1.

Dalam mendeskripsikan tentang cara atau mekanisme kerja asuransi syariah ini, akan
dibagi kepada dua pembahasan pokok sesuai dengan pembagian asuransi syariah itu sendiri,
yakni asuransi syariah keluarga dan asuransi umum.
Mekanisme Kerja Asuransi Keluarga
Mekanisme asuransi keluarga ini diawali oleh terjadinya akad atau transaksi antara
perusahaan asuransi dengan peserta asuransi. Akad tersebut dilakukan sesuai dengan produk

a.

b.

c.

2.

a.
b.
c.

d.
e.
f.

g.

asuransi yang akan dimanfaatkan oleh peserta asuransi. Untuk satu produk asuransi akan
dilakukan satu akad. Pada saat akad berlangsung peserta asuransi harus sudah menentukan
produk asuransi yang akan diambil. Setelah akad berlangsung, maka dalam asuransi keluarga
diatur menurut sebagai berikut:
Peserta asuransi syariah bebas memilih salah satu jenis syariah keluarga yang ada dengan
ketentuan umur peserta antara 18 sampai dengan 50 tahun dengan masa pembayaran klaim
berakhir sebelum mencapai umur 60 tahun.
Perusahaan asuransi syariah dan peserta asuransi syariah mengadakan perjanjian
mudharobah (bagi hasil), yang sekaligus dinyatakan pula hak dan kewajiban diantara kedua
belah pihak.
Setiap peserta asuransi syariah menyerahkan premi asuransi yang dapat dilakukan secara
bulanan, kuartalan, setengah tahunan, atau tahunan. Premi yang diserahkan dengan
kemampuan peserta, tetapi tidak boleh kurang dari jumlah minimal yang ditetapkan
perusahaan asuransi.
Mekanisme Kerja Asuransi Syariah Umum
Mekanisme kerja asuransi syariah umum juga diawali oleh terjadinya akad atau transaksi
antara perusahaan asuransi dengan peserta asuransi. Setelah akad berlangsung, maka dalam
asuransi syariah umum diatur menurut aturan sebagai berikut:
Peserta dapat terdiri dari perorangan, perusahaan, lembaga/yayasan/badan hukum, atau yang
lainnya.
Perjanjian kerjasama antara perusahaan asuransi dan peserta asuransi syariah umum
dilakukan berdasarkan prinsip mudharobah.
Besarnya nominal premi tergantung dari jenis asuransi yang dipilih. Setoran premi dilakukan
sekaligus pada awal kontrak dibuat. Jangka waktu pertanggungan adalah satu tahun, dan
harus diperbarui jika kontrak hendak diperpanjang untuk tahun berikutnya.
Premi asuransi dikumpulkan dalam satu kumpulan dana yang kemudian diinvestasikan dalam
proyek atau pembiayaan lainnya sejalan dengan syariah.
Keuntungan dari investasi akan dikreditkan ke dalam kumpulan dana peserta.
Jika terjadi musibah atas harta benda peserta yang diasuransikan, maka perusahaan asuransi
membayarkan ganti rugi kepada peserta tersebut dengan dana yang diambil dari kumpulan
dana peserta asuransi syariah umum.
Biaya-biaya yang diperlukan oleh perusahaan asuransi diambil dari kumpulan dana peserta.
Jika masih terdapat terdapat kelebihan dana akan dibayarkan kepada peserta dan perusahaan
asuransi menurut prinsip mudharobah.[

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Asuransi syariah adalah suatu kelompok yang bertujuan membentuk arisan untuk
meringankan beban keuangan individu dan menghindari kesulitan pembiayaan, yang
dilakukan dengan tata cara syariah tanpa adanya unsur riba, gharar dan maysir, menggunakan
prinsip-prinsip asuransi syariah yang bertujuan untuk kebaikan dan kesejahteraan umat
muslim khususnya dan masyarakat pada umumnya yang semata-mata dilakukan untuk saling
meringankan beban dengan niat ikhlas dan hanya mengharap kesejahteraan umat dan ridha
Allah Swt.
Asuaransi Syariah kini dapat kita temui diberbagai daerah dengan istilah Takaful.
Asuransi syariah ini telah mengeluarkan berbagai macam produk asuransi yang dapat
digunakan oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://palmery.blogspot.co.id/2015/08/makalah-pengertian-asuransi-syariah.html
https://kharisnavina.wordpress.com/2015/06/27/makalah-takafulasuransi-syariah/
http://lutfindahns.blogspot.co.id/2015/09/makalah-produk-dan-mekanisme-asuransi.html

Das könnte Ihnen auch gefallen