Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
id/kurikulum-mata-kuliah/biologi-laut
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
ilmu
vegetasi
telah
dikembangkan
berbagai
metode
untuk
dengan
pesat
seiring
dengan
kemajuan
dalam
bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
Vegetasi
sebagai
salah
satu
komponen
dari
ekosistem
yang
dapat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tujuan
Untuk mengetahui
Untuk mengetahui
Untuk mengetahui
Untuk mengetahui
Untuk mengetahui
Untuk mengetahui
1.4 Manfaat
Memberikan beberapa manfaat dan
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut
Marsono
(1977),
Vegetasi
merupakan
kumpulan
tumbuh-
tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada
suatu
tempat.
Dalam
mekanisme
kehidupan
bersama
tersebut
terdapat
interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang
hidup dan tumbuh serta dinamis.
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya.
Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang
sesuai dengan keadaan habitatnya.
Di Indonesia Perkembangan penelitian Vegetasi sampai tahun 1980 telah
dilaporkan oleh Kartawinata (1990), yang mengevaluasi pustaka yang ada
mengenai Vegetasi dan ekologi tumbuhan di Indonesia, menunjukkan bahwa bidang
ini belum banyak diteliti. Banyak dari informasi tentang ekologi tumbuhan dalam
berbagai pustaka seperti serie buku Ekologi Indonesia (misalnya MacKinnon dkk.,
1996 dan Whitten dkk.,1984) berdasarkan berbagai penelitian di Malaysia.
Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari
ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor
lingkungn dari sejarah dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan
demikian
analisis
vegetasi
secara
hati-hati
dipakai
sebagai
alat
untuk
ekosistem.
Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa,
yang masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan.
Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan
tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang
botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan
variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Webb, 1954).
Pakar ekologi dalam pengetahuan yang memadai tentang sistematik
tumbuhan berkecenderungan untuk melakukan pendekatan secara floristika dalam
mengungkapkan sesuatu vegetasi, yaitu berupa komposisi dan struktur tumbuhan
komposisi jenis atau jenis. Struktur masyarakat hutan dapat dipelajari dengan
mengetahui sejumlah karakteristik tertentu diantaranya, kepadatan, frekuensi,
dominansi dan nilai penting.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan
ke dalam 3 kategori yaitu :
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan
dengan
areal
lain
atau
areal
yang
sama
namun
waktu
pengamatan berbeda.
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu
atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petakpetak
pengamatan
yang
sifatnya
permanen
atau
sementara.
Menurut
habtus dan penyebaran suatu jenis tanaman. Sedangkan analisis vegetasi data
yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantiatif. Data kuantitatif menyatakan
jumlah , ukuran , berat kering , berat basah suatu jenis. Frekuensi temuan dan luas
daerah yang ditumbhinya. Data kuantitatif di dapat dari hasil penjabaran
pengamatan petak contoh lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil
pengamatan dilapangan berdasarkan pengamatan yang luas. Parameter kualitatif
dalam
pengamatan
ini
yaitu
Fisiognomi,
Fenologi,
Periodisitas,
Stratifikasi,
kuantitatif
dalam
pengamatan
atau
analisis
ini
Densitas,
Luas
sampling,
seorang
peneliti/surveyor
dapat
memperoleh
informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga
lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metoda sensus) pada
anggota suatu populasi.
Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki
tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya
pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki
rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai
daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya
tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan
biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau
belukar.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari
1.5 m.
b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter
kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah :
1. Nama jenis (lokal atau botanis)
2. Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3. Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap
lahan
4. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk
menghitung volume pohon.
5. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting
untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir
ukuran volume pohon.
Dalam
ilmu
vegetasi
telah
dikembangkan
berbagai
metode
untuk
dengan
pesat
seiring
dengan
kemajuan
dalam
bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
(Syafei, 1990).
Macam-macam
metode
analisis
vegetasi
yaitu
metode
destruktif,
metode
Metode destruktif
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang
dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang dipakai bisa
diproduktivitas primer, maupun biomasa. Dengan demikian dalam pendekatan
selalu harus dilakukan penuain atau berarti melakukan perusakan terhadap
vegetasi
tersebut.
Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk bentuk vegetasi yang sederhana,
dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter
persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat
keringnya.
Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput
denan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas
tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika,
yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2)
Metode nondestruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan
penelaahan organism hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya,
sehingga dikenal dengan pendekatan non floristika. Pendekatan lainnya adalah
didasarkan
pada
penelaahan
pendekatan floristika.
