Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Aterosklcrosis, atau pengerasan arteri, adalah kondisi pada arteri besar dan
kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, ncutrofil,
monosit, dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel
cndotcl) dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang
paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri arteri serebral.
Langkah pertama dalam pembentukan atcrosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan sel indotel lumen arteri. Kondisi ini dapat teijadi setelah
cedera pada sel endotel atau dari stimulus lain. Cedera pada sel endotel
meningkatkan permeabilitasnya terhadap berbagai komponen plasma,
termasuk asam lemak dan trigliserida, sehingga
zat-zat ini dapat masuk kc dalam artetri. Oksidasi asam lemak menghasilkan
Meskipun tanpa ada ccdcra langsung pada sel endothelial, pei ubahan faktor adhesi
endotcl dapat terjadi, yang mengakibatkan akumulasi sel darah putih dan pelepasan
mediator inflamasi dan zat pembentuk bekuan. Mengapa beberapa individu dapat
memiliki terutama faktor adhesif yang aktif masih belum jelas. Ada kecenderungan
bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan menjadi penyebab.
Apa pun yang menjadi faktor pemicunya, aterosklerosis menyebabkan penurunan
diameter arteri dan peningkatan kekakuan. Area aterosklerotik pada arteri disebut plak.
Pertumbuhan plak dapat dilihat pada Gambar 13.9.
Penyebab Aterosklerosis
Terdapat beberapa hipotesis mengenai apa yang pertama kali menyebabkan kerusakan sel
endotel, yang kemudian mencetuskan rangkaian proses di atas. Dapat dikatakan bahwa
beberapa proses pencetus yang terlibat berbeda-beda pada masing-masing individu.
Empat hipotesis disajikan di bawah ini.
defisiensi apolipoproteine.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis atcrosklcrosis biasanya terjadi pada tahap akhir
perjalanan penyakit. Gejala aterosklerosis tersebut meliputi:
Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan kram di ekstremitas bawah,
terutama terjadi selama atau setelah olahraga. Klaudikasio intermiten disebabkan
buruknya aliran darah yang melewati pembuluh aterosklerotik yang memperdarahi
tungkai bawah. Pada saat kebutuhan oksigen otot tungkai akan meningkat, maka
aliran yang terbatas tersebut tidak dapat menyuplai oksigen yang dibutuhkan dan
tenadi nyeri akibat iskemia otot. Seiring dengan memburuknya aterosklerosis,
nyeri intermiten dapat berkembang menjadi nyeri saat istirahat, karena pada
kebutuhan oksigen yang normal sekalipun tidak dapat dipenuhi.
Peka terhadap rasa dingin karena aliran darah ke ekstremitas tidak adekuat.
Perubahan warna kulit karena berkurangnya aliran darah ke suatu daerah arca
tubuh. Akibat iskemia, area daerah tersebut menjadi pucat. Hal ini diikuti oleh
respons autoregulasi lokal sehingga hiperemia (peningkatan aliran darah) ke
tersebut sehingga kulit merona merah.
Dapat diraba penurunan denyut arteri di sebelah hilir dari lesi aterosklerotik.
Apabila aliran darah tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
metabolik, dapat terjadi nekrosis sel dan gangren.
Komplikasi
Hipertensi dapat terjadi akibat aterosklerosis yang lama. Demikian juga
dengan hipertensi dan gaya regang yang kuat juga dapat menyebabkan
aterosklerosis. Karena pembentukan trombus, jaringan parut, dan proliferasi
sel otot polos, lumen arteri berkurang dan resistensi terhadap aliran darah
yang melintasi arteri meningkat. Ventrikel kiri harus memompa lebih kuat
untuk menghasilkan cukup gaya yang mendorong darah melewati sistem
vaskular atero-sklerotik yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
darah sistolik dan diastolik sehingga dapat terjadi hipertensi.
Trombus dapat terlepas dari plak aterosklerotik. Hal ini dapat
menyebabkan obstruksi aliran darah di hilir, akibatnya dapat terjadi stroke
apabila pembuluh darah otak yang tersumbat, atau infark miokardum jika
pembuluh darah jantung yang tersumbat.