Sie sind auf Seite 1von 13

Dari definisi diperoleh bahwa beban mekanik terdiri dari :Beban Statik, beban yang

tidak dipengaruhi oleh waktu, artinya beban yang bekerja tetap tidak berubah.Beban
Dinamik, beban yang berfluktuasi, berubah-ubah, terhadap waktu.Sifat-sifat mekanik
dievaluasi berdasarkan ke dua beban tersebut, dan atas dasar jenis beban tersebut maka
dapatdikelompokkan beberapa jenis pengujian, yaitu :PENGUJIAN BEBAN STATIK :Uji
Tarik (Tensile Test)Uji Tekan (Compressive Test)Uji Puntir (Torsion Test)Uji Lentur
(Bending Test)Uji Keras (Hardness Test)Uji Impact (Impact Test)Uji Mulur, : - Pada
temperatur kamar, Creep Test.- Pada temperatur tinggi, Stress Rupture Test.PENGUJIAN
BEBAN DINAMIK :Uji Lelah (Fatique Test)Dalam praktek pengujian didasarkan pada 2
kriteria :Memilih jenis pengujian mana yang memberikan lebih banyak informasi tentang
sifat materialBerdasarkan tuntutan disain.
11. UJI TARIK (TENSILE TEST)Tujuan : Untuk melihat respon bahan terhadap beban
tarik. Artinya kita harus dapat mengamati apa yang terjadipada Bahan (specimen) apabila
material tersebut dibebani dengan beban tarik.Pelaksanaan : Dilakukan pada suhu kamar,
karena pada temperatur kamar mudah untuk dilakukan.Alat Uji : Mesin Uji Tarik (Tensile
Testing Machine)Fungsi Mesin Uji Tarik :Harus mampu memberikan beban tarikHarus
mampu mencatat pertambahan panjang yang terjadi akibat adanya beban tarik.Bentuk-Bentuk
Benda Uji / Specimen :Bentuk benda uji secara umum dibagi menjadi 2 jenis :PelatProfil : Rod,Profil I,Profil C, dikategorikan ke dalam Plat.Profil L,Bentuk benda Uji Rod Bentuk
Benda Uji Plat
12. Jika specimen dari plat, maka specimen tersebut harus sejajar dengan arah pengerolan
plat, karena pengerolan akanmenghasilkan harga yang maximum.Rasio perbandingan Lo
terhadap do, disebut Rasio Kerampingan (Slenderness Ratio)Lo/do=5
.. Slenderness RatioPrinsip Pengujian :Pengujian
dilakukan sampai benda kerja putusJika specimen putus, harus berada pada daerah Panjang
Uji (Lt)Selama Pengujian Tarik berlangsung, volume = konstan, dan dianggap luas
penampang benda uji konstan (A=c)Mekanisme Pengujian :Setiap ada beban senantiasa ada
penambahan panjang sebesar L.Jika gaya (F) semakin besar maka L semakin besar pula. Dari
kenyataan ini maka mesin Uji Tarik akan mencatathubungan antara gaya dan pertambahan
panjang (F dan L) dalam bentuk diagram.Catatan : Pemberian beban harus sedemikan rupa
sehingga pemberian beban serendah mungkin, dengan maksudcriteria static dapat
dipenuhi.Dari Diagram F - L yang dihasilkan, terdapat dua jenis segmen garis :
13. Segmen garis LinearSegmen garis tidak Linear (curvature)Dalam praktek, diagram
tarik ini hasilnya berbeda-beda untuk setiap logam, sehingga kita dapat membedakan
manalogam yang ulet (ductile) mana logam yang getas (brittle).Interprestasi : Sepanjang
hubungan linear maka setiap pembebanan akan menghasilkan perubahan temporer /sementara
atau mengalamai Deformasi Elastis.Artinya, benda uji bertambah panjang selama beban
diterapkan, jika beban dihilangkan benda uji kembali ke bentuksemula. Makin besar F, maka
L makin besar.Batas maksimum dimana hubungan F dan L linear dikenal dengan titik P
(proporsional).L yang bersifat sementara disebut dengan L elastis.Jika pembebanan
terjadi diatas titik P, maka pada saat beban F dihilangkan, L bersifat tetap.Panjang specimen
setelah ditarik sampai dengan titik x, dan setelah beban dihilangkan menjadi :Dari diagram F
- L, belum terbaca sifat logam yang diuji.Agar sifat logam yang di uji dapat dibaca, diagram
F - L harus diubah menjadi diagram - e (Tegangan Regangan).Dimana := F/Ao =
Tegangan Tarik (Kg/mm2)Ao = Luas penampang awale= L/Lo e = reganganLo =
PanjangKesimpulan :
14. Diagram -e mirip dengan diagram F- LAlasan diubah ke dalam bentuk diagram -e
karena erat hubungan dengan harga L/do = 5.Pembacaan Sifat MaterialDidaerah Elastic
(hubungan -e linear) = E.e, dimana : E = tg. = Modulus Elastisitas = E.e,--------------- Hukum
HOOKE(Hukum Hooke hanya bekerja di daerah Elastis)eHubungan Modulus Elastisitas (E)

dengan sifat material :E dipakai sebagai ukuran KEKAKUAN (RIGIDITY)Artinya : Makin


besar berarti material yang di uji makin kaku ( >> E)Makin kecil berarti material yang di uji
tidak kaku (E<<)Pada kenyataannya titik P bukan batas elastis. Pada beberapa diagram dapat
dilihat pada umumnya batas elastis sulitditentukan dan tertletak diatas titik P.Untuk
mengatasinya adalah dengan beberapa kriteria :Jika batas elastis tidak dapat ditentukan, maka
dibuat suatu batas dengan metode yang disebut METODA OFF-SET.Pengganti batas elastis
adalah suatu beban dimana jika beban tersebut dihilangkan maka benda kerja akanmengalami
perpanjangan tetap sebesar 0,2% dari panjang semula (0,2% x Lo)Misal : Lo = 10 cm = 100
mmL = 0,2 % . Lo= 0,2 % . 100= 0,2 mm
15. Semua bahan-bahan / produk yang dihasilkan, pembuatannya harus berada dibawah
batas elastis (dalam daerahelastis).Titik U menunjukkan beban maksimum yang masih dapat
ditahan oleh benda kerja, juga menyatakan Kekuatan Tariklogam yang bersangkutan.Dalam
praktek harga yang ada adalah : u, y, E.Hubungan regangan (e) dengan Sifat Material :Jika e
semakin besar, maka material tersebut adalah material Ulet (ductile).Jika e semakin kecil
maka material tersebut adalah semakin getas (brittle).Arti luas di bawah kurva :Besar
kecilnya luas dibawah kurva menunjukkan ukuran ketangguhan (TOUGHNESS), yaitu
besarnya energy yangdiperlukan untuk mematahkan specimen. Makin besar kurva, maka
energy yang diperlukan untuk mematahkanspecimen semakin besar yang berarti material
ulet.JIka harga e diatas 200% maka material tersebut disebut material Super Plastik.Jika
pembebanan diberikan disebelah kiri u (sebelum titik u), maka pada benda kerja terjadi
perubahan Homogen(Uniform), kemudian pada saat mencapai titik U (ultimate), pada saat itu
terjadi perubahan yang tidak homogen(Terjadi perubahan setempat).Jika Af sangat kecil,
maka matrial UletJika Af sangat besar, maka material getasSehingga, pengecilan penampang,
, (Reductioan of Area) :
16. = (Ao-Af)/Ao x 100% Kecil, berarti material Ulet Besar, berarti material getas.Sifat
material dapat dilihat dari harga e, ketangguhan danDalam penggunaan praktek pembebanan
yang diberikan terhadap komponen mesin harus senantiasa berada dibawahbatas luluh.
Dengan demikian pembebanan yang berada didaerah elastis, yang didefinisikan sebagai
Tegangan Boleh( b), allowable stress. = u/n < y ---------------------------------- n = Faktor
keamanan statikKurva - e teknis, dengan assumsi A = konstan selama proses
penarikkan.Tetapi, jika diperhitungkan terhadap A sebenarnya maka akan diperoleh kurva - e
sebenarnya. tr = (1 + e) = ln (1+e)Jika dikaitkan dengan persamaan matematika, maka
diagram tr- memenuhi persamaan alir : = K. n n = koefisien kerasregan(Strain hardening
coef.)Pada daerah elastis, n = 1Pada titik Ultimate, n =Pada hk Hooke berlaku hanya pada
daerah elastis.Pada daerah plastis harga n berkisar 0 ~ 1.Fenomena-fenomena pada saat Uji
Tarik berlangsung.Jika specimen berbentuk Pelat di uji tarik, selama proses penarikkan
terutama setelah melewati y, maka akanterlihat garis slip.Hal ini menunjukkan bahwa jika
suatu material dibebani diatas y maka akan terjadi deformasi plastis (perubahanyang tetap)
dengan mekanisme Geser (Shear).Jika melakukan uji tarik, ditarik sampai y kemudian F
dilepaskan, maka akan diperoleh perpanjangan yang sifatnyaplastis.Jika dari kondisi ini
specimen tersebut ditarik kembai maka y akan naik.Besar kecilnya y sangat tergantung pada
besar kecilnya deformasi plastis yang dialami oleh benda kerja. Kenaikkan y akan diikuti
pula oleh kenaikkan kekerasan bahan tersebut.Fenomena ini disebut STRAIN HARDENING
17. Jika suatu specimen diuji tarik sampai beban diatas y, kemudian beban dilepas lalu
tekan kemudian ditarik kembalisampai membentuk LOOP, hal ini di sebut
HYSTERESIS.Jika suatu bahan kurva Hysteresis besar/luas, berarti material tersebut
memiliki daya redam yang baik.Dari permukaan patah (fracture area) specimen uji akan
dapat terlihat bentuk patahan ulet (ductile fracture) danpatahan getas (brittle fracture).
18. UJI KERAS (HARDNESS TEST)Tujuan : Untuk mengevaluasi kekerasan suatu
logam / materialDilakukan dengan 3 cara :Cara Perbandingan / GoresanCara DinamikCara