3)
Metode non-floristica
organism
tumbuhan
secara
taksonomi
atau
dan
gambar.
Bentuk Hidup. Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan dalam
pembuatan peta vegetasi dengan skalakecil sampai sedang, dengan tujuan untuk
menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga
masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya (Syafei,1990).
Untuk memahami metode non floristika sebaiknya kita kaji dasar-dasar
pemikiran
dari
beberapa
pakar
tadi.
Pada
prinsipnya
mereka
berusaha
Metode floristic
Metode
ini
didasarkan
pada
penelaahan
organisme
tumbuhan
secara
untuk
menjelaskan
suatu
bersifat
kuantitatif,
seperti
statifikasi,
periodisitas, dan vitalitas. Berbagai metodelogi telah dikembangkan oleh para pakar
untuk sampai pada hasil seakurat mungkin, yang tentu disesuaikan dengan
tujuannya.
berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut
lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter
tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m
sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan
sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui
komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih
cepat digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir
volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena
tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik.
Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk
melakukan
analisa
dengan
melakukan
perhitungan
satu
persatu
akan
membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk
vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang
terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat
sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas.
Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan
berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk
petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran. Metode kuadrat,
bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang
menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk
vegetasi
atau
menggunakan
ditentukan
metode
dahulu
ini
luas
dilakukan
minimumnya.
perhitungan
Untuk
terhadap
analisis
yang
variabel-variabel
c.
d.
oleh
populasi
jenis
tumbuhan.
Sedangkan
frekuensi
ditentukan
berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel
(n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam
persen (%) (Surasana, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu
daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari
seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai
indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas
adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah
bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai
relative dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan
relative, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan
diperoleh:
Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
apatan (K)
n relatif (KR)
nsi
x 100%
if (FR)
nsi
= Jumlah individu
(D)
tif (DR)
= Kr + Dr + Fr
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel
yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh
jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun
berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat
digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
Berikut langkah-langkah kerja jika anda akan melakukan penelitian/analisis vegetasi
metode kudrat:
1.
2.
3.
Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk
setiap tumbuhan.
4.
Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis
tumbuhan.
5.
Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan
ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat
teratas.
6.
Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang
memiliki nilai penting terbesar (Anonymous, 2010).
2) Garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa
garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis
yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis
yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang
lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting)
yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan
sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan
berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat
merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh
individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh
berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang
disebar (Rohman, 2001).
1.
Metode Garis
Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau
sistematis.
2.
3.
Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk
setiap tumbuhan.
4.
Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis
tumbuhan.
5.
Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan
ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat
teratas.
6.
Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang
memiliki nilai penting terbesar (Anonymous,2010).
3) Titik
1.
Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali raffia.
2.
menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia tersebut
secara acak atau sistematis.
3.
4.
5.
6.
Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis
tumbuhan.
7.
Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan
ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat
teratas.
8.
Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang
memiliki nilai penting terbesar
4)
Kuarter
Analisa vegetasi dengan metode kuarter merupakan analisa vegetasi yang
mana dalam pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area sebagai alat bantu.
Akan tetapi cuplikan yang digunakan hanya berupa titik sehingga sering juga
metode tanpa plot. Hal ini karena pada metode ini tidak menggambarkan luas area
tertentu, sama halnya dengan metode kuadrat yaitu dalam memperoleh nilai
penting harus terlebih dahulu dihitung kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya.
Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks
lainnya (Kusmana, 1997).
Komunitas adalah sejumlah mahluk hidup dari berbagai macam jenis yang
hidup bersama pada suatu daerah. Komposisi suatu komonitas ditentukan dengan
tumbuhan dan hewan yang kebetulan mampu hidup di tempat tersebut. Anggota
komonitas ini tergantung pada penyesuaian diri setiap individu terhadap faktorfaktor fisik dan biologis yang ada ditempat tersebut. Ada dua konsep yang
ditentukan dalam mengamati peta komonitas yaitu gradasi komonitas( populasi)
dan gradiasi lingkungan yaitu menyangkut jumlah factor lingkungantambak secara
bersama-sama. (Soedjiran,1989). Pada metode ini tumbuhan yang dianalisa bisa
berupa empat tumbuhan yang paling dekat dengan titik pengamatan yang masingmasing tumbuhan berada pada empat sektor daerah dengan titik tadi sebagai
pusat.
