Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
tidak dipengaruhi oleh waktu, artinya beban yang bekerja tetap tidak berubah.Beban
Dinamik, beban yang berfluktuasi, berubah-ubah, terhadap waktu.Sifat-sifat mekanik
dievaluasi berdasarkan ke dua beban tersebut, dan atas dasar jenis beban tersebut maka
dapatdikelompokkan beberapa jenis pengujian, yaitu :PENGUJIAN BEBAN STATIK :Uji
Tarik (Tensile Test)Uji Tekan (Compressive Test)Uji Puntir (Torsion Test)Uji Lentur
(Bending Test)Uji Keras (Hardness Test)Uji Impact (Impact Test)Uji Mulur, : - Pada
temperatur kamar, Creep Test.- Pada temperatur tinggi, Stress Rupture Test.PENGUJIAN
BEBAN DINAMIK :Uji Lelah (Fatique Test)Dalam praktek pengujian didasarkan pada 2
kriteria :Memilih jenis pengujian mana yang memberikan lebih banyak informasi tentang
sifat materialBerdasarkan tuntutan disain.
11. UJI TARIK (TENSILE TEST)Tujuan : Untuk melihat respon bahan terhadap beban
tarik. Artinya kita harus dapat mengamati apa yang terjadipada Bahan (specimen) apabila
material tersebut dibebani dengan beban tarik.Pelaksanaan : Dilakukan pada suhu kamar,
karena pada temperatur kamar mudah untuk dilakukan.Alat Uji : Mesin Uji Tarik (Tensile
Testing Machine)Fungsi Mesin Uji Tarik :Harus mampu memberikan beban tarikHarus
mampu mencatat pertambahan panjang yang terjadi akibat adanya beban tarik.Bentuk-Bentuk
Benda Uji / Specimen :Bentuk benda uji secara umum dibagi menjadi 2 jenis :PelatProfil : Rod,Profil I,Profil C, dikategorikan ke dalam Plat.Profil L,Bentuk benda Uji Rod Bentuk
Benda Uji Plat
12. Jika specimen dari plat, maka specimen tersebut harus sejajar dengan arah pengerolan
plat, karena pengerolan akanmenghasilkan harga yang maximum.Rasio perbandingan Lo
terhadap do, disebut Rasio Kerampingan (Slenderness Ratio)Lo/do=5
.. Slenderness RatioPrinsip Pengujian :Pengujian
dilakukan sampai benda kerja putusJika specimen putus, harus berada pada daerah Panjang
Uji (Lt)Selama Pengujian Tarik berlangsung, volume = konstan, dan dianggap luas
penampang benda uji konstan (A=c)Mekanisme Pengujian :Setiap ada beban senantiasa ada
penambahan panjang sebesar L.Jika gaya (F) semakin besar maka L semakin besar pula. Dari
kenyataan ini maka mesin Uji Tarik akan mencatathubungan antara gaya dan pertambahan
panjang (F dan L) dalam bentuk diagram.Catatan : Pemberian beban harus sedemikan rupa
sehingga pemberian beban serendah mungkin, dengan maksudcriteria static dapat
dipenuhi.Dari Diagram F - L yang dihasilkan, terdapat dua jenis segmen garis :
13. Segmen garis LinearSegmen garis tidak Linear (curvature)Dalam praktek, diagram
tarik ini hasilnya berbeda-beda untuk setiap logam, sehingga kita dapat membedakan
manalogam yang ulet (ductile) mana logam yang getas (brittle).Interprestasi : Sepanjang
hubungan linear maka setiap pembebanan akan menghasilkan perubahan temporer /sementara
atau mengalamai Deformasi Elastis.Artinya, benda uji bertambah panjang selama beban
diterapkan, jika beban dihilangkan benda uji kembali ke bentuksemula. Makin besar F, maka
L makin besar.Batas maksimum dimana hubungan F dan L linear dikenal dengan titik P
(proporsional).L yang bersifat sementara disebut dengan L elastis.Jika pembebanan
terjadi diatas titik P, maka pada saat beban F dihilangkan, L bersifat tetap.Panjang specimen