Penekanan / PenusukanCara Perbandingan / GoresanUji keras dengan cara ini dilakukan


dengan jalan menggoreskan logam satu dengan yang lain, dan benda kerja yangtergores
disebut benda kerja yang lebih lunak.Kemudian cara ini ditabelkan oleh MOHS dengan harga
1 ~ 10.Skala Mohs 1 = Material sangat lunak (Talk)Skala Mohs 4 ~ 8 = untuk kekerasan
logamSkala Mohs 10 = Material sangat keras (Intan)Skala Mohs ini banyak dipakai dalam
bidang Geologi, Geodesi dll.Skala Mohs tidak pernah dipakai dalam bidang teknik mesin
karena variasi kekerasan yang sangat sempit.Cara DinamikCara ini menggunakan prinsip
tumbukkan (Collision).Prinsip : Bola baja dijatuhkan dari ketinggian tertentu sehingga
menumbuk permukaan specimen, akibat tumbukanbola baja akan terpantul kembali.Tinggi
rendahnya pantulan menunjukkan kekerasan suatu logam.Jika pantulan tinggi berarti material
keras atau sebaliknya.Alat uji ini disebut SHORE SCLEROSCOPEPengujian dengan cara ini
dilakukan berulang-ulang ditempat yang berbeda pada specimen.Ketelitian pengukuran
sangat bergantung pada :Banyak sedikitnya pengujianKebersihan permukaanKekasaran
permukaanKerataan permukaan(Sumbu bola jatuh harus tegak lurus pada permukaan
specimen)
19. Cara ini banyak dipakai dalam praktek untuk mengukur logam yang sedang berfungsi.
Juga dapat dipakai dalamperawatan (masuk toleransi) karena alat sangat sederhana.Cara
Penekanan / PenusukkanMetoda BRINELLPrinsip : Dengan menerapkan penetrator /
penekan berupa bola baja dengan diameter, D, terhadap benda kerja yangakan di uji
kemudian ditekan.Uji Brinell memilih besarnya beban penekan, P, sedemikian sehingga pada
permukaan benda kerja diperoleh bekaspenekanan.Besarnya P harus melebihi y dari benda
kerja.Dengan kenyataan ini tujuan uji keras menjadi suatu cara untuk mengetahui ketahanan
material terhadap deformasiPlastis.Hal-hal yang distandarkan dalam uji keras Brinell
:Kekerasan Bola BajaHarga beban P. (kg) Untuk bahan baja P = 30.D2 Untuk bahan non baja
P = 5.D2Dengan diameter D= 10mm, 7mm, 1,19mmHarga kekerasan Brinell, HBN :HBN =
P/A (kg/mm2), P = beban (kg)A = Luas Penampang (mm2)
20. HBN = P/(D/2 [D-((D^2-d^2 ) )] ) ,D = Diamater Bola Baja (mm)d = Diamater
bekas penekananDari persamaan HBN, terlihat harga kekerasan Brinell memiliki satuan yang
sama dengan kekuatan Tarik. Antarakekerasan dan kekuatan tarik erat hubungannya, yaitu
jika material kuat berarti kekerasan tinggi.Untuk baja berlaku hubungan : u = 0,3
HBNKelemahan Uji Brinell :Uji Brinell tidak bisa dipakai untuk mengukur material-material
yang sangat keras (diatas 400 HBN) karena bola bajaakan mengalami FLATTENING.Uji
Brinell tidak dapat mengukur material yang sangat lunak, karena akan menimbulkan aliran
material disekitarbenda kerja disekeliling penetrator.Metoda VICKERSPrinsip : Sama dengan
prinsip pengukuran cara Brinell, hanya penetrator yang digunakan berupa Piramid Intan
dengansudut puncak 136o.d = (d1+d2)/2Harga kekerasan Vickers, HVN :HVN = P/A
(kg/mm2), A = Luas Penampang, mm2A = d^2/(2 sin68^o ) = d^2/(2 .0,92)
21. P = Gaya penekanan, kgd = Diameter rata-rata bekas penekanan, mmMaka : HVN =
1,8 P/d^2Dengan bentuk penetrator ini maka beban yang diuji dapat divariasikan dengan
skala mikro sampai makro.Beban P, yang termasuk skala mikro : 25 gr, 50 gr, 100 grBeban P,
yang termasuk skala makro : beban diatas 100 gr, max 100 kg.Cara pengukuran yang mirip
dengan cara Vickers adalah KNOOP.Perbedaannya adalah pada penetratornya. Penetrator
Knoop mempunyai bidang alas Belah Ketupat.HKN = 1,5 P/d^2 kg/mm2Baik Vickers
maupun Knoop pengukuran kekerasan hanya dilakukan di laboratorium, dan permukaan yang
akan diujiharus bersih, halus betul-betul rata.Metoda ROCKWELLPada uji keras Rockwell
digunakan 2 jenis pembebanan :Beban Minor (10 kg)Beban Mayor ( 60 kg, 100 kg, 150 kg),
tergantung pada skala Rockwell dan penetrator yang dipakai.Pada prinsipnya kekerasan
Rockwell adalah merupakan perbedaan kedalaman akibat pembebanan Mayor dan
Minor.Pada uji keras Rockwell skala yang dipakai adalah skala:Skala A (HRA), Skala B
(HRB), Skala C (HRC) ..Skala N (HRN)Dalam ilmu logam uji keras Rockwell

banyak menggunakan skala A, B dan C.Skala A (HRNA)Beban Minor : 10 kgBeban Mayor :