Daerah
Daerah
Daerah
Daerah
Kerapatan relatif
=
jumlah individu sejenis x 100%
4xn
Dominasi relatif
=
jumlah luas basal individu sejenis x 100%
jumlah total luas basal terukur
Frekuensi relative=jumlah titik pusat yang mengandung suatu tumbuhan x 100%
jumlah titik pusat dari seluruh jenis tumbuhan
Luas rata-rata penguasaan area oleh suatu pohon = d2
Jumlah individu pohon untuk luas tertentu
(L) = L / d 2
Luas dari total
= luas basal rata-rata x kerapatan
Nilai penting
= Kr + Dr + Fr
5) Teknik Ordinasi
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois
dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random,
sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk
memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan
menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Variasi
dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi
diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa
sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta
kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve
yang berbeda akan saling berjauhan.Ordinasi dapat pula digunakan untuk
menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan.
Ordinasi mencoba untuk meringkas data sampling dalam suatu lebih
sederhana, lebih sedikit cara pemakaian ruang dibanding metoda tabel. Bahkan
suatu agak kecil perbedaan table Suatu ordinasi data yang sama bisa menjadi satu
grafik kecil yang menunjukan 19 poin-poin penyebaran ruang. Masing-Masing titik
mewakili suatu letak, dan jarak antara poin-poin mewakili derajat tingkat perbedaan
atau persamaannya. Sekilas, seseorang dapat melihat lihat jika ada pola dalam
hubungan.
Sasaran ordinasi bukanlah untuk menggambarkan bentuk di sekitar label dan
letak mereka yang sama bagian dari suatu asosiasi melainkan, untuk menunjukkan
suatu pola hubungan kontinue. Sungguh, sebagian besar informasi memuat data
asli yang hilang dalam ordinasi diagram, tetapi kehilangan ini akibat banyak bentuk
dari reduksi data, tidak hanya ordinasi (Anonymous, 2010).
Jadi luas daerah ini disebut luas minimum. Cara menentukan luas minimum sebagai
berikut:
1. Dibuat petak contoh dengan ukuran misal (0,5 x 0,5) m2 petak 1.
2. Hitung jumlah spesies yang ada pada petak tersebut.
3. Petak tadi diperluas 2 kali luas petak 1, ini petak ke 2.
4. Dihitung jumlah spesies yang ada (penjumlahan komulatif).
5. Penambahan luas petak dihentikan kalau jumlah spesies tidak bertambah lagi.
Dari data yang telah diperoleh dibuat kurva :
1. Luas petak contoh sebagai absis (sb X)
2. Jumlah spesies sebagai ordinat (sb Y)
Kemudian dihitung 10% nya luas yang dicapai dan 10% jumlah spesies. Kemudian
ditarik garis resultansinya dari (dari 10% tadi). Setelah itu ditarik garis singgung
pada kurve yang sejajar resultante tersebut. Kemudian dari titik singgungnya ditarik
garis ke absis yang sejajar ordinat. Maka luas minimum petak (plot) dapat diketahui
(Anonima,
2010).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan
untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat).
Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area)
yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu
yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keanekaragaman
jenis
yang
terdapat
pada
areal
tersebut.
Makin
tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum
yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis
vegetasi
dengan
metode
kuadrat
(Anonimb,
2010).
Ukuran kuadrat terbagus yang dipakai tergantung pada hal (item) yang harus
diukur. jika cover sendiri adalah penting, kemudian ukuran tidak merupakan suatu
faktor. kenyatannya kuadrat dapat menyusut menjadi garis dengan satu dimensi
atau menjadi titik tanpa dimensi. tetapi jumlah tumbuhan perunit area atau pola
dispersal harus diukur, kemudian ukuran kuadrat adalah sangat penting. Satu
ukuran bagus adalah memakai satu ukuran kuadrat paling sedikit dua kali luas ratarata luas kanopi spesies besar yang lain dengan memakai ukuran kuadrat yang
mengijinkan hanya satu atau dua spesies untuk hadir dalam semua kuadrat. Lain
halnya menggunakan ukuran kuadrat yang memungkinkan kebanyakan spesies
untuk hadir tak lebih daripada 80% semua kuadrat (Hardjosuarno, 1990).