setelah ditarik sampai dengan titik x, dan setelah beban dihilangkan menjadi :Dari diagram F
- L, belum terbaca sifat logam yang diuji.Agar sifat logam yang di uji dapat dibaca, diagram
F - L harus diubah menjadi diagram - e (Tegangan Regangan).Dimana := F/Ao =
Tegangan Tarik (Kg/mm2)Ao = Luas penampang awale= L/Lo e = reganganLo =
PanjangKesimpulan :
14. Diagram -e mirip dengan diagram F- LAlasan diubah ke dalam bentuk diagram -e
karena erat hubungan dengan harga L/do = 5.Pembacaan Sifat MaterialDidaerah Elastic
(hubungan -e linear) = E.e, dimana : E = tg. = Modulus Elastisitas = E.e,--------------- Hukum
HOOKE(Hukum Hooke hanya bekerja di daerah Elastis)eHubungan Modulus Elastisitas (E)
lama tergantung besar-kecilnya gaya F.Catatan : Diagram atas ( , , , ), dapat dialami oleh satu
material dengan 1 beban tetapi Temperatur, T, pengujiandiubah-ubah.Kesimpulan: Untuk
komponen-komponen yang mengalami pembebanan yang tetap diusahakan agar
pembebananterjadi pada daerah Steady State. Material-material supaya tahan Creep harus
memiliki BUTIR yang besar.Pengujian-pengujian seperti diatas adalah pengujian yang
lazim dipergunakan, tetapi ada pula pengujian yangdilakukan secara khusus.UJI LELAHUji
Lelah menghubungkan antara beban ( ) dengan jumlah siklus (N). (Jumlah dimana specimen
putus)
26. Semua Pembebanan dibawah garis /Batas Lelah, maka material tidak akan patah.
Dalam praktek semua pembebanandinamis harus berada dibawah Batas Lelah ( e),
sehingga :_b= _U/n< _e Dimana : n = Faktor kemanan dinamik b = Allowable Strees /
Tegangan BolehBeberapa cara penempatan Beban Dinamik :Cara Vertikal : Cara Rotary
Bending :Berdasarkan cara pembebaban dinamik, maka jenis mesin uji lelah terbagi 2 :Mesin
Uji Lelah VertikalMesin Uji Lelah Rotary BendingCatatan :Sifat-sifat logam terbagi 3 :Sifat
FisikSifat MekanikSifat TeknologiYang mendasari sfat-sifat logam adalah ATOM.TEORI
ATOMAtom terdiri dari electron (e) yang bergerak mengelilingi inti pada lintasan tertentu.
Dari teori ini maka dalampraktek ada jenis logam yang di magnet dan tidak dapat di
magnet.Inti suatu atom terdiri dari PROTON yang bermuatan Positif dan NEUTRON yang
bermuatan Netral sedangkanELEKTRON bermuatan Negatif , sehingga dari perbedaan
muatan ini timbul gaya tarik elektrostatik.Pada hakekatnya suatu atom adalah netral, artinya
bahwa jumlah proton = jumlah electron. Atas dasar inididefinisikan nomor atom. Nomor
atom dikaitkan dengan jumlah electron yang mengelilingi inti.Massa suatu atom identik
dengan massa inti, artinya massa electron dibanding dengan massa inti dapat
diabaikan.Makin banyak electron makin banyak lintasan. Maka atas dasar ini diturukan suatu
teori KUANTUM yang menyatakanbahwa tiap-tiap lintasan memiliki energy tertentu, arah
putaran tertentu (spin) dengan jumlah e tetentu dalam tiap 27. tiap lintasan.Sifat-sifat atom diuraikan sebagai berikut :Lintasan-lintasan yang paling
bawah harus diisi terlebih dahulu sebelum lintasan lain diisi kecuali pada unsurunsurtransisi.Jumlah e pada lintasan yang terluar menentukan sifat atom tersebut.Atas dasar
ini maka dikenal teori MENDEYEV. Oleh Mendeleyev sifat atom yang terluar ditabelkan
yang dikenaldengan Daftar Periodik.Unsur-unsur pada 1 golongan/kolom memiliki jumlah e
dikulit terluar yang sama sehingga memiliki sifat-sifat yangsama pula.Dari teori Oktet
diketahui bahwa jumlah e dikulit terluar = 8. Unsur dengan jumlah e tersebut merupakan
