Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Rosa Mutianingsih
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
email: rosamutianingsih@gmail.com
One is a developmental disorder of preterm birth fetal (preterm birth) which can be triggered
by many factors, one of which is the risk of severe preeclampsia. Complications of severe pre eclampsia can lead to preterm delivery risk 2.67 times larger, labor-made 4.39 more and have a higher
tendency to get a baby with low birth weight. While preterm birth itself has a variety of complications newborn survival. In the department of NTB incidence of severe preeclampsia in 2012 was
3.78%, while the rate of preterm birth as much as 6.47% in 2012. Purpose of this study was to determine the relationship with birth weight preterm preeclampsia.
Based on the time dimension is Case control study, using primary data. Its population is all
women giving birth who bore the period 1 June to 29 July 2013 in the maternity department of NTB
space as much as 397 sample population and there are two groups of cases were 39 mothers and
those under group with a ratio of 1:1 to the cases that have been dimach based parity case is 39
mother. Method of sampling of cases and controls with purposively sampled.
From the results of the data collection was carried out statistical analysis using Chi Square
test using SPSS version 16 sgnifikan level () = 0.05. Based on the results of Chi-Square test statistic seen significant values (p) = 0610 < to the factor in the effects of preterm birth weight and
preeclampsia compared to controls born at term ie in mothers with severe preeclampsia. It concluded there was no association with birth weight preterm preeclampsia.
Advised to all parties concerned to continue the prevention of mortality and morbidity
caused by severe pre-eclampsia and its complications is one preterm birth. Particular department of
NTB to continue to improve the handling of cases of severe preeclampsia, especially with all the
complications and the medical personnel to provide knowledge about the handling of severe preeclampsia.
Keywords: Preeclampsia Weight, Preterm Birth
1. PENDAHULUAN
Perkembangan anak di dalam
kandungan sangat tergantung pada kondisi kesehatan ibu. Kesehatan ibu yang
terganggu akan mengakibatkan gangguan pada perkembangan janin. Salah
satu gangguan perkembangan janin adalah preterm birth (kelahiran preterm).Kelahiran/persalinan preterm merupakan persalinan yang terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 37 minggu
(antara 20 sampai <37 minggu) atau berat janin kurang dari 2500 gram. Kelahiran preterm di negara berkembang dapat
dipicu oleh banyak risiko antara lain
adalah infeksi genitourinaria, kehamilan
ganda, pregnancy induced hypertension
(PIH), Body Mass Index (BMI), inkompetensi serviks, riwayat pernah melahirkan preterm, abrutio plasenta, pekerja
berat dan merokok. Selain itu faktor risiko terjadinya kelahiran preterm adalah
preeklamsi/eklamsi, usia ibu < 20 atau >
35 tahun, jarak kehamilan dan bersalin
terlalu dekat, gravid, paritas, riwayat abortus, dan pendidikan ibu.
Insiden kelahiran preterm di Amerika Serikat lebih tinggi (12%) dibanding
negara berkembang selama 20-30 tahun
terakhir yakni sekitar (5%-7%) per 1000
kelahiran hidup. Kelahiran preterm berbeda dengan bayi berat lahir rendah
(BBLR), walaupun dalam kelahiran preterm sering disertai dengan berat badan
yang rendah. Bayi dengan BBLR dapat
kasus kematian oleh karena BBLR sering dikaitkan dengan bayi lahir prematur.
Berdasarkan survey data di Rumah Sakit
Umum Provinsi NTB, diketahui kasus
neonatal di ruang NICU khususnya kejadian BBLR tahun 2012 sebesar 570 kasus (25.99%) dari 2193 bayi, dan sekitar
353 bayi atau 61,93% penyebab BBLR
ini adalah bayi lahir prematur.
Selain angka kematian bayi
(AKB), angka kematian ibu (AKI) juga
merupakan indikator status kesehatan
masyarakat. Dewasa ini AKI di indonesia masih tinggi dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya. Menurut data
SDKI 2007, AKI di Indonesia menurun
dari 307/100.000 KH pada tahun 2002
menjadi 228/100.000 KH pada tahun
2007.Sedangkan target yang diharapkan
berdasarkan Melenium Development
Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu
102/100.000 KH. Hal ini berarti bahwa
AKI di Indonesia jauh di atas target yang
ditetapkan WHO atau dua kali lebih besar dari target WHO.