Ukuran plot minimal dapat ditentukan dengan cara survey pendahuluan
untuk menentukan ukuran luas plot minimal. menentukan luas minimal plot dapat
dilakukan dengan cara membuat kurva luas minimal terlebih dahulu. untuk bentuk
plot persegi dimulai dengan membuat sebuah plot (bidang datar) persegi pada satu
tegakan dengan kuadrat (luas) terkecil, misalnya untuk lapangan rumput adalah 25
x 25 Cm2, selanjutnya dicatat spesies tumbuhan yang ada dalam kuadrat terkecil.
Kemudian kuadrat diperluas dua kali luas semula dan kemudian penambahan
spesies baru yang terdapat di dalam kuadrat luasan di catat (Suprianto, 2001).
Densitas
Densitas adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume. misalnya
100 individu/ha. Dengan kata lain, densitas merupakan jumlah individu organisme
persatuan ruang. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, istilah yang
mempunyai arti sama dengan densitas dan sering digunakan adalah kerapatan
diberi notasi K.
K=
Dengan demikian, densitas spesies ke-idapat dihitung sebagai K-i, dan
densitas relative setiap spesies ke-i terhadap kerapatan total dapat dihitung sebagai
KR-i.
K-i=
KR - i = X 100 %
Dalam mengukur kerapatan biasanya muncul suatu masalah sehubungan dengan
efek tepi (side effect) dan life form (bentuk tumbuhan). Untuk mengukur kerapatan
pohon atau bentuk vegetasi lainnya yang mempunyai batang yang mudah
dibedakan antara satu dengan lainnya umumnya tidak menimbulkan kesukaran
yang berarti. Tetapi, bagi tumbuhan yang menjalar dengan tunas pada bukubukunya dan berrhizoma (berakar rimpang) akan timbul suatu kesukaran dalam
penghitungan individunya. Untuk mengatasi hal ini, maka kita harus membuat
suatu kriteria tersendiri tentang pengertian individu dari tipe tumbuhan tersebut.
Masalah lain yang harus diatasi adalah efek tepi dari kuadrat sehubungan
dengan keberadaan sebagian suatu jenis tumbuhan yang berada di tepi kuadrat,
sehingga kita harus memutuskan apakah jenis tumbuhan tersebut dianggap berada
dalam kuadrat atau di luar kuadrat. Untuk mengatasi hal ini biasanya digunakan
perjanjian bahwa bila > 50% dari bagian tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat,
maka dianggap tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat dan tentunya barns
dihitung pengukuran kerapatannya.
2.
Frekuensi
Didalam ekologi, frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara
jumlah sempel yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat ditemukannya
suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan
besarnya intensitas ditemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan
kberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem.
Apabila pengamatan dilakukan pada petak-petak contoh, makin banyak
petak contoh yang didalamnya ditemukan suatu spesies, berarti makin besar
frekuensi spesies tersebut. Sebaiknya, jika makin sedikit petak contoh yang
didalamnya ditemukan suatu spesies, makin kecil frekuensi spesies tersebut.
Dengan demikian, sesungguhnya frekuensi tersebut dapat menggambarkan tingkat
penyebaran spesies dalam habitat yang dipelajari, meskipun belum dapat
menggambarkan
tentang
pola
penyebarannya.
Spesies
organisme
yang
(api-api) ditemukan dalam 50 petak contoh dari 100 petak contoh yang dibuat,
sehingga frekwensi jenis api-api tersebut adalah 50/100 x 100% = 50%. Jadi dalam
penentuan frekwensi ini tidak ada counting, tetapi hanya suatu perisalahan
mengenai keberadaan suatu jenis saja.
3.
Penutupan (Coverage)
Kelindungan adalah proporsi permukaan tanah yang ditutupi oleh proyeksi
tajuk tumbuhan. Oleh karena itu, kelindungan selalu dinyatakan dalam satuan
persen. Misalnya, jenis Rhizophora apiculata (bakau) mempunyai proyeksi tajuk
seluas 10 mZ dalam suatu petak contoh seluas 100 m-, maka kelindungan jenis
bakau tersebut adalah 10/100 x 100% = 10%. Jumlah total kelindungan semua jenis
tumbuhan dalam suatu komunitas tumbuhan mungkin lebih dari 100%, karena
sering proyeksi tajuk dari satu tumbuhan dengan tumbuhan lainnya bertumpang
tindih (overlapping). Sebagai pengganti dari luasan areal tajuk, kelindungan bisa
juga mengimplikasikan proyeksi basal area pada suatu luasan permukaan tanah.