unsur stabil(gas Mulia).Kesimpulan : Pada unsur-unsur yang reakif akan cenderung
mengupayakan agar jumlah e dikulit terluar = 8, makadengan demikian terjadi ikatan atom
(atomic boundary). Yang membatasi upaya untuk memperoleh 8e antara ionadalah factor
geometri (diameter atom).Berdasarkan upaya untuk menjadi 8e dikulit terluar maka ikatan
atom terdiri dari 2 jenis :Ikatan Primer (Ikatan Kuat) Ikatan Ion Ikatan Kovalen Ikatan
LogamIkatan Sekunder (Ikatan Lemah) Ikatan Van der WaalsIKATAN ION (IKATAN
ELEKTROVALEN)Adalah ikatan yang diakibatkan karena adanya gaya elektrostatis antar
atom-atom yang bergerak.Contoh : Na dengan Cl NaCl11Na 1s2 2s22p6 3s1 Na+ 1s2 2s22p6
(8, stabil)17Cl 1s2 2s22p6 3s23p5 Cl- 1s2 2s22p6 3s23p6 (8, stabil)Na + Cl Na+ + Cl 28. 11Na+ 17Cl- NaClUntuk stabil Na akan menyumbangkan 1e ke Cl, sehingga Cl
bermuatan , sedangan Na akan bermuatan . Akibatnyaantar muatan yang berinteraksi akan
timbul gaya elektrostatik.Material-material yang terbentuk karena ikatan ion akan merupakan
bahan yang berbentuk Isolator (konduktiviaslistrik rendah), karena tidak ada electron bebas,
seperti: Oksida dan Sulfida.Sifat-sifat produk hasil ikatan Ion: bersifat IsolatorTitik Cair
tinggi (Tc, Al=660oC; Al2O3=1600oC)IKATAN KOVALEN (IKATAN HOMO
POLAR)Adalah suatu ikatan yang terjadi akibat penggunaan e secara bersama-sama.
Elektron yang dipakai dalam ikatandapat melibatkan semua e yang ada alam ikatan disebut
Ikatan Kovalen Penuh. Sedangkan jika salah satu e yangdipakai dalam ikatan disebut Ikatan
Kovalen Tidak Penuh.Contoh Ikatan Kovalen Penuh :Intan : Hasil dari kumpulan (cluster)
atom-atom yang berikatan satu dengan yang lain sehingga konfigurasi e kulitterluar = 8Atom
H : Untuk menjadi stabil harus memiliki konfigurasi e seperti atom He (meiliki 2e pada kulit
terluar)1H 1s1 + 1H 1s1 H2 (g)Dalam beberapa literature ikatan seperti terjadi pada Hidrogen
disebui Ikatan homogen. Pada ikatan Kovalen Penuhsemua e digunakan dalam ikatan, maka
hasil ikatan Kovalen Penuh juga berupa Isolator. Sifat ikatan sangat kuat,dalam pegertian
fisik produknya selain memiliki Tc (titik cair) yang tinggi juga kekarasnnya tinggi (skala
Mohs,Kekerasan Intan = 9).Contoh Ikatan Kovalen Tidak Penuh :Grafit, tersusun dari atomatom C yang membentuk ikatan Kovalen tidak penuh, akibatnya :Grafit akan menjadi
konduktor pada arah dimana e tidak dipakai dalam ikatan.Grafit kekuatanya turun pada arah
dimana e tidak dipakai dalam ikatan.
29. IKATAN LOGAMUmumya pada unsure-unsur Transisi, dimana e-nya dapat mengisi
kulit terluar, meskipun jumlah e pada bagian dalambelum terisi Penuh.Dengan demikian
Ikatan Logam = Ikatan Kovalen, dimana melibatkan penggunaan e secara bersama-sama,
tetapikarena adanya sifat Transisi maka sebagian e masih bebas bergerak.Produk yang
disusun dari ikatan Logam akan bersifat Konduktor, akan tetapi kekuatannya relative lebih
kecil dariikatan Ion dan Kovalen.IKATAN VAN DER WAALSTerjadi karena efek polarisasi,
sehingga kekuatannya sangat lemah.Timbulnya ikatan atom tidak lain agar konfigurasi e
dikulit terluar memenuhi unsur-unsur gas Mulia. Dengan demikiansetiap atom-atom
disebelah kiri gas Mulia mengupayakan agar memperoleh konfigurasi seperti gas
Mulia.Dalam praktek atom-atom tersebut dapat mengikat atom-atom sejenis (HH, Fe-Fe,...)