60 kgPenetrator : Kerucut Intan, sudut puncak 120oPenggunaan : Logam-logam yang
kerasSkala B (HRNB)Beban Minor : 10 kgBeban Mayor : 100 kgPenetrator : Bola Baja,
diameter D = 1/16Penggunaan : Logam-logam yang lunakSkala C (HRNC)
22. Beban Minor : 10 kgBeban Mayor : 150 kgPenetrator : Kerucut IntanPenggunaan :
Logam-logam yang keras hasil hasil perakukan panasUJI IMPACT (IMPACT TEST)Tujuan :
Untuk mengevaluasi bahan jika mendapat pembebanan tiba-tiba. Suatu material akan
mengalami patahgetas / patah ulet akibat pembebanan yang tiba-tiba. Pembebanan yang tibatiba dapat diartikan sebagai suatupembebanan dengan kecepatan regang yang tinggi.Prinsip :
Menggunakan prinsip bandul (pendulum)Bandul dengan berat mg dibenturkan terhadap
benda kerja sampai patah.Ukuran / Bentuk Benda Kerja :Bentuk Notchyang umum :Bentuk
Notchyang lain :a, b, c = standard55, 10, 10,7Posisi benda kerja terhadap datangnya bandul
menentukan jenis metoda Uji Impact. Terdapat 2 jenis metoda Uji
23. Impact, yaitu :Metoda IZOD (dari Inggris) 2. Metoda CHARPY (dari Amerika)Posisi
specimen berdiri posisi specimen horizontalBesarnya usaha yang digunakan untuk
mematahkan specimen adalah :U = mg (h-h)Jika sangat besar maka bandul setelah
mematahkan specimen akan terus bergerak sehingga diperoleh ketinggianh.Jadi Harga
Impact (HI) pada suatu bahan adalah :HI= U/A dimana : U = UsahaA = Luas Penampang
dibawah takikan (b x c)Jika HI besar maka bahan tersebut dikelompokkan sebagai bahan
Ulet, sedangkan jika HI kecil maka bahandikelompokkan bahan Getas.Keuletan atau
kegetasan suatu bahan dapat dilihat dari hasil Uji Tarik dengan melihat harga Elongation
(pengecilanpenampang). Dismping itu HI erat kaitannya dengan Usaha yang dipakai untuk
mematahan specimen. HI dapat puladiperkirakan denga harga ketangguhan suatu bahan
(toughness) yang diperoleh dari hasil Uji Tarik.Uji Impact dapat dilakukan pada rentang
Temperatur, T, yang berbeda-beda.Semakin besar temp., maka HI semakin besar Material
Ulet.Semakin kecil temp., maka HI kecil Material Getas.Semakin material akan berubah dari
ulet menjadi getas, jika temperatur berubah-ubah dari tinggi kerendah.Suatu rentang
temperature, dimana HI-nya berubah drastic disebut TEMPERATUR TRANSISI. Dalam
praktek
24. penggunaan suatu bahan pada suatu temperatur harus senantiasa diatas Temperatur
Transisi agar material tidakberubah-ubah menjadi getasAda beberapa jenis material yang
tidak mempunyai Temperatur Transisi, mislnya Baja Carbon tahan karat Austenitikdan
alumunium.Material yang tidak mempunyai Temp. Transisi dapat digunakan pada
temperature yang sangat rendah.Material yang dapat dipakai pada temperature rendah disebut
CRYOGENIC, sehingga keuletannya tetap.Pengujian HI pada beberapa literature di sebut
dengan Uji Tarik (Notch). Notch digunakan agar pada Takikantersebut terjadi konsentrasi
tegangan yang tinggi sehingga jika material patah akan terjadi pada bagianberkonsentrasi
tinggi.UJI MULURUji mulur jika dilakukan pada temperature kamar disebut CREEP TEST,
jika dilakukan pada temperature tinggidisebut STRESS RUPTURE TEST.Prinsip : Benda
kerja dibebani oleh suatu beban yang konstan sehingga benda kerja tersebut akan
bertambahpanjang. Pengujian dilakukan sampai benda kerja putus.Keterangan :Bagian I :
Perpanjangan sesaa (instantaneous elongation)Pepanjangan ini diperoleh setelah Benda Kerja
dibeban oleh Beban FBagian II : Daerah kecepatan regang (kecepatan perpanjangan) yang
dilakukan.Artinya dengan adanya beban tadi akibat bertambah panjang, dan luas penampang
mengecil, maka tegangan yang
25. terjadi pada benda kerja membesar akibatnya perpanjangan bertambah panjangBagian
III : Daerah Stedy stateDimana kecepatan perpanjangan sebanding dengan naiknya
kekerasan. Pada akhir steady state ( C ), penampngbenda kerja sudah kecil sehingga masuk
ke bagian IV. Kecepatan perpanangan menjadi lebih tinggi karena sudahtidak dapat diatasi
oleh kenaikkan kekerasan dan akhirya putus di titik F.Uji Creep memakan waktu, t, yang

lama tergantung besar-kecilnya gaya F.Catatan : Diagram atas ( , , , ), dapat dialami oleh satu
material dengan 1 beban tetapi Temperatur, T, pengujiandiubah-ubah.Kesimpulan: Untuk
komponen-komponen yang mengalami pembebanan yang tetap diusahakan agar
pembebananterjadi pada daerah Steady State. Material-material supaya tahan Creep harus
memiliki BUTIR yang besar.Pengujian-pengujian seperti diatas adalah pengujian yang
lazim dipergunakan, tetapi ada pula pengujian yangdilakukan secara khusus.UJI LELAHUji
Lelah menghubungkan antara beban ( ) dengan jumlah siklus (N). (Jumlah dimana specimen
putus)
26. Semua Pembebanan dibawah garis /Batas Lelah, maka material tidak akan patah.
Dalam praktek semua pembebanandinamis harus berada dibawah Batas Lelah ( e),
sehingga :_b= _U/n< _e Dimana : n = Faktor kemanan dinamik b = Allowable Strees /
Tegangan BolehBeberapa cara penempatan Beban Dinamik :Cara Vertikal : Cara Rotary
Bending :Berdasarkan cara pembebaban dinamik, maka jenis mesin uji lelah terbagi 2 :Mesin
Uji Lelah VertikalMesin Uji Lelah Rotary BendingCatatan :Sifat-sifat logam terbagi 3 :Sifat
FisikSifat MekanikSifat TeknologiYang mendasari sfat-sifat logam adalah ATOM.TEORI
ATOMAtom terdiri dari electron (e) yang bergerak mengelilingi inti pada lintasan tertentu.
Dari teori ini maka dalampraktek ada jenis logam yang di magnet dan tidak dapat di
magnet.Inti suatu atom terdiri dari PROTON yang bermuatan Positif dan NEUTRON yang
bermuatan Netral sedangkanELEKTRON bermuatan Negatif , sehingga dari perbedaan
muatan ini timbul gaya tarik elektrostatik.Pada hakekatnya suatu atom adalah netral, artinya
bahwa jumlah proton = jumlah electron. Atas dasar inididefinisikan nomor atom. Nomor
atom dikaitkan dengan jumlah electron yang mengelilingi inti.Massa suatu atom identik
dengan massa inti, artinya massa electron dibanding dengan massa inti dapat
diabaikan.Makin banyak electron makin banyak lintasan. Maka atas dasar ini diturukan suatu
teori KUANTUM yang menyatakanbahwa tiap-tiap lintasan memiliki energy tertentu, arah
putaran tertentu (spin) dengan jumlah e tetentu dalam tiap 27. tiap lintasan.Sifat-sifat atom diuraikan sebagai berikut :Lintasan-lintasan yang paling
bawah harus diisi terlebih dahulu sebelum lintasan lain diisi kecuali pada unsurunsurtransisi.Jumlah e pada lintasan yang terluar menentukan sifat atom tersebut.Atas dasar
ini maka dikenal teori MENDEYEV. Oleh Mendeleyev sifat atom yang terluar ditabelkan
yang dikenaldengan Daftar Periodik.Unsur-unsur pada 1 golongan/kolom memiliki jumlah e
dikulit terluar yang sama sehingga memiliki sifat-sifat yangsama pula.Dari teori Oktet
diketahui bahwa jumlah e dikulit terluar = 8. Unsur dengan jumlah e tersebut merupakan
unsur stabil(gas Mulia).Kesimpulan : Pada unsur-unsur yang reakif akan cenderung
mengupayakan agar jumlah e dikulit terluar = 8, makadengan demikian terjadi ikatan atom
(atomic boundary). Yang membatasi upaya untuk memperoleh 8e antara ionadalah factor
geometri (diameter atom).Berdasarkan upaya untuk menjadi 8e dikulit terluar maka ikatan
atom terdiri dari 2 jenis :Ikatan Primer (Ikatan Kuat) Ikatan Ion Ikatan Kovalen Ikatan
LogamIkatan Sekunder (Ikatan Lemah) Ikatan Van der WaalsIKATAN ION (IKATAN
ELEKTROVALEN)Adalah ikatan yang diakibatkan karena adanya gaya elektrostatis antar
atom-atom yang bergerak.Contoh : Na dengan Cl NaCl11Na 1s2 2s22p6 3s1 Na+ 1s2 2s22p6
(8, stabil)17Cl 1s2 2s22p6 3s23p5 Cl- 1s2 2s22p6 3s23p6 (8, stabil)Na + Cl Na+ + Cl 28. 11Na+ 17Cl- NaClUntuk stabil Na akan menyumbangkan 1e ke Cl, sehingga Cl
bermuatan , sedangan Na akan bermuatan . Akibatnyaantar muatan yang berinteraksi akan
timbul gaya elektrostatik.Material-material yang terbentuk karena ikatan ion akan merupakan
bahan yang berbentuk Isolator (konduktiviaslistrik rendah), karena tidak ada electron bebas,
seperti: Oksida dan Sulfida.Sifat-sifat produk hasil ikatan Ion: bersifat IsolatorTitik Cair
tinggi (Tc, Al=660oC; Al2O3=1600oC)IKATAN KOVALEN (IKATAN HOMO
POLAR)Adalah suatu ikatan yang terjadi akibat penggunaan e secara bersama-sama.
Elektron yang dipakai dalam ikatandapat melibatkan semua e yang ada alam ikatan disebut