Untuk mengukur/menduga luasan tajuk dari vegetasi lapisan pohon, biasanya
dilakukan dengan menggunakan proyeksi tajuk dari pohon tersebut terhadap
permukaan tanah dan luasannya diukur dengan planimeter atau sistem dotgrid
dengan kertas grafik. Cara lain adalah dihitung dengan rumus :
Basal area ini merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai
oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal area diduga dengan mengukur diameter
batang. Dalam hal ini, pengukuran diameter umumnya dilakukaii pada ketinggian
1.30 m dari permukaan tanah (diameter setinggi data atau diameter at breast
height, DBf). Dalam pengukuran diameter pohon setinggi dada terdapat beberapa
ketentuan yang umumnya ditaati oleh para peneliti, yaitu:
Bila pohon berada di lereng, diameter diukur pada ketinggian 4,5 kaki dari
permukaan tanah atau 1,3 m di atas permukaan tanah lereng sebelah atas
pohon;
Bila pohon membentuk cabang tepat pada ketinggian 1,3 m dari tanah, maka
diameter diukur sedikit (di atas percabangan tersebut dan pohon tersebut
dianggap sebagai satu individu seperti halnya kalau percabangan terjadi di
atas ketinggian 1,3 m di alas tanah). Tetapi bila percabangan terjadi dibawah
1,3 m dari atas tanah, maka masing-masing batang diukur diametemya
setinggi dada serta batang-batang tersebut dianggap sebagai individu
masing-masing;
Bila pohon berakar papan atau berbentuk tidak normal tepat pada atau
melebihi setinggi dada, maka pengukuran diameter dilakukan di atas batas
batang dari bentuk tidak normal; dan
Sesuai dengan informasi yang diinginkan, diameter pohon yang diukur bisa
merupakan diameter di luar kulit pohon atau diameter dekat kulit pohon.
.R2
. D2
dimana:
BA
Basal area
batang
D
4.
5.
Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk
membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan
biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu komunitas.
Keanekaragaman
jenis
ditentukan
dengan
menggunakan
Keanekaragaman Shannon-Wiener :
dimana : H = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu jenis ke-n
N = Total jumlah individu
rumus
Indeks
6.
7.
8.
Untuk mengetahui kesamaan relatif dari komposisi jenis dan struktur antara
dua tegakan yang dibandingkan dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Bray
dan Curtis, 1957 dalam Soerianegara dan Indrawan, 2005) :
Dimana :
IS = Koefisien masyarakat atau koefisien kesamaan komunitas
W = Jumlah nilai yang sama dan nilai terendah ( < ) dari jenis-jenis yang terdapat dalam
dua tegakan yang dibandingkan
a, b = Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis yang terdapat pada tegakan pertama dan
kedua
Nilai koefisien kesamaan komunitas berkisar antara 0-100 %. Semakin
mendekati nilai 100%, keadaan tegakan yang dibandingkan mempunyai kesamaan
yang tinggi. Dari nilai kesamaan komunitas (IS) dapat ditentukan koefisien
ketidaksamaan komunitas (ID) yang besarnya 100 IS. Untuk menghitung IS, dapat
digunakan nilai kerapatan, biomassa, penutupan tajuk atau INP.
Sebagai contoh, kita membandingkan tingkat permudaan semai hutan primer
dengan hutan setelah ditebang dan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Nilai Kesamaan Kerapatan antara Hutan Primer dengan Hutan setelah
ditebang pada tingkat Semai
Maka nilai kesamaan komunitas (IS) = ((2 x 55) / (224 + 84)) x 100%
= 35.71%
Nilai diatas menunjukkan bahwa antara kondisi primer dan setelah ditebang dari
segi jumlah individu (kerapatan) hanya mempunyai tingkat kesamaan sekitar
35.71% artinya setelah dilakukan penebangan terjadi kehilangan jumlah individu
sekitar 64.29%.
9.
Indeks Dominasi
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran
jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks
dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara
bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. Untuk menentukan nilai
indeks dominasi digunakan rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973) sebagai
berikut :
Dimana :
C : Indeks dominasi
ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n
N : Total nilai penting dari seluruh jenis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat (Marsono, 1977).
Analisis vegetasi atau studi komunitas adalah suatu cara mempelajari susunan
(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
minimum tersebut.
Perhitungan analisis vegetasi dapat dilakukan dengan menggunakan parameter
kuantitatif diantaranya kerapatan, frekuensi, penutupan (coverage), dominansi dan
Indeks Nilai Penting dsb.