atau dengan atom-atom yangtidak sejenis (C-O, C-H, .). Dalam kaitan dengan karakter
logam maka ikatan atom yang sejenis (Fe-Fe, .) yangdipakai.Jumlah atom yang diikat
dibatasi oleh factor geometri. Jumlah bilangan yang mengelilingi atom yang
bersangkutandisebut Bilangan Kordinasi (Ligarcy)Khusus untuk Logam Bilangan
Kordinasinya adalah 8 atau 12.Lintasan e dikulit terluar yang bersinggungan (Diameter
Atom).Susunan Atom LogamDengan adanya ikatan atom dan aspek-aspek bilangan
kordinasi, maka atom-atom logam dalam keadaan padat akantersusun teratur.
30. Sifat Logam : Bilangan Kordinasi, 8 atau 12Susunan atom tertatur.Panjang rusuk dan
sudut antar rusuk merupakan parameter Latis. Jika atom-atomnya sejenis maka panjang
rusuknyasama, maka sama dengan diameter atom.Jika kotak 1, 2, 3 dan 4 sama, maka
penggambaranya berupa KUBUS. Kubus ini di sebut SEL SATUAN (Satuan atom-atom yang
terkecil dalam ruang).Jenis-jenis Sel Satuan ada 7 :Kubus 4. Ortokubic 7.
OrthorombikHexagonal 5. MonoklicTetragonal 6. TriklinikKarena bilangan kordinasi logam
adalah 8 dan 12, maka tidak semua sel satuan diatas dimiliki oleh logam.Bentuk sel satuan
logam: KUBUS, HEXAGONAL dan TETRAGONALKUBUS (CUBIC)Kubus Sederhana
(Simple Cubic)Sel satuan = 6 (Kisi tidak dimiliki oleh logam)Panjang rusuk = a = D =
diameter atom (dalam , 1=10-8 cm)Tidak memiliki Bidang Geser.Jumlah Atom = 1 buah
31. Jumlah atom / V sel satuan = x 8 = 1 buahMemiliki 1 ronggaKubus Pusat Dalam
(Body Centre Cubic, BCC)Perpotongan diagonal badan merupakan tempat kedudukan atom
BCC ( ) yang memiliki 8 bilangan kordinasi.Sifat BCC :Bilangan Kordinasi = 8Jumlah
atom /VSS = 1+ = 2 buahPanjang rusuk (a) = 2/3 D3Memiliki 2 jenis ronggaBidang geser
= 6 buahSel satuan merupakan alat untuk mengidentifikasikan logam.Unsur-unsur yang
memiliki sel satuan BCC adalah Fe <910oCKubus Pusat Muka (Face Centre Cubic, FCC)
32. Sifat FCC :Bilangan kordinasi 12Jumlah atom/VSS = ( x 8)+( x 6) = 4Panjang
rusuk (a) = 2 R2 = D2Rongga : Oktahedral dan TetrahedralBidang geser FCC = 12
buahSel satuan FCC memiliki bidang geser lebih banyak dari BCC. Sehingga logam-logam
yang memiliki Sel Satuan FCCakan lebih mudah dibentuk (memiliki form ability yang lebih
baik dari pada BCC).Contoh : Fe 910o < T < 1350 oCAl, Ni.Unsur yang memiliki sel satuan
ada b yang masuk, sehingga inti membesar.Untuk menghitung prosentase fasa-fasa yang
terbentuk ditetapkan kaidah lengan (lever arm rule).