2. KAJIAN LITERATUR
Pada hasil penelitian di Southern Brazil
dilaporkan bahwa infant mortality rate
(IMR) ada 38,1 per 1000 kelahiran hidup
yang 6,3%nya adalah kelahiran preterm.
Di Bangladesh ada penelitian dari tahun
1993-1996 melaporkan bahwa IMR ada
107,3 per 1000 kelahiran hidup yang
17,1%nya adalah kelahiran preterm. Selain menyebabkan kasus kematian, 50%
kelahiran premature juga menyebabkan
gangguan neorologis pada masa kanakkanak. Studi longitudinal tentang bayi
premature menemukan bahwa satu dari
sepuluh bayi premature mengalami ketunadayaan permanen seperti penyakit
paru, paralisis serebri, kebutaan atau ketulian, terlepas dari berapapun usia kehamilannya. Sebanyak 50% bayi premature yang lahir sebelum usia kehamilan
26 minggu mengalami ketunadayaan,
25% dengan ketunadayaan berat, 80%
diantara bayi tersebut akan mengalami
gangguan fisik, psikomotor, dan intelektual.
Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Provinsi NTB tercatat angka kejadian
kelahiran preterm pada tahun 2011 sebanyak 196 kasus (8,36%) dari 2345 ibu
bersalin dan pada tahun 2012 mengalami
penurunan sebanyak 175 kasus (6,47%)
dari 2706 ibu bersalin. Sementara itu,
untuk kejadian preeklamsi berat pada tahun 2011 sebanyak 156 kasus (6,65%)
dan pada tahun 2012 menurun sebanyak
110 kasus (3,78%).
3. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan observasional analitik karena peneliti hanya
mengobservasi tanpa melakukan perlakuan terhadap obyek yang akan diteliti.
RancanganPenelitian
Desain penelitian yang digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
observasional case control yaitu rancangan penelitian yang mengkaji hubungan
antara efek tertentu dengan faktor
resiko tertentu.
Dalam penelitian ini dimulai
dengan menetapkan kasus dan control
dengan criteria inklusi dan eksklusi
kemudian dilakukan penelusuran secara
retrospektif dari efek kefaktor resiko
yang ada dengan cara memantau langsung pada subyek penelitian.
Desainpenelitian yang digunakandalampenelitianiniadalahobservasionalcase controlyaitu rancangan penelitian
yang mengkajihubunganantaraefektertentudengan factor resikotertentu.
Dalampenelitianinidimulaidenganmenetapkankasusdancontrol dengan
kriteria inklusidaneksklusikemudiandilakukanpenelusuransecararetrospektifdariefekkefaktor resiko yang adadengancaramemantaulangsungpadasubyekpenelitian.
POPULASI PENELITIAN
Populasiadalahsejumlahbesarsubyek yang mempunyaikarakteristiktertentu.
Adapun populasi pada penelitian
ini adalah semua ibu yang melahirkan
diRumahSakitUmumProvinsi
Nusa
Tenggara Barat periode1Junisampai29
Juli 2013 sebesar 397 ibu .
PROSEDUR SAMPEL DAN SAMPEL PENELITIAN
Sampel adalah bagian (subset)
dari populasi yang dipilih dengan caratertentu hingga dapat mewakili populasinya.
Sampel dalam penelitian ini adaduayaitukelompokkasus yang mengalamifaktor resikodankelompokkontroltanpa faktor risiko.
1. Besar sampel
a. Untuk perkiraan besar sampel
kasus dalam penelitian ini adalahdengan menggunakan data
ibu
bersalin
preterm(usiakehamilan 20 - <37
minggu) tahun 2012 diambil
menggunakan rumus :
1= 2
=
z 2
+ z 1 1 + 2 2
1 2
Keterangan :
n = sampel
z = tingkat kemaknaan
z = power
P1 = perkiraan proporsi efek
pada kasus(dari pustaka):
= 0,04
P2= perkiranan proporsi efek
pada
kontrol
2=
(
P = (P1+P2)
Q = 1-P
Q1 = 1-P1
Q2 = 1-P2
Berdasarkan rumus besar sampeluntuk case controldi atas dengan menggunakan tingkat kemaknaan = 0,05 (z
= 1,96), z = 0,842 (untuk power 80%),
dan hasil penelitian terdahulu yaitu OR
3,48 (Chen et al.,1996), proporsi paparan
pada kelompok kasus P1= 0,04
0,04
2=
3,48(1 0,04) + 0,04
= 0,01183
P = (0,04+0,01183) = 0,02592
0,974 Q1 = 0,96 Q2= 0,988
Q=
1= 2
z 2
+ z 1 1 + 2 2
1 2
1 = 13,45 = 14
Dengan demikian besar sampel minimal
untuk kelompok kasusadalah 14 sampel.