Ikatan Kovalen Penuh. Sedangkan jika salah satu e yangdipakai dalam ikatan disebut Ikatan
Kovalen Tidak Penuh.Contoh Ikatan Kovalen Penuh :Intan : Hasil dari kumpulan (cluster)
atom-atom yang berikatan satu dengan yang lain sehingga konfigurasi e kulitterluar = 8Atom
H : Untuk menjadi stabil harus memiliki konfigurasi e seperti atom He (meiliki 2e pada kulit
terluar)1H 1s1 + 1H 1s1 H2 (g)Dalam beberapa literature ikatan seperti terjadi pada Hidrogen
disebui Ikatan homogen. Pada ikatan Kovalen Penuhsemua e digunakan dalam ikatan, maka
hasil ikatan Kovalen Penuh juga berupa Isolator. Sifat ikatan sangat kuat,dalam pegertian
fisik produknya selain memiliki Tc (titik cair) yang tinggi juga kekarasnnya tinggi (skala
Mohs,Kekerasan Intan = 9).Contoh Ikatan Kovalen Tidak Penuh :Grafit, tersusun dari atomatom C yang membentuk ikatan Kovalen tidak penuh, akibatnya :Grafit akan menjadi
konduktor pada arah dimana e tidak dipakai dalam ikatan.Grafit kekuatanya turun pada arah
dimana e tidak dipakai dalam ikatan.
29. IKATAN LOGAMUmumya pada unsure-unsur Transisi, dimana e-nya dapat mengisi
kulit terluar, meskipun jumlah e pada bagian dalambelum terisi Penuh.Dengan demikian
Ikatan Logam = Ikatan Kovalen, dimana melibatkan penggunaan e secara bersama-sama,
tetapikarena adanya sifat Transisi maka sebagian e masih bebas bergerak.Produk yang
disusun dari ikatan Logam akan bersifat Konduktor, akan tetapi kekuatannya relative lebih
kecil dariikatan Ion dan Kovalen.IKATAN VAN DER WAALSTerjadi karena efek polarisasi,
sehingga kekuatannya sangat lemah.Timbulnya ikatan atom tidak lain agar konfigurasi e
dikulit terluar memenuhi unsur-unsur gas Mulia. Dengan demikiansetiap atom-atom
disebelah kiri gas Mulia mengupayakan agar memperoleh konfigurasi seperti gas
Mulia.Dalam praktek atom-atom tersebut dapat mengikat atom-atom sejenis (HH, Fe-Fe,...)
atau dengan atom-atom yangtidak sejenis (C-O, C-H, .). Dalam kaitan dengan karakter
logam maka ikatan atom yang sejenis (Fe-Fe, .) yangdipakai.Jumlah atom yang diikat
dibatasi oleh factor geometri. Jumlah bilangan yang mengelilingi atom yang
bersangkutandisebut Bilangan Kordinasi (Ligarcy)Khusus untuk Logam Bilangan
Kordinasinya adalah 8 atau 12.Lintasan e dikulit terluar yang bersinggungan (Diameter
Atom).Susunan Atom LogamDengan adanya ikatan atom dan aspek-aspek bilangan
kordinasi, maka atom-atom logam dalam keadaan padat akantersusun teratur.
30. Sifat Logam : Bilangan Kordinasi, 8 atau 12Susunan atom tertatur.Panjang rusuk dan
sudut antar rusuk merupakan parameter Latis. Jika atom-atomnya sejenis maka panjang
rusuknyasama, maka sama dengan diameter atom.Jika kotak 1, 2, 3 dan 4 sama, maka
penggambaranya berupa KUBUS. Kubus ini di sebut SEL SATUAN (Satuan atom-atom yang
terkecil dalam ruang).Jenis-jenis Sel Satuan ada 7 :Kubus 4. Ortokubic 7.
OrthorombikHexagonal 5. MonoklicTetragonal 6. TriklinikKarena bilangan kordinasi logam
adalah 8 dan 12, maka tidak semua sel satuan diatas dimiliki oleh logam.Bentuk sel satuan
logam: KUBUS, HEXAGONAL dan TETRAGONALKUBUS (CUBIC)Kubus Sederhana
(Simple Cubic)Sel satuan = 6 (Kisi tidak dimiliki oleh logam)Panjang rusuk = a = D =
diameter atom (dalam , 1=10-8 cm)Tidak memiliki Bidang Geser.Jumlah Atom = 1 buah
31. Jumlah atom / V sel satuan = x 8 = 1 buahMemiliki 1 ronggaKubus Pusat Dalam
(Body Centre Cubic, BCC)Perpotongan diagonal badan merupakan tempat kedudukan atom
BCC ( ) yang memiliki 8 bilangan kordinasi.Sifat BCC :Bilangan Kordinasi = 8Jumlah
atom /VSS = 1+ = 2 buahPanjang rusuk (a) = 2/3 D3Memiliki 2 jenis ronggaBidang geser
= 6 buahSel satuan merupakan alat untuk mengidentifikasikan logam.Unsur-unsur yang
memiliki sel satuan BCC adalah Fe <910oCKubus Pusat Muka (Face Centre Cubic, FCC)
32. Sifat FCC :Bilangan kordinasi 12Jumlah atom/VSS = ( x 8)+( x 6) = 4Panjang
rusuk (a) = 2 R2 = D2Rongga : Oktahedral dan TetrahedralBidang geser FCC = 12
buahSel satuan FCC memiliki bidang geser lebih banyak dari BCC. Sehingga logam-logam
yang memiliki Sel Satuan FCCakan lebih mudah dibentuk (memiliki form ability yang lebih
baik dari pada BCC).Contoh : Fe 910o < T < 1350 oCAl, Ni.Unsur yang memiliki sel satuan

lebih dari satu disebut POLITROPI.HEKSAGONALSel satuan Heksagonal pada hakekatnya