42. % Fasa Padat (FP) = (b-x)/(b-a) x 100%% Fasa Cair (FC) = (x-a)/(b-a) x 100%Titik :
Semua fasa Cair sudah bertransformasi ke fasa PadatJadi pada titik potong terjadi proses
pengintian (nukleasi) fasa padat.Batas butir terjadi akiba orientasi yang berbeda.Jika orientasi
sama diseluruh bagian disebut Kristas Tunggal (Single Crysal)Dengan memperhatikan
ukuran butir maka sifat mekanis paduan dapat diketahui dengan persamaan : y = i + kd-1/2,
dimana : i dan K = konstantad = diameter butir# Makin halus butir berarti logam makin
kuatStruktur yang diperoleh dari diagram fasa ini disebut Diagram Fasa Tuggal, karena terdiri
dari fasa-fasa yang sama.Cara menghaluskan butir :Memperbanyak laju pengintian dan
memperkecil laju pertumbuhanMelakukan proses perlakukan panas terhadap logam hasil
pengerolan (pengerjaan dingin).Dalam praktek, laju pendinginan pada saat proses solidifikasi,
berangsung relative cepat, sehingga perubahankomposisi yang terjadi dari terbentuknya Inti
sampai menjadi Padat berlangsung tidak sempurna. Hasilnya akanmemiliki komposisi yang
kurang Homogen, teorema ini disebut SEGREGASI.Segregasi dapat dihindari dengan
proses perlakukan panas yang disebut HOMOGENISASI.Secara teoritik pada saat inti fasa
pada harus tumbuh, inti tersebut tumbuh sama besar ke semua arah sehinggadapat
menghasilkan butir-butir yang homogeny. Butir seperti ini disebut EQUIAKSIAL.
43. Pada Diagram fasa Fe-C, unsure Fe mengalami perubahan Sel-Satuan (SS) sebelum
mencair.T < 912 oC Sel Satuan Fe = BCC912 oC ~ 1350oC Sel Satuan Fe = FCC1350oC ~
1535oC Sel Satuan Fe = BCCUnsur seperti ini (memiliki lebih dari 1 SS), disebut
POLITROPI.Jika perubahannya Reversible (bolak-balik) disebut ALOTROPI.Akibat adanya
perubahan sel-satuan ini maka jika Fe dipadukan dengan Carbon akan menghasilkan tingkat
kelarutanyang berbeda-beda.Pada saat Fe berada dibawah 912oC, kelarutan max C di Fe
adalah 0,025% pada 723oC. Sedangkan pada saat Febersel-satuan FCC kelarutan C di Fe
0,8% pada 723oC dan 1,7% pada 1140oC.C larut di Fe membentuk larutan padat Intertisi.
Pada saat C larut di Fe pada temperatur dibawah 912oC, maka akanterbentuk fasa (Ferrit).
Pada saat Fe memiliki sel-satuan FCC dilaruti C maka terbentuk fasa (Austenit).Jika kadar C
mencapai 6,67% maka akan terbentuk senyawa Fe dengan C (Fe3C) yang disebut Carbida
Besi(Sementit).Sifat Sementit dibandingkan dengan , dan sangat keras dengan sel-satuan
Orthorombic.Dari diagram Fasa diperoleh 3 Jenis Reaksi Fasa :Peritektik : +LEutektik : L +
Fe3C+Fe3C, fasa padat LedeburitEutektoid : + Fe3C +Fe3C, fasa padat PerlitL = Liquid
(cair) = Fasa Delta, adalah larutan padat, dimana C larut di Fe max 0,1% pada temperatur
1400oC dan membentuk reaksifasa Peritektik= Fasa Gama (Austenit), adalah larutan fasa
padat, dimana C larut di Fe max 1,7% pada temperatur 1140oC danmembentuk reaksi fasa
Eutekik.= Fasa Alfa (Ferit), adalah larutan padat, dimana C larut di Fe max 0,025% pada
temperatur 723oC dan membentukreaksi fasa Eutektoid.Fe3C= Carbida Besi (Sementit),
adalah senyawa Fe dan C, dimana C larut di Fe mencapai 6,67%.