Pada saat observasi sejak tanggal 1 Juni
29 Juli 2013 didapatkan sampel untuk
kasus sebesar 39 dan semua sampel
bersedia menjadi responden.
b. Sedangkan untuk kelompok kontroladalahibubersalin yang melahirkanbayiaterm (usiakehamilan 37 - 42 minggu)
yang diambil secara machberdasarkan
paritas terhadap kasus dengan perbandingan 1:1,sehingga besar sampel kontrol sebesar 39 kasus.Pengambilan sampel kelompok control
diambil secara purposive yaitu didasarkan pada pertimbangan tertentu dibuat oleh peneliti
sendiri dari keseluruhan kasus persalinan aterm.
Instrumen Penelitian
Intrumen penelitianyang digunakan
adalahdaftartilik (check list) yangdibuatolehpenelitiberdasarkantujuanpenelitian.
Analisis
1) Analisisunivariabel
Analisisunivariabeldigunakanuntukmenganalisissecaradeskriptifkarakteristikmasing-masing variabel yaitujumlahpreeklamsiberat, tidakpreeklamsiberat, kelahiran preterm danjumlahkelahiranatermdengandistribusifrekuensi yang
akanditampilkandalambentuknarasidantabel.
2) Analisisbivariabel
Analisisbivariabeldilakukanuntukmengetahuihubungan 2 variabelpadakeduakelompokantaravariabel bebasdan variable terikat.Ujistatistik yang digunakanuntukmengetahuiadatidaknyahubunganantara 2 variabeladalahchi
square (X2). Analisismenggunakan
computer bantuan program sofware
SPSS
dengan
tingkat
sgnifikan
()=0,05.
Jumlah IbuBersalin
Preterm
Aterm
Lainnya (posterm)
Total persalinan
Jumlah
55
305
37
397
Persentase (%)
13,85
76,83
9,32
100
Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa didapatkan ibu bersalin dengan usia kehamilan
preterm sebanyak 55 kasus (13,85%) dari 397 ibu bersalin yang dirawat di ruang
Bersalin Rumah Sakit Umum Provinsi NTB priode1Juni29 Juli 2013.
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Ibu Bersalin Dengan Preeklamsi Berat Di Ruang Bersalin
Rumah Sakit Umum Provinsi NTB Priode 1 Juni 29 Juli 2013.
No
1
2
Tabel 4.2
Jumlah
Persentase (%)
21
5,29
376
94,71
397
100
Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Ibu Bersalin Preterm Dan Aterm Yang Dijadikan Sampel
Penelitian Di Ruang Bersalin Rumah Sakit UmumProvinsi NTB Periode 1
Juni 29 Juli 2013.
No
1
2
Tabel 4.3
Ibu Bersalin
Preterm
Aterm
Total
Jumlah
39
39
78
Persentase (%)
50%
50%
100
diatas menunjukkan bahwa jumlah sampel ibu bersalin dalam penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi di ruang Bersalin Rumah Sakit Umum ProvinsiNTB
periode1Juni 29 Juli 2013 adalah sebanyak 39 ibu melahiran preterm dan 39
ibu melahirkan aterm.