mirip FCC.Bilangan kordinasi = 12Jumlah atom / VSS = 4Yang membedakan FCC dengan
Hexagonal adalah urutan susunan (stacking segmen) atom.
33. Sel satuan Heksagonal disebut sel satuan Heksagonal Susunan Rapat, HSR (Close
Pocked Hexagonal, CHP)Dari analisa terhadap sel satuan diperoleh :Ukuran sel satuan
(parameter latis), yaitu :Panjang rusuk (a)Jarak antar bidang (d)Jari-jari atom (R), dalam
Ukuran dan jenis ronggaAdanya bidang geserUntuk system logam murni suatu sel satuan
disebut sempurna jika pada semua tempat kedudukan atom pada selsatuan terisi oleh atom
yang bersangkutan.Jika susunan atom seperti itu maka kekuatan logam tersebut adalah :=
G/2CARA CARA MEMBERI INDEK PADA SEL SATUAN :Sistem Kubus :Cara
memberi index ABEF :Langkah yang dilakukan X Y Z1 Tentukan titik potong bidang ABEF
dengan garis sumbu 1 ~ ~2 Tentukan harga kebalikannya 1/1 1/~ 1/~
34. Index di Bidang ABEF adalah 1 0 0Sehingga pada sel satuan Kubus terdiri dari
:ABEF ( 100 ), tetapi CDGH ( 100 )BCGF ( 010 ), tetapi ADHE ( 010 )EFGH ( 001 ), tetapi
ABCD ( 001 )Index diatas dapat ditulis {100}. Index ini disebut INDEX MILLER.Atas dasar
penulisan index Miller, maka bidang geser Sel Satuan adalah :Sel satuan BCC { 110 } Sel
Satuan FCC { 111 }Secara umum index Miller untuk system kubus dapat ditulis : { h, k, }
Besarnya harga D=a/(h^2+k^2+l^2 )Harga D dalam prakek dapat diukur melalui analisa
DIFRAKSI SINAR X yang memenuhi hukum Bragg.n = 2d sin , Dimana : n = Orde, (1,2,3
------) dalam praktek dipiih 1= Panjang gelombang x, dalam = Sudut dating sinar X
terhadap bidang sel satuan
35. KETIDAK SEMPURNAAN SUSUNAN ATOMKetidaksempurnaan Kristal (Crystal
Defect).Dalam praktek atom-atom tersebut kalanya tidak menempati tempat yang telah
ditentukan. Hal ini disebabkan :Atom-atom dalam kedudukan tidak diam statis tapi dinamis,
getarannya makin besar jika temperature meningkat.Akibat getaran yang makin besar ada
kemungkinan atom-atom keluar dari tempat kedudukannya.Pada proses penyusunan atomatom (dari tidak teratur menjadi tertatur) misalnya dalam proses pembekuan
atom(solidifikasi), laju pendinginan yang dialami oleh atom-atom lebih cepat dari yang
diperkirakan, Sehingga tidak semuatempat kedudukan atom dapat diisi.Dalam praktek jarang
sekali atom-atom tersebut terdiri dari atom-atom sejenis, ada kalanya ada atom-atom
asingyang terperangkap dalam susunan atom tersebut, sehingga diantaranya akan timbul
interaksi, dan terjadiketidakseimbangan gaya disekitar atom asing. Interaksi ini menyebabkan
atom-atom berpindah posisi.Dengan adanya cacat yang diakibatkan ke 3 hal tersebut, maka
kekuatan logam turun drastis dari kekuatanteoritiknya. Karena disekitar bagian yang cacat
tidak ada atom ditempat itu maka atom yang lain disekitarnyamelakukan keseimbangan gaya,
dan ini menghasilkan Medan Tegangan (Stress Field).JENIS-JENIS CACAT
KRISTALCacat Titik (Point Defect)Cacat Lowongan (vacancy)Cacat SubstitusiCacat
Interstisi
36. Cacat GarisDisebut dengan Dislokasi, yaitu hilangnya 1 bagian/deretan atom pada
sususan atom.Disokasi garis ada 2 jenis :Dislokasi Sisi (Edge dislocation)Dislokasi Ulir
(Screw dislocation)Cacat VolumeAntara lain : Mikroporositas.
37. DIAGRAM FASATinjau unsur A dan B.Larutan padat (sifat lunak)A+BSenyawa
(Sifat Keras)Berupa : AB, AxB, ABx, AxByJenis senyawa yang paling keras adalah seyawa
unsur logam dengan Carbon. Senyawa ini disebut KARBIDA. Contoh :Senyawa Fe dengan C
(Fe3C), disebut Karbida Besi.Untuk melihat sifat logam dan paduannya dapat dianalisa
dengan suatu diagram yang disebut DIAGRAMKESEIMBANGAN FASA / DIAGRAM
FASASesuai dengan jenis paduannya, Diagram Fasa terdiri dari :Diagram Fasa
BinerDiagram Fasa TernerDiagram Fasa QuarternerDiagram ini menghubungkan temperatur,
komposisi dan fasa-fasa dengan setimbang pada temperatur dan

komposisitertentu.DIAGRAM FASA BINERA ke B adalah garis komposisi.Komposisi


diyatakan dalam % berat atau % jumlah atom.
38. Jenis-jenis diagram Fasa Biner :Diagram fasa yang menunjukkan kelarutan yang
sempurna dalam keadaan Cair dan Padat.Diagram fasa yang menunjukkan adanya kelarutan
sempurna dalam keadan cair, dan larut Terbatas / sebagian dalamkeadaan padatDiagram fasa
jenis ini terbagi 3, yaitu :Memiliki reaksi fasa eutektikMemiliki reaksi fasa
peritektikMemiliki senyawa.Diagram fasa yang menunjukkan adanya kelarutan yang
sempurna dalam keadaan Cair dan Tidak Larut sempurnadalam keadaan padat.Catatan :Yang
dimaksud dengan Larut SempurnaA+B C ; Berarti A dan B larut satu sama lainSifat C yang
dihasilkan tidak sama dengan sifat A maupun B, dan C berupa larutan Padat.Yang dimaksud
Larut TerbatasA+B A (ditulis ) ; B larut di A sebagian / terbatasSifat A sama dengan
sifat A, tapi tidak sama dengansifat B.A+B B (ditulis ) ; A larut di B sebagian /
terbatasSifat B sama dengan sifat B, tapi tidak sama dengansifat A.A+B A/B, ada batas
kelarutanA larut di B atau sebaliknya dapat menghasilkan laruan padat Subtitusi atau larutan
padat Interstisi.Syarat timbulnya kelarutan dalam keadaan padat adalah sbb :Ditinjau dari
aspek geometri, diameter atom (D) dan bentuk sel satuan.Bila perbedaan diameter ( D) D >
15% Larutan padat interstisi D < 15% Larutan padat substitusi
39. Bila atom lebih kecil dari atom-atom pelarutnya, maka akan terbentuk larutan padat
interstisi.Bila sel satuan sejenis antara pelarut sejenis maka kecenderungan terjadinya larutan
yang sempurna makin besar.Jika sel satuan tidak sama maka ada 2 kemungkinan yaitu
:Larutan TerbatasTidak larut satu sama lainAspek valensi (berkaitan dengan jumlah electron
kulit terluar)Aspek Elektronegatifitas atau Positifitas.Makin elektronegatifitas unsur yang
dilarutkan, makin elektropositif unsur pelarut. Terdapat 2 kecenderungan :Jika membentuk
larutan padat, maka larutan tersebut tidak akan stabilJika tidak membentuk larutan padat,
maka akan mebentuk senyawa.Makin elektronegatif, berarti makin ke kanan dari Tabel
Periodik, contoh : Fe dengan C, dan Fe dengan Si.Si lebih elektronegatif dari Fe
dibandingkan dengan C, sehingga Si mudah larut dalam Fe.Makin FCC, makin larut
sempurnaDIAGRAM FASA JENIS I
40. Paduan akan mempunyai Temperatur : TcB < T Paduan < TcAPada diagram jenis I :
Larutan sempurna dalam keadaan padat dan Larutan sempurna dalam keadaan cair. Maka
fasapadat yang terbentuk akan berupa larutan Padat (Solid Solution)Cara menggunakan
Diagram Fasa Jenis IDiagram fasa digunakan untuk memperkirakan Struktur Mikro yang
diperoleh dari hasil proses pembekuan(Solidifikasi).Struktur Mikro : Struktur logam/paduan
yang dilihat melalui Teknik Mikrosofik yang berupa distribusi fasa-fasa, baikdistribusi
larutan padat, senyawa atau distribusi larutan padat dan senyawa.Karena larutan padat
bersifat lunak, senyawa bersifat keras maka jika diketahui distribusinya maka akan
diketahuisifat mekaniknya.Dengan mengetahui struktur mikro, berarti dapat diketahui sifat
Mekanik.Teknik mikroskofik untuk mengetahui struktur mikro disebut
METALOGRAFI.Untuk menggunakan diagram fasa pada proses solidifikasi diambil
anggapan sbb :Laju pendinginan dianggap sangat lambatProses transformasi yang terjadi dari
fasa cair ke fasa padat berlangsung sempurna dengan mekanisme difusi.Faktor-faktor yang
berpengaruh dalam proses solidifikasi :WaktuTemperaturContoh :Diketahui :Paduan A dan B
41. Diagram Solidifikasi adalah sebagai berikut :Titik : 100 cair, dengan X% BTitik :
Garis komposisi memotong garis liquidus.Jadi pada titik potong terjadi proses pengintian
(nukleasi) fasa padat.Artinya : Diaram komposisi yang < X%, berarti fasa padat yang terjadi
memiliki unsur-unsur yang lebih dominankarena TcA lebih tinggi.Catatan : - Ditinjau dari
struktur atom yang disebut inti adalah mulai terbentuknya susunan atom yang terkecil
dalamruang.Titik : Inti membesar.Jadi pada titik potong terjadi proses pengintian (nukleasi)
fasa padat.Artinya : Proses solidifikasi berlangsung dari a ke b.Berarti ada a yang keluar dan