44. Memiliki senyawa yang sifatnya keras yaitu Fe3C sel-satuan adalah Orthorombik. %
Fe3C meningkat dengan naiknyakadar C.Dari diagram fasa diperoleh 2 jenis material teknik,
yaitu:Baja Karbon (Carbon Steel), kadar C max 1,7%Besi Cor (Cast Iron), kadar C > 1,7
%Dari diagram fasa, Baja Carbon dikelompokan menjadi :Baja Carbon Hypo-Eutektoid (%C
< 0,8%)Baja Carbon Hyper-Eutektoid (0,8% < %C < 1,7%)Atau dapat juga dikelompokan
menjadi :Baja Carbon Rendah (Low Carbon Steel) %C < 0,2%Baja Carbon Sedang (Medium
Carbon Steel) 0,2% < %C < 0,5%Baja Carbon Tinggi (High Carbon Steel) 0,5% < %C <
1,7%PEMBACAAN DIAGRAM FASA Fe-C.(contoh 1) Baja Carbon dengan C sangat
rendahProses SolidifikasiTahap-100% cairTahap-Terjadi pengintian fasa
45. Tahap-100% fasa padatTahap-Terjadi pengintian fasa padat pada batas butirTahap100%Tahap-Terjadi pengintian fasa padat pada batas butir
46. Tahap-100%Catatan : Baja seperti ini disebut Baja Feritik, Karena strukturnya100%
(contoh 2) Baja Carbon dengan C sangat rendahJika dibanding contoh 1, contoh 2 memiliki
garis SOLVUSProses SolidifikasiTahap-100% cair
47. Tahap-Terjadi pengintian fasaTahap-100% fasa padatTahap-Terjadi pengintian fasa
padat pada batas butirTahap-100%
48. Tahap-Terjadi pengintian fasa padat pada batas butirTahap-100%Tahap-Terjadi
pengintian Fe3C pada batas butirTahap-Fe3C Tumbuh pada batas butir
49. Besarnya % Fe3C dapat dihitung dengan menggunakan Kaidah LenganCatatan :
Baja Contoh-2 akan lebih keras dibandingkan dengan baja contoh-1, karena pada contoh-2
strukturnyamengandung Fe3C yang keras.c. (contoh 3) Baja Carbon dengan 0,3% CProses
SolidifikasiTahap-100% cairTahap-Terjadi pengintian fasaTahap-Garis transformasi
memotong garis Peritektik, sehingga terjadi 2 tahap transformasi fasa :Tahap-1
50. Komposisi dan L :% = (0,5-0,3)/(0,5-0,1) x 100%% = 50%% L = 50%Tahap100%Tahap-Garis transformasi memotong garis Eutektoid, sehingga terjadi 2 tahap
transformasi fasa :Tahap-1 Tumbuh :% 1 = (0,8-0,3)/(0,8-0,025) x 100%% 1 = 62,5%% =
37,5%
51. Tahap-2Fasa Cair berubah menjadi fasa padat, mengikui reaksi fasa Feritektik.L+ dan
L :% = (0,5-0,3)/(0,5-0,2) x 100%% = 66,67%%L = 33,33%Tahap-Terjadi pengintian fasa
padat pada batas butirTahap-2Fasa berubah mengikuti Reaksi fasa Eutektoid : + Fe3C
52. % 2 = (6,67-0,8)/(6,67-0,025) x 37,5 %% 2 = 32%Fe3C = 5,5 %Hasil Reaksi
Eutektoid adalah menjadi Marik, akhir tahap-2, strukturnya adalah : 1 = 62,5 % 2 = 32
%Fe3C = 5,5 %Catatan : Baja Contoh-2 akan lebih keras dibandingkan dengan baja contoh1, karena pada contoh-2 strukturnyamegandung Fe3C yang keras.d. (contoh 4) Besi Cor
dengan 3% CProses SolidifikasiTahap-100% cair
53. Tahap-Garis transformasi memotong garis Eutektik, sehingga terjadi 2 tahap
transformasi fasa :Tahap-1 tumbuh :% = (4,2-3,0)/(4,2-1,7) x 100%% 1 = 48%% L =
52%Tahap-Garis transformasi memotong garis Eutektoid, sehingga terjadi2 tahap
transformasi fasa :Tahap-1
54. tumbuh :% = (6,67-3,0)/(6,67-0,8) x 100%% = 62,5%% Fe3C =37,5%Tahap-Terjadi
pengintian fasaTahap-2Fasa Cair berubah menjadi fasa padat, mengikui reaksi fasa
Eutektik.L + Fe3C% 2 = (6,67-4,2)/(6,67-1,7) x 52%% 2 = 25,8%%Fe3C = 26,2%
55. Tahap-2Fasa berubah mengikui reaksi fasa Eutektoidk. + Fe3C% = (6,67-0,8)/(6,670,05) x 62,5%% = 55,25%%Fe3C = 7,29%Kesimpulan :Makin Tinggi Kadar Carbon pada
baja akan makin Keras.BESI COR (CAST IRON)Paduan utama Bes Cor adalah Besin dan
Carbon, dimana C min 1,7% dan max 6,67 %.KarakteristikDItinjau dari permukaan patah
(surface fracture), besi cor ada 2 jenis :Besi Cor Putih
56. Putih disebabkan karena semua C yang ada disamping larut ke Fe, juga membentuk
Karbida Fe3C (sementit),sehingga pada besi cor putih tidak ada C bebas (grafit). Sifat besi
cor putih sangat keras dan getas.Besi Cor KelabuKelabu karena terdapat karbon C bebas.