Faktor
Resiko
Preeklamsiberat
Tidakpreeklamsi
Total
Efek
Preterm
Aterm
n
%
n %
1 30,
9
23,1
2
8
3
2 69,
76,9
0
7
2
3
3
100
100
9
9
f
2
1
5
7
7
8
Total
%
OR
0,610
1,481
26,9
73,1
100
Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwapada57ibubersalintidakpreeklamsi berat terdapat30kasus (76,9%) menyebabkan terjadinya
kelahiran
preterm,
danpada21ibubersalindenganpreeklamsi
berat
hanya 9 kasus (23,08%) menyebabkan kelahiran preterm, dengan Ratio Odds (OR =
1,481) yang artinya preeklamsi berat dapat
menyebabkan kelahiran preterem 1,5 kali
lebih banyak dibandingkan yang tidak mengalami preeklamsi berat.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-squarepadaTabel 1 dilihatdariterjadinyakelahiranpretermdiperoleh
nilai p=0,610> = 0,05sehingga Ha ditolak
dan
Ho
diterima.Sehinggadapatditarikkesimpulanbahwati
dak terdapat hubungan antarapreeklamsiberatdengankelahiranpreterm diruang bersalin
RSUP NTBperiode 1Juni29 Juli Tahun
2013.
a. Jumlah Persalinan Preterm Yang Di
Rawat Di Ruang Bersalin RSUP NTB
Priode 1 Juni 29 Juli 2013
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa, dari
397 ibu yang melahirkan di ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Provinsi
NTB periode 1 Juni - 29 Juli 2013 terdapat 55 kasus kelahiran preterm
(13,85%). Angka kejadian ini mengalami peningkatan dibandindingkan tahun 2011 dan 2012, dan sebagaimana
diketahui kelahiran preterm merupakan
suatu keadaan yang memiliki banyak
sekali komplikasi.
Adapun persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37
minggu (antara 20 37 minggu) atau
dengan berat janin kurang dari 2500
gram.
Kelahiran preterm di negara berkembang dapat dipicu oleh banyak risiko antara lain adalah infeksi genitourinaria, kehamilan ganda, pregnancy
induced hypertension (PIH), Body
Mass Index (BMI), inkompetensi serviks, riwayat pernah melahirkan preterm, abrutio plasenta, pekerja berat
dan merokok. Selain itu faktor risiko
terjadinya kelahiran preterm adalah
preeklamsi/eklamsi, usia ibu < 20 atau
> 35 tahun, jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat, gravid, paritas, riwayat abortus, dan pendidikan ibu.2
Insiden kelahiran preterm di
Amerika Serikat lebih tinggi (12%) dibanding negara berkembang selama
20-30 tahun terakhir yakni sekitar (5%7%) per 1000 kelahiran hidup.3 Kelahiran preterm berbeda dengan bayi berat
lahir rendah (BBLR), walaupun dalam
kelahiran preterm sering disertai dengan berat badan yang rendah. Bayi
dengan BBLR dapat disebabkan oleh
istilah kecil untuk usia kehamilan
(small of gestationage) yang mengarah
ke pertumbuhan janin terganggu (intra
uterin growth restriction=IUGR). Keadaan ini tergantung pada umur kehamilan.World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa setiap tahun ada
13,7 juta bayi lahir dengan low birth
weight (LBW, berat badan lahir <2,500
gram) dari hasil kehamilan aterm
(umur kehamilan 37 minggu), 30 juta
bayi lahir IUGR. Di negara berkembang setiap tahun ada 6,8 juta bayi lahir dengan preterm dan LBW sedangkan di Indonesia prevalensi LBW ada
(10,5%), IUGR ada (19,8%) dan kelahiran preterm ada (18,5%).4
b.
6. DAFTAR PUSTAKA
Saifudin AB, dkk. 2006. Panduan Praktis
Kebidanan Maternal Dan
Neonatal.Yayasan
Bina
Pustaka Sarwono Prawirihardjo. Jakarta
Kramer, M.S. (2003) The Epidemiology of
Adverse Pregnancy Outcomes:<http://www.ncbi.nlm
.nih.gov/entrez/query.fcgi?d
b=pubmed&cmd=Retrieve&dopt= Abstra ...>
[Accessed 7 April 2013].
Cunningham FG et al. 2006.Obstetri Williams Edisi 21 Vol 2.Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2012. Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Ibu Dan Anak Bidang
Bina Kesehatan Masyarakat
2011. Dikes Prov NTB . Mataram
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirihardjo.
Jakarta
News-Medical.Net. (2005) Hypertension
And Uric Acid Contributes
To Premature Delivery. [Internet].
Available
from:http://www.newsmedic
al.net/?id=14140 [Accessed
14 April 2013]
Ila Istiani Hasyim. 2010. Hubungan Preeklamsi Berat Dan Eklamsi