ada b yang masuk, sehingga inti membesar.Untuk menghitung prosentase fasa-fasa yang
terbentuk ditetapkan kaidah lengan (lever arm rule).
42. % Fasa Padat (FP) = (b-x)/(b-a) x 100%% Fasa Cair (FC) = (x-a)/(b-a) x 100%Titik :
Semua fasa Cair sudah bertransformasi ke fasa PadatJadi pada titik potong terjadi proses
pengintian (nukleasi) fasa padat.Batas butir terjadi akiba orientasi yang berbeda.Jika orientasi
sama diseluruh bagian disebut Kristas Tunggal (Single Crysal)Dengan memperhatikan
ukuran butir maka sifat mekanis paduan dapat diketahui dengan persamaan : y = i + kd-1/2,
dimana : i dan K = konstantad = diameter butir# Makin halus butir berarti logam makin
kuatStruktur yang diperoleh dari diagram fasa ini disebut Diagram Fasa Tuggal, karena terdiri
dari fasa-fasa yang sama.Cara menghaluskan butir :Memperbanyak laju pengintian dan
memperkecil laju pertumbuhanMelakukan proses perlakukan panas terhadap logam hasil
pengerolan (pengerjaan dingin).Dalam praktek, laju pendinginan pada saat proses solidifikasi,
berangsung relative cepat, sehingga perubahankomposisi yang terjadi dari terbentuknya Inti
sampai menjadi Padat berlangsung tidak sempurna. Hasilnya akanmemiliki komposisi yang
kurang Homogen, teorema ini disebut SEGREGASI.Segregasi dapat dihindari dengan
proses perlakukan panas yang disebut HOMOGENISASI.Secara teoritik pada saat inti fasa
pada harus tumbuh, inti tersebut tumbuh sama besar ke semua arah sehinggadapat
menghasilkan butir-butir yang homogeny. Butir seperti ini disebut EQUIAKSIAL.
43. Pada Diagram fasa Fe-C, unsure Fe mengalami perubahan Sel-Satuan (SS) sebelum
mencair.T < 912 oC Sel Satuan Fe = BCC912 oC ~ 1350oC Sel Satuan Fe = FCC1350oC ~
1535oC Sel Satuan Fe = BCCUnsur seperti ini (memiliki lebih dari 1 SS), disebut
POLITROPI.Jika perubahannya Reversible (bolak-balik) disebut ALOTROPI.Akibat adanya
perubahan sel-satuan ini maka jika Fe dipadukan dengan Carbon akan menghasilkan tingkat
kelarutanyang berbeda-beda.Pada saat Fe berada dibawah 912oC, kelarutan max C di Fe
adalah 0,025% pada 723oC. Sedangkan pada saat Febersel-satuan FCC kelarutan C di Fe
0,8% pada 723oC dan 1,7% pada 1140oC.C larut di Fe membentuk larutan padat Intertisi.
Pada saat C larut di Fe pada temperatur dibawah 912oC, maka akanterbentuk fasa (Ferrit).
Pada saat Fe memiliki sel-satuan FCC dilaruti C maka terbentuk fasa (Austenit).Jika kadar C
mencapai 6,67% maka akan terbentuk senyawa Fe dengan C (Fe3C) yang disebut Carbida
Besi(Sementit).Sifat Sementit dibandingkan dengan , dan sangat keras dengan sel-satuan
Orthorombic.Dari diagram Fasa diperoleh 3 Jenis Reaksi Fasa :Peritektik : +LEutektik : L +
Fe3C+Fe3C, fasa padat LedeburitEutektoid : + Fe3C +Fe3C, fasa padat PerlitL = Liquid
(cair) = Fasa Delta, adalah larutan padat, dimana C larut di Fe max 0,1% pada temperatur
1400oC dan membentuk reaksifasa Peritektik= Fasa Gama (Austenit), adalah larutan fasa
padat, dimana C larut di Fe max 1,7% pada temperatur 1140oC danmembentuk reaksi fasa
Eutekik.= Fasa Alfa (Ferit), adalah larutan padat, dimana C larut di Fe max 0,025% pada
temperatur 723oC dan membentukreaksi fasa Eutektoid.Fe3C= Carbida Besi (Sementit),
adalah senyawa Fe dan C, dimana C larut di Fe mencapai 6,67%.
44. Memiliki senyawa yang sifatnya keras yaitu Fe3C sel-satuan adalah Orthorombik. %
Fe3C meningkat dengan naiknyakadar C.Dari diagram fasa diperoleh 2 jenis material teknik,
yaitu:Baja Karbon (Carbon Steel), kadar C max 1,7%Besi Cor (Cast Iron), kadar C > 1,7
%Dari diagram fasa, Baja Carbon dikelompokan menjadi :Baja Carbon Hypo-Eutektoid (%C
< 0,8%)Baja Carbon Hyper-Eutektoid (0,8% < %C < 1,7%)Atau dapat juga dikelompokan
menjadi :Baja Carbon Rendah (Low Carbon Steel) %C < 0,2%Baja Carbon Sedang (Medium
Carbon Steel) 0,2% < %C < 0,5%Baja Carbon Tinggi (High Carbon Steel) 0,5% < %C <
1,7%PEMBACAAN DIAGRAM FASA Fe-C.(contoh 1) Baja Carbon dengan C sangat
rendahProses SolidifikasiTahap-100% cairTahap-Terjadi pengintian fasa
45. Tahap-100% fasa padatTahap-Terjadi pengintian fasa padat pada batas butirTahap100%Tahap-Terjadi pengintian fasa padat pada batas butir