Karbon bebas terjadi akibat C tidak larut ke Fe (tidak bersenyawa denganFe), hal ini karena
adanya unsure Si (min1,2%).Banyak sedikitnya Si sangat berpengaruh :Jumlah Karbon C
bebas (grafit)Struktr MatrikFe3C Fe + CCatatan : Besi Cor Putih dapat dibuat menjadi besi
cor kelabu, yaitu dengan di temper, disebut dengan besi corMaleableDitinjau dari Grafit (C
bebas), besi cor terdiri dari :Besi Cor Kelabu bergrafit SerpihBesi Cor ini sangat baik dalam
menahan getaran, kerena itu banyak digunakan sebagai bahan body mesin dan
industryperkakas.Besi Cor Kelabu bergrafit Bulat (Nodular)Besi Cor ini diperoleh dengan
proses Austemper. Banyak digunakan dalam proses industry otomotif, seperti porosengkol,
batang hubung dll.
57. MENGUBAH SIFAT MEKANIK BAJA KARBONSifat mekanik Baja Karbon dapat
dirubah, jika struktur mikronya dapat diubah. Untuk mengubah Struktur Mikro
sehinggamengakibatkan tidak teraturnya bentuk struktur FCC (laticce site lebih panjang)
sehingga terjadi distorsi latismenjadi BCT. Efek ini disebut dengan Efek
Tetragonalitas.Proses Heat Treatment :Full annealing adalah proses menaikan temperatur
secara perlahan sekitar 50 C (90 F) diatas Austenitictemperature line A3 atau ACM pada
baja Hypoeutectoid (steels with < 0.77% Carbon) dan 50 C (90 F) pada bajaHypereutectoid
(steels with > 0.77% Carbon).Spesimen ditahan sampai semua fasa berubah menjadi
austenite. Kemudian secara perlahan didinginkan degan lajupendinginan sekitar 20 C/hr (36
F/hr).Butir hasil full annealing akan memiliki struktur coarse pearlite yang mengandung
ferrite atau cementite tergantungbaja hypo atau baja hyper.baja hasil full annealing bersifat
lunak dan uletNormalizing adalah proses pemanasan melebihi temperatur 60 C (108
F),diatas garis A 3 atau ACM sampai daerahAustenite. Agar pada temperatur ini seluruh fasa
berubah menjadi austenite. Kemudian dikeluarkan dari tungku dandidiamkan pada temperatur
kamar. Struktur butir yang didapat adalah fine pearlite dengan kelebihan ferrite
ataucementite. Material hasil normalizing lunak. Proses normalizing lebih murah daripada
full annealing karena tidak adabiaya untuk pengaturan pendinginan tungku.Spheroidization
adalah proses annealing dengan kadar karbon yang tinggi (Carbon > 0.6%) yang kemudian
akan dicold working atau di machining. Panaskan spesimen sampai temperatur dibawah garis
A 1 atau 727 C (1340 F) tahantemperatur dalam waktu yang lama lau dinginkan perlahan.
Metode ini akan menghasilkan struktur dimana semuacementite berada dalam bentuk bulatan
kecil (spheroids) yang terdispersi dalammatriks ferrite. Spheroidizationmeningkatkan
ketahanan terhadap abrasi.ANALISIS DATAPada percobaan ini, benda kerja dipanaskan dulu
pada temperatur austenisasinya untuk mendapatkan austenit yanghomogen, diatas 727oC,
yaitu pada 875oC selama 30 menit, agar panas merata ke seluruh bagian spesimen.
Bendakerja dipanaskan sampai fasanya menjadi austenit (g). Kemudian diquenching,
didinginkan dengan cepat, melaluimetode water jet pada bagian bawah spesimen.
Pendinginan cepat ini bertujuan untuk membentuk martensit yangbersifat keras. Dari data
hasil praktikum terlihat distribusi kekerasan yang tidak merata. Semakin jauh dari
pusatquench, kekerasan semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh laju pendinginan yang tidak
merata. Daerah yang dekatdengan pusat quench akan memiliki kekerasan yang tinggi karena
laju pendinginan yang cepat sehingga banyakmartensit yang terbentuk. Namun semakin jauh
dari pusat quench laju pendinginan melambat, sehingga martensityang terbentuk tidak
sebanyak sebelumnya sehingga harga kekerasan menurun. Pada percobaan ini martensit
yangterbentuk tidak sempurna pada keseluruhan bagian spesimen.Berbeda dengan metode
quench celup, harga kekerasan akan merata, namun akan terjadi vapour blanket di
sekitarspesimen karena medium quench atau spesimennya statis. Vapour blanket adalah uap
air di sekitar spesimen yangterbentuk karena air menguap, fenomena ini dapat dihilangkan
dengan mengaduk medium quench ataumenggoyangkan spesimen.Martensit terbentuk dari
fasa austenit. Pada awalnya baja memiliki fasa ferrite (BCC) kemudian dipanaskan
hinggafasanya menjadi austenite (FCC), jika didinginkan secara lambat akan menghasilkan
pearlite (BCC), namun dalampercobaan ini baja didinginkan dengan cepat sehingga terbentuk
martensite (BCT). Pada pembentukan martensite,yang terjadi bukanlah difusi, melainkan
mekanisme geser. Pada FCC, atom-atom C menempati rongga oktahedral.Jika pendinginan
dilakukan dengan lambat maka atom C tetap pada posisi oktahedral, namun ketika
didinginkandengan cepat atom C menempati rongga tetragonal dengan mekanisme geser, dan
strukturnya menjadi BCT (BodyCentered Tetragonal).
61. Pengaruh laju pendinginan terhadap pembentukan martensit dapat dilihat pada
diagram CCT. Spesimen padapercobaan ini adalah AISI 4142, baja dengan 0.4-0.45% C,
0.75-1.00% Mn 0.8-1.10% Cr, sehingga diagram CCT yangdigunakan adalah diagram CCT
hypoeutectoid.AISI 4142 memiliki kadar karbon medium, implikasi pada diagram CCT nya
adalah, hidungnya tidak terlalu dekatdengan sumbu vertikal dan garis martensite start yang
tidak terlalu rendah, memungkinkan terjadinya martensite100% walaupun pendinginan tidak
terlalu cepat.Hardenability band yang didapatkan dari literatur ditunjukkan pada gambar
disamping. Jika dibandingkan dengandata yang didapat pada hasil praktikum, pada jarak
quenching awal kurva hardenability terletak dibawahhardenability band, dibawah batas
minimum hardenability band. Artinya spesimen ini memiliki sifat hardenabilityyang kurang
baik. Seharusnya secara teoritis, baja karbon medium memiliki hardenability yang baik, dan
kurvahardenability nya berada pada hardenability band.Kurva hardenability yang didapatkan
lebih landai dibanding hardenability band nya. Hal ini menunjukkan sifathardenability
spesimen yang kurang baik.Penyimpangan ini terjadi mungkin karena kadar karbon yang
tidak sesuai standar sehingga menimbulkan perbedaanharga kekerasan dengan yang
seharusnya. Namun, hanya sebagian kurva yang berada dibawah hardenability band,sehingga
kemungkinan faktor penyebabnya bukan kadar karbon. Jika penyebabnya adalah kadar
karbon, makakeseluruhan kurva hardenability akan berada dibawah hardenability
band.Kemungkinan yang lain adalah ketidakhomogenan panas pada spesimen ketika di dalam
tungku, menyebabkan proseshardening tidak maksimal. Hal lain yang dapat mempengaruhi
adalah ketika akan melakukan proses quenching,spesimen terlalu lama berada di temperatur
ruangan sehingga sempat mengalami pendinginan lambat. Pendinginanlambat ini dapat
menyebabkan harga kekerasan menurun.Jika dilihat hasil struktur mikro spesimen, pada titik
1 terlihat sangat banyak martensit yang terbentuk. Fasamartensit adalah yang berwarna hitam.
Pada titik 10 keberadaan martensit mulai berkurang. Semakin jauh dari titikpusat quenching
keberadaan martensite semakin berkurang. Hal ini menunjukkan nilai kekerasan spesimen
yangsemakin berkurang.