46. Tahap-100%Catatan : Baja seperti ini disebut Baja Feritik, Karena strukturnya100%
(contoh 2) Baja Carbon dengan C sangat rendahJika dibanding contoh 1, contoh 2 memiliki
garis SOLVUSProses SolidifikasiTahap-100% cair
47. Tahap-Terjadi pengintian fasaTahap-100% fasa padatTahap-Terjadi pengintian fasa
padat pada batas butirTahap-100%
48. Tahap-Terjadi pengintian fasa padat pada batas butirTahap-100%Tahap-Terjadi
pengintian Fe3C pada batas butirTahap-Fe3C Tumbuh pada batas butir
49. Besarnya % Fe3C dapat dihitung dengan menggunakan Kaidah LenganCatatan :
Baja Contoh-2 akan lebih keras dibandingkan dengan baja contoh-1, karena pada contoh-2
strukturnyamengandung Fe3C yang keras.c. (contoh 3) Baja Carbon dengan 0,3% CProses
SolidifikasiTahap-100% cairTahap-Terjadi pengintian fasaTahap-Garis transformasi
memotong garis Peritektik, sehingga terjadi 2 tahap transformasi fasa :Tahap-1
50. Komposisi dan L :% = (0,5-0,3)/(0,5-0,1) x 100%% = 50%% L = 50%Tahap100%Tahap-Garis transformasi memotong garis Eutektoid, sehingga terjadi 2 tahap
transformasi fasa :Tahap-1 Tumbuh :% 1 = (0,8-0,3)/(0,8-0,025) x 100%% 1 = 62,5%% =
37,5%
51. Tahap-2Fasa Cair berubah menjadi fasa padat, mengikui reaksi fasa Feritektik.L+ dan
L :% = (0,5-0,3)/(0,5-0,2) x 100%% = 66,67%%L = 33,33%Tahap-Terjadi pengintian fasa
padat pada batas butirTahap-2Fasa berubah mengikuti Reaksi fasa Eutektoid : + Fe3C
52. % 2 = (6,67-0,8)/(6,67-0,025) x 37,5 %% 2 = 32%Fe3C = 5,5 %Hasil Reaksi
Eutektoid adalah menjadi Marik, akhir tahap-2, strukturnya adalah : 1 = 62,5 % 2 = 32
%Fe3C = 5,5 %Catatan : Baja Contoh-2 akan lebih keras dibandingkan dengan baja contoh1, karena pada contoh-2 strukturnyamegandung Fe3C yang keras.d. (contoh 4) Besi Cor
dengan 3% CProses SolidifikasiTahap-100% cair
53. Tahap-Garis transformasi memotong garis Eutektik, sehingga terjadi 2 tahap
transformasi fasa :Tahap-1 tumbuh :% = (4,2-3,0)/(4,2-1,7) x 100%% 1 = 48%% L =
52%Tahap-Garis transformasi memotong garis Eutektoid, sehingga terjadi2 tahap
transformasi fasa :Tahap-1
54. tumbuh :% = (6,67-3,0)/(6,67-0,8) x 100%% = 62,5%% Fe3C =37,5%Tahap-Terjadi
pengintian fasaTahap-2Fasa Cair berubah menjadi fasa padat, mengikui reaksi fasa
Eutektik.L + Fe3C% 2 = (6,67-4,2)/(6,67-1,7) x 52%% 2 = 25,8%%Fe3C = 26,2%
55. Tahap-2Fasa berubah mengikui reaksi fasa Eutektoidk. + Fe3C% = (6,67-0,8)/(6,670,05) x 62,5%% = 55,25%%Fe3C = 7,29%Kesimpulan :Makin Tinggi Kadar Carbon pada
baja akan makin Keras.BESI COR (CAST IRON)Paduan utama Bes Cor adalah Besin dan
Carbon, dimana C min 1,7% dan max 6,67 %.KarakteristikDItinjau dari permukaan patah
(surface fracture), besi cor ada 2 jenis :Besi Cor Putih
56. Putih disebabkan karena semua C yang ada disamping larut ke Fe, juga membentuk
Karbida Fe3C (sementit),sehingga pada besi cor putih tidak ada C bebas (grafit). Sifat besi
cor putih sangat keras dan getas.Besi Cor KelabuKelabu karena terdapat karbon C bebas.
Karbon bebas terjadi akibat C tidak larut ke Fe (tidak bersenyawa denganFe), hal ini karena
adanya unsure Si (min1,2%).Banyak sedikitnya Si sangat berpengaruh :Jumlah Karbon C
bebas (grafit)Struktr MatrikFe3C Fe + CCatatan : Besi Cor Putih dapat dibuat menjadi besi
cor kelabu, yaitu dengan di temper, disebut dengan besi corMaleableDitinjau dari Grafit (C
bebas), besi cor terdiri dari :Besi Cor Kelabu bergrafit SerpihBesi Cor ini sangat baik dalam
menahan getaran, kerena itu banyak digunakan sebagai bahan body mesin dan
industryperkakas.Besi Cor Kelabu bergrafit Bulat (Nodular)Besi Cor ini diperoleh dengan
proses Austemper. Banyak digunakan dalam proses industry otomotif, seperti porosengkol,
batang hubung dll.
57. MENGUBAH SIFAT MEKANIK BAJA KARBONSifat mekanik Baja Karbon dapat
dirubah, jika struktur mikronya dapat diubah. Untuk mengubah Struktur Mikro

dapatdilakukan dengan cara PERLAKUKAN PANAS (HEAT TREATMENT). Proses


Perlakuan Panas adalah suatu proses untuk mengubah Struktur Mikro, dimana komposisi
bahan tetap.Proses Perlakukan Panas dilaksanakan dengan cara memberi pemanasan dan
pendinginan, sehingga struktur mikrobahan berubah.CARA MENGUBAH STRUKTUR
MIKROBaja Carbon didefinisikan sebagai paduan Besi dan Carbon dengan kandungan C
max 1,7%. (Diagram fasa Fe-C)Tinjau Diagram Fasa Fe-CUntuk maksud Perlakukan Panas
beberapa garis Solvus ditandai dengan A1, A3, A13 dan Acm .Ditinjau dari kadar Carbon,
Baja Karbon terdiri dari :Baja Karbon Hypo Eutektoid (C < 0,8%)Baja Karbon Hyper
Eutektoid (C > 0,8%)Untuk proses Heat Treatment, maka proses pemanasannya sangat
tergantung pada jenis baja.Baja HYPO EUTEKTOIDTp = garis A3 + 100oCBaja HYPER
EUTKTOIDTp = garis A13 + 100oC atauTp = garis Acm + 100oCPemilihan Tp, tergantung
pada tujuan akhir.Dikeraskan : Tp = garis A13 + 100 oCDilunakkan : Tp = garis Acm + 100
oCJika diperhatikan Tp (temperatur pemanasan) masuk ke daerah Austenit, sehingga Tp
disebut T (temperatur
58. Austenit).Pada proses pemanasan, temperatur harus homogen diseluruh benda kerja,
sehingga diperlukan waktu pemanasan(Holding Time / Exposure Time).Lamanya pemanasan
sangat tergantung pada :Dimensi benda KerjaPanas jenis bahan.Note : Perlakukan Panas
tidak pernah sampai Cair.Dari diagram fasa, pada T berada pada daerah fasa padat Austenit
( ), sehingga jika didinginkan perlahan-lahan(solidifikasi) diperoleh : + Fe3CMekanisme
transformasi dari +Fe3C adalah DIFUSI. + Fe3C0,8 0,025 6,67Ingat : , , = larutan padatFe3C
= Senyawa.Sementit (Fe3C) terbentuk terlebih dahulu.Difusi adalah perpindahan atom dari
tempat yang satu ke tempat yang lain, dalam hal ini yang mengalami difusi iniadalah C
(carbon). menjadi + Fe3C melalui suatu kecepatan pendingian perlahan-lahan (kecepatan
pendinginan yang lambat).Dalam praktek kecepatan pendinginan yang lambat dapat dicapai
melalui : 1. Pendinginan dalam tungku (Anneal)Pendinginan udara. (Normalizing)Baja yang
di Anneal atau Normalizing hasilnya adalah Lunak.Sehingga proses Anneal dan Normalizing
disebut dengan Proses Pelunakan (Softening Proceses).Proses Anneal waktu pendinginannya
lebih lambat dibanding proses Normalizing, sehingga Struktur Mikro hasil Anneal
59. akan lebih kasar dan lebih lunak dari pada hasil Normalizing.Jika Austenit ( )
didinginkan dengan cepat, maka akan diperoleh fasa baru MARTENSIT : MSifat Martensit :
KERAS.Pendinginan yang cepat disebut QUENCH (sepuh).Pelaksanaan pendinginan yang
cepat adalah dengan mencelupkan baja panas (Temperatur Austenit), ke dalam
mediapendingin (Air, Brine, atau Oli).Ukuran kecepatan pendinginan dari suatu medium
pendingin dinyatakan dengan harga Severity of Quench.Pada proses difusi, faktor yang
berpengaruh adalah T dan C.Dengan demikian mekanisme menjadi M ( M), adalah bukan
difusi. Mekanisme M adalah GESER, melalui BidangGeser.DIPOSKAN OLEH
MOTIVATOR DI 05.12Uji hardenability 08.15 Mukhamad Aziz 1 commentTujuan
Praktikum Mengetahui sifat mampu keras (hardenability) material Mengetahui faktor yang
berpengaruh terhadap sifat mampu keras material Mengetahui prosedur percobaan Jominy
dan menganalisis sifat mampu keras material Memahami penggunaan dan cara pembuatan
diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)Teori DasarHardenability adalah ukuran
kemampuan suatu material untuk membentuk fasa martensite. Hardenability dapatdiukur
dengan beberapa metode. Diantaranya metode jominy dan metode grossman. Dari metode
tersebut kita akanmendapatkan kurva antara harga kekerasan dengan jarak quenching dari
pusat quench.Asumsi : Laju pendinginan sangat lambat Laju Pemanasan lambat
60. Terjadi mekanisme difusi (perpindahan atom secara individual dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah)Pembentukan martensit terjadi karena baja yang telah
dipanaskan sampai suhu austenitnya didinginkan secaracepat/ diquench, sehingga atom
karbon tidak sempat berdifusi dan hanya sempat bergeser mengisi rongga-ronggatetrahedral
dan oktahedral pada struktur FCC austenit. Karena terisinya rongga-rongga tersebut

sehinggamengakibatkan tidak teraturnya bentuk struktur FCC (laticce site lebih panjang)
sehingga terjadi distorsi latismenjadi BCT. Efek ini disebut dengan Efek
Tetragonalitas.Proses Heat Treatment :Full annealing adalah proses menaikan temperatur
secara perlahan sekitar 50 C (90 F) diatas Austenitictemperature line A3 atau ACM pada
baja Hypoeutectoid (steels with < 0.77% Carbon) dan 50 C (90 F) pada bajaHypereutectoid
(steels with > 0.77% Carbon).Spesimen ditahan sampai semua fasa berubah menjadi
austenite. Kemudian secara perlahan didinginkan degan lajupendinginan sekitar 20 C/hr (36
F/hr).Butir hasil full annealing akan memiliki struktur coarse pearlite yang mengandung
ferrite atau cementite tergantungbaja hypo atau baja hyper.baja hasil full annealing bersifat
lunak dan uletNormalizing adalah proses pemanasan melebihi temperatur 60 C (108
F),diatas garis A 3 atau ACM sampai daerahAustenite. Agar pada temperatur ini seluruh fasa
berubah menjadi austenite. Kemudian dikeluarkan dari tungku dandidiamkan pada temperatur
kamar. Struktur butir yang didapat adalah fine pearlite dengan kelebihan ferrite
ataucementite. Material hasil normalizing lunak. Proses normalizing lebih murah daripada
full annealing karena tidak adabiaya untuk pengaturan pendinginan tungku.Spheroidization
adalah proses annealing dengan kadar karbon yang tinggi (Carbon > 0.6%) yang kemudian
akan dicold working atau di machining. Panaskan spesimen sampai temperatur dibawah garis
A 1 atau 727 C (1340 F) tahantemperatur dalam waktu yang lama lau dinginkan perlahan.
Metode ini akan menghasilkan struktur dimana semuacementite berada dalam bentuk bulatan
kecil (spheroids) yang terdispersi dalammatriks ferrite. Spheroidizationmeningkatkan
ketahanan terhadap abrasi.ANALISIS DATAPada percobaan ini, benda kerja dipanaskan dulu
pada temperatur austenisasinya untuk mendapatkan austenit yanghomogen, diatas 727oC,
yaitu pada 875oC selama 30 menit, agar panas merata ke seluruh bagian spesimen.
Bendakerja dipanaskan sampai fasanya menjadi austenit (g). Kemudian diquenching,
didinginkan dengan cepat, melaluimetode water jet pada bagian bawah spesimen.
Pendinginan cepat ini bertujuan untuk membentuk martensit yangbersifat keras. Dari data
hasil praktikum terlihat distribusi kekerasan yang tidak merata. Semakin jauh dari
pusatquench, kekerasan semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh laju pendinginan yang tidak
merata. Daerah yang dekatdengan pusat quench akan memiliki kekerasan yang tinggi karena
laju pendinginan yang cepat sehingga banyakmartensit yang terbentuk. Namun semakin jauh
dari pusat quench laju pendinginan melambat, sehingga martensityang terbentuk tidak
sebanyak sebelumnya sehingga harga kekerasan menurun. Pada percobaan ini martensit
yangterbentuk tidak sempurna pada keseluruhan bagian spesimen.Berbeda dengan metode
quench celup, harga kekerasan akan merata, namun akan terjadi vapour blanket di
sekitarspesimen karena medium quench atau spesimennya statis. Vapour blanket adalah uap
air di sekitar spesimen yangterbentuk karena air menguap, fenomena ini dapat dihilangkan
dengan mengaduk medium quench ataumenggoyangkan spesimen.Martensit terbentuk dari
fasa austenit. Pada awalnya baja memiliki fasa ferrite (BCC) kemudian dipanaskan
hinggafasanya menjadi austenite (FCC), jika didinginkan secara lambat akan menghasilkan
pearlite (BCC), namun dalampercobaan ini baja didinginkan dengan cepat sehingga terbentuk
martensite (BCT). Pada pembentukan martensite,yang terjadi bukanlah difusi, melainkan
mekanisme geser. Pada FCC, atom-atom C menempati rongga oktahedral.Jika pendinginan
dilakukan dengan lambat maka atom C tetap pada posisi oktahedral, namun ketika
didinginkandengan cepat atom C menempati rongga tetragonal dengan mekanisme geser, dan
strukturnya menjadi BCT (BodyCentered Tetragonal).
61. Pengaruh laju pendinginan terhadap pembentukan martensit dapat dilihat pada
diagram CCT. Spesimen padapercobaan ini adalah AISI 4142, baja dengan 0.4-0.45% C,
0.75-1.00% Mn 0.8-1.10% Cr, sehingga diagram CCT yangdigunakan adalah diagram CCT
hypoeutectoid.AISI 4142 memiliki kadar karbon medium, implikasi pada diagram CCT nya

adalah, hidungnya tidak terlalu dekatdengan sumbu vertikal dan garis martensite start yang
tidak terlalu rendah, memungkinkan terjadinya martensite100% walaupun pendinginan tidak
terlalu cepat.Hardenability band yang didapatkan dari literatur ditunjukkan pada gambar
disamping. Jika dibandingkan dengandata yang didapat pada hasil praktikum, pada jarak
quenching awal kurva hardenability terletak dibawahhardenability band, dibawah batas
minimum hardenability band. Artinya spesimen ini memiliki sifat hardenabilityyang kurang
baik. Seharusnya secara teoritis, baja karbon medium memiliki hardenability yang baik, dan
kurvahardenability nya berada pada hardenability band.Kurva hardenability yang didapatkan
lebih landai dibanding hardenability band nya. Hal ini menunjukkan sifathardenability
spesimen yang kurang baik.Penyimpangan ini terjadi mungkin karena kadar karbon yang
tidak sesuai standar sehingga menimbulkan perbedaanharga kekerasan dengan yang
seharusnya. Namun, hanya sebagian kurva yang berada dibawah hardenability band,sehingga
kemungkinan faktor penyebabnya bukan kadar karbon. Jika penyebabnya adalah kadar
karbon, makakeseluruhan kurva hardenability akan berada dibawah hardenability
band.Kemungkinan yang lain adalah ketidakhomogenan panas pada spesimen ketika di dalam
tungku, menyebabkan proseshardening tidak maksimal. Hal lain yang dapat mempengaruhi
adalah ketika akan melakukan proses quenching,spesimen terlalu lama berada di temperatur
ruangan sehingga sempat mengalami pendinginan lambat. Pendinginanlambat ini dapat
menyebabkan harga kekerasan menurun.Jika dilihat hasil struktur mikro spesimen, pada titik
1 terlihat sangat banyak martensit yang terbentuk. Fasamartensit adalah yang berwarna hitam.
Pada titik 10 keberadaan martensit mulai berkurang. Semakin jauh dari titikpusat quenching
keberadaan martensite semakin berkurang. Hal ini menunjukkan nilai kekerasan spesimen
yangsemakin berkurang.

Das könnte Ihnen auch gefallen